You are on page 1of 7

Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.

e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

PENGARUH LAMA PENYIMPANAN TELUR HERBAL AYAM RAS FASE KEDUA PADA
SUHU RUANG TERHADAP PENURUNAN BERAT TELUR, DIAMETER RONGGA UDARA,
DAN INDEKS ALBUMEN

The Effect of Storage Time of Second Phase Chicken Herbal Eggs at Room Temperature on Egg
Weight Loss, Air Cell Diameter, and Albumen Index

Masitoh, Khaira Nova, Rudy Sutrisna, Riyanti


Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture, Lampung University
Soemantri Brojonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
Email: masitohhae@gmail.com

ABSTRACT

This study aimed to determine the effect of storage time of the second phase of chicken herbal eggs at room
temperature on egg weight loss, air cell diameter, and albumen index and also to determine the best storage
time for second phase of chicken herbal eggs. This research was conducted on 7 October until 4 November
2020 at the Animal Production Laboratory, Department of Animal Husbandry, Faculty of Agriculture,
University of Lampung. This study used a completely randomized design (CRD) with 5 treatments of
storage time for herbal eggs for 0, 1, 2, 3, 4 weeks and 4 replications. In each treatment, 12 herbal eggs
were used with the total number of herbal egg samples used as many as 60 eggs. The data obtained were
tested according to analysis of variance. If there is a significant effect, the Least Significant Difference
(LSD) test is carried out at the 5% level. The results of this study indicated that the herbal egg storage
treatment had a significant effect (P <0.05) on reducing egg weight, air cell diameter, and albumen index.
The storage time of 1 week gave the best effect on the lowest egg weight reduction which was 2,696% ±
0.713, the smallest air cell diameter which was 2.199 ± 0.137 cm and the highest index value albumen
which was 0.023 ± 0.004 compared to the storage time of 2, 3 and 4 weeks.

Keywords: Air cell diameter, Albumen index, Egg weight loss, Herbal egg, Room temperature

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh lama penyimpanan telur herbal ayam ras fase kedua pada
suhu ruang terhadap berat t telur, diameter rongga udara, dan indeks albumen serta mengetahui lama
penyimpanan yang terbaik untuk telur herbal ayam ras fase kedua. Penelitian ini dilasanakan pada 7
Oktober hingga 4 November 2020 di Laboratorium Produksi Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas
Pertanian, Universitas Lampung. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 5 perlakuan lama penyimpanan telur herbal selama 0, 1, 2, 3, 4 minggu dan 4 ulangan. Pada setiap
perlakuan menggunakan 12 butir telur herbal dengan jumlah seluruh sampel telur herbal yang digunakan
sebanyak 60 butir. Data yang diperoleh diuji sesuai dengan analisis ragam. Bila terdapat pengaruh nyata
dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
perlakuan penyimpanan telur herbal memberikan pengaruh nyata (P<0,05) terhadap penurunan berat telur,
diameter rongga udara, dan indeks albumen. Lama penyimpanan 1 minggu memberikan pengaruh terbaik
yaitu penurunan berat telur terendah yaitu 2,696% ± 0,713, diameter rongga udara terkecil yaitu 2,199 ±
0,137 cm dan nilai indeks albumen tertinggi yaitu 0.023 ± 0,004 dibandingkan dengan lama penyimpanan
2, 3 dan 4 minggu.

Kata Kunci: Diameter rongga udara, Indeks albumen, Penurunan berat telur, Suhu ruang, Telur herbal

PENDAHULUAN dipilih sebagai salah satu sumber gizi yang mudah


didapat dan memiliki harga yang terjangkau bagi
Konsumsi telur ayam ras per kapita tahun masyarakat. Menurut Sarwono (1995),
2017 sebesar 106,418 butir, mengalami pentingnya telur sebagai bahan makanan karena
peningkatan sebesar 6,64% dari konsumsi tahun banyaknya zat pembangun (protein) yang terdapat
2016 sebesar 99,796 butir (Direktorat Jenderal di dalamnya dan telur juga merupakan bahan
Peternakan dan Kesehatan Hewan, 2018). Hal makanan yang paling mudah dicerna.
tersebut dapat dipahami mengingat bahwa telur

1
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.
e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

