You are on page 1of 10

Analisa Penggunaan Impressed Current Anti Fouling (ICAF) Pada Sistem

Air Pendingin Utama Unit 1 & 2 PLTU Paiton Sebagai Tambahan


Pencegahan Terjadinya Fouling

1) 1) 1)
Moch. Tohir Ir. Sardono Sarwito, M.Sc. Indra Ranu Kusuma, ST, M.Sc.
1)
Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - FTK - ITS Surabaya
email : mochtohir1990@gmail.com

Abstract

There are several unit at Paiton steam power plant, the one of all is the 1st and 2nd unit that operated by PT. PJB Unit
Pembangkitan Paiton. The main cooling system at the 1st and 2nd unit Paiton steam power plant are using sea water as
main medium for cooling. Before make cooling process, there are several treatment are applicated for sea water like
chlorine injection to fainting the sea water microorganism, so it can not grow at pipe canal. After that, the treatment for
sea water is screening plant. It has function to screening a solid object and the big sea water microorganism. But the
treatment of chlorine injection are not effective cause still many marine growth at the main equipment cooling system. So
depend on this condition, the another method are needed for preventive marine growth adding at main cooling system.
The method is Impressed Current Anti Fouling (ICAF). The ICAF method have been applicated at Indonesian National
Armed Forces ship war (korvet sigma) cooling system. So depend on this condition, the ICAF method are possible for
applicated at Paiton steam power plant especially at the 1st and 2nd unit that using sea water for main medium cooling
system.
Keywords : chlorine injection; screening plant; ICAF; fouling; main cooling system

1. Pendahuluan

Penggunaan air laut sebagai media pendingin pada sistem air pendingin utama PLTU unit
1 dan 2 selain berpotensi menimbulkan korosi juga berpotensi menimbulkan fouling pada
peralatan sistem air pendingin utama, mengingat pada air laut tersebut terdapat mikroorganisme
dan biota laut seperti teritip, kerang, ganggang, tiram dan jenis tumbuhan laut lainnya yang
menjadi penyebab utama terjadinya fouling.

Untuk mengantisipasi terjadinya fouling tersebut maka sebelum air laut melakukan proses
pendinginan beberapa treatment dilakukan terhadap air laut tersebut diantaranya adalah dengan
menginjeksikan chlorine yang bertujuan untuk melemahkan mikroorganisme dan biota laut agar
tidak menempel pada saluran pipa, kemudian setelah itu air laut dilewatkan ke screening plant
yang berfungsi untuk menyaring benda-benda padat dan biota laut.

Tetapi pada kenyataannya penginjeksian chlorine ataupun screening plant masih dinilai
kurang efektif mengingat masih banyak terdapat fouling pada beberapa peralatan sistem air
pendingin utama. Maka untuk itu sebagai pencegahan terjadinya fouling digunakan sebuah
peralatan tambahan yang disebut Impressed Current Anti-Fouling (ICAF).

Fungsi ICAF adalah untuk mencegah atau menghambat tumbuhnya fouling, dimana
dalam hal ini fouling disebabkan oleh biota laut, seperti teritip, kerang, ganggang, tiram dan jenis
tumbuhan laut lainnya. ICAF tergolong metode terbaru untuk pencegahan pertumbuhan fouling
yaitu dengan menggunakan impressed current. Metode ICAF ini telah diterapkan pada
peralatan-peralatan di kapal yang berhubungan langsung dengan air laut seperti halnya sistem
pendingin, sistem ballast ataupun sistem pemadam kebakaran utama seperti halnya yang telah
diterapkan pada sistem pendingin salah satu kapal perang korvet kelas sigma yang dimiliki oleh
TNI AL, selain di kapal metode ICAF ini sering kali juga digunakan untuk pompa-pompa
penambangan minyak lepas pantai (Offshore).

Beracuan dengan hal di atas maka tidak menutup kemungkinan jika metode ICAF ini juga
dapat digunakan sebagai tambahan pencegahan terjadinya fouling pada sistem air pendingin
utama PLTU Paiton khususnya pada unit 1 dan 2 yang menggunakan air laut sebagai media
pendingin utamanya. Fouling ini sangatlah merugikan jika terdapat pada peralatan sistem air
pendingin utama diantaranya adalah dapat mengurangi aliran air laut, mengurangi efisiensi alat

1
penukar kalor, korosi pada pipa kondensor, dan membutuhkan biaya untuk pembersihan fouling
tersebut.

