You are on page 1of 14

OPTIMASI GELLING AGENT CARBOPOL 940 DAN HUMEKTAN

SORBITOL DALAM FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETANOL


DAUN BINAHONG (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis)
Bernardus Anggi Prastianto, Dr. Sri Hartati Yuliani, M.Si., Apt.
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
ABSTRACT: Binahongs leaves (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) has
many pharmacological activities, one of them as anti-acne. Formulation gel used
Carbopol 940 as gelling aget and sorbitol as humectant. This research aimed to
determine the optimum composition of Carbopol 940 and sorbitol and their
interactions in determining the stability of gel, as well as to get the optimum area
of anti-acne gel formulation leaf extract binahong.
The research was a purely explorative randomized experimental, using
factorial design with two-factor and two-level. The factor which used were
Carbopol 940 (0,3-0,75 g), and sorbitol (1,5-7,5 g). The parameters which
measured were viscocity, spreadability and stability (viscocity shift). Data
analysis was performed using the R.3.2.3 program to determine the significance
effect of Carbopol 940, sorbitol, and the interaction of these factors so the
dominant factor which affecting the physical properties and stability of gel were
known. Optimum area composition is obtained by contour plot superimposed
(overlay plot).
The results showed that the Carbopol 940 and sorbitol gave a significant response
to the viscosity and spreadability in Carbopol 940 as the dominant factor. This
research found the optimum composition area resulting on the desired physical
properties and gel stability.
Keywords : Binahongs leaves extract, ethanolic extract gel, optimization,
factorial design, sorbitol, carbopol 940
INTISARI
Daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) diketahui memiliki
beberapa aktivitas farmakologis, salah satunya sebagai anti-acne. Formulasi gel
menggunakan Carbopol 940 sebagai gelling agent dan sorbitol sebagai humektan.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh komposisi Carbopol 940
dan sorbitol maupun interaksinya dalam menentukan stabilitas gel, serta
mendapatkan area optimum dari formulasi gel ekstrak etanol daun binahong.
Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni eksploratif acak
dua arah menggunakan metode desain faktorial dengan dua faktor dan dua level.
Faktor yang digunakan adalah Carbopol 940 (0,3-0,75 g), dan sorbitol (1,5-7,5 g).
Parameter sifat fisisnya yang diukur yakni uji viskositas, uji daya sebar dan uji
stabilitas (pergeseran viskositas). Analisis data dilakukan dengan program R.3.2.3
untuk mengetahui signifikansi efek dari faktor Carbopol 940 dan sorbitol, serta

interaksi kedua faktor sehingga dapat diketahui faktor dominan yang


mempengaruhi sifat fisik dan stabilitas gel. Area komposisi optimum diperoleh
dengan contour plot superimposed (overlay plot).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Carbopol 940 dan sorbitol
memberikan respon yang signifikan terhadap viskositas dan daya sebar dengan
Carbopol 940 sebagai faktor yang dominan. Area komposisi optimum yang
menghasilkan sifat fisik dan stabilitas gel yang dikehendaki dapat ditemukan.
Kata kunci : Ekstrak daun binahong, gel ekstrak etanol, optimasi, desain
faktorial, sorbitol, Carbopol 940
1. Latar Belakang dan Permasalahan
Jerawat

merupakan

penyakit

peradangan

yang

terjadi

akibat

penyumbatan pada pilosebasea yang ditandai dengan adanya komedo, papul,


pastul, dan bopeng (scar) pada daerah wajah, leher, lengan atas, dada dan
punggung.

Peradangan

dipicu

oleh

bakteri

Propionibacterium

acne,

Staphylococcus epidermis dan Staphylococcus aureus (Wasitaatmadja,1997).


