Professional Documents
Culture Documents
DENTINO
JURNAL KEDOKTERAN GIGI
Vol II. No 2. September 2014
Laporan Penelitian
ABSTRACT
Background: Root canal treatment (RCT) is a mechanical and chemical treatment procedures that are
biologically acceptable in root canal to eliminate pulp and periradicular disease and also improve health and
repair of periradicular tissues. Purpose: This study aimed to obtain information about RCT based on the
characteristics of age, gender, socioeconomic status and which tooth were often done RCT also the most
respondents reasons who did RCT at dental poly of Regional Public Hospital of Ulin in Banjarmasin. Methods:
This was an observational descriptive study with 100 samples, with purposive sampling method. Data was
collected by interviews and direct observation to patients who did RCT. Results: The results showed the age
group 20-40 years was the most respondents did RCT (67%). Women were more frequently done RCT (65%)
than men (35%). Respondents with lower socioeconomic status was the most respondents who did RCT (41%).
Toothache was the most respondents reason who did RCT (42%). Dental elements which most often performed
RCT were first molar permanent right and left mandibular teeth (13%). Conclusion: Root canal treatment was
most often performed on women in the age group 25-34 years, lower socio-economic status, with toothache
excused at first molar permanent mandibular teeth.
ABSTRAK
Latar belakang: Perawatan saluran akar gigi (PSA) adalah suatu prosedur perawatan mekanis dan
kimiawi yang secara biologis diterima di dalam saluran akar untuk mengeliminasi penyakit pulpa dan
periradikuler serta meningkatkan kesehatan dan perbaikan dari jaringan periradikuler. Tujuan: Penelitian ini
bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang gambaran PSA berdasarkan karakteristik umur, jenis kelamin,
status sosial ekonomi dan jenis gigi yang sering dilakukan PSA serta alasan responden melakukan PSA di poli
gigi RSUD Ulin Banjarmasin. Metode: Penelitian ini merupakan deskriptif observasional dengan jumlah sampel
100 orang, dengan metode purposive sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan observasi
langsung pada pasien yang melakukan PSA. Hasil: menunjukkan kelompok umur 20-40 tahun merupakan
responden yang paling banyak melakukan PSA (67%). Perempuan lebih sering melakukan PSA (65%) daripada
laki-laki (35%). Responden dengan status sosial ekonomi agak rendah paling banyak melakukan PSA (41%).
Sakit gigi merupakan alasan terbanyak responden melakukan PSA (42%). Elemen gigi yang paling sering
dilakukan PSA adalah gigi molar 1 permanen kanan dan kiri rahang bawah sebagai elemen gigi yang paling
sering dilakukan PSA (13%). Kesimpulan: Perawatan saluran akar paling sering dilakukan pada perempuan
dengan kelompok umur 20-40 tahun, status sosial ekonomi agak rendah, dengan keluhan sakit gigi pada molar 1
permanen rahang bawah.
Kata Kunci: perawatan saluran akar gigi, umur, jenis kelamin, status sosial ekonomi
Korespondensi: Maya Sagita, Program Studi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Universitas Lambung
Mangkurat, Banjarmasin, Jalan Veteran 128 B, Banjarmasin, KalSel, email: maya.aya.sagita@gmail.com
176 : Gambaran Perawatan Saluran Akar Gigi
Sagita 175
molar 2 permanen kiri bawah (11%), molar 1 melakukan PSA (41%). Tidak ada responden
permanen kiri atas (9%), insisif sentral permanen dengan sosial ekonomi tinggi yang melakukan PSA
kanan atas (7%), insisif sentral permanen kiri atas (0%) di poli gigi RSUD Ulin. Hal ini didukung oleh
(6%), premolar 2 permanen kanan atas, molar 1 hasil penelitian Budisuari et al (2010) bahwa status
permanen kanan atas dan molar 2 permanen kanan sosial ekonomi rendah cenderung terkena karies
bawah (5%), premolar 1 permanen kanan atas, lebih tinggi yaitu sebesar 1.116 kali dibanding
molar 2 permanen kanan atas, premolar 1 permanen sosial ekonomi yang lebih tinggi.14
kiri bawah, dan premolar 2 permanen kanan bawah Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa
(4%), premolar 2 permanen kiri atas (3%), premolar alasan terbanyak melakukan PSA adalah sakit gigi
1 permanen kiri atas (2%), serta insisif lateral (42%) sedangkan yang paling sedikit adalah
permanen kanan, insisif lateral permanen kiri atas, tambalan lepas (1%). Hal ini mungkin terjadi
molar 2 permanen kiri atas, insisif lateral permanen karena umumnya pulpitis irreversibel dan nekrosis
kanan bawah, dan kaninus lateral permanen kanan diawali dengan karies gigi. Umumnya karies pada
bawah (1%). Kaninus permanen atas, insisif sentral tahap awal belum menimbulkan rasa sakit, sehingga
permanen bawah, insisif lateral permanen kiri pasien tidak merasa perlu untuk ditambal. Bila
bawah, kaninus permanen kiri bawah dan premolar dibiarkan terus-menerus tanpa ditambal, proses
2 permanen kanan bawah merupakan elemen gigi dapat berlanjut dan mengenai pulpa sehingga
yang tidak dilakukan PSA selama penelitian (0%). menyebabkan sakit gigi yang berulang.15
Berdasarkan pernyataan Darwita et al (2010), sakit
PEMBAHASAN gigi menurunkan produktivitas kerja seseorang.
