You are on page 1of 7

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

PENGARUH PENAMBAHAN GLUTATHIONE DAN


KOLESTEROL PADA PEMISAHAN SPERMATOZOA X
DAN Y DENGAN METODE KOLOM ALBUMIN TELUR
(Effect of Glutathione and Cholesterol Addition on Sperm Quality
after Separation Process Using Albumin Column)
R.G. SIANTURI, P. SITUMORANG, E. TRIWULANNINGSIH dan D.A. KUSUMANINGRUM

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

A study was done to investigate the effect of glutathione and cholesterol addition into diluter on sperm
quality after X and Y separation process using albumin column. This study was done based on completely
randomized design, the treatmen was 4 different diluter namely: I (control/Tris-citrate buffer + 20% eggs
yolk), II (control + 0.5 mM glutathione), III (control + mg/cc cholesterol), and IV (control + 0.5 mM
glutathione +1 mg/cc cholesterol). Parameter observed were semen quality before and after separation process
including motility (%M), life and dead (%LD) intact acrosome and plasma membrane (%TAU) and sperm
concentration. There was not significantly different (P > 0.05) condition of % LD, % TAU and % M before
and after separation process, whereas for % M was 84.4 86.7% vs 65.6 75.2%; and the lowest % was
resulted from control (I). Sperm quality after 2 hours of separation decreased by 20% and the sperm quality of
control was significantly lower (P < 0.05) than that of the others. Sperm concentration was lower after
separation due to washing process. In general, the semen quality after separation was sustained and it could
be frozen afterward. It is concluded that glutathione and cholesterol addition into the diluter can maintain
semen condition during X Y separation process.
Key Words: Glutathione, Cholesterol, Sperm Quality, Sperm Separation

ABSTRAK

Pemisahan spermatozoa dengan metode kolom albumin adalah menggunakan kolom media pemisah yang
mengandung albumin telur yang berbeda viscositasnya, sehingga spermatozoa yang mempunyai motilitas
tinggi (Y) akan mampu menembus medium yang lebih pekat, sedangkan spermatozoa X akan tetap berada
pada medium yang mempunyai viscositas lebih rendah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
efek penambahan kolesterol dan glutathione pada media pemisahan sperma terhadap kualitas sperma hasil
pemisahan dan efektivitas metode pemisahan. Rancangan penelitian adalah rancangan acak lengkap dengan 4
perlakuan media pemisahan dan pengencer, yaitu: I) kontrol (Tris citrat buffer + 20% KT(kuning telur)); II)
kontrol + 0,5 mM glutathione; III) kontrol + 1 mg/ml kolesterol; dan IV) kontrol + 0,5 mM glutathione + 1
mg/ml kolesterol. Parameter yang diukur adalah kualitas sebelum dan sesudah pemisahan meliputi persentase
motil (%M), sperma yang hidup (%LD), persentase sperma dengan tudung akrosom utuh (%TAU) dan
konsentrasi spermatozoa. Setelah mengalami pemisahan, persentase motilitas, sperma hidup dan TAU sedikit
mengalami penurunan apabila dibandingkan dengan sperma sebelum dipisahkan namun tidak berbeda nyata,
dan ada tendensi peningkatan motilitas dan sperma hidup dengan adanya penambahan kolesterol, glutathione
dan kombinasinya. Penurunan motilitas sperma sesaat setelah pemisahan adalah dari 84,4 86,7% menjadi
65,6 72,2%, dan motilitas terendah terjadi pada perlakuan kontrol (I). Kualitas sperma hasil pemisahan yang
didiamkan selama 2 jam pada suhu ruang menurun motilitasnya sekitar 20%. Motilitas terendah dari ke empat
perlakuan adalah pada media kontrol yaitu 55%, yaitu menurun secara nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan
ke-3 perlakuan media lainnya yang mendapat tambahan glutathion dan kolesterol atau kombinasinya.
Persentase spermatozoa hidup dan tudung akrosom utuh (TAU) masih berkisar di atas 80% dimana hanya
mengalami sedikit penurunan. Konsentrasi sperma dari hasil semen yang dipisahkan, mengalami penurunan
yang sangat besar, terutama pada fraksi bawah, hal ini dikarenakan banyak spermatozoa yang hilang dalam
proses pemisahan. Secara umum kualitas semen setelah pemisahan masih layak untuk diproses lebih lanjut
yaitu dibekukan. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penambahan glutathion dan kolesterol