Tanaman Binahong (Anredera cordifolia (Ten.) Steenis) mengandung
beberapa kandungan kimia yaitu flavonoid, asam oleanolik, protein, saponin dan
asam askorbat (Ariani, Loho, Durry, 2013). Flavonoid yang terkandung berperan
sebagai agen antiinflamasi dan antimikroba (Hernandez, Tereschuk, Abdala,
2000). Flavonoid bersifat antibakteri yang memiliki mekanisme menghambat
enzim utama bakteri dan merusak membran bakteri (Swanson, 2016). Penelitian
terkait uji aktivitas ekstrak daun binahong terhadap Staphylococcus epidermidis
sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Prijayanti (2011) dengan konsentrasi
sebesar 5% yang merupakan Minimum Bactericidal Concentration. Sehingga
ekstrak etanol daun binahong pada penelitian kali ini dapat berfungsi sebagai anti
jerawat.
Sediaan gel aplikasinya ditujukan untuk kulit atau pada permukaan kulit
untuk aksi lokal. Keuntungan gel yaitu ketika kering dan membentuk lapisan tipis
tembus pandang elastis dengan daya lengkat yang tinggi, tidak menyumbat pori
kulit serta mudah dicuci dengan air (Voight, 1994). Sediaan gel mempunyai kadar
air yang tinggi, sehingga dapat menghidrasi permukaan kulit teratas (stratum
corneum) dan mengurangi resiko timbulnya peradangan lebih lanjut akibat
menumpuknya minyak pada pori-pori. Gelling agent dan humektan menjadi

faktor yang berpengaruh terhadap kualitas fisik sediaan gel. Carbopol sebagai
gelling agent berfungsi meningkatkan viskositas dengan memerangkap air dan
membentuk jaringan struktural sehingga faktor ini menjadi penting didalam
sistem gel. Penambahan jumlah gelling agent akan memperkuat jaringan
struktural gel sehingga menyebabkan kenaikan viskositas gel. Humektan memiliki
fungsi untuk menarik air dari lingkungan ke sistem agar kestabilan sediaan tetap
terjaga dan juga untuk mempertahankan kelembaban kulit (Leyden and Rawlings,
2002). Sorbitol sebagai humektan bersifat relatif inert dan kompatibel dengan
beberapa eksipien (Barel, Paye, Maibach, 2014). Sorbitol mudah larut dalam air
(Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995).
Beberapa uji yang dilakukan terhadap sediaan gel antara lain adalah uji
sifat fisik (viskositas dan daya sebar) yang disertai dengan pengujian reologi gel.
Pengujian menggunakan Merlin VR viscometer sistem cone dan plate dapat
digunakan untuk pengujian reologi gel. Sedangkan pengujian daya sebar
menggunakan extensometer (kaca bulat berskala) (Garg, Aggarwal, Garg, Singla,
2002). Uji stabilitas gel freeze-thaw atau cycling test dapat digunakan untuk
melihat stabilitas fisik gel yang dilakukan dengan pembekuan pada suhu freezer 100C (14 F) selama 24 jam dan pencairan pada suhu kamar 25-290C (77 F) selama
24 jam, dan jika sediaan mampu melewati tahap ini maka sediaan dianggap stabil
(Kolhe, Shah, Rathore, 2013).
Penelitian ini melakukan optimasi formula sediaan gel ekstrak etanol
daun binahong dengan gelling agent Carbopol serta humektan sorbitol agar
didapatkan area optimum sediaan dengan sifat fisik dan stabilitas yang baik.
Optimasi dilakukan menggunakan desain faktorial dua faktor dan dua level serta
uji stabilitas freeze-thaw dilakukan untuk melihat stabilitas keempat formula yang
dibuat.

2. Metode
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daun binahong, plat
stainless steel, etanol 70%, etanol 96%, trietanolamin (TEA), Carbopol 940,
sorbitol, metil paraben, aquadest. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah

hot magnetic stirrer, corong buchner, stirrer, sel elektrolisis, alat sentrifugasi,
gelas ukur, neraca analitik, beaker glass, mixer Maspion, stopwatch, pH stick,
Merlin VR viscometer, extensometer (alat uji daya sebar), dan freezer.
2.1. Formula gel ekstrak daun binahong
Tabel I. Formula sediaan gel ekstrak daun binahong
Formula
Bahan
1
a
b
ab
Ekstrak Daun Binahong
2,5 g
2,5 g
2,5 g
2,5 g
Carbopol
0,75 g
0,75 g
0,3 g
0,3 g
Sorbitol
7,5 g
1,5 g
7,5 g
1,5 g
Metil paraben
0,09 g
0,09 g 0,09 g 0,09 g
Triethanolamin
1,2 g
1,2 g
1,2 g
1,2 g
Etanol 70%
1g
1g
1g
1g
Akuades ad
50 g
50 g
50 g
50 g
2.2. Orientasi level Carbopol 940 dan sorbitol
1.

