You are on page 1of 11

EFEK LARVASIDA EKTRAK KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L)

TERHADAP LARVA Anopheles sp.


Soebaktiningsih1) Dwi Nurwulan Pravitasari2) Badlina Fitrianisa Yulianingrum3)
1)
Staff Pengajar Parasitologi FK UMM;
2)
Staff pengajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK UMM;
3)
Mahasiswa Jurusan Pendidikan Dokter FK UMM
Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang
Jl. Bendungan Sutami No. 188-A, Malang
badlinafitrianisa@gmail.com

ABSTRACT
Chemical insecticides cause environment pollution. Mangosteen contains active
substances such as tannin, saponin, and flavonoid which have a function as a larvicides
against Anopheles sp.
The aim is to knowing the larvicidal effect of mangosteen peel extract against
Anopheles sp. It used true experimental-post test only control group design method divided
into 7 groups with 10 larvae each group. One group positive control, one group negative
control and five test groups of mangosteen peel extract with 100 ppm, 200 ppm, 500 ppm,
1000 ppm, 1500 ppm concentration respectively and repeated three times.
Data analysis used One-Way ANOVA, Correlation and Regression. One-Way ANOVA
found the different significant p=0,000 (p<0.05) between control and test group. By pearson
correlation found the strength of mangosteen peel extract against dead larvae was 0,896.
Regression test shown 80% (1000 ppm) mangosteen peel extract cause all Anopheles
larvaes died. LC50 (500 ppm) at 8th hour and LC90 (1000 ppm) at 24th hour. Abate affect
more and faster larvae died than mangosteen peel extract, but harmful to the environment
and cause resistance.
Conclusion: The mangosteen peel extract has potential as larvicidal against
Anopheles sp larvae.
Key Words: Mangosteen peel extract (Garcinia mangostana L), Anopheles sp, larvicidal
effect, LC50, LC90.

ABSTRAK
Yulianingrum, Badlina Fitrianisa. 2016. Efek Larvasida Ektrak Kulit Manggis (Garcinia
mangostana L) Terhadap Larva Anopheles sp. Tugas Akhir, Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Malang. Pembimbing: (1) Soebaktiningsih (2) Dwi
Nurwulan Pravitasari
Penggunaan insektisida kimia mengakibatkan terjadinya pencemaran lingkungan.
Manggis mengandung zat aktif tanin, saponin, dan flavonoid yang berfungsi sebagai
larvasida terhadap larva Anopheles.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek larvasida ekstrak kulit manggis
(Garcinia mangostana L) terhadap larva Anopheles sp.
Penelitian ini menggunakan metode true eksperimental-post test only control group
design terbagi menjadi 7 kelompok dengan jumlah 10 larva tiap kelompok. Satu kelompok
kontrol positif, satu kelompok kontrol negatif, dan lima kelompok perlakuan konsentrasi kulit
manggis 100 ppm, 200 ppm, 500 ppm, 1000 ppm, 1500 ppm dan diulang tiga kali.
Analisis data menggunakan uji One-Way ANOVA, uji Korelasi dan uji Regresi. Uji
One-Way ANOVA didapatkan perbedaan bermakna p=0,000 (p<0.05) antara kelompok
kontrol dan perlakuan. Uji korelasi Pearson didapatkan hubungan kuat ekstrak kulit manggis
dan jumlah larva mati sebesar 0,896. Uji regresi menunjukkan 80% (1000 ppm) ekstrak kulit
manggis menimbukan kematian semua larva Anopheles. LC50 (500 ppm) pada jam ke-8 dan
LC90 (1000 ppm) pada jam ke-24. Efek abate lebih cepat dan lebih banyak larva mati
dibanding ekstrak kulit manggis tetapi mengganggu lingkungan dan menimbulkan resistensi.
Kesimpulan: Ekstrak kulit manggis berpotensi sebagai larvasida terhadap larva
Anopheles sp.
Kata kunci: Ekstrak Kulit Manggis (Garcinia mangostana L), larva Anopheles sp, efek
larvasida, LC50, LC90.