207
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

pada media pemisahan spermatozoa dengan metode kolom albumin dapat memepertahankan kualitas
spermatozoa setalah mengalami proses pemisahan dan layak untuk dibekukan.
Kata Kunci: Pemisahan Sperma, Spermatozoa X dan Y, Glutathione, Kolesterol, Kolom Albumin

PENDAHULUAN yang berfungsi menstabilkan membran plasma


spermatozoa. Tiga aspek utama yang
Teknologi pemisahan sperma dengan berhubungan dengan terjadinya perubahan
metode kolom albumin merupakan metode secara molekuler selama proses kapasitasi
yang murah dan mudah dilakukan, namun adalah konsentrasi intraseluler kalsium dan ion
keberhasilan pemisahan sperma ini belum lain, perubahan distribusi dan serta perubahan
optimum karena volume yang digunakan, komposisi protein fosfolipid dan aktivin. Selain
perlakuan sentrifugasi dan penambahan putih ion natrium dan kalium yang berfungsi
telur sebagai media pemisahan dapat menjaga integritas fungsional membran plasma
mempengaruhi viabilitas spermatozoa. Metode sel spermatozoa, kolesterol juga ikut menjaga
pemisahan dengan menggunakan kolum integritas membran plasma.
albumin didasarkan pada perbedaan motilitas Kandungan kolesterol yang rendah dalam
spermatozoa X dan Y. Prinsip dari metode ini plasma semen dan spermatozoa sebagai salah
adalah membuat medium yang berbeda satu penyebab kerentanan spermatozoa
konsentrasinya, sehingga spermatozoa yang terhadap cold shock dan kehilangan viabilitas
mempunyai motilitas tinggi (Y) akan mampu spermatozoa setelah pembekuan. Tingginya
menembus konsentrasi medium yang lebih kerusakan membran plasma spermatozoa
pekat, sedangkan spermatozoa X akan tetap selama proses pembekuan semen juga
berada pada medium yang mempunyai berhubungan dengan rendahnya kandungan
konsentrasi rendah. kolesterol membran plasma (WHITE, 1993).
Pemisahan spermatozoa dengan Molekul-molekul lipid dari membran sel
menggunakan kolom albumin dari putih telur tersusun dari tiga jenis, yaitu: 1) fosfolipid, 2)
ayam kampung telah dilakukan oleh SAILI kolesterol, dan 3) glikolipid. Pada membran
(1999) dan metode ini mudah sekali diterapkan plasma sel eukariotik perbandingan molekul
di lapang karena putih telur mudah diperoleh kolesterol dengan posfolipid adalah 1:1. Makin
dan terjangkau. Kombinasi medium pemisah banyak molekul kolesterol, membran plasma
yang digunakan adalah konsentrasi 10 persen bersifat makin cair. Selain memberikan sifat
albumin telur pada lapisan atas dan 30 persen fluiditas, kolesterol juga menjaga kestabilan
pada lapisan bawah. Hasil penelitian tersebut membran plasma (SUBOWO, 1995). Efek
menunjukkan, konsentrasi albumin 10 persen stabilisasi kolesterol terhadap fosfolipid bilayer
dan 30 persen mampu mengubah proporsi telah diketahui, dan sejumlah laporan
perolehan spermatozoa dari kondisi alamiah. menunjukkan bahwa kehilangan kolesterol dari
Hasil penelitian yang dilakukan oleh membran plasma sperma mempunyai efek
PANCAHASTANA (1999) menunjukkan bahwa destabilizing dan capacitating terhadap sperma
pemisahan spermatozoa dengan putih telur dan kemungkinan merupakan bagian dari
diperoleh rata-rata persentase spermatozoa Y mekanisme molekuler kapasitasi in vivo
pada lapisan atas adalah 36,80 8,06 dan (PARKS dan EHRENWALD, 1990 dalam FOOTE
untuk lapisan bawah yaitu 77,20 4,09. dan PARKS, 1993). Sebaliknya, penambahan
Ada kecenderungan bahwa persentase kolesterol dapat meningkatkan stabilitas
spermatozoa dengan tudung akrosom utuh membran dan pengaturan kapasitasi dan
menurun dengan meningkatnya waktu induksi reaksi akrosom dalam saluran
pemisahan dan daya hidup spermatozoa beku reproduksi betina. Penambahan kolesterol
setelah thawing cenderung lebih rendah pada dalam media akan menghambat terjadinya
spermatozoa yang mengalami pemisahan reaksi akrosom (ZARINTASH et al., 1996) dan
(SITUMORANG et al., 2002). DOW dan spermatozoa dengan rasio kolesterol/
BAVISTER (1989) melaporkan bahwa serum phospolipid (C/PL) tinggi lebih lambat
albumin mempunyai peranan penting dalam kapasitasinya dibanding rasio yang lebih rendah
proses penghilangan kolesterol dan ion zink (HOSHI et al., 1990).

