You are on page 1of 12

JURNAL TUGAS AKHIR

KARAKTERISTIK ASPAL POROUS YANG MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH


POLYPROPYLENE DENGAN BAHAN PENGIKAT KOMBINASI ASPAL MINYAK DAN
LIQUID ASBUTON

Oleh :
PANDU PERDANA GULTOM
D111 07 131

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013

KARAKTERISTIK ASPAL POROUS YANG MENGGUNAKAN BAHAN TAMBAH


POLYPROPYLENE DENGAN BAHAN PENGIKAT KOMBINASI ASPAL MINYAK DAN
LIQUID ASBUTON
N. Ali1, T.Hartanto 2 , P.Gultom 3
ABSTRACT
Porousasphaltisanewgenerationofflexiblepavementusingopengradedaggregatewhichhasafractionof
coarseaggregatenotlessthan85%ofthetotalweightofthemixturetoobtainahighercavity,whichservesasarough
surfacedrainageontheroadsurfacethatallowwatertoseepintotheupperlayerisverticalandhorizontal,theability
toreducenoiseandincreasethefrictionbetweentheroadsurfacebyvehicletires.Theincreasingneedforanational
asphaltrequiresPertaminatoimportalmosthalfoftotaldomesticdemand.Onealternativethatcouldbeconsideredto
reduceimportsandimprovetheperformanceofasphaltmixturesistoutilizeliquidasphaltasbuton.Liquidasbutonis
anewtechnologyofprocessingasbutonrockcontaining70%binderand30%mineral,whichisexpectedtobeusedas
a mixture of petroleum asphalt that has been used as a binder in the asphalt mixture. The problem is how the
performanceofthecombinationofoilandliquidasphaltasbutonwhenusedasabinderintheporousasphaltmixtures.
Totest the performanceof porous asphalt, hasbeenstudied inthelaboratory bycreatinga testobject using open
graded versionofthe FHWA totalof 160 specimens with6 variationsin levelsof binder contentof asphalt with a
combinationof 40% oil and60% liquid asphalt asbutonandwith4variationsinlevelsofadditionalmaterialof
polypropylene .Fromthe results obtained thetestresults cantabro losstestresults rangingfrom 7.70% 51.37%,
porosityranges11.67%16.27%,permeabilityrangesfrom0.064cm/sec0.134cm/sec,stabilityrangesfrom857.07
kg967.12kg,andbinderdraindownaround0.08%0.20%.
Keywords: porous asphalt,the combinationof 40% petroleum asphalt 60% asbutonliquid, cantabro, open graded,
FHWA,polypropylene.

PENDAHULUAN
Aspal poros merupakan generasi baru
dalam perkerasan lentur. Aspal poros adalah
campuran aspal dengan agregat tertentu yang
didesain setelah dipadatkan mempunyai poripori udara yang membolehkan air meresap
secara vertical dan horizontal. Aspal poros
umumnya memiliki nilai stabilitas marshall
yang lebih rendah dari aspal beton yang
menggunakan gradasi rapat, stabilitas
marshall akan meningkat bila gradasi terbuka
yang digunakan lebih banyak fraksi halus.
(Cabrera & Dixon, 1994)
Aspal poros merupakan salah satu
alternatif untuk meningkatkan keselamatan di
jalan dan mengurangi kebisingan (noise
reduction). Aspal poros didesain untuk
mendapatkan kadar rongga yang besar untuk
meneruskan aliran air ke saluran samping dan
lapisan dasar yang kedap air untuk mencegah

air meresap ke lapis subbase dan badan jalan


sehingga genangan air di atas permukaan
jalan yang seringkali terjadi setelah hujan dan
mengganggu kelancaran arus lalu lintas dapat
diminimalisir. Kondisi ini dimungkinkan
karena gradasi yang digunakan merupakan
gradasi terbuka yang memiliki fraksi agregat
kasar tidak kurang dari 85% dari berat total
campuran. (Media Teknik Sipil, Setyawan A.
Sanusi, 2005)
Beberapa negara telah menetapkan
standar desain campuran agregat untuk
gradasi terbuka. Salah satunya adalah
Amerika.Penggunaan gradasi terbuka (konsep
mastik aspal dari British) lebih cocok
digunakan untuk aspal modifikasi (terutama
untuk lapis tipis) daripada menggunakan
gradasi tertutup (konsep gradasi menerus
menurut teori Amerika) yang biasanya
dipakai untuk lapis penutup.