2. Tinjauan Pustaka

Metode pencegahan fouling dengan menggunakan Impressed Current Anti Fouling telah
banyak diaplikasikan pada dunia marine semisal pada seachest ataupun strainer kapal
(www.iccp-mgps.com/mgps/mgps01) terlihat pada Gambar 2.1 berikut ini.

Gambar 2.1 Penggunaan ICAF pada kapal

Selain pada kapal metode ICAF ini juga telah diterapkan pada pompa-pompa yang
digunakan pada penambangan minyak lepas pantai (offshore) terlihat pada Gambar 2.2 berikut
ini.

Gambar 2.2 Penggunaan ICAF pada pompa offshore

Pada kapal sendiri, metode Impressed Current Anti Fouling (ICAF) tidak hanya digunakan
pada daerah seachest saja melainkan juga dibeberapa area tertentu
(www.iccp-mgps.com/mgps/mgps01). Pada gambar berikut ini ditunjukkan detail dan variasi
penggunaan ICAF yang biasa digunakan pada kapal.

2
Gambar 2.3 Penggunaan ICAF pada seachest Gambar 2.4 Penggunaan ICAF pada strainer

Gambar 2.5 Penggunaan ICAF pada Gambar 2.6 Penggunaan ICAF pada seachest dan
treatment tank sistem perpipaan

Pada penggunaan metode ICAF untuk pompa-pompa yang digunakan pada


penambangan minyak lepas pantai (offshore), anoda dirangkai sedemikian rupa dan diletakkan
pada posisi sebelum strainer pada sisi hisap pompa. Untuk detail mengenai penggunaan ICAF
pada pompa-pompa yang digunakan pada penambangan minyak lepas pantai (offshore) dapat
dilihat pada gambar berikut ini (Datasheet, cuprion anti fouling).

Gambar 2.7 Penggunaan ICAF pada Gambar 2.8 Bentuk rangkaian anoda pada pompa
pompa offshore offshore

Rangkaian anode yang pada pompa-pompa yang digunakan pada penambangan minyak
lepas pantai (offshore) biasanya terdiri dari beberapa anode aluminium dan tembaga serta
beberapa komponen pendukung lainnya seperti yang terlihat pada Gambar 2.9 berikut ini.

3
Gambar 2.9 Bentuk rangkaian anoda pada pompa offshore

Metode pencegahan fouling dengan menggunakan impressed current ini juga dapat
diaplikasikan pada sistem pendingin suatu power plant yang menggunakan air laut sebagai
media pendingin utamanya. Untuk aplikasi di sistem pendingin suatu power plant, anoda
diletakkan pada water inlet, yaitu tempat pertama kali air laut masuk ke sistem pendingin
tersebut, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11 berikut ini.

Gambar 2.10 Tampak depan sistem Gambar 2.11 Tampak depan sistem pendingin suatu
pendingin suatu power plant power plant

3. Metodologi

Untuk membantu proses pelaksanaan skripsi ini, maka perlu dibuat suatu urutan metode
yang menjadi kerangka acuan dalam pelaksanaan tugas skripsi ini. Kerangka ini berisi
tahapan-tahapan yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan dari pengerjaan skripsi ini.
Dimulai dari identifikasi masalah sampai nantinya mendapatkan kesimpulan atas pengerjaan
skripsi ini.

Mulai

Identifikasi
dan
Perumusan Masalah
Buku
Jurnal
Studi Literatur Paper
Internet

4
A

Pengambilan Data

Tidak
Penentuan Besar Arus
dan Tegangan yang
dibutuhkan
Ya Ukuran Anode
Salah
Penentuan Jenis dan
Ukuran Anoda
Tidak Sesuai

Life time
anode

Design ICAF

Kesimpulan dan Saran

Selesai

4. Analisa Data dan Pembahasan

4.1 Penentuan anoda berdasarkan perhitungan

Besarnya arus proteksi dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.1 berikut,
setelah sebelumnya didefinisikan terlebih dahulu mengenai luas area yang akan dilindungi yaitu
pada water inlet sistem air pendingin utama unit 1 & 2 PLTU Paiton.