PENDAHULUAN
Nyamuk merupakan salah satu

vektor penyakit malaria, filariasis dan

masalah serius bagi manusia, karena

Japanese Encephalitis (JE). Di negara

beberapa

tropis dan subtropis, termasuk Indonesia,

merupakan

spesies
vektor

nyamuk
penyakit

tertentu
yang

malaria

masih

merupakan

masalah

berbahaya bagi manusia, salah satunya

kesehatan yang serius1. Pada tahun 2011

genus Anopheles yang berperan sebagai

masih terjadi peningkatan kasus maupun


2

Kejadian Luar Biasa (KLB) malaria di 9

Provinsi lainnya. Hasil surveilans JE di 8

kabupaten/kota di 7 provinsi yaitu Provinsi

provinsi tersebut, tahun 2014 dari 100

Sumatera

Barat,

sampel 12,2% diantaranya positif JE dan

Lampung, Jawa Tengah, Jawa Timur,

tahun 2015 dari 100 sampel positif JE

Kalimantan

15,7%.

Utara,
Tengah

Sumatera
dan

Tenggara . Tiga provinsi

Sulawesi

Sebanyak

30-40%

kasus

JE

dengan API

berakhir dengan kematian, sedangkan 60-

(Annual Parasite Incidence) tertinggi per

70% sembuh dengan gejala sisa dari

1.000 penduduk yaitu Papua (29,57),

ringan hingga berat6.

Papua Barat (20,85) dan Nusa Tenggara

Menurut World Health Organization

Timur (NTT) (12,81) sedangkan provinsi

(WHO),

dengan API terendah yaitu DKI Jakarta,

dapat

Banten, dan Bali masing-masing sebesar

menurunkan

(0,00). Sebanyak 80% kasus malaria

penyebaran nyamuk Anopheles selain

berasal dari NTT, Maluku, Maluku Utara,

menggunakan metode penyemprotan dan

Papua Barat, dan Papua3. Untuk kasus

penggunaan

filariasis, terdapat 1,3 miliar penduduk

Pengendalian

yang berisiko tertular penyakit kaki gajah

menggunakan

di lebih dari 83 negara di dunia dan 60%

dengan bahan utama organoklorin dan

kasus berada di Asia Tenggara4. Pada

organofosfat. Penggunaan larvasida kimia

tahun 2009, jumlah kabupaten/kota yang

sintetik

endemis filariasis meningkat menjadi 356

manusia, faktor teknis, faktor operasional,

kabupaten/kota dari 495 kabupaten/kota di

faktor ekologi dan ekonomi. Meskipun efek

Indonesia atau sebesar 71,9% sedangkan

terhadap larva efektif dan penggunaannya

139

praktis, namun dapat menimbulkan efek

kabupaten/kota

(28,1%)

tidak

pengendalian larva Anopheles


dijadikan

belum

salah

atau

kelambu

satu

mengendalikan

berinsektisida.

larva
bahan

berhasil

cara

umumnya
kimia

sintetik

karena

endemis filariasis . Selain malaria dan

merugikan

filariasis, kasus lain yaitu JE sporadis

kesehatan masyarakat, organisme non

terjadi

target,

dan

selalu

menjadi

ancaman

lingkungan yang buruk yang terdapat di


melalui

Kementerian

Subdit

Pengendalian

Arbovirosis
Penyakit

tidak

mudah

lingkungan,
terurai

serta

meningkatkan resistensi7.

karena faktor resiko vektor dan kondisi


masyarakat.