Menurut Winarno dan Koswara (2002), dalam pewarnaan kuning telur sehingga
kandungan gizi telur terdiri atas air 73,7%, protein menghasilkan warna kuning telur lebih orange
13%, lemak 11,5%, dan karbohidrat 0,65%. serta mampu meningkatkan produksi telur pada
Hampir semua lemak di dalam telur terdapat pada ayam ras petelur. Pada beberapa penelitian
kuning telur yaitu mencapai 34,65%, sedangkan diketahui bahwa ramuan herbal yang diberikan
pada putih telur kandungan lemaknya sangat melalui air minum ternyata memberi respon yang
sedikit sekitar 0,03%. Tingginya kandungan gizi baik terhadap pertumbuhan dan stamina ayam,
telur membuat telur baik untuk memenuhi serta bau kotoran ayam di sekitar kandang
kebutuhan gizi manusia, rata-rata kebutuhan gizi berkurang.
manusia per hari antara lain karbohidrat 300 g, Perbaikan metabolisme melalui
protein 1/6 dari berat tubuh manusia, lemak 62 g, penambahan ramuan herbal secara tidak langsung
vitamin dan mineral 40 kalori serta membutuhkan akan meningkatkan performa ternak melalui zat
serat yang cukup (Pramono, 2010) bioaktif yang dikandungnya. Dengan demikian
Masyarakat pada umumnya tidak terlalu ternak akan lebih sehat karena memiliki daya
memperhatikan berapa lama waktu penyimpanan tahan tubuh yang lebih baik. Menurut
yang baik untuk tetap menjaga kualitas telur, pengamatan peternak aroma daging dan telur
sehingga masyarakat tidak sadar akan kualitas ayam yang diberi jamu tidak amis dibandingkan
telur yang disimpan pada suhu ruang dalam dengan ayam yang tidak diberi jamu (Rahayu dan
jangka waktu tertentu. Menurut Sarwono (1995), Budiman, 2008)
telur segar memiliki daya simpan yang relatif Berdasarkan penjelasan di atas, maka
pendek. Jika dibiarkan dalam udara terbuka (suhu perlu dilakukan penelitian bagaimana pengaruh
diatas 20˚C) hanya dapat bertahan kurang lebih 2 perbedaan lama penyimpanan telur herbal ayam
minggu atau sekitar 10 sampai 14 hari. Apabila ras pada suhu ruang terhadap berat telur, rongga
lewat waktu tersebut akan mengakibatkan udara, dan indeks albumen sehingga diharapkan
terjadinya penguapan cairan dan gas dalam telur akan diketahui lama simpan telur herbal yang
semakin banyak. masih layak untuk digunakan.
Telur ayam ras fase kedua cenderung
memiliki kerabang yang lebih tipis. Wahyu MATERI DAN METODE
(1992) menyatakan bahwa saat mulai memasuki
periode produksi kedua, ukuran telur bertahap Penelitian ini dilaksanakan pada 7 Oktober
semakin besar dengan tingkat produksi yang hingga 4 November 2020. Tempat penelitian di
meningkat. Semakin tua umur induk, semakin Laboratorium Produksi Ternak yang berada di
besar ukuran telur, tetapi kerja organ Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian,
reproduksinya semakin tidak sempurna, sehingga Universitas Lampung.
telur yang diproduksi akan memiliki kerabang
telur yang tipis dan mudah retak. Pada penelitian Materi
ini peneliti tertarik untuk meneliti lama Alat yang digunakan dalam penelitian ini
penyimpanan telur herbal ayam ras fase kedua. yaitu alat tulis, jangka sorong, mikrometer tripod,
Telur yang dikonsumsi pada umumnya kaca datar, timbangan, termometer suhu dan
telur nonherbal atau telur yang berasal dari pakan kelembaban, pisau, egg tray, dan tisu. Bahan-
nonherbal. Seiring berkembangnya teknologi dan bahan dalam penelitian ini adalah telur herbal
ilmu pengetahuan, peternak ayam petelur mulai Sekuntum Herbal ayam ras dari fase produksi
mengembangkan kualitas telur dengan cara kedua umur 70-80 minggu, sebanyak 60 butir
memberikan ramuan herbal pada ayam petelur, dengan berat rata-rata 61,77 ± 3,96 g (koefisien
sehingga dapat menghasilkan telur herbal yang keragaman 6,42%) strain Lohman yang
diharapkan lebih baik daripada telur nonherbal. diproduksi oleh Bungur Farm milik Bapak Kusno
Pemberian suplemen dan obat-obatan pabrik yang Waluyo di Desa Toto Projo, Kecamatan Way
berlebihan pada ayam petelur dikhawatirkan akan Bungur, Kabupaten Lampung Timur.
mengakibatkan resistensi dan menimbulkan
residu pada telur yang dihasilkan, sehingga Metode
berbahaya bagi manusia jika dikonsumsi terus Penelitian ini menggunakan metode
menerus dalam jangka waktu lama. Ramuan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5
herbal sangat bermanfaat dan dapat menggantikan perlakuan lama penyimpanan telur (P0: 0 minggu,
kerja dari antibiotik terutama antibiotik sintetik P1: 1 minggu, P2: 2 minggu, P3: 3 minggu dan
yang memiliki banyak kekurangan seperti P4: 4 minggu) dengan 4 kali ulangan. Setiap
berbahaya bagi kesehatan. satuan percobaan terdiri atas 3 butir telur, dan
Ramuan herbal dapat digunakan sebagai setiap perlakuan terdiri atas 12 butir telur
antibiotik untuk ayam ras petelur, juga berperan sehingga jumlah telur yang digunakan 60 butir.

