You are on page 1of 11

Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.

2085-5109

IDENTIFIKASI DAN PREDIKSI DAERAH PENANGKAPAN


IKAN KEMBUNG (Rastrelliger spp) DI PERAIRAN
KABUPATEN PANGKEP

Identification and Prediction Fishing Ground Rastrelliger spp


In Pangkep Waters
Suhartono 1) Haruna 2) dan J.B.Paillin 2)
1)
Alumni Pascasarjana FPIK Unhas
2)
Staf Pengajar FPIK Unpatti

ABSTRACT

The objectives of the study are to (1) identify the relationship between Indian Mackerel (Rastrelliger spp) and
the oceanographic conditions including chlorophyll-a, sea surface temperature, the depth, salinity, and current
velocity; (2) distribution and predict fishing ground in the coastal waters of Liukang Tupabbiring District of
Pangkep Regency. The study was a survey involving a sample of 92 spots. The data were analyzed using Cobb
Douglass (non-linear) Regression model with backward method. The Outcome was then mapped out by means
of Geographical Information Systems (GIS) to describe the potential fishing zone and migration pattern of
Indian Mackerel (Rastrelliger spp). The study indicates that (1) the oceanographic factors (chlorophyll-a, sea
surface temperature, and the depth) influence the catch; (2) the most potential fishing zone of Indian Mackerel is
in April 2009, at the longitudes of 119o2201,2 - 119o2428,8 E and the latitudes of 4o4324,3 - 4o4550,8 S
with an area size of 5,33 km2 (0,0158%) and catch effort in predict between 176,002-196,100 kg

PENDAHULUAN disebabkan karena penurunan jumlah


Kabupaten Pangkajene dan trip/upaya penangkapan (DKP Prov. Sul-
Kepulauan atau yang lebih dikenal dengan Sel, 2009).
nama Kabupaten Pangkep, secara geografis Salah satu alat tangkap yang paling
berada diantara 110 - 113 BT dan 440 - efektif digunakan oleh nelayan di
800 LS, terletak di wilayah pantai barat Kabupaten Pangkep untuk menangkap ikan
Sulawesi Selatan, memiliki luas wilayah kembung adalah alat tangkap purse seine
keseluruhan sebesar 12.362,73 Km2 dengan atau pukat cincin. Kegiatan operasi
luas wilayah laut sebesar 11.464,44 Km2. penangkapan ikan oleh nelayan pada
Potensi wilayah lautnya merupakan salah umumnya hanya berdasarkan pada
satu modal besar sebagai penyedia pengalaman berulang-ulang dan informasi
sumberdaya alam hayati berlimpah dan berasal dari sesama nelayan. Sementara
beraneka ragam, salah satunya adalah ketersediaan ikan pada suatu wilayah selalu
sumberdaya perikanan tangkap, khususnya berubah seiring dengan perubahan
jenis ikan pelagis kecil yang bernilai lingkungan. Salah satu faktor yang paling
ekonomis penting bagi masyarakat besar pengaruhnya adalah faktor
setempat. oseanografi, baik dalam jangka waktu
Ikan Kembung (Rastrelliger spp) pendek maupun jangka waktu panjang yang
adalah salah satu jenis ikan pelagis kecil menyebabkan ikan akan memilih tempat
yang paling banyak tertangkap oleh nelayan sesuai dengan kondisi fisiologinya sehingga
di Kabupaten Pangkep. Berdasarkan data mempengaruhi pola perilaku ikan, berupa
lima tahun terakhir, produksinya berkisar gerak pindah untuk penyesuaian terhadap
antara 854,9- 1.823 ton per tahun, jumlah ini kondisi yang menguntungkan bagi
jauh lebih besar dibandingkan jenis ikan eksistensinya.
pelagis lainnya, akan tetapi dalam kurun Kondisi ini berdampak buruk bagi
waktu 2 tahun terakhir produksinya nelayan, karena tidak mengetahui secara
mengalami penurunan cukup signifikan pasti tentang keberadaan ikan yang menjadi