Dosen,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA
Dosen,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA
3
Mahasiswa,JurusanTeknikSipil,UniversitasHasanuddin,Makassar90245,INDONESIA
2

Polypropylene merupakan salah satu


plastik polimer yang memiliki rumus kimia
C3H6. Bahan ini biasa digunakan sebagai
pembentuk plastik (kotak makanan) dan
digunakan sebagai serat (fiber). Pada
penelitian ini Polypropylene yang digunakan
adalah yang berbentuk serat.
Dari uraian diatas maka tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui pengaruh bahan
tambah polypropylene terhadap kinerja aspal
porous yang menggunakan gradasi terbuka
versi Federal Highway Administration
(FHWA) dengan kombinasi 40% aspal
minyak 60% liquid asbuton sebagai bahan
pengikat.
METODOLOGI
Metode eksperimen sungguhan (true
experimental research) digunakan dalam
penelitian ini dengan mengadakan kegiatan
percobaandilaboratorium.Agregatdiperoleh
dari Sungai BiliBili Kecamatan Parangloe
hasil stone crusher PT. Cisco Sinar Jaya
Propinsi Sulawesi Selatan, sedangkan aspal
minyak dan liquid Asbuton diambil dari
Laboratorium Bidang Pengujian dan
PengembanganTeknologiDinasBinaMarga
Propinsi Sulawesi Selatan yang selanjutnya
dilakukan observasi terhadap nilainilai
karakteristikbahandiLaboratoriumRekayasa
Transportasi Jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin. Berikutnya dibuat
benda uji dengan enam variasi kadar aspal
danempatvariasipenambahanpolypropylene
untukpengujianpermeabilitas,marshalltest,
cantabrolossdanbinderdraindown.
Bahan-bahan yang digunakan dalam
campuran aspal porous terlebih dahulu diuji
karakteristik dari masing-masing bahan baik
agregat kasar (tabel 1), agregat halus (tabel 2)
maupun pengujian terhadap aspal minyak
(pen 60/70) dimana metode pengujian
mengacu pada SNI (tabel 3) dan pengujian ini
dilakukan di laboratorium. Spesifikasi dari
pengujian aspal berpori dapat dilihat pada
tabel 4. Sedangkan jumlah benda uji tiap
variasi kadar aspal benda uji dapat dilihat
pada tabel 5
Tabel 1. Karakteristik bahan agregat kasar

Jenis
Pengujian
Berat Jenis
Curah (Bulk)
Berat Jenis SSD
Berat Jenis
Semu
Penyerapan Air
Keausan
Agregat
(Abration)
Indeks
Kepipihan
Indeks
Kelonjongan

Metode
Pengujian
SNI-03-19691990
SNI-03-19691990
SNI-03-19691990
SNI-03-19691990
SNI-03-24171991
SNI-M-251991-03
SNI-M-251991-03

Satuan

Syarat

2,5

3,0

40

25

25

(sumber: Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina


Marga)

Tabel 2. Karakteristik bahan agregat halus


Jenis
Pengujian
Berat Jenis
Curah (Bulk)
Berat Jenis SSD
Berat Jenis
Semu
Penyerapan Air
Sand Equivalent

Metode
Pengujian
SNI-03-19691990
SNI-03-19691990
SNI-03-19691990
SNI-03-19691990
SNI-03-44281997

Satuan

Syarat

2,5

2,5

2,5

3,0

50

(sumber: Spesifikasi Umum Direktorat Jenderal Bina


Marga)