terhadap

faktor

Hal ini mendorong dilakukannya

Kesehatan,

penelitian upaya pencarian larvasida yang

Direktorat

ramah lingkungan, biayanya murah, tepat

Bersumber

sasaran

dan

mudah

terurai

sebagai

Binatang sedang melakukan penguatan

pengganti larvasida kimia sintetik. Salah

surveilans JE di 8 Provinsi yaitu Bali,

satunya

adalah

Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, NTT,

(Garcinia

mangostana

Sumatera Utara, Maluku, Jawa Tengah

pemanfaatan kulit buahnya8. Kulit manggis

dan NTB, dan akan dikembangkan di

(Garcinia mangostana L.) mengandung


3

tanaman
L.),

manggis
terutama

senyawa metabolit sekunder golongan

volume

larutan

dalam

gelas

plastik

alkaloid, triterpenoid, saponin, flavonoid,

sebesar 100cc . Kelompok kontrol negatif

dan tanin . Senyawa ini diduga dapat

(-) adalah kelompok dengan 10 larva

berfungsi sebagai larvasida. Beberapa

Anopheles yang hanya diberi air habitat

penelitian telah membuktikan aktivitas dari

larva tanpa diberi ekstrak kulit manggis.

senyawa

Kelompok

yang

dikandung

kulit

buah

kontrol

positif

(+)

adalah

manggis, diantaranya sebagai antioksidan,

kelompok dengan 10 larva Anopheles

antikanker,

diberi air habitat yang sudah dicampur

anti-inflamasi,

antibakteri,

antifungi,

antialergi,

antivirus,

serta

dengan

10

antimalaria .

abate

0.01

gram.

Kelompok

perlakuan 1 yaitu kelompok dengan 10

Berdasarkan uraian di atas, maka

larva Anopheles diberi air habitat + ekstrak

dilakukan penelitian tentang efek larvasida

kulit manggis konsentrasi 100 ppm (2,5 cc

ekstrak

larutan ekstrak + 97,5 cc air habitat).

kulit

manggis

terhadap

larva

Anopheles sp.

Kelompok perlakuan 2 yaitu kelompok


dengan 10 larva Anopheles diberi air

METODE PENELITIAN

habitat + ekstrak kulit manggis konsentrasi

Jenis penelitian yang dilakukan

200 ppm (5 cc larutan ekstrak + 95 cc air

adalah eksperimental (True Experimental)

habitat). Kelompok perlakuan 3 yaitu

dengan menggunakan metode Post Test

kelompok dengan 10 larva Anopheles

Only Controlled Group Design. Penelitian

diberi air habitat + ekstrak kulit manggis

ini

konsentrasi

dilaksanakan

Laboratorium

selama

24

di

500 ppm (12,5 cc larutan

Fakultas

ekstrak + 87,5 cc air habitat) Kelompok

Kedokteran Universitas Muhammadiyah

perlakuan 4 yaitu kelompok dengan 10

Malang. Larva yang digunakan dalam

larva Anopheles diberi air habitat + ekstrak

penelitian ini adalah larva Anopheles sp.

kulit manggis konsentrasi 1000 ppm (25

instar III/IV yang dikembangbiakkan di

cc larutan ekstrak +

Laboratorium

Kelompok perlakuan 5 yaitu kelompok

Kesehatan

Biomedik

jam

Entomologi

di

dengan 10 larva Anopheles diberi air

Surabaya dengan kriteria larva Anopheles

habitat + ekstrak kulit manggis konsentrasi

sp yang masih hidup dan aktif bergerak.

1500 ppm (37,5 cc larutan ekstrak + 62,5

Jumlah sampel adalah 280 larva dengan

cc air habitat). Ekstrak kulit manggis yang

estimasi drop out 70 larva sehingga total

digunakan

jumlah sampel aalah 350 larva. Penelitian

didapatkan dari UPT Materia Medica Batu

ini

Malang Jawa Timur. Pembuatan ekstrak

terdiri

Provinsi

dari

Jawa

Dinas

kelompok,

Timur

75 cc air habitat)

yaitu

merupakan

ini

kontrol, dengan masing-masing kelompok

dibersihkan, dikeringkan, dipotong kecil-

menggunakan 10 ekor larva dan total

kecil

dan

dengan

Kulit

yang

kelompok perlakuan dan 2 kelompok

diawali

ekstrak

dihaluskan

manggis
dengan

menggunakan

blender

didapatkan

gram

800

sehingga
serbuk

jumlah kematian larva dianalisis melalui uji

kulit

regresi linier.