55
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

target tangkapannya. Umumnya nelayan dan Perikanan Universitas Hasanuddin


berangkat dari pangkalan bukan langsung Makassar.
menangkap ikan tetapi terlebih dahulu Data yang digunakan dalam
mencari lokasi penangkapan sehingga penelitian terdiri dari dua kelompok data
nelayan selalu berada dalam ketidakpastian yaitu data primer dan data sekunder. Data
tentang lokasi potensial untuk penangkapan primer adalah data hasil pengamatan
ikan yang menyebabkan pemborosan waktu, langsung di lapangan meliputi jumlah hasil
tenaga, biaya operasional penangkapan tangkapan ikan kembung (kg) dan faktor
sehingga hasil tangkapan menjadi kurang oseanografi yang terdiri dari klorofil-a
optimal dan tidak pasti sehingga berimbas (mgm-3), suhu (oC), kedalaman (m), salinitas
pada penghasilan nelayan. (0/00), dan kecepatan arus (ms-1). Data
Mencermati masalah tersebut di atas, sekunder berupa data potensi perikanan
maka perlu dilakukan suatu penelitian Kabupaten Pangkep yang diperoleh dari
memetakan daerah penangkapan potensial Dinas Kelautan dan Perikanan, peta digital
melalui survey berbagai parameter Sulawesi Selatan dari Badan Koordinasi
oseanografi secara langsung serta dipadukan Survei dan Pemetaan Nasional
dengan penggunaan teknologi untuk (Bakosurtanal), data citra satelit (suhu dan
memperoleh data dan informasi tentang klorofil-a) dari satelit AQUA/MODIS dan
karakteristik oseanografi di perairan didownload dari NASA data base
tersebut. Sebagai alternatif melalui (oceancolor.gsfc.nasagov).
penggunaan Sistem Informasi Geografis Penentuan stasiun pengambilan
(SIG) berbasis komputer sehingga dapat sampel dengan menggunakan Global
digunakan sebagai acuan untuk pengelolaan Positioning System (GPS) yang diplot
dan pemanfaatan sumberdaya ikan kembung dengan Peta Digital Kabupaten Pangkep.
yang lebih optimal. Penentuan stasiun berdasarkan titik daerah
Penelitian ini bertujuan untuk : (1) penangkapan nelayan setempat dengan
mengidentifikasi hubungan antara jumlah tingkat keterwakilan dari areal yang disurvei
hasil tangkapan ikan kembung (Rastrelliger bersamaan pada saat proses hauling dengan
spp) dengan kondisi oseanografi meliputi jumlah titik koordinat yang diambil adalah
klorofil-a, suhu permukaan laut, kedalaman, 92 titik.
salinitas, dan kecepatan arus (2) Mengetahui Selain itu digunakan data sebaran
distribusi dan memprediksi daerah klorofil-a yang diperoleh dari data citra
penangkapan potensial ikan kembung satelit AQUA/MODIS juga dilakukan
(Rastrelliger spp) di Perairan Kecamatan pengambilan sampel air laut setiap kali
Liukang Tupabbiring Kabupaten Pangkep. hauling untuk selanjutnya dilakukan
pengukuran klorofil-a. Air laut dimasukkan
METODOLOGI ke dalam botol sampel dan diberi 3 ml
larutan MgCO3, kemudian disimpan di dalam
Penelitian dilaksanakan pada bulan coolbox sehingga tidak terjadii metabolisme.
April sampai Juni 2009 di Perairan Selanjutnya air sampel tersebut di bawah ke
Kecamatan Liukang Tupabbiring Kabupaten laboratorium untuk dilakukan pengukuran
Pangkep dan Laboratorium Kualitas Air kandungan klorofil-a. Kandungan klorofil-a
Jurusan Perikanan Fakultas Ilmu Kelautan dapat dihitung dengan rumus berikut:

56
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

Klor a
11,85x664 1,54 xE 647 0,08xE 630xVe
Vsxd

Dimana:
E 664 = Absorbansi 664 nm - absorbansi 750 nm
E 647 = Absorbansi 647 nm - absobansi 750 nm
E 630 = Absorbansi 630 nm - absobansi 750 nm
Ve = Volume ekstrak aceton (ml)
Vs = Volume contoh air yang disaring (liter)
d = Lebar diameter kuvet (1 cm, 10 cm, 15 cm)

Pengukuran suhu dengan kepercayan sebesar 90%. Uji


menggunakan thermometer dilakukan normalitas dilakukan untuk menguji
pada setiap kali hauling juga kenormalan distribusi data yang
digunakan data suhu permukaan laut diperoleh di lokasi penelitian. Uji
yang diperoleh dari data citra satelit statistik digunakan Lilliefors Test
AQUA/MODIS. Pengukuran (Kolmogorov-Smirnov Test).
kedalaman perairan menggunakan Hipotesis yang digunakan yaitu HO:
metode batu duga, pengukuran salinitas data berdistribusi normal, H1: data
dengan menggunakan tidak berdistribusi normal. Jika nilai
handrefractometer, pengukuran signifikan lebih besar 0,1 maka
kecepatan arus permukaan hipotesis tentang data berdistribusi
menggunakan layangan arus dan hasil normal akan diterima (gagal tolak HO),
tangkapan ikan kembung dipisahkan dan jika lebih kecil 0,1 maka data tidak
dari tangkapan yang lain, kemudian berdistribsi normal (terima H1). Untuk
ditimbang, dicatat total beratnya dalam mengetahui hubungan variabel tak
kilogram. bebas: hasil tangkapan ikan kembung
Analisis dan Pengolahan data (Y) terhadap hasil pengukuran variabel
kondisi oseanografi dengan hasil bebas: klorofil-a (X1), suhu (X2)
tangkapan menggunakan bantuan kedalaman (X3), salinitas (X4) dan
Software SPSS (Statistical Product and kecepatan arus (X5) maka digunakan
Service Solution) 12. Untuk analisis cobb-douglas (Pratisto, 2004).
mengurangi marginal error data hasil Formulasi dari analisis tersebut sebagai
pengukuran lapangan yang sulit berikut :
dikontrol maka maka pada penelitian
ini menggunakan tingkat

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e

Persamaan ini kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk logaritma, sebagai


berikut:

Log Y = Log a+ b1 LogX1 + b2 LogX2 + b3 LogX3 + b4LogX4 + b5 LogX5 + e

57
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

Dimana :

Y = Total hasil tangkapan X1 = Klorofil-a (mgm-3)


a = Koefisien potongan (Konstanta) X2 = Suhu (0C))
b1 = Koefisien regresi parameter Klorofil-a X3 = Kedalaman (m)
b2 = Koefisien regresi suhu X4 = Salinitas ()
b3 = Koefisien regresi Kedalaman X5 = Kecepatan Arus (ms-1)
b4 = Koefisien regresi salinitas e = Standar Error
b5 = Koefisien regresi arus