Tabel 3. Standar pengujian benda uji


Jenis pengujian

Standar Pengujian

Binder drain-down

Marshall test

AASHTO T305
Simposium III FSTPT, ISBN
No. 979-96241-0-X
SNI-06-2489-1991

Cantabro loss

ASTM C-131

Permeabilitas

Tabel 4. Spesifikasi Aspal Berpori


Stability
Flow
VoidinMix
MarshallQuestion
MarshallImmersion
Permeabilitas

>500Kg
26mm
10%25%
>200kg/mm
>75%
>101cm/detik

Porositas

10%30%

CantabroLoss

<15%

BinderDrainDown

<0,3%

Sumber: Nur Ali et al, 2010

Tabel 5. Jumlah benda uji


2

Jenis
Kadar
Penguji Aspal
an
(%)

4,5

Permea
bilitas

5,5

6,5

4,5

5
Cantab
ro Loss
5,5

6,5
4,5

Kadar
Polypr
opylen
e
(%)
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0

Jumlah
Benda
Uji
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Standar
Penguji
an

Marsha
ll Test
Simpos
ium III
FSTPT,
ISBN
No.
979962410-X

5,5

6,5

4,5

C-131

0
1
2
3
0
1
2

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

0
1
2

2
2
2

3
0
1
6
2
3
0
1
6,5
2
3
Jumlah Total Benda Uji

5,5

0624891991

2
2
2
2
2
2

3
Binder
Drain
Down
Test

ASTM

1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3
0
1
2
3

AASH
TO
T 305

2
2
2
2
2
2
2
2
160

HASIL DAN PEMBAHASAN


SNI3

Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat


Hasil Pengujian Sifat Fisik Agregat
yangdiambildariSungaiBiliBiliKecamatan
ParangloehasilstonecrusherPT.CiscoSinar
Jaya PropinsiSulawasiSelatandiperlihatkan
padaTabel 6, 7 dan 8,Karakteristikagregat
kasar dan karakteristik agregat halus telah
memenuhisyaratspesifikasiuntukdigunakan
sebagaiagregatcampuranberaspal.
Tabel 6. Hasil pengujian sifat fisik agregat kasar
Jenis Pengujian

Sat.

Hasil

Spek.

Berat Jenis Curah


(Bulk)

gr/cc

2,61

2,5

Berat Jenis SSD

gr/cc

2,63

2,5

Berat Jenis Semu

gr/cc

2,66

2,5

Penyerapan Air

0,81

3,0

Keausan Agregat
(Abration)

15,63

40

Indeks Kepipihan

8,42

25

Indeks Kelonjongan

16,81

25

Persentase batu pecah, pasir dan abu batu


adalah 90%, 5% dan 5% dari berat Agregat.
Agregat yang digunakan didesain dan dibuat
berdasarkan gradasi terbuka versi FHWA
dengan komposisi yang diperlihatkan tabel 9.
Tabel 9. Gradasi campuran
Ukuran Saringan

Lolos (%)

13,2 mm

100,00

9,5 mm

97,31

4,75 mm

36,41

2,36 mm

7,00

0,075 mm

2,08

(sumber: Hasil Pengujian & Pengolahan Data)

(sumber: Hasil Pengujian & Pengolahan Data)

Tabel 7. Hasil pengujian sifat fisik agregat halus


Jenis Pengujian

Sat.

Hasil

Spek.

Berat Jenis Curah


(Bulk)

gr/cc

2,67

2,5

Berat Jenis SSD

gr/cc

2,56

2,5

Berat Jenis Semu

gr/cc

2,64

2,5

Penyerapan Air

1,99

3,0

Sand Equvalent

76,92

50

(sumber: Hasil Pengujian & Pengolahan Data)

Sat.

Hasil

Spek.