Oleh karena hal tersebut, seseorang dengan sakit
Berdasarkan Gambar 1, diketahui bahwa gigi paling banyak melakukan PSA.16
yang paling banyak melakukan PSA adalah Berdasarkan Gambar 5 diketahui bahwa
kelompok umur 20-40 tahun (67%), sedangkan elemen gigi yang paling banyak dilakukan PSA
yang paling sedikit adalah kelompok umur lebih adalah gigi molar 1 permanen kanan rahang bawah
dari 65 tahun (0%). Hal ini mungkin disebabkan dan molar 1 permanen kiri rahang bawah dengan
karena berdasarkan RISKESDAS Provinsi persentasi masing-masing 13%, sedangkan elemen
Kalimantan Selatan (2007) pada kelompok umur gigi yang selama penelitian tidak ditemukan
35-44 tahun rata-rata kehilangan 5,09 gigi dan pada dilakukan PSA adalah gigi kaninus permanen
kelompok umur 65 tahun ke atas rata-rata memiliki kanan rahang atas, kaninus kiri permanen rahang
kehilangan 22,73 gigi. Dapat disimpulkan bahwa atas, kaninus kiri permanen rahang bawah, insisif
pada usia 35 tahun ke atas banyak masyarakat di sentral permanen kiri rahang bawah, insisif lateral
Kalimantan Selatan yang mencabut giginya dan permanen kiri rahang bawah, insisif sentral
semakin bertambahnya umur, semakin banyak gigi permanen kanan rahang bawah, dan premolar 1
yang telah dicabut.6 Selain itu, Kalimantan Selatan permanen kanan rahang bawah (0%). Hal ini
merupakan salah satu wilayah yang memiliki sejalan dengan hasil penelitian terdahulu oleh
potensi endapan gambut terluas.7 Daerah dengan Ahmed et al (2009) yang menyatakan bahwa molar
potensi endapan gambut memiliki pH air tanah merupakan yang paling banyak dilakukan PSA
yang secara umum cenderung asam, yaitu 3-4,5.8 (54%) dengan persentasi molar 1 permanen rahang
air gambut memiliki pH yang asam yang dapat bawah yang paling banyak (21.2%). 11 Demikian
meningkatkan demineralisasi, yang nantinya akan pula hasil penelitian Oglah et al (2011) yang
menyebabkan gigi mudah terkena karies karena menyatakan bahwa molar permanen rahang bawah
tidak seimbangnya proses demineralisasi dan merupakan gigi yang paling sering dilakukan PSA
remineralisasi.9 (23.01%).17 Berbeda dengan hasil penelitian
Berdasarkan Gambar 2 diketahui bahwa Hollanda et al (2008) dan bahwa PSA paling
wanita lebih banyak melakukan PSA (65%) banyak dilakukan pada gigi premolar dan molar
daripada laki-laki (35%). Hal ini sejalan dengan permanen rahang atas, demikian pula dengan hasil
hasil penelitian terdahulu oleh Hollanda et al penelitian Marza dan Ranj (2009) yang menyatakan
(2008) di Brazil dan Ahmed et al (2009) di Pakistan bahwa insisif sentral dan premolar 1 permanen
bahwa perempuan lebih banyak melakukan PSA rahang atas yang paling banyak dilakukan PSA.10,18
daripada laki-laki.10,11 Hal ini mungkin terjadi Hal ini mungkin terjadi karena gigi molar 1
karena perempuan lebih peduli dengan kesehatan permanen merupakan gigi permanen pertama yang
oral.12 Hal ini didukung juga dengan pernyataan erupsi sehingga paling lama terpapar dengan
dari Ambarwati (2012) bahwa perempuan lebih etiologi karies.19 Hal ini didukung dengan
mengutamakan estetik dibanding laki-laki, sehingga pernyataan bahwa gigi molar merupakan gigi yang
perempuan sangat memperhatikan kesehatan beresiko mengalami karies, terutama fissure dan
giginya.13 permukaan proksimal, dari aspek mesial molar
Berdasarkan Gambar 3 diketahui bahwa kedua sampai aspek distal premolar pertama.20
bahwa responden dengan sosial ekonomi yang agak Berdasarkan penelitian yang dilakukan, PSA di Poli
rendah merupakan responden yang paling banyak Gigi RSUD Ulin Banjarmasin paling sering
178 Dentino (Jur. Ked. Gigi), Vol II. No 2. September 2014 : 174 179
- 178
dilakukan pada perempuan (65%) dengan tahun). Skripsi. Makassar: FK UNHAS, 2012.