Analisis Varians (Uji F) dilakukan interpolasi terhadap hasil tangkapan


untuk menguji pengaruh variabel bebas lapangan dan hasil tangkapan prediksi
(independent) secara bersama terhadap (hasil analisis) untuk mendapatkan peta
variabel tak bebas (dependent). Dari tematik dalam bentuk data spasial.
tabel Anova didapatkan nilai Metode yang digunakan untuk
significance F dimana jika lebih kecil interpolasi adalah Inverse Distance
dari 0,1 berarti nyata dan jika lebih Weightness (IDW) yang
besar dari 0,1 berarti tidak nyata. mengasumsikan bahwa tiap titik input
Analisis Koefisien Regresi (Uji t) mempunyai pengaruh yang bersifat
Pengujian ini dilakukan untuk melihat lokal yang berkurang terhadap jarak.
pengaruh masing-masing variabel Metode ini memberi bobot lebih tinggi
bebas (independent) terhadap variabel pada sel yang lebih jauh. Titik-titik
tak bebas (dependent) sehingga pada radius tertentu dapat digunakan
diperoleh model regresi terbaik. Dari dalam menentukan nilai luaran tiap
tabel summary output didapatkan nilai lokasi. Setelah interpolasi dilakukan,
significance t dimana jika lebih kecil maka akan terlihat pembagian zonasi
dari taraf hipotesis 0,1 berarti nyata, secara otomatis. Proses ini juga
dan jika lebih besar dari 0,1 berarti menggunakan perangkat lunak
tidak nyata (Sudjana, 1996). ArcView GIS 3.3. (4) penyajian hasil
Analisis daerah penangkapan analisis berupa grafik tabel dan gambar
potensial ikan kembung terdapat dalam bentuk zona potensi
beberapa kegiatan yang dilakukan yaitu penangkapan ikan dan disertai
(1) memasukkan peta digital Sulawesi penjelasan deskriptif. Menampilkan
Selatan untuk mendapatkan gambaran peta hasil analisis dengan
lokasi penelitian, penentuan batasan menggunakan perangkat lunak
wilayah penelitian, (2) melakukan ArcView GIS 3.3 dan melayoutnya.
suatu topologi yakni penyusunan atau Kriteria penentuan zona penangkapan
pemasukkan semua data potensial tersebut ditentukan secara
atribut/database dalam bentuk file otomatis oleh program ArcView GIS
Database (*dbf) berupa data parameter 3.3 dengan sistem quartil.
oseanografi (suhu, salinitas, arus,
klorofil-a, dan kedalaman) serta hasil HASIL DAN PEMBAHASAN
tangkapan. Hal ini dilakukan untuk
membangun hubungan antara data Analisis Hubungan Parameter
spasial dengan data atribut setiap Oseanografi dan Hasil Tangkapan
parameter yang digunakan. Proses ini Analisis varians (Uji F) untuk
menggunakan perangkat lunak menguji pengaruh variabel bebas
ArcView GIS 3.3, (3) melakukan (independent) secara bersama terhadap

58
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

variabel tak bebas (dependent) kedalaman, sisanya 81.5% dipengaruhi


menunjukkan bahwa nilai signifikansi oleh faktor lain.
0,000 < 0,01, ini menunjukkan bahwa Faktor lain dimaksud yang
faktor oseanografi yaitu klorofil-a, suhu diduga mempengaruhi hasil tangkapan
dan kedalaman secara bersama adalah akibat faktor cahaya dari
berpengaruh nyata terhadap hasil atraktor (lampu petromaks). Dalam
tangkapan ikan kembung maka ruang lingkup daerah penangkapan
kesimpulan bahwa model persamaan yang sempit, penggunaan atraktor
Cobb-douglas dapat diterima. cahaya pada operasi penangkapan puse
Berdasarkan analisis regresi seine merupakan salah satu faktor
Cobb-Douglas dengan metode penentu keberhasilan penangkapan
backward diperoleh hasil akhir bahwa ikan untuk mengumpulkan dan
faktor klorofil-a, suhu dan kedalaman mengkonsentrasikan ikan pada
mempengaruhi hasil tangkapan secara cathable area penangkapan. Operasi
signifikan. Nilai signifikan dari penangkapan ikan menggunakan
variabel klorofil (X1) diperoleh nilai atraktor cahaya pada suatu daerah
probabilitas (sig) sebesar 0,01<0,1; dengan kelimpahan ikan rendah
suhu (X2) di peroleh nilai probabilitas menghasilkan tangkapan rendah,
(sig) 0,007<0,1; dan kedalaman (X3) dibandingkan dengan operasi
memiliki nilai probabilitas (sig) penangkapan di daerah yang benar-
0,001<0,1. Sehingga dapat benar memiliki kelimpahan ikan tinggi.
disimpulkan bahwa perubahan variabel Pengaruh faktor oseanografi tetap lebih
klorofil-a (X1), suhu (X2) dan dominan dibanding pengaruh
kedalaman (X3) berpengaruh nyata penggunaan atraktor cahaya pada ruang
terhadap hasil tangkapan (Y). lingkup yang lebih luas, sedangkan
Sedangkan untuk variabel salinitas dalam ruang lingkup daerah
(X4), dan arus (X5), diperoleh nilai penangkapan yang sempit, pengaruh
probabilitas (Sig)>0,1, artinya atraktor cahaya akan lebih dominan
perubahan salinitas, dan arus tidak terhadap pengkonsentrasian ikan
berpengaruh nyata terhadap hasil dibanding pengaruh faktor oseanografi
tangkapan ikan kembung sehingga maka untuk mendapatkan data yang
tidak dilanjutkan untuk membuat akurat untuk menjelaskan pengaruh
model regresinya. faktor oseanografi terhadap hasil
Berdasarkan hasil perhitungan tangkapan ikan kembung, sebaiknya
didapatkan nilai koefisien korelasi yang alat tangkap yang digunakan adalah
digunakan untuk mengetahui besarnya alat tangkap yang tidak menggunakan
proporsi variabel dependen terhadap atraktor.
variabel independen, koefisien korelasi Model analisis regresi cobb-
(R) sebesar 0.43. Hal ini berarti douglas untuk menjelaskan hubungan
hubungan antara hasil tangkapan parameter oseanografi dengan hasil
dengan parameter oseanografi yang tangkapan ikan kembung adalah:
diamati (klorofil-a, suhu, dan 1 = -17.364 + 0.298 X1 + 10.543 X2
Y
kedalaman) sebesar 43%. Koefisien + 2.016 X3 + e
determinasi (R2) adalah 0.185 artinya Berdasarkan hasil regresi, ikan
18.5% variabel yang terjadi terhadap kembung yang menjadi variabel
hasil tangkapan disebabkan oleh dependen menunjukkan hubungan
variabel Klorofil-a, suhu, dan berpengaruh terhadap hasil tangkapan

