Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The aim of this study was to determine the effect of different incubation temperature on hatching time,
hatching rate and larvae survival rate in brittlenose catfish albino Ancistrus cirrhosus eggs. A completely
randomized design is used in this study with 3 different treatments and 3 replications. The treatments were; A as
a control which room temperature had used (25-26oC), B 28oC and C 31oC. Based on the result at Least Significant
Different (LSD) test (P<0,05), treatment C hatch at 92,23 hours (3 days 20 hours) and B hatch at 93,29 hours (3
days 21 hours) had not significantly different in between, except A which hatch at 95,50 hours (3 days 23 hours)
had sicnificantly different with those both treatments. The hatching rate at LSD test result showed all treatments
were significantly different which A was the highest hatching rate 95,96% and C had the lowest 66,67%. Based
on ANOVA test, survival rate of larvae had not significantly different between treatments (P<0,05).
ABSTRAK
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui pengaruh suhu inkubasi terhadap waktu penetasan, derajat
penetasan telur, serta derajat kelangsungan hidup larva pasca pemaparan suhu pada proses penetasan (suhu air 25-
26oC). Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan suhu inkubasi berbeda
dan 3 kali ulangan. Perlakuan meliputi A kontrol dengan perlakuan suhu ruang (suhu air 25-26oC), perlakuan B
dengan perlakuan suhu 28oC, perlakuan C dengan perlakuan suhu 31oC. Berdasarkan uji Beda Nyata Terkecil
(BNT) (P<0,05) perlakuan C yang menetas selama 92,23 jam (3 hari 20 jam) dan B yang menetas selama 93,29
jam (3 hari 21 jam) tidak menunjukan perbedaan yang nyata diantara keduanya, namun berbeda nyata dengan
perlakuan A yang menetas selama 95,50 jam (3 hari 23 jam). Derajat penetasan telur berdasarkan uji BNT
menunjukan perbedaan yang nyata di setiap perlakuan, dimana perlakuan A menghasilkan nilai tertinggi sebesar
95,56% dan perlakuan C dengan nilai terendah sebesar 66,67%. Derajat kelangsungan hidup larva berdasarkan uji
analisis ragam (ANOVA) (P<0,05) hasil dari masing-masing perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap
perbedaan suhu pasca inkubasi.
Dinna Yuliani, Fia Sri Mumpuni, Muarif. 2020. Pengaruh Perlakuan Suhu yang Berbeda
terhadap Waktu Penetasan, Daya Tetas Telur dan Tingkat Kelangsungan Hidup Larva Ikan
Brushmouth Albino (Ancistrus cirrhosus). Jurnal Mina Sains 6(1): 1-7.
budidaya ikan hias memiliki prospek usaha untuk mencapai keberhasilan kegiatan
yang baik kedepannya. pembenihan baik dari segi kualitas, kuantitas
Volume produksi sejalan dengan maupun waktu. Oleh sebab itu penelitian ini
banyaknya produk yang dihasilkan. Oleh dilakukan untuk mengefisiensikan waktu
sebab itu semakin tinggi kenaikan volume yang dibutuhkan dalam proses penetasan
produksi suatu kegiatan budidaya, maka dengan menggunakan suhu. Selain waktu
semakin tinggi pula ikan yang harus dipanen. penetasan, parameter yang diperhatikan pada
Meningkatnya volume produksi salah satunya penelitian ini yaitu berupa derajat penetasan
didasari dari banyaknya jumlah permintaan. telur dan derajat kelangsungan hidup larva
Namun banyaknya jumlah permintaan kurang pasca pemaparan suhu. Kedua parameter
bisa dipenuhi para pembudidaya salah satunya tersebut ditunjukkan untuk mengetahui
disebabkan oleh terbatasnya fasilitas dan kualitas penetasan maupun larva yang
biaya produksi untuk mencapai target, dihasilkan terkait metode peningkatan suhu
sehingga kapasitas produksi tidak sebanding yang dilakukan, sehingga nantinya didapatkan
dengan permintaan. Oleh sebab itu pola tanam data suhu yang optimal. Komoditas ini dipilih
perlu diterapkan untuk membuat siklus karena masih sedikit sekali kajian ilmiah
produksi teratur dengan baik. Selain itu, mengenai ikan brushmouth albino. Penelitian
efisiensi waktu kegiatan budidaya juga perlu ini dilaksanakan dengan harapan dapat
diperhatikan karena dapat mempengaruhi memberikan informasi kepada masyarakat
faktor lain seperti biaya produksi, jumlah mengenai besarnya pengaruh suhu dalam
produksi, dan lain sebagainya. Menurut kegiatan budidaya khususnya dalam proses
Effendi (2012) kegiatan budidaya perikanan penetasan telur.