(4.1)

Dimana : Ip : Kebutuhan arus proteksi (A)


2
A : Luas penampang (m )
2
Cd : Densitas arus minimum (mA/m )

Setelah diketahui besar arus proteksi yang dibutuhkan oleh masing-masing water inlet,
maka langkah selanjutnya adalah menentukan jenis dan massa anoda yang dibutuhkan untuk
memproteksi area yang telah ditentukan dalam jangka waktu tertentu dengan menggunakan
persamaan 4.2.

5
(4.2)

Dimana : L : Anoda life time (Y)


W0 : Berat awal anoda (kg)
W : Berat akhir anoda (kg)
u : Utilization factor (0.8 - 0.9)
I : Arus yang mengalir pada anoda (A)
C : Anode consumption rate (kg/A.Y)

Dengan menggunakan beberapa persamaan tersebut maka hasil perhitungan mengenai


besar arus proteksi, jenis dan massa yang digunakan pada water inlet 1, 2 dan 3 dapat terlihat
pada Tabel 4.1. Berdasarkan perhitungan massa anoda tersebut akan menyusut setiap tahunnya
sesuai dengan Tabel 4.2 dan Tabel 4.3.

Tabel 4.1 Kebutuhan anoda


Massa Panjang Diameter
Water Panjang Tinggi Luas Arus
2 (kg) (mm) (mm)
inlet (cm) (cm) (m ) (A)
Cu Al Cu Al Cu Al
1 437.5 500 21.875 1.75 120.73 118.16 700 700 160.20 288.71
2 687.5 500 34.375 2.75 188.38 184.33 700 700 200.11 360.60
3 437.5 500 21.875 1.75 120.73 118.16 700 700 160.20 288.71

Tabel 4.2 Perubahan massa anoda*


Jenis Awal Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Anoda (kg) 1 (kg) 2 (kg) 3 (kg) 4 (kg) 5 (kg)
Cu 120.73 97.06 73.39 49.72 26.05 2.38
Al 118.16 95 71.84 48.68 25.52 2.36
* untuk water inlet 1 & 3

Tabel 4.3 Perubahan massa anoda*


Jenis Awal Tahun Tahun Tahun Tahun Tahun
Anoda (kg) 1 (kg) 2 (kg) 3 (kg) 4 (kg) 5 (kg)
Cu 188.38 151.18 113.98 76.78 39.58 2.38
Al 184.33 147.94 111.55 75.16 38.77 2.38
* untuk water inlet 2

4.2 Penentuan anoda berdasarkan kondisi pasar

Setelah diperoleh nilai arus proteksi, jenis anoda, dan massa anoda berdasarkan
perhitungan maka langkah selanjutnya adalah memilih anoda berdasarkan spesifikasi yang ada
di pasaran atau yang telah diproduksi. Spesifikasi anoda tersebut bisa meliputi jenis, massa
dan dimensi anoda. Untuk itu maka digunakan spesifikasi anoda yang diproduksi oleh Sunrui
Corrosion and Fouling Control Company (www.sunrui.net). dengan spesifikasi kebutuhan anoda
untuk instalasi seperti yang terlihat pada Tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.4 Kebutuhan anoda proteksi TCA - 2000


Luas area yang mampu Jumlah anoda Arus Proteksi
Water Luas 2
2 di proteksi (m ) yang dibutuhkan (Ampere)
inlet Area (m )
Cu Al Cu Al Cu Al
1 21.875 12.12 3.5 2 7 0.97 0.28
2 34.375 12.12 3.5 3 10 0.97 0.28
3 21.875 12.12 3.5 2 7 0.97 0.28

6
4.3 Penentuan suplai daya transformer rectifier

Ada beberapa tahapan dalam menentukan suplai daya transformer rectifier, namun
sebelum ke tahapan yang lebih lanjut maka harus diketahui terlebih dahulu diagram skematik
instalasi anoda tembaga maupun anoda aluminium. Diagram skematik anoda tembaga terlihat
pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 untuk diagram skematik anoda aluminium.