manggis. Masukkan serbuk yang dibasahi

HASIL

pelarut etanol 96% sebanyak 500 ml dan

Hasil penelitian pemberian ekstrak

di shaker dengan kecepatan 50 rpm

kulit manggis terhadap jumlah kematian

selama 24 jam. Saring ekstrak cair dan

larva tampak dalam tabel berikut :

tampung dalam Erlenmeyer. Sisa ampas

Tabel presentase rerata kematian larva

ditambahkan pelarut etanol 96% sebanyak

Anopheles dalam berbagai konsentrasi

1 L selama 24 jam di atas shaker 50 rpm.

ekstrak kulit manggis selama 24 jam

Hasil ekstrak cair pertama dan kedua


dijadikan

satu

dan

diuapkan

menggunakan rotary evaporator selama 2


jam untuk evaporasi. Ekstrak kental kulit
manggis dimasukkan ke dalam botol dan
disimpan dalam lemari pendingin dengan
suhu kamar11.
Setelah dilakukan penelitian selama

Berdasarkan

24 jam di Laboratorium Biomedik Fakultas

konsentrasi ekstrak kulit manggis selama

kematian larva. Kematian larva adalah

24 jam dibawah ini, konsentrasi ekstrak

tidak adanya gerakan pada larva jika


sentuhan

kulit manggis yang dapat membunuh 50%

dengan

populasi larva Anopheles pada jam ke-8

menggunakan lidi. Setelah didapatkan


seluruh

data

jumlah

kematian

juga

kematian larva Anopheles dalam berbagai

Malang, maka diamati berapa jumlah

rangsang

diatas

dapat dilihat pada grafik presentase rerata

Kedokteran Universitas Muhammadiyah

diberi

tabel

sebesar 500 ppm, sedangkan konsentrasi

larva,

ekstrak

dilakukan analisis data dengan uji One

kulit

manggis

yang

dapat

membunuh 90% populasi larva Anopheles

Way ANOVA untuk mengetahui apakah

dalam waktu 24 jam sebesar 1000 ppm.

ada efek pemberian ekstrak kulit manggis


terhadap larva Anopheles sp dan uji Tukey
HSD untuk dibandingan perbedaan di
setiap kelompok perlakuan yang diberikan
konsentrasi ekstrak kulit manggis yang
berbeda. Hubungan konsentrasi ekstrak
kulit manggis dengan jumlah kematian
larva

dianalisis

dengan

uji

korelasi

Semua data dalam penelitian ini

Pearson. Sementara besarnya pengaruh

telah

pemberian ekstrak kulit manggis terhadap


5

dilakukan

uji

normalitas

menggunakan Shapiro-Wilk (p= 0.097)

ppm) dan P5 (1500 ppm). P3 berbeda

dan

uji

signifikan dengan P1 (100 ppm), P2 (200

homogenitasnya dengan Levenes test

ppm), P4 (1000 ppm) dan P5 (1500 ppm).

(p=0.164) dengan syarat signifikan untuk

Sementara

p>0.05. Hasil uji tersebut menunjukkan

dengan P1 (100 ppm), P2 (200 ppm), P3

sebaran

(500

masing-masing

data

kelompok

normal

dan

di

homogen.

Berikutnya dilakukan uji One-Way Anova.

perbandingan

ppm)

adalah

antara

signifikan,

P4

namun

dengan P5 (1500 ppm) tidak berbeda


signifikan. Kemudian dilanjutkan dengan
uji korelasi.