Penetapan range viskositas dan daya sebar.


Range viskositas yang optimum untuk sediaan gel ekstrak etanol daun

binahong yang dibuat didapatkan dari hasil pengukuran orientasi level Carbopol
dan sorbitol. Range daya sebar yang optimum didapatkan dari acuan yakni Aeni,
Sulaiman, Mulyani (2012). Nilai terendah dan nilai tertinggi dari hasil pengukuran
menjadi batas bawah dan batas atas range viskositas dan daya sebar dari sediaan
gel ektsrak etanol daun binahong yang dibuat.
2.

Orientasi level Carbopol dan sorbitol


Orientasi level gelling agent Carbopol dilakukan dengan membuat sediaan

gel dengan jumlah Carbopol masing-masing sebanyak 0,3; 0,6%; 0,9%; 1,2%;
1,5%; dan 1,8% dengan jumlah eksipien lain yang tetap. Orientasi level humektan
sorbitol dilakukan dengan membuat sediaan gel dengan jumlah sorbitol masingmasing sebanyak 3%; 6%; 9%; 12%; 15%; dan 18% dengan jumlah eksipien lain
yang tetap. Setelah 48 jam pembuatan, sediaan gel tersebut diuji viskositas dan
daya sebarnya. Level tinggi dan level rendah Carbopol dan sorbitol didapatkan
dari sediaan orientasi dengan hasil pengukuran viskositas dan daya sebar formula
yang digunakan untuk batas range saat optimasi.

2.1. Pembuatan gel ekstrak etanol daun binahong


Carbopol dikembangkan dalam akuades selama 24 jam. Selanjutnya pada
proses mixing, metil paraben yang ditimbang, dilarutkan terlebih dahulu dengan
etanol 70% di dalam cawan porselin, lalu secara berurutan yakni sorbitol dan
ekstrak daun binahong yang telah ditimbang dilarutkan kedalamnya. Kemudian
campuran ini dimasukkan ke dalam campuran Carbopol dan diaduk sampai
homogen menggunakan mixer kecepatan putar 1 selama 1 menit. Trietanolamin
ditambahkan ke dalam sediaan gel sebanyak 1,2 g hingga pH sediaan menjadi 6,
kemudian sediaan diaduk kembali selama 4 menit hingga terbentuk massa gel
yang diinginkan.

2.2. Uji sifat fisik gel ekstrak etanol daun binahong


1)

Uji organoleptis
Pengamatan organoleptis yang dilakukan meliputi pengamatan bentuk,

warna, aroma, pH maupun homogenitas dari sediaan gel ekstrak etanol daun
binahong.
2)

Uji viskositas
Pengukuran viskositas dilakukan 48 jam setelah sediaan dibuat dengan

menggunakan Merlin VR viscometer dengan cone dan plate serta perangkat lunak
Rheosys Micra. Sediaan gel sedikit diletakkan pada wadah plate kemudian
dihimpit dengan cone (diberi sedikit ruang). Pengukuran viskositas dilakukan
pada kecepatan putar 60 RPM.
3)

Uji daya sebar


Pengukuran daya sebar dilakukan 48 jam setelah sediaan dibuat. Sediaan

gel ditimbang seberat 1 gram dan diletakkan di tengah kaca bulat berskala
(extensometer). Di atas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat dengan total
massa 125 gram selama 1 menit. Diameter penyebaran sediaan gel dicatat
kemudian dihitung rata-rata diameter penyebaran sediaan setelah diberi beban.