merupakan kegiatan ekonomi yang mengarah
pada industri dimana memenuhi perinsip tepat BAHAN DAN METODE
waktu, tepat jumlah, tepat mutu, dan tepat
harga. Keempat perinsip tersebut saling Waktu dan Tempat
mempengaruhi satu sama lain. Salah satunya Penelitian ini dilaksanakan pada Januari-
perinsip tepat waktu dimana semakin cepat Oktober 2019. Percobaan uji dilaksanakan
suatu proses kegiatan budidaya berlangsung pada 23 Maret 2019 - 3 April 2019, bertempat
maka semakin banyak ikan yang diproduksi di Jl. Jabaru 4 Pasir Kuda Bogor.
dengan tetap menjaga kualitas dan mutu,
sehingga dapat menghemat waktu dan Alat dan Bahan
menekan biaya produksi. Peralatan yang digunakan dalam
Kualitas air merupakan salah satu faktor penelitian ini meliputi wadah percobaan
yang mempengaruhi produksi kegiatan berupa akuarium sebanyak 9 unit berukuran
budidaya, dimana parameter suhu merupakan 15 cm x 15 cm x 20 cm, aerator dan sistem
parameter yang memiliki keterkaitan kompleks aerasi, heater, pH meter, dan termometer.
terhadap kualitas air lainnya. Sehingga dapat Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi, dan meliputi telur ikan brushmouth albino
kelangsungan hidup (Muarif, 2016). Suhu dapat (Ancistrus cirrhosus) dan methylene blue.
mempengaruhi histopatologi ikan (Sumantri et
al. 2017), proses fisiologi dan biologi tubuh Rancangan Penelitian
ikan, dan berperan dalam proses Percobaan ini menggunakan Rancangan
perkembangan embrio pada telur (Putri et al. Acak Lengkap (RAL) sebanyak tiga
2013). Suhu juga dapat mempengaruhi waktu perlakuan. Perlakuan terdiri dari A kontrol
penetasan telur, karena selaput telur akan dengan penetasan telur perlakuan suhu
lebih cepat larut pada suhu yang tinggi ruangan (25-26oC), perlakuan B penetasan
dibandingkan pada suhu rendah (Hutagalung telur dengan perlakuan suhu sebesar 28oC dan
et al. 2016). Dapat disimpulkan bahwa perlakuan C penetasan telur dengan perlakuan
penanganan suhu yang baik perlu dilakukan suhu sebesar 31oC. Setiap perlakuan akan
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 6 Nomor 1, April 2020 3
penetasan telur ikan brushmouth albino. sehingga terjadi kematian di fase gastrula
Sesuai dengan hasil penelitian dengan metode akhir. Nilai suhu inkubasi yang terlalu rendah
yang sama pada ikan sinodontis Synodontis atau terlalu tinggi dapat menyebabkan
eupterus, daya tetas telur tertinggi pada ikan perkembangan embrionik yang tidak tepat,
sinodontis terjadi pada perlakuan suhu sehingga dapat menyebabkan kelainan
inkubasi 25-26oC yaitu sebesar 94,67% perkembangan atau bahkan dapat terjadi
dibandingkan dengan perlakuan suhu lainnya kematian pada embrio (Zarski et al. 2017).
