Professional Documents
Culture Documents
Fikri Step7 LBM 3 Repro
Fikri Step7 LBM 3 Repro
Aliran darah uroplasenta menurun, dan terjadilah hipoksia dam iskemik plasenta
Faktor Risiko :
Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil berusia
kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
Paritas
- angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua
- primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat
Ras / golongan etnik
- bias (mungkin ada perbedaan perlakuan / akses terhadap berbagai etnik di banyak negara)
Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko meningkat sampai +
25%
Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin
Diet / gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain : kekurangan
kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih tinggi pada ibu hamil
yang obese / overweight
Iklim / musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi
Tingkah laku / sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama hamil memiliki
risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih tinggi.
Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan /
insidens hipertensi dalam kehamilan.
Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik lebih tinggi daripada
monozigotik.
Hidrops fetalis : berhubungan, mencapai sekitar 50% kasus
Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya bukan pre-eklampsia murni,
melainkan disertai kelainan ginjal / vaskular primer akibat diabetesnya.
Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan pre-eklampsia. Pada
kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini / pada usia kehamilan muda, dan ternyata hasil
pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada pre-eklampsia.
Faktor Risiko :
Usia
Insidens tinggi pada primigravida muda, meningkat pada primigravida tua. Pada wanita hamil
berusia kurang dari 25 tahun insidens > 3 kali lipat
Pada wanita hamil berusia lebih dari 35 tahun, dapat terjadi hipertensi laten
Paritas
- angka kejadian tinggi pada primigravida, muda maupun tua
- primigravida tua risiko lebih tinggi untuk pre-eklampsia berat
Ras / golongan etnik
- bias (mungkin ada perbedaan perlakuan / akses terhadap berbagai etnik di banyak negara)
Faktor keturunan
Jika ada riwayat pre-eklampsia/eklampsia pada ibu/nenek penderita, faktor risiko meningkat
sampai + 25%
Faktor gen
Diduga adanya suatu sifat resesif (recessive trait), yang ditentukan genotip ibu dan janin
Diet / gizi
Tidak ada hubungan bermakna antara menu / pola diet tertentu (WHO). Penelitian lain :
kekurangan kalsium berhubungan dengan angka kejadian yang tinggi. Angka kejadian juga lebih
tinggi pada ibu hamil yang obese / overweight
Iklim / musim
Di daerah tropis insidens lebih tinggi
Tingkah laku / sosioekonomi
Kebiasaan merokok : insidens pada ibu perokok lebih rendah, namun merokok selama hamil
memiliki risiko kematian janin dan pertumbuhan janin terhambat yang jauh lebih tinggi.
Aktifitas fisik selama hamil : istirahat baring yang cukup selama hamil mengurangi kemungkinan /
insidens hipertensi dalam kehamilan.
Hiperplasentosis
Proteinuria dan hipertensi gravidarum lebih tinggi pada kehamilan kembar, dizigotik lebih tinggi
daripada monozigotik.
Hidrops fetalis : berhubungan, mencapai sekitar 50% kasus
Diabetes mellitus : angka kejadian yang ada kemungkinan patofisiologinya bukan pre-eklampsia
murni, melainkan disertai kelainan ginjal / vaskular primer akibat diabetesnya.
Mola hidatidosa : diduga degenerasi trofoblas berlebihan berperan menyebabkan pre-eklampsia.
Pada kasus mola, hipertensi dan proteinuria terjadi lebih dini / pada usia kehamilan muda, dan
ternyata hasil pemeriksaan patologi ginjal juga sesuai dengan pada pre-eklampsia.
Klasifikasi :
Pre eklampsia digolongkan ke dalam Pre eklampsia ringan dan Pre eklampsia berat
dengan gejala dan tanda sebagai berikut:
Patofisiologi :
gambaran
klinik:
penambahan
berat badan
yang berlebihan, hipertensi, edema dan timbulnya proteinuria
gejala subyektif: sakit kepala daerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus: penglihatan
kabur, diplopia, skotoma: mual, muntah; gangguan serebral lainnya: oyong, refleks meningkat,
dan tidak tenang
pemeriksaan: tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan ada proteinuria pada pemeriksaan lab
(synopsis obstetric)
Bila tekanan darah mencapai atau lebih dari 160/110 mmHg, maka pre-eklampsia disebut berat.