208
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

Untuk mendukung pengawetan semen yang dan Y terhadap viabilitas sperma pasca
telah mengalami pemisahan, mengingat pemisahan dan efektifitas pemisahan sperma
kualitasnya yang menurun dengan adanya dengan metode kolom albumin.
proses pemisahan, perlu dilakukan penelitian
untuk mempertahankan kualitas semen. Seperti
telah diketahui, pengawetan semen pada suhu MATERI DAN METODE
5C atau di dalam nitrogen cair yang bersuhu
Koleksi semen
196C, dapat menurunkan daya fertilitasnya
akibat proses pendinginan atau pembekuan
Sumber semen sapi pada penelitian ini,
tersebut. Salah satu penyebabnya adalah adanya
adalah seekor sapi pejantan FH, di Kandang
radikal bebas yang dapat merusak sel
Ruminansia Besar Balai Penelitian Ternak -
spermatozoa. Berdasarkan sifat antioksidan
Ciawi, yang dikoleksi seminggu sekali dengan
yang dapat menetralkan radikal bebas, maka
menggunakan vagina buatan. Sapi pejantan
penambahan glutathione sebagai antioksidan
tersebut ditempatkan pada kandang individu
primer diharapkan dapat mengurangi kerusakan
dan diberi pakan rumput dan minum secara ad
membran plasma. WIJAYA (1996) menyatakan
libitum serta konsentrat sebanyak 8 kg/hari/ekor
bahwa glutathione adalah antioksidan primer
sebagai suplementasi. Segera setelah
yang bekerja dengan cara mencegah
penampungan, semen dievaluasi kualitasnya
pembentukan radikal bebas baru. Antioksidan
dan hanya semen dengan kualitas baik saja
ini mengubah radikal bebas yang ada menjadi
yang digunakan dalam penelitian ini.
molekul yang kurang mempunyai dampak
negatif sebelum radikal bebas tersebut
mempunyai kesempatan untuk bereaksi. Pembuatan media dan kolom pemisah
Penambahan glutathione di dalam medium
pemisahan spermatozoa X dan Y diharapkan Media pengencer dasar yang digunakan
dapat mengurangi atau mencegah timbulnya adalah Tris Citrat Buffer dengan 20% (v/v)
radikal bebas yang akan merusak membran kuning telur (KT) (SITUMORANG et al., 2000).
plasma, sehingga daya fertilitas sperma beku Untuk media pengenceran dan pemisahan
pasca pemisahan dapat dipertahankan yang semen dipersiapkan 4 perlakuan media yaitu :
pada akhirnya dapat meningkatkan derajat I) kontrol (Tris citrat buffer + 20% KT(kuning
konsepsi (C/R) dan persentase kebuntingan. telur)); II) kontrol + 0,5 mM glutathione
Menurut KARYADI (1997) radikal bebas (GSH); III) kontrol + 1 mg/ml kolesterol; dan
merupakan atom atau molekul yang sifatnya IV) kontrol + 0,5 mM GSH + 1 mg/ml
sangat tidak stabil karena mempunyai satu kolesterol.
elektron atau lebih yang tidak berpasangan. Media pemisahan yang dipakai untuk
Untuk memperoleh pasangan elektron, pembuatan kolom albumin adalah media
senyawa ini bereaksi dengan atom atau pengencer sesuai perlakuan yang ditambahkan
molekul lain seperti asam lemak tidak jenuh, putih telur dari telur ayam kampung yang
protein, asam nukleat dan lipopolisakarida, masih segar dan sudah disaring. Pembuatan
yang berakibat akan menimbulkan senyawa kolom yaitu sebanyak 2 ml tiap-tiap media
yang tidak normal. Pengaruh negatif dari perlakuan yang mengandung 30% v/v albumin
peroksida lemak terhadap sel somatic antara telur dimasukkan pada tabung gelas dengan
lain menghambat metabolisme oksidatif dan diameter 1 cm kemudian diikuti dengan 2 ml
glikolisis, lisis pada eritrosit, oksidasi pada media yang mengandung 10% v/v albumin
sulfhydril dan menghambat kerja enzim-SH, telur. Fraksi atas adalah kolom yang
modifikasi protein dan asam amino, kerusakan mengandung 10% (v/v) putih telur, sedangkan
membran, inaktivasi enzim pengikat membran untuk fraksi bawah adalah kolom yang
dan denaturasi DNA (WHITE, 1993). mengandung 30% (v/v) putih telur. Lapisan
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kolom dibuat dengan cara memasukkan 2 ml
pengaruh penambahan kolesterol dan fraksi bawah dan diikuti dengan 2 ml fraksi
glutathione pada pemisahan spermatozoa X atas secara perlahan-lahan.