2
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.
e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

Suhu yang digunakan pada saat penyimpanan Terkecil (BNT) menunjukkan bahwa penurunan
rata-ratanya yaitu 29,54 ± 0,81˚C dan kelembaban berat telur herbal dengan penyimpanan selama 1
71,19 ± 5,13%. dan 2 minggu berbeda nyata (P<0,05) dengan
Data yang diperoleh diuji sesuai dengan lama penyimpanan telur herbal selama 3 dan 4
analisis ragam. Bila terdapat peubah yang nyata minggu, namun lama penyimpanan telur herbal
dilakukan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada selama 1 dan 2 minggu tidak berbeda nyata
taraf nyata 5%. Pengamatan yang dilakukan (P>0,05), serta 3 dan 4 minggu tidak berbeda
meliputi penurunan berat telur, diameter rongga nyata (P>0,05).
udara, dan indeks albumen. Nova et al. (2014) Penurunan berat telur herbal dengan
menyatakan bahwa cara menghitung penurunan penyimpanan 1 dan 2 minggu berbeda nyata
berat telur yaitu berat awal dikurangi berat setelah (P<0,05) dengan penurunan berat telur herbal
penyimpanan dibagi berat awal dikali 100%. dengan penyimpanan 3 dan 4 minggu. Perbedaan
Pengukuran diameter rongga udara telur adalah penurunan berat pada lama simpan 1 dan 2
dengan peneropongan telur untuk melihat besar minggu dengan lama simpan 3 dan 4 minggu
atau kecilnya rongga udara. Lalu ditandai dengan disebabkan oleh perbedaan besarnya penguapan
pensil dan diukur diameternya dengan jangka H2O dan CO2 di dalam telur yang disebabkan oleh
sorong (Syamsir, 1993). Nilai indeks albumen hilangnya kutikula, sehingga akan mengakibatkan
dapat dihitung menggunakan rumus menurut terjadinya penurunan berat telur selama
petunjuk SNI (2008), sebagai berikut: penyimpanan. Hilangnya selaput kutikula
menyebabkan penguapan bertambah cepat,
Indeks albumen = Ha/Dr kutikula berfungsi menutupi pori-pori sehingga
mengurangi hilangnya air, gas dan masuknya
Keterangan : mikroba, tetapi fungsi kutikula akan hilang
Ha = tinggi albumen kental (mm) selama telur disimpan (Romanoff dan Romanoff,
Dr = rata-rata terpanjang dan terpendek 1963 dalam Gusna 2017).
albumen kental (mm) Kutikula pada telur segar merupakan garis
pertahanan pertama dari telur yang memberikan
HASIL DAN PEMBAHASAN pembatasan fisik terhadap masuknya mikroba.
Menurut Sudaryani (2008), penguapan air dan
Pengaruh Perlakuan terhadap Persentase pelepasan gas seperti CO2, NH3, N2, dan sedikit
Penurunan Berat Telur Herbal H2S sebagai hasil degradasi bahan-bahan organik
Rata-rata penurunan berat telur, diameter telur terjadi sejak telur keluar dari tubuh ayam
rongga udara, dan indeks albumen pada setiap melalui pori kerabang telur dan berlangsung
perlakuan disajikan pada Tabel 1. Hasil analisis secara terus menerus sehingga menyebabkan
ragam menunjukkan bahwa lama penyimpanan penurunan kualitas albumen, terbentuknya rongga
telur herbal berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap udara, dan menurunkan berat telur.
penurunan berat telur. Hasil uji Beda Nyata