Meskipun tekanan darah belum mencapai 160/110 mmHg, pre-eklampsia termasuk kriteria berat jika
terdapat gejala lain seperti disebutkan dalam tabel.
Pre-eklampsia dapat terjadi pada usia kehamilan setelah 20 minggu, atau bahkan setelah 24 jam post
partum.
Bila ditemukan tekanan darah tinggi pada usia kehamilan belum 20 minggu, keadaan ini dianggap
sebagai hipertensi kronik.
Gejala klinik pre-eklampsia dapat bervariasi sebagai akibat patologi kebocoran kapiler dan vasospasme
yang mungkin tidak disertai dengan tekanan darah yang terlalu tinggi.
Misalnya, dapat dijumpai ascites, peningkatan enzim hati, koagulasi intravaskular, sindroma HELLP
(hemolysis, elevated liver enzyme, low platelets), pertumbuhan janin terhambat, dan sebagainya.
Bila dalam asuhan antenatal diperoleh tekanan darah diastolik lebih dari 85 mmHg, perlu dipikirkan
kemungkinan adanya pre-eklampsia membakat.
Apalagi bila ibu hamil merupakan kelompok risiko terhadap pre-eklampsia.
Selain anamnesis dan pemeriksaan fisik, pada kecurigaan pre-eklampsia sebaiknya diperiksa juga :
1. pemeriksaan darah rutin serta kimia darah : ureum-kreatinin, SGOT, LD, bilirubin
2. pemeriksaan urine : protein, reduksi, bilirubin, sedimen
3. kemungkinan adanya pertumbuhan janin terhambat, konfirmasi USG bila ada.
4. nilai kesejahteraan janin (kardiotokografi).
Penatalaksanaan :
Komplikasi :
- Kerusakan organ akibat preeklamsia:
Otak dapat terjadi pembengkakan otaktimbul kejang disertai penurunan
kesadaran (eklamsia) & pecahnya pembuluh darah di otak akibat hipertensi
Paru-paru bengkak di paru-parusesak napas hebat & berakibat fatal
Jantung payah jantung
Ginjal gagal ginjal
Mata kebutaan akibat penekanan saraf mata yang disebabkan bengkak dan
pelepasan selaput retina mata.
Sel darah pecahnya sel darah merah dengan penurunan kadar zat pembekuan
darah
- Akibat pada janin:
Janin yang dikandung ibu hamil dengan pre eklamsia akan hidup dalam rahim
dengan nutrisi & oksigen di bawah normal.Terjadi karen pembuluh darah yang
menuju plasenta menyempit.
Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin akan terhambat sehingga terjadi bayi
yang lahir dengan berat badan yang rendah.Dapat juga bayi lahir prematur / asfiksia
EKLAMPSIA
Definisi
Eklamsia adalah pre eklamsia yang disertai kejang dan/atau koma yang timbul bukan akibat kelainan
neurologi. Superimposed pre-eklampsia-eklampsia adalah timbulnya preeklampsia atau eklampsia pada
pasien yang menderita hipertensi kronik. Menurut (Mansjoer et.al 2000)
Eklampsi merupakan serangan konvulsi yang biasa terjadi pada kehamilan, tetapi tidak
selalu komplikasi dari pre eklampsi.
Dalam sebuah konduksi studi nasional di UK pada tahun 1992, 38% dsari kasus eklampsi tidak
disertai dengan hipertensi dan protein urin (Douglas dan Redman 1994). Ini terjadi di Inggris sekitar
2000 kelahiran dan beresiko tinggi untuk ibu dan janin. Douglas dan Redman (1994) menemukan
bahwa satu dari 50 wanita dengan eklampsi meninggal dan satu dari 14 bayi mereka juga meninggal.