209
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

Pemisahan spermatozoa Hasil pengamatan morfometri terhadap


semen segar, menunjukkan persentase
Semen segar yang telah dievaluasi dan spermatozoa X dan Y mendekati 50 : 50% (X :
layak untuk dipisahkan, dibagi menjadi empat Y yaitu 49,75 : 50,25%), hal ini sesuai dengan
bagian dan diencerkan 1 : 1 masing-masing teori yang sesuai dengan teori umum bahwa
dengan ke-4 media pengencer sesuai komposisi spermatozoa X dan Y dalam semen
perlakuan. Sebanyak 1 ml suspensi diletakkan adalah 50 : 50% sehingga dari proses
di atas permukaan lapisan kolom albumin, pembuahan umumnya 50% zigot akan menjadi
kemudian dibiarkan selama 15 menit. Untuk jantan dan 50% menjadi betina (MC DONALD,
pemanenan, 2 ml dari suspensi teratas dari 1989).
permukaan di ambil sebagai hasil pemisahan
fraksi atas dan 2 ml lapisan terbawah sebagai Tabel 1. Kualitas semen segar hasil penampungan
hasil pemisahan fraksi bawah, sedangkan 1 ml sebelum dilakukan pemisahan*)
suspensi yang ada ditengah atau diantaranya di
buang. Hasil pemisahan fraksi atas dan bawah
Penilaian Rata-rata SD
di encerkan dan disentrifus (2500 rpm) selama Makroskopik
5 menit untuk mencuci sperma dari larutan Volume (ml) 8,0 1,6
putih telur. Pellet hasil sentrifus diencerkan
kembali dengan pengencer sesuai perlakuan Warna krem keputihan
dan dievaluasi kualitasnya serta diamati Konsistensi agak kental
morfometri sperma dari tiap-tiap fraksi untuk Mikroskopik
masing-masing perlakuan. Konsentrasi (juta/ml) 1942,2 470,2
Gerakan massa* +++
Rancangan penelitian Persentase motilitas (%) 87,0 5,3
Persentase sperma hidup (%) 88,4 3,6
Rancangan penelitian adalah rancangan
acak lengkap dengan 4 perlakuan media Persentase tudung akrosum 86,7 4,7
utuh (%)
pemisahan dan pengencer, yaitu: I) kontrol
(Tris cutrat buffer + 20% KT(kuning telur); II) Pesentase spermatozoa 49,8 3,1
kontrol + 0,5 mM glutathione; III) kontrol + 1 pembawa kromosom X (%)
mg/ml kolesterol; dan IV) kontrol + 0,5 mM Persentase spermatozoa 50,2 3,1
glutathione + 1 mg/ml kolesterol. Data yang pembawa kromosom Y (%)
diamati adalah kualitas sebelum dan sesudah +++ sangat baik; *) hasil dari 8 kali ulangan
pemisahan meliputi persentase motil (%M),
sperma yang hidup (%LD), persentase sperma Data-data yang ditampilkan pada Tabel 2.
dengan tudung akrosom utuh (%TAU) dan adalah merupakan data kualitas semen segar
konsentrasi spermatozoa. Perolehan setelah diencerkan 1 : 1 dengan empat media
spermatozoa X dan Y setelah pemisahan perlakuan pengencer yang dipakai untuk
berdasarkan morfometri luas kepala. Seluruh pemisahan sperma. Hasil pengamatan
data dianalisa secara statistik mengikuti STEEL menunjukkan penambahan kolesterol,
dan TORRIE (1993). glutathione maupun kombinasi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap persentase
HASIL DAN PEMBAHASAN motilitas, sperma hidup dan TAU, walaupun
ada tendensi sedikit peningkatan motilitas dan
Hasil pemeriksaan semen segar yang sperma hidup dengan adanya penambahan
dipakai dalam penelitian ini baik secara kolesterol, glutathione dan kombinasinya.
makroskopik maupun mikroskopik Kualitas sperma yang telah diencerkan 1 : 1
menunjukkan gambaran karakteristik semen dengan 4 macam macam pengencer juga
sapi yang normal (Tabel 1). Data-data yang menunjukkan kualitas semen sangat memadai
dicantumkan adalah merupakan nilai hasil rata- untuk dilakukan pemisahan dengan metode
rata semen sapi segar yang dipisahkan dengan kolom albumin. Kualitas sperma setelah
metode kolom albumin dari 8 kali ulangan. dipisahkan dengan 4 media pengencer tertera