Berat Jenis Curah


(Bulk)

gr/cc

2,52

2,5

Berat Jenis SSD

gr/cc

2,59

2,5

Berat Jenis Semu

gr/cc

2,71

2,5

2,68

3,0

Penyerapan Air

(sumber: Hasil Pengujian & Pengolahan Data)

Penentuan Gradasi Campuran

Sifat Bahan Aspal Aspal


Hasil pengujian sifat-sifat fisik Aspal
(kombinasi 40% aspal minyak 60% liquid
asbuton) diperlihatkan pada Tabel 10.
Tabel 10. Karakteristik bahan Aspal
Jenis Pengujian
Penetrasi (25 C, 5 dtk,

Tabel 8. Hasil pengujian sifat fisik Debu Batu


Jenis Pengujian

Gambar 1. Grafik Gradasi Gabungan


(sumber: Hasil Pengujian & Pengolahan Data)

100 gr)
Penetrasi Setelah
Kehilangan Berat
Titik Nyala

Sat.
0,1
mm

59,70

Spek
40-60

81,83

Min 55

290

Min. 225

56,6

Min.55

gr/cc

1.34

Min. 1

Penurunan Berat
Viscositas 170 Cst
(Suhu Pencampuran)
Viscositas 280 Cst
(Suhu Pemadatan)

% berat

Daktilitas (25 C, 5
cm/menit)

Titik Lembek
Berat Jenis (25 C)

% semula

Hasil

0,24

Maks.2

152

141

cm

100

Min. 50

(sumber: Hasil Pengujian & Pengolahan Data)


4

Pengujian Cantabro loss


Gambar 2 menunjukkan hasil pengujian
CantabroLossberdasarkantabel11berikut.

0
%
1
%
2
%
3
%

Tabel 11 Hasil Pengujian


Cantabro Loss
4,5
5,5
6,5
%
5%
%
6%
%
51,3 16,8 10,4 16,4
7
0
9
4
7,70
18,6 13,5 14,3
4
2
7
8,53 7,87
26,6 17,0 10,0
10,9
2
7
5
7,84
1
24,4 18,9 12,2 13,4
2
1
0
8
7,99

Gambar3.Pengujiancantabroloss

(Sumber:Lab.RekayasaTransportasiUNHAS)

Pengujian Porositas
Gambar 4 menunjukkan hasil pengujian
Porositas berdasarkan tabel 12 berikut.
Tabel 12. Hasil Pengujian Porositas
0
%
1
%
2
%
3
%

4,5
%
16,2
7
13,8
4
17,4
4
17,2
2

5%
13,3
9
13,6
9
16,4
3
15,5
0

5,5
%
13,1
8
15,5
5
17,9
5
14,8
9

6%
12,4
0
13,1
8
13,7
8
13,8
1

6,5
%
11,6
7
11,9
8
14,1
2
12,8
2

Gambar 2. Hubungan antara kadar aspal


dengan Cantabro Loss
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 2
menunjukkan bahwa nilai cantabro loss
semakin kecil seiring dengan penambahan
kadar Aspal dan polypropylene. Dengan
melihat fenomena perilaku cantabro loss,
menunjukkan daya ikat antar agregat dalam
campuran semakin baik sehingga pemisahan
antara agregat saat dilakukan pengujian
cantabro loss dengan mesin Los Angeles
semakin kecil. Pada Gambar 2 terlihat benda
uji yang memenuhi spesifikasi nilai cantabro
loss yang diisyaratkan terjadi mulai dari kadar
aspal 5,5%.

Gambar 4. Hubungan antara kadar aspal


dengan porositas
Berdasarkan hasil analisis Gambar 4,
menunjukkan bahwa nilai Porositas semakin
kecil seiring penambahan kadar aspal dan
kadar Polypropylene. Hal ini terjadi karena
rongga-rongga dalam campuran akan diisi
oleh aspal dan Polypropylene. Nilaiporositas
menunjukkan persentase rongga dalam
campuran aspal porus setelah pemadatan
sehingga dapat mengalirkan air yang berada
permukaan melewati rongga-rongga yang
berada dalam lapisan aspal porus menuju ke

saluran drainase baik secara horisontal


maupun pengaliran secara vertikal.

atau
kemampuan
campuran
untuk
mengalirkan air dari permukaann aspal
porous.

Pengujian Permeabilitas
Gambar 5 menunjukkan hasil pengujian
Permeabilitas berdasarkan tabel 13 berikut.