59
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

prediksi dan lapangan. Untuk variabel tangkapan ikan kembung dari


yang tidak berpengaruh dikeluarkan dari persamaan yang terbentuk dengan hasil
persamaan. Grafik (Gambar 1) tangkapan di lapangan.
menunjukkan hubungan prediksi hasil

2.00
Log. Y Lapangan

1.50

1.00
y = 0.1775x + 1.0926
0.50 R2 = 0.1822

0.00
0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50

Log. Y Prediksi

Gambar 1. Hubungan antara hasil tangkapan di lapangan dengan prediksi

Pemetaan Kondisi Oseanografi dan klorofil 0,20 0,4 mgm-3 dengan jumlah
Distribusi Hasil Tangkapan hasil tangkapan tertingi 61- 120 kg.
Fenomena ini membuktikan bahwa
Klorofil-a perairan dengan kandungan klorofil-a
Tingkat kandungan klorofil-a yang tinggi tidak menjadi jaminan bahwa
pada daerah penangkapan selama daerah tersebut kaya akan sumberdaya
penelitian berkisar 0,2086 7,4654 ikan, sebab selain klorofil-a ada faktor-
mgm-3, rata-rata hasil tangkapan faktor lain yang mempengaruhi
tertinggi 53.15 kg dengan kandungan keberadaan suatu spesies pada suatu
klorofil-a 2,0228 - 3,8370 mgm -3. Pada perairan, misalnya adanya pertemuan arus
peta sebaran klorofil-a (Gambar 2a) panas dan arus dingin atau front. Gower
memperlihatkan bahwa secara umum dalam Zainuddin et al (2007) bahwa
hasil tangkapan tertinggi justru suatu daerah perairan memiliki rentang
didapatkan pada kisaran klorofil-a tertentu dimana ikan berkumpul untuk
rendah yaitu pada kisaran klorofil-a melakukan adaptasi fisiologis terhadap
0,209 1,013 mgm-3, walaupun pada faktor lain misalnya suhu, arus, dan
kisaran klorofil-a 6,641 7,445 mgm-3 salinitas yang lebih sesuai dengan yang
juga diperoleh hasil tangkapan yang diinginkan ikan, namun keberadaan
paling tinggi yaitu berkisar antara 75 konsentrasi klorofil-a di atas 0,2 mgm-3
120 kg. Nontji (2002) bahwa nilai rata- mengindikasikan keberadaan plankton
rata kandungan klorofil-a di perairan yang cukup untuk menjaga kelangsungan
Indonesia sebesar 0,19 mgm-3, nilai rata- hidup ikan ekonomis penting.
rata pada saat berlangsung musim timur
(0,24 mgm-3) menunjukkan nilai yang Suhu
lebih besar dibandingkan musim barat Hasil pengukuran suhu permukaan
(0,16 mgm-3). Isnawarti (2008) pada laut yang diperoleh selama penelitian
lokasi yang sama, dimana didapatkan berkisar 28,341 30,258C, rata-rata hasil
bahwa hasil tangkapan tertinggi untuk tangkapan sebesar 36,08 kg pada suhu
jenis ikan kembung berada pada kisaran optimal untuk penangkapan 29,7788 -