Gambar 4.1 Diagram skematik anoda tembaga

Gambar 4.2 Diagram skematik anoda aluminium

Untuk memastikan setiap anoda yang akan dipasang mendapatkan suplai arus searah
yang mencukupi yaitu 0.97 ampere untuk anoda tembaga dan 0.28 ampere untuk anoda
aluminium, maka dibutuhkan sebuah penyuplai daya yang cukup, dalam hal ini digunakan
berupa transformer rectifier. Besar tahanan anoda - elektrolit dapat ditentukan dengan
menggunakan persamaan 4.3 berikut ini :

(4.3)

7
Dimana : Rv : Besar tahanan anoda dengan elektrolit ()
: Electrolit resistivity (-cm)
L : Panjang anoda (feet)
K : Konstanta berdasarkan rasio panjang dan diameter

Besarnya tahanan yang timbul pada kabel yang menghubungkan setiap anoda dengan
connection box yang menggunakan kabel berinti satu dan kabel yang menghubungkan
connection box dengan DPU yang terdiri dari transformer rectifier yang menggunakan kabel
berinti dua dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.4 berikut ini (Sulistijono, 1999).

(4.4)

Dimana : Rc : Besar tahanan pada kabel ()


Lc : Panjang kabel (m)
Re : Tahanan spesifik kabel (/m)
N : Jumlah kabel yang diparalel
c : Jumlah inti pada kabel

Tahanan total pada sirkuit DC ini merupakan hasil penjumlahan antara tahanan pada
anoda - elektrolit dengan tahanan yang terdapat pada kabel, atau dapat dinyatakan secara
matematis dengan menggunakan persamaan 4.5 (Sulistijono, 1999) berikut ini :

Rt : Rv + Rc (4.5)

Dimana : Rt : Besar tahanan total ()


Rv : Besar tahanan pada anoda - elektrolit ()
Rc : Besar tahanan pada kabel ()

Untuk mengetahui besar tegangan yang harus disuplai oleh transformer rectifier maka
dapat digunakan persamaan 4.6 (Sulistijono, 1999) berikut ini :

VA : [(It x Rt) x (1 + SF)] + Bemf (4.6)

Dimana : VA : Tegangan DC dari transformer rectifier (Volt)


It : Total kebutuhan arus proteksi (A)
Rt : Total hambatan sirkuit DC ()
SF : Faktor keamanan transformer rectifier (20%)
Bemf : Tegangan balik 2 volt

Umumnya pada setiap panjang kabel terdapat kehilangan tegangan maka untuk
memastikan bahwa setiap anoda mendapatkan suplai tegangan yang dibutuhkan maka perlu
ditambahkan losses akibat adanya panjang kabel. Dari spesifikasi marine cable yang digunakan,
2
untuk kabel ukuran 1 x 1.5 mm mempunyai losses sebesar 34 mV/A.m dan untuk kabel dengan
2
ukuran 2 x 1.5 mm mempunyai losses sebesar 35 mV/A.m

Besar arus AC yang dibutuhkan oleh transformer rectifier dapat diketahui dengan
menggunakan persamaan 4.7 berikut ini :

(4.7)

Dimana : IDC : Arus DC keluaran transformer rectifier (A)


VDC : Tegangan DC keluaran transformer rectifier (V)
VAC : Tegangan AC masukan transformer rectifier (V)
TR : Effisiensi transformer rectifier (80%)

8
Besar daya transformer rectifier yang digunakan untuk menyuplai instalasi anoda tembaga
maupun anoda aluminium dapat diketahui dengan menggunakan persamaan 4.8 berikut ini.

PTR : IAC x VAC x Cos (4.8)

Kemudian untuk factor keamanan daya transformer rectifier dikalikan 1.5 kalinya sehingga
kebutuhan daya transformer rectifier untuk masing-masing anoda terlihat pada Tabel 4.5 berikut
ini.

Tabel 4.5 Suplai daya transformer rectifier


)
Jenis Rv Rc R total VA Cable VDC IAC PTR*
Anoda () () () (Volt) Losses (V) (Volt) (Ampere) (Watt)
Tembaga
0.86 0.109 3.18 9.9 2.3 12.2 0.588 155.22
(Cu)
Aluminium
2.95 0.23 0.97 27.64 2 30 1.43 377.52
(Al)

5. Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan

Setelah melalui serangkaian proses analisa data dan pembahasan didapatkan beberapa
kesimpulan berkaitan dengan analisa penggunaan impressed current anti fouling (ICAF) pada
sistem air pendingin utama unit 1 & 2 PLTU Paiton sebagai tambahan pencegahan terjadinya
fouling diantaranya adalah :