2.3. Uji stabilitas freeze-thaw gel ekstrak etanol daun binahong


Uji stabilitas freeze-thaw dilakukan terhadap sediaan gel yang dibuat dan
dan diperlakukan sebanyak 3 siklus uji. Pada setiap siklusnya dilakukan
pembekuan sediaan selama 24 jam pada freezer dengan suhu -10oC dan pencairan
sediaan selama 24 jam pada suhu kamar. Pada akhir setiap siklusnya dilakukan
pengujian sifat fisik berupa pengamatan organoleptis, pengukuran viskositas, dan
pengukuran daya sebar.

2.4. Analisis Data


1)

Optimasi area komposisi optimum


Data sifat fisik yang meliputi daya sebar dan viskositas dianalisis

menggunakan Design Expert software versi 9.0.6.2. Berdasarkan analisis statistik


tersebut dapat diketahui efek dari masing-masing faktor, serta persamaan tiap
faktor. Dari persamaan tersebut didapatkan pula contour plot yang akan diplotkan
dengan faktor satu sama lain untuk mendapatkan superimposed contour plot agar
diketahui area komposisi optimum dari gelling agent Carbopol dan humektan
sorbitol. Validasi area komposisi optimum dilakukan dengan membuat sediaan gel
berdasarkan titik cuplikan secara acak pada area optimum. Respon sifat fisik
sediaan yang dibuat dan respon viskositas dari contour plot dianalisis dengan uji T
untuk melihat validasi persamaan yang didapatkan.
2)

Stabilitas sediaan gel ekstrak etanol daun binahong


Data sifat fisik yag meliputi viskositas dan daya sebar dari tiap siklus freeze-

thaw dianalisis dengan R Studio software versi 3.2.3 dengan confidence interval
95%. Analisis yang dilakukan adalah Shapiro-Wilk untuk mengetahui normalitas
distribusi data, dilanjutkan Levene Test untuk melihat homogenitas data atau
variansi data dan dilanjutkan dengan uji ANOVA untuk melihat signifikansi antar
kelompok data. Adanya perbedaan signifikan dengan nilai p-value < 0,05
menunjukkan stabilitas gel kurang baik.

3.

Hasil dan Pembahasan

3.1. Orientasi level Carbopol dan sorbitol


Penentuan range respon viskositas dan daya sebar dilakukan dengan
mengukur viskositas dan daya sebar sediaan gel secara orientasi. Berdasarkan
hasil pengukuran orientasi didapatkan range respon viskositas dari gel adalah
sebesar 5,25830 9,37021 Pa.s serta range respon daya sebar dari gel adalah
sebesar 3,85 4,05 cm (didapat dari acuan).
Penentukan level tinggi dan level rendah Carbopol dan sorbitol digunakan
dalam penelitian. Dari hasil orientasi tersebut didapatkan level tinggi Carbopol
adalah sebesar 1,5% dan level rendah Carbopol sebesar 0,6%, sedangkan level
tinggi sorbitol adalah sebesar 15% dan level rendah sorbitol sebesar 3%.

3.2. Pembuatan gel ekstrak etanol daun binahong


Sediaan gel ekstrak etanol daun binahong terdiri dari zat aktif dan eksipien.
Zat aktif sediaan ini merupakan flavonoid yang memiliki aktivitas sebagai
antibakteri. Kemampuan antibakterial dari flavonoid akan menghambat enzim
utama bakteri dan merusak membran bakteri (Swanson, 2016). Ekstrak etanol
sebesar 5% Minimum Bactericidal Concentration (Prijayanti, 2011).
Gelling agent yang digunakan dalam formulasi adalah Carbopol 940.
Carbopol didispersikan terlebih dahulu dalam aquadest dalam bentuk asam bebas,
kemudian ditambahkan agen penetral yang mengakibatkan polimer Carbopol
terurai sempurna dan membentuk massa gel. Agen penetralisir gel yang
digunakan adalah triethanolamin (Rowe, Sheskey, Quinn, 2009).
Eksipien humektan yang digunakan adalah sorbitol yang berperan menjaga
kelembaban kulit dengan mekanisme yaitu menjaga kandungan air pada lapisan
stratum korneum serta mengikat air dari lingkungan ke kulit (Leyden and
Rawlings, 2002). Sediaan gel mudah ditumbuhi mikroba maka perlu
ditambahkannya bahan pengawet yakni metil paraben yang digunakan karena
lebih larut dalam air. Kelarutan metil paraben dalam air yakni 1:400 jika
dibanding dengan propil paraben yakni 1:2500 (Rowe, et al., 2009).