60
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

30,0184 C. Peta sebaran suhu (Gambar perubahan suhu walau hanya sebesar
2b) menunjukkan bahwa hasil tangkapan 0,03 oC.
ikan kembung paling banyak pada
kisaran suhu 29,193 30.045 0C dengan
hasil tangkapan berkisar antara 75 120 Kedalaman
kg. Pengaruh cuaca, curah hujan dan Hasil pengukuran kedalaman
radiasi matahari yang tidak mengalami lokasi penangkapan berkisar antara
perubahan yang besar atau relatif hampir 30,00-70,05 meter, kedalaman optimal
sama dengan hari lainnya pada saat penangkapan berada pada kedalaman
pegambilan sampel dilakukan pada musim 55,03 -60,04 m dengan rata-rata hasil
Timur menyebabkan variasi suhu relatif tangkapan sebesar 52,50 kg. Hal ini
tidak besar. Reddy (1993), suhu pada sesuai dengan data yang diperoleh dari
lapisan permukaan adalah seragam karena www.fishbase.org ikan Kembung hidup
percampuran oleh angin dan gelombang dalam kisaran kedalaman 15 - 200
sehingga lapisan ini dikenal sebagai lapisan meter.
percampuran (mixed layer). Isnawarti Peta hubungan kedalaman perairan
(2008) pada lokasi yang sama, terhadap hasil tangkapan pada alat tangkap
didapatkan bahwa hasil tangkapan purse seine (Gambar 2c), memperlihatkan
tertinggi untuk jenis ikan kembung bahwa hasil tangkapan dominan terdapat
diperoleh pada kisaran suhu 28,628 pada kisaran kedalaman 39,001 61,486
28,845 0C dengan jumlah hasil meter, dengan hasil tangkapan berkisar
tangkapan tertingi 61 120 kg. Kisaran antara 75 - 120 kg. Isnawarti (2008)
suhu ini bisa dikatakan cukup hangat dan melakukan penelitian pada lokasi yang
mengindikasikan bahwa di daerah sama mendapatkan hasil tangkapan
tersebut merupakan daerah terjadinya tertinggi pada jenis ikan kembung berada
front. pada kisaran kedalaman 36 - 38 m dengan
Parameter suhu mempunyai jumlah hasil tangkapan tertinggi 61 120
korelasi yang signifikan terhadap hasil kg. Kedalaman perairan tersebut berkaitan
tangkapan, hal ini dapat dilihat pada uji t erat dengan teknis operasi penangkapan
terhadap nilai koefisien variabel suhu khususnya pada alat tangkapa purse seine
yang mempunyai nilai signifikan lebih sebab pengoperasian alat tangkap ini sangat
kecil dari 0,1 yakni 0,007. Dari hasil sulit dilakukan karena bagian bawah jaring
tersebut memberikan informasi bahwa menyentuh dasar perairan sehingga jaring
kelimpahan ikan kembung sangat dapat tersangkut di dasar perairan dan
dipengaruhi oleh suhu. Laevastu dan menyulitkan proses pelingkaran dan
Hela (1970) menyatakan bahwa penarikan jaring, selain itu sampah-sampah
pengaruh suhu terhadap ikan adalah didasar perairan akan sangat mengganggu
dalam proses metabolisme, seperti dan dapat merusak jaring. Oleh karena itu
pertumbuhan dan pengambilan makanan, kedalaman yang ideal untuk pengoperasian
aktivitas tubuh, seperti kecepatan alat tangkap purse seine haruslah lebih
renang, serta dalam rangsangan syaraf dalam dibandingkan dengan lebar jaring,
sehingga ikan sangat peka terhadap sehingga hal-hal tersebut diatas dapat
dihindari.

61
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

PETA POLA PERGERAKAN PETA POLA PERGERAKAN


PET A SEBARAN K EDALA MAN T ERHADAP HASIL T ANGK APAN IKA N KEMBU NG
PET A SEBARAN KEDALAMAN T ERHADAP HASIL T ANGKAPAN IKAN KEMBUNG
DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG

Peta Indeks
Peta Indeks
PETA SEBARAN KLOROFIL DAN HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE PETA SEBARAN SUHU DAN HASIL TANGKAPAN PURSE SEINE

11900' 11915' 11930' 11945'


11900' 11915' 11930' 11945'

BARRU Lokasi Penelitian


BARRU Lokasi Penelitian
S
# #S

S
# S
#
#
S
#
S #S #S
S# S#

S
# ##
S #S ##S
S
S Hasil Hasil
Tangkapan (kg) : Klorofil (Mg/m-3) Tangkapan (kg) : Suhu (oC) :
# S#
Suhu (Deg C)
#S
S S#
S
# 1 - 11 0.209 - 1.013 #S 1 - 11 28.341 - 28.554
28.554 - 28.767

445'
445'
1.013 - 1.817 #S

445'
445'

# # S#
S S
# S## # S#
S #S
S
#
# S
S #
S S
# S
# 11 - 22 1.817 - 2.621
S# S S# #S 11 - 22 28.767 - 28.98
##S
#S
##
S S
# #S
S
#
S#
S
# S S
# 2.621 - 3.425 #S#
#S#
S S 28.98 - 29.193
S#
S
# ##
S
S
# 22 - 40 S #S ##S
S
#S 22 - 40
S#
S
##S#S
S ##S#S
S PANGKEP 3.425 - 4.229
##S#S
S
#S
##S#S
S PANGKEP 29.193 - 29.406
4.229 - 5.033 29.406 - 29.619
S
#
#
S
#
S
S #S#
#
S
# S
# 40 - 75
5.033 - 5.837 #S
S##
S
#S #S#S
#S #S 40 - 75
29.619 - 29.832
S #
S
S
# 5.837 - 6.641
S#
#S
#
S