Hasil

uji

tersebut

didapatkan

p=0.000 yang artinya terdapat perbedaan

Uji korelasi pearson menunjukkan

yang signifikan antar kelompok kontrol dan

hasil 0.000 (p<0.05) yang berarti terdapat

kelompok

korelasi

perlakuan

dengan

p<0.05.

bermakna

antara

pemberian

Berikutnya dilakukan uji lanjutan Post-Hoc

ekstrak kulit manggis dengan jumlah

Tukey.

kematian larva, serta arah korelasi positif


yang

berarti

bahwa

semakin

tinggi

perlakuan berupa pemberian konsentrasi


ekstrak kulit manggis maka semakin besar
pula kematian larva Anopheles.
Kemudian dilakukan uji regresi
yang menunjukkan nilai R-Square = 0.80,
Hasil uji Tukey didapatkan kontrol
positif

berbeda

signifikan

yang berarti bahwa dikatakan bahwa

dengan

potensi larvasida ekstrak kulit manggis

kelompok kontrol negatif dan kelompok

terhadap

perlakuan dengan konsentrasi 1000 ppm

sebesar 80%, sedangkan 20% lainnya

dan 1500 ppm. Perbandingan antara

dipengaruhi oleh faktor yang tidak diteliti

kelompok kontrol negatif tidak berbeda

dalam penelitian ini.

signifikan

dengan

kelima

kematian

larva

Anopheles

kelompok

perlakuan. Perbandingan antara kelima

PEMBAHASAN

kelompok perlakuan yaitu P1 (100 ppm)

Penelitian ini menggunakan larva

berbeda signifikan dengan P2 (200 ppm),

coba jenis Anopheles instar III atau IV

P3 (500 ppm), P4 (1000 ppm) dan P5

karena larva pada stadium ini ukurannya

(1500 ppm). P2 berbeda signifikan dengan

lebih besar, memiliki struktur tubuh relative

P1 (100 ppm), P3 (500 ppm), P4 (1000

stabil, dan sistem pertahanan tubuh yang


6

lebih baik dibandingkan larva instar I dan

Berdasarkan

12

II .

hasil

penelitian

didapatkan bahwa pemberian ekstrak kulit


manggis memiliki efek larvasida terhadap
Kelompok kontrol negatif yaitu

larva

Anopheles.

Hasil

analisis

data

larva coba yang hanya diberi air habitat

menunjukkan

larva tanpa diberi ekstrak kulit manggis.

konsentrasi ekstrak kulit manggis yang

Hasil

penelitian

digunakan, maka persentase kematian

menunjukkan bahwa tidak didapatkan

larva semakin besar. Hal ini didukung oleh

larva coba yang mati pada kelompok ini.

hasil uji One-way ANOVA dimana terdapat

Larva Anopheles dapat hidup hampir di

perbedaan signifikan antara pengaruh

semua jenis air, misalnya genangan air

berbagai konsentrasi ekstrak kulit manggis

hujan, air yang mengalir perlahan,

terhadap

danau, air sawah dan air payau, kecuali

dengan nilai p<0,05. Hasil uji regresi

pada air yang telah dipakai untuk

menunjukkan bahwa ekstrak kulit manggis

keperluan

memiliki

pengamatan

rumah

tangga,

air

yang

bahwa

kematian

potensi

semakin

larva

sebagai

tinggi

Anopheles

larvasida

bergelombang besar, aliran air yang

terhadap Anopheles sebesar 80% dengan

deras, air yang sangat berpolusi, serta

korelasi yang sangat kuat. Hasil ini sesuai

air dengan konsentrasi garam yang

dengan penelitian Uzmil Arifa tentang uji

13

sangat

tinggi ,

sehingga

dapat

larvasida ekstrak kulit manggis (Garcinia

larva

mangostana L) terhadap larva Aedes

pemberian

aegypti larva instar III yang membuktikan

ekstrak kulit manggis. Hasil ini sesuai

bahwa ekstrak kulit manggis berpotensi

dengan

Edmi

sangat kuat sebagai larvasida terhadap

tentang Uji Efektivitas Fraksi N-Heksana

Aedes aegypti, semakin besar konsentrasi

Ekstrak Batang Kecombrang (Etlingera

ekstrak yang diberikan semakin banyak

Elatior)

jumlah kematian larva yang didapatkan9.