Tabel 1. Rata-rata penurunan berat telur, diameter rongga udara, dan indeks albumen pada setiap perlakuan
Peubah yang diamati P0 P1 P2 P3 P4
Penurunan berat telur (%) 2,70a 2,80a 4,11b 5,21b
Diameter rongga udara (cm) 1,31a 2,20b 2,43bc 2,66c 3,01d
Indeks albumen 0,095c 0,023b 0,015a 0,014a 0,010a
Keterangan: P0 = Penyimpanan umur 0 minggu;
P1 = Penyimpanan umur 1 minggu;
P2 = Penyimpanan umur 2 minggu;
P3 = Penyimpanan umur 3 minggu;
P4 = Penyimpanan umur 4 minggu;
Perbedaan huruf superskrip pada baris yang sama menunjukkan berpengaruh nyata (P<0,05) dengan uji Beda Nyata Terkeci (BNT).

Penurunan berat telur disebabkan oleh Ovomucin merupakan glikoprotein yang


hilangnya kadar air dalam albumen karena berbentuk serabut atau jala-jala yang dapat
mengalami evaporasi, berkurangnya kemampuan mengikat cairan telur untuk dibentuk menjadi
mengikat protein, kadar fosfor bertambah struktur gel pada albumen.
sehingga albumen menjadi encer. Nugroho dan Menurut Sarwono (2001), telur segar ayam
Manyun (2008) menyatakan bahwa pengenceran ras (nonherbal) memiliki daya simpan yang relatif
bagian albumen disebabkan oleh adanya pendek. Jika dibiarkan dalam udara terbuka (suhu
kerusakan fisikokimia dari serabut ovomucin. di atas 20˚C) hanya dapat bertahan kurang lebih 2

3
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.
e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