1. Jenis anoda yang digunakan dalam instalasi ICAF ini berupa tembaga dan aluminium,
berdasarkan perhitungan dibutuhkan massa anoda tembaga sebesar 188.38 kg dan 184.33
kg anoda aluminium untuk water inlet 1 & 3, sedangkan untuk water inlet 2 dibutuhkan
massa anoda tembaga sebesar 120.73 kg dan anoda aluminium sebesar 118.16 kg.
2. Berdasarkan luas area proteksi anoda tipe TCA - 2000 maka dibutuhkan dua anoda
tembaga dan tujuh anoda aluminium untuk water inlet 1 & 3 sedangkan untuk water inlet 2
dibutuhkan tiga anoda tembaga dan sepuluh anoda aluminium.
3. Dalam operasinya anoda dengan tipe TCA - 2000 akan disuplai oleh transformer rectifier
dengan daya 155.22 watt dengan tegangan 12.2 volt untuk instalasi anoda tembaga dan
untuk instalasi anoda aluminium diperlukan transformer rectifier dengan daya 377.52 watt
dengan tegangan 27.64 volt.
4. Berdasarkan konsumsi daya dari instalasi ICAF maka dapat dikatakan ICAF lebih hemat
energy bila dibandingkan dengan pencegahan fouling yang digunakan oleh sistem air
pendingin utama unit 1 & 2 PLTU Paiton yang menggunakan chlorine injection yang
memerlukan chlorine plant dengan konsumsi daya 467 kW AC sedangkan untuk instalasi
ICAF hanya memerlukan 155.22 watt untuk instalasi anoda tembaga dan 377.52 watt untuk
instalasi anoda aluminium.

5.2 Saran

Ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai acuan agar dalam pengembangan
penggunaan Impressed Current Anti Fouling (ICAF) selanjutnya akan diperoleh hasil yang lebih
baik terutama dalam pengaplikasiannya di dalam suatu power plant, diantaranya adalah :

1. Perlu diadakannya analisa teknis yang berkaitan dengan letak pemasangan anoda sehingga
dihasilkan perlindungan yang maksimal.
2. Untuk pengembangan lebih lanjut sebaiknya dilakukan analisa ekonomis instalasi ICAF bila
dibandingan dengan Chlorine Injection berkaitan dengan biaya investasi dan operasi.

9
Daftar Pustaka
th
A. Chandler, Kenneth. (1985). Marine and Offshore Corrosion.4 edition.Butterworth.
Anonim. Presentasi Sistem Pendingin. PT. PJB UP Paiton.
Chambers L.D, K.R. Stokes, F.C. Walsh, and R.J.K. Wood.(2006). Modern Approaches to
Marine Antifouling Coating.Surface & Coatings Technology 201 (2006) 36423652.
Corrosion & Water-Control b.v. (2006). Corrosion.<http://www.corrosion.nl/corrosion.pdf>.
Diakses 12 September 2011.
Corrosion & Water-Control b.v. (2006). Installation & Operation Manual : Impressed Current Anti
Fouling. ICAF 9900M092.Netherland.
Feriandi Panjaitan, Marison.(2011). Analisa Penggunaan Arus Searah (DC) Pada Impressed
Current Anti Fouling (ICAF) Sebagai Pencegahan Terjadinya Fouling Pada Cooling
System. Skripsi Mahasiswa Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - ITS, Surabaya.
Gurrappa, I. (2004). Chatodic Protection of Cooling Water System and Selection of Appropriate
Material. Material Processing Technology 166 (2005) 256 267
Kumar Mehta, P. (1991). Concrete in the Marine Environment. Elsevier Applied
Science.University of Berkeley.USA.
PT. Indosol Multidaya. 2009. Training PLTU Rembang On site hypochlorite generation.
Rolands, J. C. (2004). Corrosion for Marine and Offshore Engineers.IMAREST.
Sulistijono. (1999). Diktat Kuliah Korosi, Teknik Material dan Metalurgi Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.
Tohir, Moch. (2011). Laporan Kerja Praktek II - PT.PJB Unit Pembangkitan Paiton (bagian
pemeliharaan mesin 1). Jurusan Teknik Sistem Perkapalan - Fakultas Teknologi Kelautan,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya.
US Army Corps of Engineers Commander.(1997). Military Handbook Electrical Engineering
Cathodic Protection. Hyattsville, MD : USACE Publication Dept.
Widyantoro, Rendi Prasetya. (2010). Perancangan Ulang Sistem ICCP pada Tanker Ladinda.
Tugas Akhir Mahasiswa Teknik Material dan Metalurgi - Institut Teknologi Sepuluh
Nopember, Surabaya.

10

You might also like