Tabel 13. Hasil Pengujian permeabilitas


0
%
1
%
2
%
3
%

4,5
%
0,13
4
0,08
1
0,07
2
0,06
9

5%
0,10
6
0,06
5
0,05
7
0,05
5

5,5
%
0,08
3
0,06
3
0,04
7
0,04
6

6%
0,09
7
0,05
7
0,03
9
0,04
8

6,5
%
0,06
4
0,05
1
0,02
9
0,03
3

Gambar6.Pengujianpermeabilitas

(Sumber:Lab.RekayasaTransportasiUNHAS)

Pengujian Binder Drain-Down


Gambar 7 menunjukkan hasil pengujian
Binder Drain Down berdasarkan tabel 14
berikut.
Tabel 14. Hasil Pengujian Binder Drain Down
0%
1%
2%
3%

4,5%
0,08
0,06
0,05
0,04

5%
0,09
0,07
0,06
0,05

5,5%
0,12
0,10
0,09
0,08

6%
0,18
0,16
0,14
0,13

6,5%
0,20
0,18
0,17
0,16

Gambar 5. Hubungan antara kadar aspal


dengan permeabilitas
Peningkatan rongga dalam campuran
sangat
berpengaruh
terhadap
nilai
permeabilitas. Dalam campuran porus aspal,
jumlah agregat kasar dan gradasi sangat
menentukan nilai rongga dalam campuran,
selanjutnya mempengaruhi nilai permeabilitas
Berdasarkan hasil analisis Gambar 5
menunjukkan bahwa koefisien permeabilitas
semakin
menurun
dengan
semakin
bertambahnya kadar aspal dan kadar
Polypropylene. Hal ini disebabkan karena
dengan semakin banyaknya aspal dan
Polypropylene yang menutupi rongga dalam
campuran aspal porous, yang berakibat pada
berkurangnya nilai koefisien permeabilitas

Gambar 7. Hubungan antara kadar Aspal


dengan Binder Drain Down
Berdasarkan hasil analisis Gambar 7
menunjukkanbahwanilai binderdraindown
semakin meningkat seiring bertambahnya
nilai kadar aspal.Dan dari hasil pengujian
6

dengan variasi penambahan Polypropylene,


dapat mempengaruhi persentase dari drain
down yang menjadi lebih rendah. Nilai
terbesarterjadipadakadar Aspal 6.5% pada
variasi kadar Polypropylene 0% dengan
persentase agregat yaitu 0.20%. Hasil ini
menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh
sudah memenuhi spesifikasi binder drain
down yang diisyaratkan yaitu maksimum
0.3% dari berat total campuran sebelum
dipadatkan.

Gambar 9. Hubungan antara kadar Aspal


dengan VIM
Berdasarkan hasil analisis Gambar 9
menunjukkan bahwa nilai VIM menurun
dengan bertambahnya kadar aspal dan kadar
Polypropylene.
Nilai VIM pada dasarnya mirip dengan
nilai porositas. Nilai VIM yang diperoleh
telah memenuhi spesifikasi stabilitas aspal
poros untuk lalu lintas sedang yaitu 10 25%.
Hubungan kadar aspal dengan Stabilitas
Gambar 10 menunjukkan nilai Stabilitas
berdasarkan tabel 16 berikut.

Gambar8.Pengujianbinderdraindown
(Sumber:Lab.RekayasaTransportasiUNHAS)

Hubungan kadar Aspal dengan Void In Mix


(VIM)
Gambar 9 menunjukkan nilai Void in Mix
(VIM) berdasarkan tabel 15 berikut.
Tabel 15. Hasil Pengujian Marshall (VIM)
0
%
1
%
2
%
3
%