210
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

pada Tabel 3, dimana dibagi dalam dua fraksi sedikit penurunan. Lain halnya dengan
yaitu fraksi atas dan fraksi bawah. Persentase konsentrasi sperma dari hasil semen yang
motilitas, sperma hidup dan TAU sedikit dipisahkan, mengalami penurunan yang sangat
mengalami penurunan apabila dibandingkan besar. Hal ini dikarenakan banyak spermatozoa
dengan dengan sperma segar sebelum yang hilang dalam proses pemisahan. Namun
dipisahkan (Tabel 2). Penurunan kualitas secara umum kualitas semen setelah pemisahan
sperma selama proses pembuatan semen cair, masih layak untuk diproses lebih lanjut yaitu
beku maupun pemisahan adalah hal yang dibekukan.
umum terjadi, karena secara alami daya hidup Kualitas sperma hasil pemisahan yang
spermatozoa post-ejaculat sangat terbatas. didiamkan selama 2 jam pada suhu ruang
Hasil penurunan terbesar terjadi pada motilitas tersaji dalam Tabel 4. Persentase motilitas
yaitu mencapai sekitar 20%. Hal ini berkisar dari 55% sampai dengan 67%.
kemungkinan karena proses pemisahan Motilitas terendah dari ke empat perlakuan
berdasarkan motilitas, dimana yang adalah pada media kontrol yaitu 55%, menurun
spermatozoa dan motilitas tinggi dapat secara nyata (P < 0,05) dibanding dengan ke
menembus media dengan konsentrasi albumin tiga perlakuan media lainnya yang mendapat
telur lebih tinggi (30%) dan ini tentunya sangat tambahan glutathione dan kolesterol atau
menguras energi spermatozoa serta ditambah kombinasinya pada media pemisahan dan
lagi proses sentrifus juga menambah pengencernya. Dari hasil tersebut dapat dilihat
penurunan kualitas spermatozoa khususnya bahwa bahwa penambahan kolesterol atau
untuk motilitas. Untuk persentase spermatozoa glutathione dapat mempertahankan kualitas
hidup dan tudung akroson utuh (TAU) masih spermatozoa yang mengalami proses pemisahan
berkisar di atas 80% dimana hanya mengalami dan dibiarkan selama 2 jam pada suhu ruang.

Tabel 2. Kualitas semen setelah diencerkan dalam 4 macam pengencer

+ Kolesterol
Penilaian semen Kontrol + Kolesterol + Glutathione
+Glutathione
Gerakan massa +++ +++ +++ +++
Motilitas (%) 84,44 7,3 86,1 4,9 85,56 7,3 86,67 5,0
Konsentrasi (juta/ml) 1077,1 395,0 1057,1 337, 1 1045,7 341,5 1097,1 147,6
Spermatozoa hidup (%) 88.9 3,3 89,0 4,5 90,1 4,7 90,3 3,3
Tudung akrosom utuh (%) 85,7 4,9 85,6 6,19 81,1 15,7 79,0 26,0