disimpulkan

bahwa

disebabkan

oleh

efek

penelitian

sebagai

kematian

Febriyan

larvasida

terhadap

Larva Instar III Aedes aegypti yang juga

Hasil penelitian didapatkan LC50

menunjukkan tidak ada satupun larva

pada jam ke-8 dengan konsentrasi 500

yang

ppm dan LC90 dalam waktu 24 jam dengan

mati

pada

kontrol

negatif

menggunakan air habitat larva tanpa

konsentrasi

14

1000

ppm

sejalan

pula

diberi ekstrak . Hal ini bertujuan untuk

dengan penelitian yang dilakukan oleh

memastikan

larva

Uzmil Arifa yang didapatkan LC50 sebesar

pemberian

204,668 ppm9. Suatu senyawa dikatakan

ekstrak kulit manggis, dikarenakan air

aktif pada uji insektisida menggunakan

merupakan tempat perindukan larva

larva instar III jika memiliki harga LC50

tersebut.

500 ppm dan dikatakan tidak aktif jika

hanya

bahwa

disebabkan

kematian
oleh

memiliki harga LC50 > 500 ppm15. Dari


7

literatur diatas dapat dikatakan senyawa

2016

pada ekstrak kulit manggis ini aktif karena

menyebutkan bahwa suhu udara berkisar

memiliki LC50 500 ppm.

antara 19 310 C dan kelembaban udara

pada

ketika

dilakukan

penelitian

Variabel-variabel yang tidak diteliti

berkisar antara 53 94%18. Maka dapat

penelitian

disimpulkan bahwa suhu dan kelembaban

ini,

misalnya

kondisi

masing-masing larva sebelum dimasukkan

masih

dalam

batas

normal

untuk

ke dalam larutan ekstrak serta trauma

kehidupan larva saat penelitian sehingga

yang dialami larva saat pengambilan

kematian larva benar-benar disebabkan

dengan pipet plastik, suhu, kelembaban,

karena efek perlakuan pemberian ekstrak

dan pH air mungkin dapat mempengaruhi

kulit manggis kepada larva Anopheles.

kematian larva pada setiap perlakuan.

Penelitian ini menggunakan kontrol

Suhu merupakan salah satu faktor yang

positif (abate) yang banyak digunakan

dapat mempengaruhi perkembangan dan

sebagai larvasida karena abate telah

kehidupan larva Anopheles, suhu yang

terbukti

sesuai

untuk

efektif

sebagai

larvasida.

perkembangan

larva

Walaupun rata - rata persentase yang

20-300C

dan

ditunjukkan pada perlakuan kontrol positif

kelembaban udara tempat perindukan

dan ekstrak kulit manggis 1500 ppm

Anopheles

antara
16

berkisar 60-80% . Larva tumbuh normal


dalam

air

pada

suhu

20-270C

adalah sama, namun kontrol positif tetap

dan

lebih efektif karena jangka waktu kematian

kelembaban udara ruangan sebesar 60-

larva akibat pemberian abate lebih cepat

80%, sedangkan untuk pH air, larva dapat

karena

kandungan

organofosfat

yang

17

hidup dengan pH air 5,0-6,0 . Hal ini

terdapat dalam abate. Pada pemberian

dapat

persentase

abate,

menyebabkan

hasil

kematian larva pada setiap perlakuan

menurun,

tidak selalu sama.

diduga

Faktor-faktor yang tidak diteliti dan


dapat

menyebabkan

kematian

pergerakan

larva

pergerakan
diakibatkan

yang
oleh

semakin
menurun
kandungan

organofosfat pada abate yang bersifat


neurotoksik9.

larva

Insektida

organofosfat

seperti trauma yang dialami larva saat

merupakan racun saraf yang bekerja

pengambilan dengan pipet plastik, suhu,

dengan menghambat kolinestrase (ChE)

kelembaban, dan pH air mungkin dapat

yang mengakibatkan kelumpuhan dan

mempengaruhi kematian larva pada setiap

kematian

perlakuan.

organofosfat

Untuk

kelembababan,

suhu

larva.