4,5%

5%

5,5%

6%

6,5%

14,17

13,53

14,30

13,27

12,22

12,54

12,78

13,26

12,30

11,04

12,52

14,63

13,56

13,44

12,15

14,35

14,45

14,07

13,61

12,44

Tabel 16. Hasil Pengujian Marshall


(Stabilitas)
0
%
1
%
2
%
3
%

4,5%
967,
12
863,
13
839,
66
779,
88

5%
868,
97
840,
22
803,
90
716,
96

5,5%
823,
36
804,
26
738,
20
653,
28

6%
910,
17
842,
07
779,
34
703,
18

6,5%
857,
07
788,
41
752,
12
667,
83

Gambar 10. Hubungan antara kadar Aspal


dengan stabilitas
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 10
menunjukkan bahwa nilaistabilitas menurun
dengan bertambahnya kadar aspal dan dan
bahan Polypropylene berpengaruh terhadap
penurunannilaistabilitasseiringpenambahan
kadar Polypropylene. Hal ini disebabkan
kadar bitumen yang tinggi akan mengikat
agregat lebih kuat sehingga agregat akan
kokoh pada posisinya. Stabilitas marshall
menurunpadasaatkadaraspalsudahmelebihi
kadar Aspal optimum. Hal ini akan
mengakibatkanterjadinyableeding.
Tabel 18. Hasil Pengujian Marshall (Marshall
Quotient)
0
%
1
%
2
%
3
%

4,5%
509,0
1
317,3
1
437,4
3
577,6
9

5%

5,5%

344,25

364,11

369,76

365,91

481,25

356,86

348,67

391,59

6%
270,5
2
352,8
8
359,9
5
648,2
0

6,5%
378,3
2
337,5
9
324,1
8
289,7
9

Gambar 11. Hubungan antara kadar Aspal


dengan flow
Berdasarkan hasil analisis, Gambar 11
memperlihatkan bahwa nilai flow semakin
meningkat dengan semakin bertambahnya
kadar aspal,namun nilainya semakin menurun
seiring penambahan kadar Polypropylene. Hal
ini disebabkan oleh pengaruh dari aspal yang
bersifat plastis. flow merupakan parameter
empirikuntukmengukurkelenturancampuran,
yaitu kemampuan untuk mengikuti deformasi
yangterjadiakibatlalulintas,tanpatimbulnya
retak dan perubahan volume. Suatu campuran
yang memiliki kelelehan yang rendah akan
lebih kaku dan kecenderungan untuk
mengalamiretakdinipadausiapelayanannya.
Hubungan kadar Aspal dengan marshall
quotient
Gambar 12 menunjukkan nilai Stabilitas
berdasarkan tabel 18 berikut.

Hubungan kadar aspal dengan flow


Gambar 11 menunjukkan nilai Stabilitas
berdasarkan tabel 17 berikut.

Tabel 17. Hasil Pengujian Marshall (Flow)


4,5%
0% 1,90
1% 2,73
2% 1,93
3% 1,35

5%
2,53

5,5%
2,45

6%
3,38

6,5%
2,32

2,28
1,80
2,13

2,20
2,08
1,69

2,43
2,22
1,20

2,45
2,62
2,41

Gambar 12. Hubungan antara kadar Aspal


dengan Marshall Quotient
Berdasarkan hasil analisis pada Gambar 12
diperoleh nilai marshall quotient
yang
semakin kecil dengan bertambahnya kadar
aspal. Parameter marshall quotient (MQ)
8

merupakan perbandingan antara stabilitas


dengan flow. Nilai marshall quotient (MQ)
merupakan indikator kelenturan campuran
yang potensial terhadap keretakan.

Gambar 15. Kadar Aspal Optimum Kadar


Polypropylene1%

Gambar13Pengujianmarshall
(Sumber:Lab.RekayasaTransportasiUNHAS)

Kadar Aspal Optimum


Penentuan Kadar aspal optimum
ditentukandarihubunganbeberapaparameter
pengujian mix design aspal porus dengan
variasi penambahan Polypropylene seperti
terlihatpadaGambar14,Gambar15,Gambar
16,danGambar17berikut.
Gambar 16. Kadar Aspal Optimum Kadar
Polypropylene2%