+++ menggambarkan gerakan massa yang sangat baik

Tabel 3. Kualitas sperma setelah pemisahan

+Kolesterol
Penilaian semen Kontrol +Kolesterol +Glutathione
+Glutathione
Fraksi atas
Motilitas (%) 65,6 13,1 72,2 6,7 71,1 7,9 69,4 5,3
Konsentrasi (juta/ml) 310,0 149,3x 350,0 260,8x 320,0 156,8x 290,0 102,0x
Spermatozoa hidup (%) 84,9 5,2 88,1 5,7 89,3 4,3 86,2 6,0
Tudung akrosom utuh (%) 82,3 4,1 84,8 4,4 84,9 2,9 83,6+5,0
Fraksi bawah
Motilitas (%) 65,0 14,1 65,6 6,8 67,2 8,3 65,0 5,0
Konsentrasi (juta/ml) 137,5 52,8y 275,0 198,8x 315,0 171,6x 152,5 78,5y
Spermatozoa hidup (%) 86,3 10,2 86,2 6,4 86,8 5,6 85,7 5,2
Tudung akrosom utuh (%) 80,9 6,8 82,8 2,8 84,0 4,3 83,0 2,8
xy
superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05)

211
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

Tabel 4. Kualitas sperma 2 jam setelah pemisahan

+ Kolesterol
Penilaian semen Kontrol 1 +Kolesterol +Glutathione
+Glutahtion
Fraksi atas
Motilitas (%) 55,0 18,0b 66,7 8,7a 65,0 10,6a 67,2 5,7a
Spermatozoa hidup (%) 78,9 4,0 81,2 5,6 83,8 4,8 82,8 4,2
Tudung akros utuh (%) 76,3 5,0 79,9 3,4 81,0 2,8 80,3 3,7
Fraksi bawah
Motilitas (%) 60,0 12,3 62,2 4,4 63,9 4,9 62,2 6,7
Spermatozoa hidup (%) 78,8 8,4 81,9 3,8 82,7 4,8 82,2 5,5
Tudung akros utuh (%) 75,5 5,6 79,8 3,4 80,6 3,5 80,3 4,3
ab
superskrip yang berbeda pada baris yang sama berbeda nyata (P < 0,05)

Pengamatan terhadap perolehan sperma X dari 75,25 78,25%, dan hasil tertinggi pada
dan Y dilakukan melalui evaluasi morfometrik kelompok kontrol, namun tidak berbeda nyata
sperma dengan cara mengukur panjang dan diantara ke-empat perlakuan media pemisah.
bagian terlebar dari kepala sperma, yang Sedangkan untuk fraksi bawah, persentase
diamati di bawah mikroskop cahaya dengan perolehan sperma Y berkisar dari 82,0 87,5%.
bantuan mikrometer. Untuk menentukan luas Persentase perolehan sperma Y tertinggi terjadi
kepala sperma sapi digunakan rumus metode pada perlakuan media dengan penambahan
integral Reinmann (PURCELL dan VARBERG, kolesterol. Hal ini kemungkinan disebabkan
1987). Rata-rata persentase sperma X dan Y penambahan jumlah kolom media albumin
pada fraksi atas dan bawah tertera pada Tabel dengan konsentrasi berbeda pada setiap fraksi,
5. Pemisahan spermatozoa dengan metode menyebabkan hanya sperma yang mempunyai
kolom albumin berhasil mengubah rasio X : Y motilitas tinggi yang mampu menembus
dari 49,8 : 50,2% menjadi 21,8 24,8 : 75,2 gradien media pemisah, yaitu sperma Y. Hal
78,2% untuk albumin fraksi atas dan 82,0 ini sesuai dengan pernyataan ERRICSON et al.
87,5 : 12,5 18,0 pada albumin fraksi bawah. (1973) bahwa sperma Y lebih motil dan lebih
Pada fraksi atas, didapatkan hasil mampu menembus gradien media pemisah.
persentase perolehan spermatozoa X berkisar

Tabel 5. Persentase sperma X dan Y berdasarkan pengamatan morfometri pengukuran luas kepala sperma
pada fraksi atas dan bawah dari empat perlakuan

+ Kolesterol
Penilaian semen Kontrol + Kolesterol + Glutathione
+Glutathione
Fraksi atas
Sperma X 78,3 5,3 77,50 6,5 76,75 8,8 75,25 6,9
Sperma Y 21,8 5,3 22,50 6,5 22,75 8,0 24,75 6,9
Fraksi bawah
Sperma X 18,0 5,5 12,5 7,0 14,38 8,8 14,75 10,2
Sperma Y 82,0 5,5 87,5 7,0 85,62 8,8 85,25 10,2