3.3. Uji sifat fisik gel ekstrak etanol daun binahong


1)

Uji organoleptis

Tabel II. Uji organoleptis gel ekstrak etanol daun binahong


Kriteria
F1
Fa
Fb
Fab
pH
6
6
6
6
Warna
putih bening
putih bening
putih bening
putih bening
Aroma
khas
khas
khas
khas
Homogenitas
homogen
homogen
homogen
homogen
2)

Uji viskositas
Pengukuran viskositas sediaan gel ekstrak etanol daun binahong dilakukan

dengan instrumen Merlin VR viscometer dengan perangkat cone dan plate yang
dapat mengukur viskositas sekaligus melihat rheologi dari sediaan yang dibuat.
Sifat alir dari sediaan yang dibuat bersifat pseudoplastis dimana peningkatan
kecepatan putar, shear rate serta shear stress yang diberikan akan menurunkan
viskositas sediaan.
3)

Uji daya sebar


Pengujian terhadap daya sebar gel ekstrak etanol daun binahong berfungsi

untuk melihat kemampuan sediaan menyebar rata pada saat diaplikasikan di kulit
wajah. Daya sebar berbanding terbalik dengan nilai viskositas yang demikian
berarti semakin besar ketahanan dari sediaan maka daya sebarnya pada
permukaan kulit akan semakin kecil. Daya sebar sediaan gel diuji menggunakan
alat extensometer (kaca bulat berskala).
Tabel III. Viskositas dan daya sebar (xSD) gel
Formula
Viskositas (Pa.s)
Daya sebar (cm)
1
8,45606 0,129
3,567 0,101
a
8,51285 0,281
3,420 0,039
b
4,67985 0,071
4,875 0,025
ab
5,37702 0,201
4,408 0,101
3.4. Efek penambahan Carbopol dan sorbitol serta interaksinya terhadap sifat
fisik gel ekstrak etanol daun binahong
1)

Respon viskositas
Gambar 1 menunjukkan bahwa penambahan faktor gelling agent Carbopol

pada sediaan gel dengan faktor humektan sorbitol level rendah maupun level

tinggi akan menimbulkan efek kenaikan pada respon sifat fisik viskositas yaitu
sebesar 97,52%. Gambar 1 juga menunjukkan bahwa penambahan faktor
humektan sorbitol pada sediaan gel dengan faktor humektan gelling agent
Carbopol level rendah maupun level tinggi menimbulkan penurunan yang sangat
kecil pada respon sifat fisik viskositas sediaan yaitu sebesar 1,05% .

Gambar 1. Efek (a) Carbopol dan (b) sorbitol terhadap respon viskositas

Persamaan desain faktorial untuk respon viskositas adalah :


Y = 3,50099 + 6,70141(X1) 0,17848 (X2) 0,22535(X1)(X2)
dengan X1 adalah Carbopol, X2 adalah sorbitol, dan X1X2 adalah interaksi antara
Carbopol dan sorbitol.
2)

Respon daya sebar


Gambar 2 menunjukkan bahwa penambahan faktor gelling agent Carbopol

pada sediaan gel dengan faktor humektan sorbiol level rendah maupun level tinggi
akan menimbulkan efek penurunan pada respon sifat fisik daya sebar sebesar
90,73%. Gambar 2 juga menunjukkan bahwa penambahan faktor humektan
sorbitol pada sediaan gel dengan faktor gelling agent Carbopol level rendah
maupun level tinggi akan menimbulkan efek kenaikan pada respon sifat fisik daya
sebar sebesar 6,47%.