dapat

Insektisida
menghambat

prakiraan

kolinestrase (ChE) pada larva sehingga

cuaca daerah Malang dan Batu oleh

mengakibatkan kelumpuhan menyeluruh

Badan

dan

pada semua organ larva19. Hal ini sejalan

Klimatologi

dengan penelitian yang dilakukan oleh Ari

Karangploso pada bulan Agustus tahun

Dwi Nugroho tentang perbedaan jumlah

Geofisika

berdasarkan

dan

pada

Meteorologi
(BMKG)

Klimatologi
Stasiun

kematian larva Aedes Aegypti setelah

1. Ekstrak

kulit

manggis

pemberian abate dibandingkan dengan

mangostana

pemberian

(Andropogon

larvasida terhadap larva Anopheles

nardus) didapatkan rerata kematian larva

sebesar 80% dengan korelasi yang

dalam container berisi abate lebih cepat

sangat kuat.
2. Semakin besar konsentrasi ekstrak kulit

serbuk

serai

19

dan efektif sebagai larvasida . Namun


apabila

dilihat

dari

rata-rata

dijadikan

alternatif

untuk

sebagai

salah

sebagai

diberikan, semakin besar persentase


kematian larva Anopheles.
3. Konsentrasi ekstrak kulit

satu

menggantikan

berpotensi

manggis (Garcinia mangostana L) yang

jumlah

kematian larva, ekstrak kulit manggis


dapat

L)

(Garcinia

abate,

(Garcinia

dimana rata-rata jumlah kematian larva

mangostana

manggis
L)

yang

dibutuhkan untuk LC50 adalah 500 ppm

Anopheles setelah pemberian ekstrak kulit

pada jam ke-8 dan LC90 adalah 1000

manggis yaitu sebesar 80%.

ppm pada jam ke-24.

Adapun keterbatasan penelitian ini


adalah pemberian ekstrak kulit manggis
dapat

merubah

warna

dari

air

Saran

dan

Perlu dilakukan penelitian lebih

aromanya pun berubah, hal ini kurang

lanjut ekstrak kulit manggis (Garcinia

sesuai dengan kriteria larvasida, yaitu


tidak

menyebabkan

perubahan

mangostana L) dengan dipisahkan fraksi-

rasa,

fraksi dan isolasi senyawa aktif yang

warna, dan bau pada air yang mendapat

berpotensi sebagai larvasida terhadap

19

perlakuan .

larva Anopheles.

Pada penelitian ini tidak dilakukan


pemisahan fraksi ekstrak kulit manggis,
kemungkinan
manggis

kandungan

yang

berpotensi

flavonoid.

Flavonoid

antifeedant

terhadap

antifeedant

tidak

ekstrak

1. Sudjari, 2006. Pengaruh Dekok Daun

adalah

yang
larva.

DAFTAR PUSTAKA

kulit

Mint (Mentha arvensis var javanica)

bersifat

Sebagai

Senyawa

membunuh

Larvasida

Nabati

Nyamuk

Anopheles sp di Pantai Balekambang,

atau

Kecamatan Bantur, Kabupaten Malang.

mengusir organisme sasarannya, tetapi

Universitas Brawijaya Malang.


2. Kementerian Kesehatan RI.

menghambat selera makan larva. Selain

2012.

itu, flavonoid juga bekerja sebagai inhibitor

Jumlah Kasus KLB Malaria dalam Profil

kuat

Kesehatan Indonesia Tahun 2011 Hal

pernafasan

larva

sehingga
9

mengakibatkan kematian pada larva .

83.

Sekretariat

Kesehatan
KESIMPULAN DAN SARAN

Jakarta.
3. Kementerian

Kesimpulan

Jenderal

Indonesia

Tahun

Kesehatan

RI.

Profil
2011,
2015.

Angka Kesakitan Malaria dalam Profil


9

Kesehatan Indonesia Tahun 2014 Hal


160.

Sekretariat

Kesehatan

Jenderal

Indonesia

Jakarta.
4. Kementrian

Profil

Tahun

Kesehatan

(Garcinia

RI,

2014,
2014.

Tentang

Nomor

94

Tahun

Penanggulangan

Jakarta.
5. Kementerian

Kesehatan

Surveilans

2010.