212
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2007

KESIMPULAN PANCAHASTANA, H. 1999. Upaya Merubah Sex Rasio


Spermatozoa dengan Melakukan Pemisahan
Kualitas sperma hasil pemisahan yang Spermatozoa X dan Y Menggunakan Putih
Telur pada sapi Bali. Skripsi. Fakultas
didiamkan selama 2 jam pada suhu ruang
Peternakan Universitas Brawijaya, Malang.
menurun motilitasnya sekitar 20%. Motilitas
terendah dari ke empat perlakuan adalah pada SAILI, T. 1999. Efektifitas Penggunaan Albumin
media kontrol yaitu 55%, yaitu menurun secara sebagai Medium Separasi dalam Upaya
nyata (P < 0,05) dibandingkan dengan ke tiga Mengubah Rasio Alamiah Spermatozoa
Pembawa Kromosom X dan Y pada Sapi.
perlakuan media lainnya yang mendapat
Tesis. Program Pascasarjana, Institut Pertanian
tambahan glutathione dan kolesterol atau Bogor.
kombinasinya.
Penambahan glutathione dan kolesterol SITUMORANG, P., E. TRIWULANNINGSIH, A. LUBIS, T.
pada media yang digunakan untuk pemisahan SUGIARTI dan W. CAROLINE. 2000.
Optimalisasi penggunaan chilling semen untuk
spermatozoa dengan metode kolom albumin meningkatkan persentase kebuntingan sapi
dapat memepertahankan kualitas spermatozoa perah. Laporan Penelitian Balitnak, Ciawi.
setelah mengalami proses pemisahan
Pemisahan spermatozoa pada penelitian ini SITUMORANG, P., E. TRIWULANINGSIH, T. SUGIARTI,
D.A. KUSUMANINGRUM, R.G. SIANTURI, I. G.
dapat mengubah rasio X : Y dari 49,8 : 50,2%
PUTU, A. LUBIS, E. MARDIAH, I. ZURAIDA,
menjadi 21,8 24,8 : 75,2 78,2% untuk RESMI H. dan I K. PUSTAKA. 2002. Peningkatan
albumin fraksi atas dan 82,0 87,5 : 12,5 efisiensi produksi sapi melalui perbaikan
18,0 pada albumin fraksi bawah. teknologi reproduksi. Laporan Akhir
Penelitian T.A. 2003 APBN. Balai Penelitian
Ternak, Ciawi, Bogor.
DAFTAR PUSTAKA
STEEL, R.G.D. and J.H. TORRIE. 1993. Prinsip dan
DOW, M.P.D. and B.D. BAVISTER. 1989. Direct prosedur statistika. PT Gramedia Utama,
contact is required between serum albumin Jakarta.
and hamster spermatozoa for capacitation in SUBOWO. 1995. Biologi Sel. Penerbit Angkasa
vitro. Gamete Research. (23): 171 180. Bandung. hlm. 41 64.
ERICSSON, R.J., C.N. LANGEVEIN and M. NISHINO. WHITE, I.G. 1993. Lipids and calcium uptake of
1973. Isolation of Fractions Rich in Human Y sperm in relation to cold shock and
Sperm. J. Natutre. 246(5432): 421 424. preservation: A Review Reprod. Fert. Dev. 5:
FOOTE, R.H. and E.J. PARKS. 1993. Factors affecting 639 658.
preservation and fertility of bull sperm: a brief WIJAYA, A. 1996. Radikal bebas dan parameter
review. Reprod. Fert. Dev. 5: 665 773. status antioksidan. Forum Diagnos-tikum
KARYADI, E. 1997. Antioksidan resep sehat dan No.1. Lab.Klinik prodia.
umur panjang. http://www.indomedia.com/ ZARINTAS, R.J. and N.L. CROSS. 1996. The
intisari/1997/juni/antous.html. (Juni 1997). unsterified cholesterol content of human
MC. DONALD, L.E. 1989. Veterinary Endocrinology sperm regulates reponse of the acrosom to the
and Reproduction. 3th Ed. Lea and Febiger, agonist, progesterone. Biol. Reprod. 55: 19
Philadelpia. 24 (Abstract).

DISKUSI

Pertanyaan:
1. Mengapa prosesnya setelah 2 jam pemisahan?
2. Mengapa tidak setelah thawing?

Jawaban:
1. Melihat viabilitas sperma setelah pemisahan.
2. Karena ini adalah semen cair.

213

You might also like