S
#
#S
S # #
S
#
S 75 - 120
6.641 - 7.445
S#

#S
S# S#
S#
#
S 75 - 120 29.832 - 30.045
30.045 - 30.258
S
# #S
S
# S
# #S #S
Sumber Peta : Sumber Peta :
S
#
S
# #S

500'
500'

1. Survey Lapangan 2009 #S

500'
500'
S
#
S
# 1. Survey Lapangan 2009
S
# #
S
#S S# #S
#S
## S#S#S #
S#S#S#S #S#
S
# S S#
# S #
S 2. Peta Bakosurtanal 2004
##S#S #S#S#
#S#S
#S #
S #S#S #S 2. Peta Bakosurtanal 2004
N S MAROS S#S#S#S
#
S
# S
#
S#
# S
S #
S
S #
# S N #S #S S S# S#
#S #S MAROS
#
S #
S
S
# #
S #
S
S
#
a b
#S
S
# S
# #S
#S #S
S
#
S#
#S S
# H. SUH ARTONO N URDIN
#S
#S#
S #S H. SUH ARTONO N URDIN
P 0104206002 P 0104206002

Program Studi Ilmu Perikanan Program Studi Ilmu Perikanan


11900' 11915' 11930' 11945' Program Pasca Sarjana 11900' 11915' 11930' 11945' Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
30000 0 30000 60000 Makassar 30000 0 30000 60000 Makassar
Meters 2009
Meters 2009
PETA POLA PERGERAKAN
PET A SEBARAN K EDALA MAN T ERH ADAP H ASIL T ANGK APAN IKA N KEMBU NG DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG

Peta Indeks
PETA SEBARAN KEDALAMAN DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG

11900' 11915' 11930' 11945'

BARRU Lokasi Penelitian


S
#
S
# S
#
#
S
#
S

S
# ##
SS
Hasil
#
Tangkapan (kg) Kedalaman
: (m) :
#S
S

S
# 1 - 11 30.006 - 34.504
445'
445'

S
#
# S
#
S #
S
SS#
# S
# S
#
34.504 - 39.001
S
# 11 - 22 39.001 - 43.498
SS
##S#
S
# S
#
S#
S
# S 43.498 - 47.995
# S
# ##
SS#
S
S
##S#S ##S#S
S PANGKEP S
# 22 - 40 47.995 - 52.492
52.492 - 56.989
S
#
#
S
#
S
S #S#
#
S
#
S S
#
#
S S
# 40 - 75 56.989 - 61.486
#
S
#S
S # #
S 61.486 - 65.984
S
# #
S 75 - 120 65.984 - 70.481
S
#
S
# S
#
Sumber Peta :
S
#
S
#
500'
500'

1. Survey Lapangan 2009


S
# #
S S
#
S
#
N S
# S
# ##
S S#
#
S#S#S #
S#S#S#S #S#
S
#
S
#
S
S #
S S#
# S #
S
S #
# S MAROS
2. Peta Bakosurtanal 2004
#
S #
S
S
#
S
#
S
# S
#
S
#
S#
#S S
#
c
H. SUH ARTONO N URDIN
P 0104206002

Program Studi Ilmu Perikanan


11900' 11915' 11930' 11945' Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin
30000 0 30000 60000 Makassar
Meters 2009

Gambar 2. Peta sebaran klorofil-a (a), suhu (b), kedalaman perairan (c) dan hasil
tangkapan di Perairan Pangkep

Salinitas dan Arus pengambilan sampel pada musim Timur


Hasil pengukuran salinitas dimana kondisi perairan di daerah Selat
selama penelitian berkisar antara 24,02 Makassar cenderung tenang.
31,21 0/00 dan didapatkan salinitas Hasil tangkapan lebih banyak
optimal untuk penangkapan ikan diperoleh pada kecepatan arus yang
kembung berada pada salinitas 30,31 relatif kecil, karena arus yang relatif
31,21 o/00 dengan rata-rata hasil kecil akan mempengaruhi posisi
tangkapan 44,00 kg. Kecepatan arus kestabilan jaring pada saat proses
permukaan pada daerah penangkapan pelingkaran jaring. Hal ini sesuai
selama penelitian berkisar 0,016 - 0,995 dengan pendapat Sudirman dan
ms-1, rata-rata tangkapan tertinggi Mallawa (2004) bahwa dalam
diperoleh pada kecepatan arus 0,016 pengoperasian alat tangkap khususnya
0,506 ms-1 dengan jumlah tangkapan yang menggunakan jaring seperti purse
rata-rata sebesar 28,95 kg. Dari kisaran seine, trawl, cantrang, bagan rambo dan
tersebut menunjukkan kecepatan arus gillnet, faktor arus sangat
rendah hal ini berkaitan waktu mempengaruhi keberhasilan operasi

62
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

penangkapan dengan toleransi terhadap Hasil analisis statistik


kecepatan arus sampai kecepatan 3 knot. memberikan informasi bahwa
Laevastu dan Hayes (1990) bahwa arus kelimpahan ikan kembung tidak
dan perubahannya sangat penting dalam dipengaruhi oleh salinitas dan
operasi penangkapan, perubahan dalam kecepatan arus , hal ini diduga karena
kelimpahan dan keberadaan ikan. pengaruh klorofil-a, suhu dan
kedalaman lebih dominan.
PETA POLA PERGERAKAN PETA POLA PERGERAKAN
PETA SEBARAN KEDALAMAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG
PETA SEBARAN KEDALAMAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG DAN HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG

Peta Indeks Peta Indeks


PETA PREDIKSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KEMBUNG PETA PREDIKSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KEMBUNG
PADA BULAN APRIL 2009 PADA BULAN MEI 2009
11900' 11915' 11930' 11945' 11900' 11915' 11930' 11945'

BARRU Lokasi Penelitian BARRU Lokasi Penelitian


#S
Fishing Base Fishing Base
S#
S#
Tangkapan (kg): Tangkapan (kg):
Lapangan(kg)Prediksi:
Tangkapan : Prediksi Lapangan(kg)Prediksi:
Tangkapan : Prediksi
445'
445'

445'
445'
#SS# #S S# 1 - 11 15.217 - 35.315 S# 1 - 11 10.314 - 18.131
35.315 - 55.413 18.131 - 25.948
#S 11 - 22 55.413 - 75.511 S##S#S#S#S S##S #S 11 - 22 25.948 - 33.765
#S PANGKEP 75.511 - 95.609
#S
#S#S#S
S##S PANGKEP 33.765 - 41.582

#S
S## #S
#S 22 - 40 95.609 - 115.708 #S 22 - 40 41.582 - 49.399
S
#S 115.708 - 135.806 49.399 - 57.216
S# 40 - 75 135.806 - 155.904
155.904 - 176.002
S# 40 - 75 57.216 - 65.033
65.033 - 72.85
#S 75 - 120 176.002 - 196.1 #S 75 - 120 72.85 - 80.667


Sumber Peta : Sumber Peta :
500'
500'

500'
500'

1. Survey Lapangan 2009 1. Survey Lapangan 2009


#
S
N S#S#S#SS##S
#S#
#S MAROS
2. Peta Bakosurtanal 2004
N S##S#S #S #S
#S#S
S#
MAROS
2. Peta Bakosurtanal 2004

H. SUHARTONO NURDIN H. SUHARTONO NURDIN

a P 0104206002 P 0104206002

11900' 11915' 11930' 11945'


Program Studi Ilmu Perikanan
Program Pasca Sarjana 11900' 11915' 11930' 11945'
b
Program Studi Ilmu Perikanan
Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin Universitas Hasanuddin
30000 0 30000 60000 30000
PETA POLA PERGERAKAN
Makassar 0 30000 60000 Makassar
PETA SEBARAN KEDALAMAN TERHADAP HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG
Meters DAN 2009
HASIL TANGKAPAN IKAN KEMBUNG Meters 2009

Peta Indeks
PETA PREDIKSI DAERAH PENANGKAPAN IKAN KEMBUNG
PADA BULAN JUNI 2009
11900' 11915' 11930' 11945'

BARRU Lokasi Penelitian


#S
S# S#
#S
#S ##S
S
Fishing Base
Tangkapan (kg):
Lapangan(kg)Prediksi:
Tangkapan : Prediksi
445'
445'

S## 1.135 - 14.191


S# S S# #S S# 1 - 11
#S #S 14.191 - 27.248
#
S
#S #S 11 - 22 27.248 - 40.304
PANGKEP 40.304 - 53.36

#S
#S 22 - 40 53.36 - 66.417
66.417 - 79.473
S# S# S#
S#
#S S#
#S S# 40 - 75 79.473 - 92.529
92.529 - 105.586
#S
#S #S 75 - 120 105.586 - 118.642

#S #S
Sumber Peta :
#S
#S#S
500'
500'

S# #S 1. Survey Lapangan 2009


#S#S #S 2. Peta Bakosurtanal 2004
N #S
#
S
#S
#
S
#S #S MAROS
#S
#S
#S #S
#S#S #S H. SUHARTONO NURDIN
P 0104206002

Program Studi Ilmu Perikanan

30000
11900' 11915'

0
11930'

30000
11945'

60000
c
Program Pasca Sarjana
Universitas Hasanuddin
Makassar
Meters 2009

Gambar 3. Peta daerah penangkapan ikan Kembung model Y prediksi pada bulan
Bulan April (a), Mei (b), Juni (c) 2009 di Perairan Pangkep

Prediksi Daerah Penangkapan interpolasi data antara koordinat daerah


Hasil tangkapan yang diperoleh di penangkapan dengan hasil tangkapan yang
lapangan dianalisis lebih lanjut untuk telah dianalisis. Dari hasil analisis dimana
memprediksi hubungan faktor oseanografi parameter klorofil-a, suhu dan kedalaman
terhadap jumlah hasil tangkapan. Untuk secara bersama-sama berpengaruh nyata
membuat peta prediksi ini, dilakukan terhadap hasil tangkapan. maka peta prediksi