2013.

Dalam

Genus

Soebaktiningsih

Laboratorium Parasitologi Universitas


Muhammadiyah Malang, Malang. hlm,
30-34.
14. Edmi, Febriyan. 2012. Uji Efektivitas

Penyakit dan Penyehatan Lingkungan.


RI.

2014.

(ed.): Diktat Entomologi Kedokteran.

Epidemiologi

Kesehatan

Determinasi Buah Manggis.


12. Departemen Kesehatan RI.

Anopheles.

Kementerian Kesehatan RI , Jakarta.


6. Direktur
Jenderal
Pengendalian
Kementerian

Surat

pp.5-31
13. Soebaktiningsih,

di Indonesia Volume 1, Juli 2010. Pusat


dan

Chem. Toxicol., 46: 32273239


11. UPT Materia Medica, 2016.

dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta.

Buletin Jendela Epidemiologi Filariasis


Data

and

Kesehatan RI (ed.): Pedoman Ekologi

2014

Filariasis,
RI.

Food

Perilaku Vektor. Dalam Departemen

Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia

mangostana).

raksi

2015.

N-Heksana

Ekstrak

Batang

Kecombrang (Etlingera elatior) sebagai

(Online),

larvasida

(http://pppl.depkes.go.id/berita?

terhadap

larva

Instar

III

Aedes aegypti. Fakultas Kedokteran

id=1606diakses tanggal 23 April 2016)


7. Aras, N. 2014. Skripsi Pengaruh

Universitas Lampung.
15. Meyer, Laughlin dan Ferrigni, (1982),

Ekstrak dan Daun Pepaya (Carica

Brine Shrimp : Covenient General

papaya linn.) terhadap Mortalitas Larva

Bioassay

for

Active

Constituents,

Anopheles

sp.

Tesis

Pascasarjana.

Fakultas

Kesehatan

Masyarakat.

Planta Medica, 45, 31-34.


16. Harijanto. 2000, Malaria Epidemiologi,

Universitas Hasanuddin, Makassar.


8. Nugroho, A. E. 2011. Manggis (Garcinia

Patogenesis, Manifestasi Klinis, dan


Penanganan,

Mangostana L.) dari Kulit Buah yang

Jakarta

Buku

Terbuang Hingga Menjadi Kandidat

Kedokteran EGC.
17. Nopianti, S. 2008. Efektivitas buah

Suatu Obat. Yogyakarta: UGM.


9. Arifa, Uzmil. 2014. Skripsi Uji Larvasida

Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.)

Ekstrak

Kulit

Manggis

untuk

(Garcinia

Anopheles

Mangostana L.) terhadap Larva Aedes


Aegypti Larva

Instar

III.

Membunuh
aconitus

Larva

Nyamuk

INSTAR

III.

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Fakultas

Kedokteran Universitas Syiah Kuala,

Muhammadiyah Surakarta.
18. BMKG, 2016. Prakiraan Cuaca Daerah

Banda Aceh.
10. Chaverri, J. P., N. C. Rodriguez, M. O.

Malang dan Batu (Online), diakses


tanggal

Ibarra, and J. M. P. Rojas. 2008.

26

September

2016

http://karangploso.jatim.bmkg.go.id/inde

Medicinal Properties of Mangosteen


10

19.Nugroho, Arif Dwi. 2013. Perbedaan

x.php/472-meteorologi/prakiraanmeteorologi/prakiraan-cuaca-daerah-

Jumlah Kematian Larva Aedes Aegypti

malang-dan-batu-seminggu-ke-

setelah Pemberian Abate dibandingkan

depan/prakiraan-cuaca-daerah-malang-

dengan

dan-batu-seminggu-ke-depan-tahun-

(Andropogon nardus) hal 15. Jurusan

2016/1106-prakiraan-cuaca-daerah-

Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas

malang-dan-batu-seminggu-ke-depan-

Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri

berlaku-tanggal-23-29-agustus-2016

Semarang, Semarang.

11

pemberian

Serbuk

Serai

You might also like