Gambar 14. Kadar Aspal Optimum Kadar


Polypropylene0%
Gambar 17. Kadar Aspal Optimum Kadar
Polypropylene3%

KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan
Dari hasil analisa data yang diperoleh
dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan
sebagai berikut :
1. DenganpenambahanPolypropylenedalam
campuran aspal porus dengan kombinasi
aspal minyak dan liquid asbuton sebagai
pengikat menunjukkan perubahan
karakteristikaspalporusmengikutijumlah
penambahan kadar Polypropylene pada
campuran
2. Pada saat proses pencampuran
Polypropylene ke dalam aspal,
Polypropylene mengalami penggumpalan
dan terapung ke permukaan aspal.
sehingga Polypropylene tidak tercampur
merata(larut)didalamaspal.
3. Nilai Kadar Aspal Optimum yang
diperoleh dari hasil analisis grafik
hubungan beberapa parameter yaitu
cantabro, porositas, permeabilitas,
stabilitasmarshall,flow,marshallquotient
dan binder drain down didapatkan nilai
kadar aspal optimum yaitu 5,40% untuk
kadar Polypropylene 0 %, sedangkan
untuk kadar Polypropylene 1%, 2%, dan
3% tidak didapat nilai Kadar Aspal
Optimumnyadikarenakanpadasalahsatu
parameternya yaitu pada pengujian
permeabilitas tidak memenuhi spesifikasi
yang disyaratkan. Sehingga dapat
disimpulkan, Polypropylene Fiber Mesh
memberikan pengaruh yang kurang baik
padakarakteristikaspalporous.
Saran saran
1. Perlu dilakukan penelitian tentang aspal
porus menggunakan kombinasi aspal
minyak dan liquid asbuton dengan
penambahan Polypropylene dalam
campuran aspal porus. Namun dari hasil
penelitianini,bahantambahPolypropylene
Fiber Mesh memberikan pengaruh yang
kurang baik pada karakteristik aspal
porous, sehingga tidak direkomendasikan

untukdipakaisebagaibahantambahpada
campuranaspalporous.
2. Pada saat proses pencampuran
Polypropylene ke dalam aspal,sebaiknya
dilakukan secara bertahap. Polypropylene
yang akan dicampurkan ke dalam aspal
dibagimenjadibeberapabagian,kemudian
dicampurkankedalamaspalsedikitdemi
sedikitsehinggadiharapkanPolypropylene
tersebutakanlarutdidalamaspal.
3. Perludilakukanujicobapenggunaanaspal
porus untuk ruasruas jalan di Indonesia
khususnyapadadaerahdengancurahhujan
sertatingkatkecelakaanyangtinggi.

DAFTAR PUSTAKA
Setyawan, Ary Sanusi. 2005. Observasi
Properties Aspal berpori Berbagai
Gradasi Dengan Material Lokal.
Surakarta:MediaTeknikSipil.hal.1520
Ali, N. 2010. Kajian Eksperimental
Campuran Aspal Berpori Menggunakan
Liquid Asbuton Sebagai Bahan Subsitusi
Aspal Minyak Pada Lapis Permukaan
Jalan.
Cabrera. J. G and Dixon. J. R. 1994.
Performance
and
Durability
of
Bituminous Material, Proceeding of
Symposium University of Leeds.
London.
Direktorat Jenderal Bina Marga. 2010. BAB
VII Spesifikasi Umum, Departemen
Pekerjaan Umum.
Irwan. 2012. Studi Penggunaan Aspal
Kombinasi Pada Campurn Aspal
PorousGradasiVersiFederalHighway
Administration (FHWA). Makassar:
UniversitasHasanuddin.
Pradana, Rezky. 2012.
Analisis
Eksperimental Aspal Porous
Menggunakan Bahan Tambahan Serat
Ijuk Dengan Bahan Pengikat Aspal
Minyak.
Makassar: Universitas
Hasanuddin.
Penuntun Praktikum edisi keenam. 2010.
Laboratorium Rekayasa Transportasi
10

Jurusan Sipil Fakultas Teknik

Universitas Hasanuddin. Makassar:


UniversitasHasanuddin.

11

You might also like