Di dunia luas, 50.000 wanita meninggal setelah menderita konvulsi eklampsi (Duley 1994) dan
berbagai pusat penelitian sekarang ini sedang berlangsung untuk mengetahui obat yang cocok untuk
mencegah dan mengatasi konvulsi.
Konvulsi dapat terjadi sebelum, selama, dan sesudah persalinan. Jika ANC dan Inc
mempunyai standar yang tinggi, konvulsi postpartum akan lebih sering terhindar. Ini terjadi lebih dari
48-72 jam setelahnya. Monitor tekanan darah dan urin untuk proteinuria harus dilakukan dan
dilanjutkan selama periode postpartum.
Klasifikasi
Berdasarkan waktu terjadinya eklamsi dapat dibagi menjadi:
1. Eklamsi gravidarum
Kejadian 50-60 % serangan terjadi dalam keadaan hamil
2. Eklamsi Parturientum
Kejadian sekitar 30-35 %, terjadi saat inpartu dimana batas dengan eklamsi gravidarum sukar
dibedakan terutama saat mulai inpartu.
3. Eklamsi Puerperium
Kejadian jarang sekitar 10 %, terjadi serangan kejang atau koma setelah persalinan berakhir. (
Manuaba, 1998: 245)
Hanifa W. 2005. Ilmu Kebidanan Ed. 3. Cetakan 7. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiraharjo;.h281-300 3.
a. Website : http://info.gexcess.com/id/Askeb_%28Asuhan_Kebidanan
%29/Kehamilan_Hipertensi_Esensial.info
9. Bagaimana prognosis dan komplikasi dari kasus di
skenario?
Komplikasi :
- Kerusakan organ akibat preeklamsia:
Otak dapat terjadi pembengkakan
otaktimbul kejang disertai penurunan
kesadaran (eklamsia) & pecahnya pembuluh
darah di otak akibat hipertensi
Paru-paru bengkak di paru-parusesak
napas hebat & berakibat fatal
Jantung payah jantung
Ginjal gagal ginjal
Mata kebutaan akibat penekanan saraf mata
yang disebabkan bengkak dan pelepasan
selaput retina mata.
Sel darah pecahnya sel darah merah
dengan penurunan kadar zat pembekuan
darah
- Akibat pada janin:
Janin yang dikandung ibu hamil dengan pre
eklamsia akan hidup dalam rahim dengan
nutrisi & oksigen di bawah normal.Terjadi
karen pembuluh darah yang menuju plasenta
menyempit.
Karena buruknya nutrisi, pertumbuhan janin
akan terhambat sehingga terjadi bayi yang
lahir dengan berat badan yang rendah.Dapat
juga bayi lahir prematur / asfiksia
1.Berkurangnya aliran darah menuju plasenta.
Preeklamsia akan mempengaruhi pembuluh arteri
yang membawa darah menuju plasenta. Jika plasenta
tidak mendapat cukup darah, maka janin akan
mengalami kekurangan oksigen dan nutrisi sehingga
pertumbuhan janin melambat atau lahir dengan
berat kurang.
2. Lepasnya plasenta.
Preeklamsia meningkatkan risiko lepasnya plasenta
dari dinding rahim sebelum lahir, sehingga terjadi
pendarahan dan dapat mengancam bayi maupun
ibunya.
3. Sindrom HELLP.
HELLP adalah singkatan dari Hemolyssi (perusakan
sel darah merah), Elevated liver enzym dan low
platelet count (meningkatnya kadar enzim dalam hati
dan rendahnya jumlah sel darah dalam keseluruhan
darah). Gejalanya, pening dan muntah, sakit kepala
serta nyeri perut atas.
4. Eklamsia.
Jika preklamsia tidak terkontrol, maka akan terjadi
eklamsia. Eklamsia dapat mengakibatkan kerusakan
permanen organ tubuh ibu, seperti otak, hati atau
ginjal. Eklamsia berat menyebabkan ibu mengalami
koma, kerusakan otak bahkan berujung pada
kematian janin maupun ibunya.