kelompok umur 20-40 tahun (67%), status sosial P.35.
ekonomi agak rendah (41%), dengan keluhan sakit 14. Budisuari MA, Oktarina, dan Mikrajab MA.
gigi (42%) pada molar 1 permanen rahang bawah Hubungan Pola Makan dan Kebiasaan
(26%). Menyikat Gigi dengan Kesehatan Gigi dan
Mulut (Karies) di Indonesia. Bulletin
DAFTAR PUSTAKA Penelitian Sistem Kesehatan. 2010; 13(1): 83-
91.
1. Samad F. Karies Gigi. Skripsi. Pekanbaru: 15. Agtini MD, Sintawati dan Murwanto T. Status
FK-UNRI, 2008. P.3. Kesehatan Gigi, Performed Treatment Index
2. Bakar A. Kedokteran Gigi Klinis. Yogyakarta: dan Required Treatment Index Anak Sekolah
Quantum Sinergis Media, 2012. P.27. Dasar di Kabupaten Cianjur, Karawang dan
3. Tarigan R. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Serang. Media Litbang Kesehatan. 2005;
Edisi 2 revisi. Jakarta: EGC, 2006. P.23-27, 15(4): 26-33.
35. 16. Darwita RR, Rahardjo A dan Amalia R.
4. Yu C and Abbott PV. An Overview of Dental Penerimaan Guru SDN 03 Senen terhadap
Pulp: Its Functions and Responses to Injury. Program Sikat Gigi Bersama di Dalam Kelas
Australian Dental Journal Endodontic pada Murid Kelas 1 dan 2. Cakradonya Dent
Supplement 2007; 52 (1 Suppl): S4-S16. J. 2010; 2(2): 159-250.
5. Depkes RI. Riset Kesehatan Dasar 17. Oglah FS, Baidda MZ and Gholam MK.
(RISKESDAS) 2007. Jakarta: Badan Evaluation of Endodontic Treatment in Three
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Specialized Private Clinics in Baghdad
Departemen Kesehatan Republik Indonesia, (Retrospective Study). Mustansiria Dental
2008. P.191. Jounal. 2011; 8(3): 233-236.
6. Depkes RI. Laporan Hasil Riset Kesehatan 18. Marza RSA and Ranj AB. Prevalence and
Dasar (RISKESDAS) Provinsi Kalimantan Technical Quality of Root Canal Treatment in
Selatan Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian Sulaimani Patiens (A Radiographic
dan Pengembangan Kesehatan Departemen Evaluation). J Bagh College Dentistry. 2009;
Kesehatan Republik Indonesia, 2009. P: 114. 21(2): 54.
7. Tjahjono JAE. Kajian Potensi Endapan 19. Demiburga S, Tuncay O, Cantekin K,
Gambut Indonesia berdasarkan Aspek Cayabatmaz M, Dincer AN, Kilinc HI and
Lingkungan. Jakarta: Pusat Sumber Daya Sekerci AE. Frequency and Distribution of
Geologi, 2006. P.4. Early Tooth Loss and Endodontics Treatments
8. Hartatik W, Idris K, Sabiham S, Djuniwati Need of Permanent First Molars in a Turkish
dan Adiningsih JS. Pengaruh Pemberian Pediatric Population. Eur J Dent. 2013; 7(1):
Fosfat Alam dan SP-36 pada Tanah Gambut S99-104.
yang Diberi Bahan Amelioran Tanah Mineral 20. Axelsson Per. Diagnosis and Risk Prediction
terhadap Serapan P dan Efisiensi Pemupukan. of Dental Caries. London: Quintessence
Padang: Universitas Padang, 2004. P. 13. Publishing Co. Inc, 2000. P.23.
9. Prasetyo A. Keasaman Minuman Ringan
Menurunkan Kekerasan Permukaan Gigi. Maj.
Kedokteran Gigi 2005; 38: 2.
10. Hollanda ACB, Alencar AHG, Esterela CRA,
Bueno MR, and Estrela C. Prevalence of
Endodontically Treated Teeth in a Brazilian
Adult Population. Braz Dent J. 2008; 19(4):
313-317.
11. Ahmed H, Durr-e-S, and Munawar R.
Frequency and Distribution of Endodontically
Treated Teeth. Journal of the College of
Physicians and Surgeons Pakistan. 2009;
19(10): 605-8.
12. Nield-Gehrig JS, and Willmann DE.
Foundation of Periodontics for The Dental
Hygienist. Philadelphia: Lippincott Williams
& Wilkins, 2003. P.78.
13. Ambarwati AW. Persepsi Mengenai Tampilan
Susunan Gigi Anterior dan Kebutuhan
Perawatan Ortodonti (Pada anak usia 9-12