63
2
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

daerah penangkapan ikan Kembung Berdasarkan hasil penelitian ini


berdasarkan hasil tangkapan prediksi pada maka untuk penelitian selanjutnya sebaiknya
bulan April sampai Juni 2009 di perairan dilakukan dengan menggunakan alat
Kecamatan Liukang Tupabbiring dapat tangkap yang tidak menggunakan atraktor
dilihat pada Gambar 3. cahaya, alat ukur dengan tingkat akurasi
Pada bulan April 2009 berada 12,48 yang lebih baik, jangka waktu penelitian
mil laut di sebelah Utara fishing base yaitu yang lebih panjang misalnya dalam dua
pada posisi 119o2219,2 - 119o2345,6 BT musim penangkapan, serta perlu validasi
dan 4o4354,8 - 4o4520,2 LS, dengan luas data dengan ulangan yang lebih banyak dan
daerah sebesar 5,33 km2 (0,015% dari total titik penangambilan sampel yang lebih
luas daerah penangkapan), dengan prediksi banyak sehingga diperoleh data base yang
tangkapan tertinggi berkisar antara 176,002 lebih akurat untuk dapat menyimpulkan
196,100 kg. Pada bulan Mei 2009 berada secara pasti.
6,47 mil laut di sebelah Barat Daya fishing
base yaitu pada posisi 119o1619,2 - DAFTAR PUSTAKA
119o1648 BT dan 5o0149,1 - 5o0219,7 Anonim. 2007. Sistem Informasi Geografis.
LS, dengan luas daerah sebesar 0,63 km2 [online]. http://www.wikipedia.org
(0,0008% dari total luas daerah [Diakses tanggal 17 November
penangkapan), dengan prediksi tangkapan 2007].
tertinggi berkisar antara 72,850 80,667 kg. Bigelow, K.A., Boggs, C.H., and He. X.
Pada bulan Juni 2009 berada 4,9 mil laut di 1999. Environmental Effects on
sebelah Tenggara fishing base yaitu pada Swordfish and Blue Shark Catch
posisi 119o247,2 - 119o2432,4 BT dan Rates in the US North Pacific
4o5916,4 - 4o5934,8 LS, dengan luas Longline Fishery. Fishery
daerah sebesar 0,36 km2 (0,0002% dari total Oceanography 8:3, 178-198.
luas daerah penangkapan), dengan prediksi Burhanuddin, S., Martosuwejo, M., Adrim
tangkapan tertinggi berkisar antara 105,586- dan M. Hutomo. 1984.
118,642 kg. Sumberdaya Ikan Kembung. Studi
Potensi Sumberdaya Hayati Ikan.
KESIMPULAN DAN SARAN LON-LIPI. Jakarta.
Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten
Berdasarkan hasil penelitian dan Pangkep. 2008. Data Base Potensi
pembahasan disimpulkan bahwa faktor Kelautan dan Perikanan Wilayah
oseanografi yaitu klorofil-a, suhu, dan Pesisir dan Kepulauan Kabupaten
kedalaman berpengaruh nyata terhadap hasil Pangkep. Pangkep.
tangkapan dan berdasarkan metode Sistem Hasyim, B dan Chandra, E.A. 1996.
Informasi Geografis (SIG), zona potensi Analisis Pola Distribusi Suhu
penangkapan ikan kembung yang paling Permukaan Laut dan Hasil
potensial di perairan Kecamatan Liukang Tangkapan Ikan Cakalang di
Tupabbiring Kabupaten Pangkep pada Perairan Utara Pulau Bali.
musim Timur yaitu pada bulan April 2009 Majalah Lapan Edisi Penginderaan
dengan posisi 119o2201,2 - 119o2428,8 Jauh bulan Januari 1999. LAPAN.
BT dan 4o4324,3 - 4o4550,8 LS dengan Jakarta.
luas daerah sebesar 5,33 km2 (0,015% dari Isnawarti. 2008. Eksplorasi Potensi dan
total luas daerah penangkapan), prediksi Pemetaan Zona Penangkapan Ikan
tangkapan tertinggi berkisar antara 176,002 Kembung (Rastrelliger kanagurta)
196,100 kg. Berbasis SIG di Perairan Kecamatan
Liukang Tupabbiring Kabupaten

64
2
Jurnal Amanisal PSP FPIK Unpatti-Ambon. Vol. 2. No.2, November 2013. Hal 55 65. ISSN.2085-5109

Pangkep. Skripsi. Jurusan Perikanan workshop on Apllication of


FIKP Universitas Hasanuddin Satellite Remote Sensing for
Makassar. Identifying and Forecasting
Laevastu, T., And Hayes, M.L. 1981. Potential Fishing Zones in
Fiheries Oseanography and Developing Countries, India, 7-11
Echology. Fishing News Book. December 1993.
London. Sudirman dan Mallawa, A. 2004. Teknik
Nelwan, A., Kurnia, M., Rasyid, A. 2003. Penangkapan Ikan. Rineka Cipta.
Studi Tentang Daerah Jakarta.
Penangkapan Ikan Alat Tangkap Sudjana, M.A. 2002. Metode Statistika.
Purse Seine di Perairan Kota Tarsito. Bandung.
Makassar dan Kabupaten Takalar Zainuddin, M., Safruddin, dan Ismail. 2007.
Serta Hubungannya dengan Faktor Pendugaan Potensi Sumberdaya
Oseanografi. Laporan Penelitian. Laut dan Migrasi Ikan Pelagis
Fakultas Ilmu Kelautan dan Kecil di Sekitar Perairan
Perikanan Universitas Hasanuddin. Jeneponto. Laporan Hasil
Makassar. Penelitian. Laboratorium Sistem
Nontji, A. 2002. Laut Nusantara. Informasi Perikanan Tangkap.
Djambatan. Jakarta. Program Studi Pemanfaatan
Reddy, M.P.M. 1993. Influence of the Sumberdaya Perikanan. Jurusan
Various Oceanographic Parameters Perikanan. Fakultas Ilmu Kelautan
on the Abundance of Fish Catch. dan Perikanan. Universitas
Proceeding of International Hasanuddin. Makassar.

365

You might also like