yaitu 28-29oC, 31-32oC dan kontrol
(Pangreksa et al. 2016). Kucharczyk et al. Derajat Kelangsungan Hidup Larva
(1997) menyatakan bahwa nilai derajat Berdasarkan hasil perhitungan uji F,
penetasan telur dipengaruhi oleh suhu, dimana perlakuan suhu inkubasi telur yang berbeda
nilai derjat penetasan yang tinggi akan tidak mempengaruhi derajat kelangsungan
dihasilkan jika suhu inkubasi telur sama hidup larva. Berdasarkan hasil, derajat
dengan kisaran suhu pada saat pemijahan. Hal kelangsungan hidup larva perlakuan C
tersebut dikarenakan kisaran suhu optimal mengasilkan derajat kelangsungan hidup
untuk perkembangan embrio memiliki terendah yaitu sebesar 91,26%, dibandingkan
korelasi dengan suhu ketika pemijahan dengan perlakuan A yang menghasilkan
berlangsung. Sehingga memungkinkan jika derajat kelangsungan hidup tertinggi yaitu
rendahnya derajat penetasan telur ikan sebesar 95,40%. Brysiewicz et al. (2011)
brushmouth albino pada perlakuan suhu 31oC melaporkan bahwa ikan dari genus Ancitrus
disebabkan oleh adanya perubahan suhu dapat bereproduksi pada kondisi suhu sebesar
ketika pemijahan dan inkubasi. Sehingga 24oC. Sedangkan suhu pemeliharaan larva
memungkinkan telur kurang bisa beradaptasi mencapai 25oC. Hal itu membuktikan bahwa
pada suhu inkbasi karena rentang suhu yang tingginya nilai derajat kelangsungan hidup
tinggi, dimana pada saat pemijahan suhu air larva pada ke-3 perlakuan uji memungkinkan
berkisar antara 24-25oC. disebabkan oleh kondisi lingkungan yang
Suhu hingga mencapai level mematikan sesuai dengan habitatnya, dengan nilai DO
bervariasi berdasarkan tingkat adaptasi suatu sebesar 6,1-6,2 mg/L. Kesesuaian kondisi
organisme di tiap fase hidupnya (Blaxter, lingkungan perlakuan uji dengan habitatnya
1969). Sedangkan embrio memiliki batas juga dapat membuktikan bahwa kondisi
toleransi suhu dalam proses tersebut berada pada tingkat yang di toleransi
perkembangannya. Pada fase perkembangan oleh larva. Sehingga dapat disimpulkan
embrionik, rentang toleransi suhu lebih kecil bahwa perlakuan suhu inkubasi pada proses
dibandingkan pada fase hidup lainnya di penetasan telur tidak mempengaruhi derajat
sebagian besar spesies ikan. Di alam, rentang kelangsungan hidup larva.
suhu yang dapat ditoleransi telur untuk spesies
ikan yang hidup di iklim sedang hingga tropis KESIMPULAN DAN SARAN
sebesar ±5,8° C (Rombough, 1997). Faktor
utama rendahnya rentang suhu toleransi pada Kesimpulan
fase embrionik ialah karena ketidakmampuan Hasil peneitian menunjukan, waktu
embrio untuk menyesuaikan diri dalam penetasan tercepat terjadi pada perlakuan
mengompensasi suhu. Embrio tidak dapat suhu 31oC yaitu selama 92,23 jam, sedangkan
mengatur fluiditas membran selnya, dan pada waktu penetasan terpanjang terjadi selama
tingkat metabolismenya pun tidak 95,50 jam pada perlakuan kontrol. Derajat
menunjukkan adanya tanda-tanda aklimasi penetasan telur tertinggi terjadi pada
suhu (Rombough 1997). Yani et al. (2017) perlakuan kontrol sebesar 95,55% dan derajat
berdasarkan hasil penelitiannya menyatakan penetasan telur terendah terjadi pada
bahwa rendahnya derajat penetasan telur pada perlakuan 31oC sebesar 66,66%. Pemaparan
suhu tinggi (32oC) disebabkan oleh suhu pada pada proses inkubasi telur tidak
terhambatnya perkembangan embrio,
Jurnal Mina Sains ISSN: 2407-9030 Volume 6 Nomor 1, April 2020 7