Gambar 2. Efek (a)Carbopol dan (b)sorbitol terhadap respon daya sebar

Persamaan desain faktorial untuk respon daya sebar adalah :


Y = 4,89722 2,01852(X1) + 0,11333 (X2) 0,11852(X1)(X2)
dengan X1 adalah Carbopol, X2 adalah sorbitol, dan X1 X2 adalah interaksi antara
Carbopol dan sorbitol.

3.5. Area komposisi optimum


Pencarian area komposisi optimum dari Carbopol dan sorbitol berfungsi
untuk dapat menghasilkan sediaan gel ekstrak etanoldaun binahong yang
memenuhi sifat fisik yang dikehendaki. Area komposisi optimum didapatkan
dengan menggunakan superimposed contour plot. Area arsiran berwarna kuning
merupakan area komposisi optimum dan masuk range untuk mendapatkan
sediaan gel ekstrak etanol daun binahong dengan sifat fisik yang dikehendaki.
Sedangkan arsiran berwarna abu-abu merupakan area diluar range setelah plot
data contour plot kedua faktor.

Gambar 3. Superimposed contour plot gel ekstrak etanol daun binahong

3.6. Validasi area komposisi optimum


Validasi area komposisi optimum dilakukan dengan mencuplik satu titik
secara acak pada area optimum yang diarsir. Hasil pencuplikan didapatkan
sediaan gel dengan Carbopol sebanyak 0,73 gram dan sorbitol sebanyak 5,26
gram. Hasil respon sifat fisik dan daya sebar yang dihasilkan kemudian dianalisis
dengan uji T untuk melihat apakah terdapat perbedaan dengan hasil teoritis yang
didapatkan dari model persamaan. Dari hasil analisis statistik, kedua respon sifat
fisik hasil validasi berbeda tidak bermakna dengan respon fisik teoritis yang
didapatkan dari perhitungan persamaan. Hal ini menunjukkan bahwa persamaan
yang didapatkan dari penelitian ini valid.

3.7. Uji stabilitas gel ekstrak etanol daun binahong


1)

Viskositas
Empat formula gel yang dibuat melalui 3 siklus uji stabilitas freeze thaw

dengan respon viskositas yang diukur setiap akhir siklus. Seluruh data viskositas
ini diuji variansi secara statistika untuk melihat adanya pergeseran yang
signifikan. Secara viskositas keempat formula menunjukkan linearitas yang
konstan dari waktu ke waktu. Grafik pergeseran viskositas dicantumkan pada
gambar 4.

Gambar 4. Grafik pergeseran viskositas gel ekstrak etanol daun binahong


selama 3 siklus freeze-thaw

Analisis variansi secara statistika menunjukkan keempat formula stabil


karena pergeseran viskositas selama 3 siklus uji freeze thaw berbeda tidak
bermakna yang ditandai dengan nilai p > 0,05 seperti tertera pada tabel IV.
Tabel IV. Hasil analisis variansi pergeseran viskositas
Uji
Jenis Data
Formula
Nilai p
variansi
ANOVA
0,0886
1
ANOVA
0,447
Pergeseran
a
ANOVA
0,75
Viskositas
ab
ANOVA
0,37
b
2)

Daya sebar
Empat formula gel yang dibuat melalui 3 siklus uji stabilitas freeze thaw

dengan respon daya sebar yang diukur setiap akhir siklus. Seluruh data daya sebar
ini diuji variansi secara statistika untuk melihat adanya pergeseran yang
signifikan. Grafik pergeseran daya sebar dicantumkan pada gambar 5.

Gambar 5. Grafik pergeseran daya sebar gel ekstrak etanol daun binahong
selama 3 siklus freeze-thaw
Analisis variansi secara statistika menunjukkan formula 1, a, dan b stabil
karena pergeseran daya sebar selama 3 siklus uji freeze thaw berbeda tidak
bermakna yang ditandai dengan nilai p > 0,05, sedangkan formula ab memiliki
daya sebar yang tidak stabil seperti tertera pada tabel V.

Tabel V. Hasil analisis variansi pergeseran daya sebar


Uji
Jenis Data
Formula
Nilai p
variansi
ANOVA
0,727
1
ANOVA
0,0579
Pergeseran
a
ANOVA
0,32
Daya Sebar
b
ANOVA
0,00431
ab
4.

Kesimpulan dan Saran

4.1. Kesimpulan
1.

Sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)


Steenis) didapatkan nilai sifat fisik dan stabilitas yang baik saat
diformulasikan menjadi sediaan gel dengan komposisi gelling agent
Carbopol 940 dan humektan sorbitol

2.

Carbopol sebagai gelling agent memberikan faktor yang dominan dengan


kontribusi sebesar 97,52% terhadap respon viskositas dan 90,73% terhadap
respon daya sebar.

3.

Area optimum komposisi gelling agent carbopol dan humektan sorbitol


dalam sediaan gel ekstrak etanol daun binahong (Anredera cordifolia (Ten.)
Steenis) didapatkan dengan superimposed contour plot.

4.2. Saran
1.

Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk menggunakan instrumen


pengukuran viskositas yang lain, seperti Brookfield viscometer.

2.

Pada penelitian selanjutnya, dapat menggunakan pengujian stabilitas


dipercepat (Freeze and thaw) dengan siklus yang lebih dari 3 (minimum
standar).

3.

Pada penelitian selanjutnya, disarankan untuk melakukan uji aktivitas


sediaan gel sebagai anti-acne terhadap bakteri P.acnes dan S.epidermidis.

5. Daftar Pustaka
Aeni, L. N., Sulaiman, T. N. S., Mulyani, S., 2012, Formulasi Gel Mukoadhesif
Kombinasi Minyak Cengkeh dan Getah Jarak Pagar Serta Uji Aktivitas

Antibakteri Terhadap Streptococcus Mutant, Majalah Farmaseutik,


vol.8(1)
Ariani, S., Loho, L., Durry, M. F., 2013, Khasiat Daun Binahong (Anredera
cordifolia (Ten.) Steenis) Terhadap Pembentukan Jaringan Granulasi dan
Reepitelisasi Penyembuhan Luka Terbuka Kulit Kelinci, Jurnal eBiomedik, 1(2) : 915.
Barel, A. O., Paye, M., Maibach, H. I., 2014, Handbook of Cosmetic Science and
Technology, Fourth Edition, CRC Press, New York, p. 99.
Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan RI, 1995, Farmakope
Indonesia, jilid IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta,
hal. 765.
Garg, A., Aggarwal, D., Garg, S., and Singla, A. K., 2002, Spreading of Semisolid
Formulations : An Update, Pharmaceutical Technology, September
2002, 84-105.
Hernandez, N. E., Tereschuk, M. L., Abdala, L. R., 2000, Antimicrobial Activity
of Flavonoids in Medicinal Plants from Tafi del Valle (Tucuman,
Argentina), Journal of Ethnopharmacology, 73(1-2) : 317-22.
Kolhe, P., Shah, M., Rathore, N., 2013, Sterile Product Development, Springer,
New York, pp. 20-21
Leyden, J. J., and Rawlings, A. V., 2002, Skin Moisturization, Marcel Dekker Inc,
New York, pp. 245-249.
Prijayanti, A. J., 2011, Uji Aktivitas Anti Bakteri Fraksi Daun Binahong
(Anredera cordifolia (Tenore) Steen) Terhadap Propionibacterium acnes
ATCC 6919 dan Staphylococcus epidermidis FNCC 0048, Skripsi,
Fakultas MIPA : Universitas Islam Indonesia Yogyakarta.
Rowe, R. C., Sheskey, P. J., Quinn, M. E., 2009, Handbook of Pharmaceutical
Excipients, 6th edition, Pharmaceutical Press and American Pharmacists
Association, USA, pp. 110-113, 441-445, 754-755.
Swanson, H., 2016, Flavonoids, Inflammation and Cancer, World Scientific,
Singapore, p.36
Voight, R., 1994, Buku Pelajaran Teknologi Farmasi, edisi kelima, UGM Press,
Yogyakarta, hal. 340-341, 577-578.
Wasitaatmadja, S. M., 1997, Penuntun Ilmu Kosmetik Medik, UI-Press, Jakarta,
pp. 59-60.

You might also like