minggu atau sekitar 10 sampai 14 hari. Suhu rata- (2011), senyawa bioaktif pada tanaman herbal
rata penyimpanan telur herbal pada penelitian ini menyebabkan penguapan air dan gas CO2 dari
yaitu 29,54 ± 0,81ºC sedangkan kelembabannya dalam telur dapat diperlambat keluar melalui pori-
yaitu 71,19 ± 5,13%. Pada penelitian ini data pori kulit telur sehingga pH telur dapat
penurunan berat telur pada penyimpanan 14 hari dipertahankan. Kandungan zat bioaktif ramuan
yaitu 2,80%, sedangkan pada penelitian telur herbal berfungsi menghalangi mikroba patogen
nonherbal yang dilakukan Sihombing et al. sejak berada dalam alat pencernaan sehingga
(2014), menggunakan rata-rata suhu 29,61 ± memperbaiki absorpsi makanan dalam usus halus
0,62oC dan kelembaban 58,53 ± 4,3%, yang dan meningkatkan produktivitas (Rostiana dan
disimpan selama 15 hari mengalami penurunan Effendi, 2007). Kandungan zat bioaktif yang
berat telur sebesar 4,65%. terkandung pada ramuan herbal dapat
Penurunan berat telur herbal selama 1 memaksimalkan penyerapan nutrien termasuk
dan 2 minggu tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal protein dalam usus ayam. Penyerapan nutrisi
ini sesuai dengan standar yang berlaku nasional di secara maksimal terutama asam amino dapat
Indonesia yang ditetapkan oleh Badan mempertahankan ovomucin dan lesitin sehingga
Standarisasi Nasional dalam SNI (2008), meningkatkan kualitas telur, asam amino
penyimpanan telur ayam pada suhu ruang dengan digunakan untuk menaikkan kekentalan albumen.
kelembaban antara 80- 90%, maksimum 14 hari Menurut Sihombing et al. (2014), telur
setelah ditelurkan. Apabila lewat waktu tersebut yang digunakan dari fase produksi kedua
akan mengakibatkan terjadinya penguapan cairan memiliki tebal kerabang telur rata-rata 0,20 mm,
dan gas dalam telur semakin banyak, sehingga yang relatif lebih tipis dari telur aya ras fase
telur yang disimpan selama 2 minggu masih dapat pertama. Telur ayam ras yang digunakan pada
dikonsumsi. Stadelman dan Cotterill (1995) penelitian ini berasal dari induk ayam fase
menyatakan bahwa tinggi putih telur yang produksi kedua, telur ini memiliki ukuran telur
semakin lama disimpan akan semakin turun, yang lebih besar dengan luas permukaan telur
demikian juga dengan berat telur, semakin lama yang besar dan tebal kerabang yang relatif tipis.
disimpan beratnya akan semakin menurun. Tebal kerabang telur yang normal untuk telur
Penurunan berat telur herbal selama 3 ayam ras berkisar antara 0,35 dan 0,40 mm.
dan 4 minggu tidak berbeda nyata (P>0,05). Hal Kondisi ini menyebabkan penurunan berat telur
ini diduga disebabkan oleh zat bioaktif yang yang lebih besar karena tebal kerabang telur yang
memiliki mekanisme kerja yang sama dengan lebih tipis dari telur normal pada umumnya. Lama
antibiotik, zat bioaktif yang terdapat dalam penyimpanan telur selama 1 minggu memiliki
ramuan herbal yaitu fenol. Fenol dapat nilai terbaik daripada lama penyimpanan telur
membunuh mikroorganisme dengan cara selama 3 dan 4 minggu.
mendenaturasi protein sel dan merusak atau
menghambat sintesis membran sel bakteri. Hal Pengaruh Perlakuan terhadap Diameter
tersebut sesuai dengan Pelczar dan Chan (1988) Rongga Udara Telur Herbal
yang menyatakan bahwa mekanisme kerja fenol Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
dalam membunuh mikroorganisme yaitu dengan lama penyimpanan telur herbal berpengaruh nyata
cara mendenaturasi protein sel dan merusak atau (P<0,05) terhadap diameter rongga udara telur.
menghambat sintesis membran sel, sehingga telur Hasil uji Beda Nyata Terkecil (BNT)
lebih higienis dan proses kerusakan berkurang. menunjukkan bahwa rongga udara telur herbal
Proses kerusakan tersebut yang menyebabkan dengan penyimpanan selama 1, 2, 3, dan 4
penurunan berat telur. Penurunan berat telur minggu berbeda nyata (P<0,05) dengan lama
herbal pada penyimpanan 1 minggu dalam penyimpanan telur herbal 0 minggu (kontrol).
penelitian ini sebesar 2,70% yang merupakan Akan tetapi lama penyimpanan telur herbal
lama penyimpanan terbaik dibandingkan dengan selama 2 minggu tidak berbeda nyata (P>0,05)
penyimpanan 2, 3 dan 4 minggu. dengan lama penyimpanan 1 minggu dan 3
Penelitian Fadilah (2018), persentase minggu. Diameter rongga udara pada lama
penurunan berat telur ayam ras pada suhu 29,65 ± penyimpanan telur herbal selama 2 minggu tidak
1,15˚C dan kelembaban 62,5 ± 8,5% dengan lama berbeda nyata (P>0,05) dengan lama
simpan 0, 1, 2, 3, dan 4 minggu masing-masing penyimpanan 1 dan 3 minggu. Berdasarkan data
sebesar 0%, 2,35%, 4,48%, 5,73% dan 6,57%. rata-rata pada Tabel 1 diameter rongga udara telur
Jika dibandingkan dengan telur herbal ayam ras, semakin lama waktu penyimpanan semakin
telur pada penelitian ini memiliki nilai persentase meningkat ukuran diameter rongga udara.
penurunan berat telur yang lebih kecil. Hal ini Adanya pelebaran diameter rongga udara
diduga akibat zat bioaktif yang terkandung dalam telur selama penyimpanan pada penelitian ini,
ramuan herbal. Menurut Hajrawati dan Aswar dipengaruhi oleh penyusutan berat telur yang

4
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.
e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

diakibatkan penguapan air dan gas selama ras semakin tidak sempurna, sehingga telur yang
penyimpanan. Hal ini sesuai dengan pendapat diproduksi akan memiliki kerabang telur yang
Jazil (2013) yang menyatakan bahwa peningkatan tipis dan mudah retak.
ukuran rongga udara disebabkan oleh penyusutan
berat telur yang diakibatkan penguapan air dan Pengaruh Perlakuan terhadap Indeks
pelepasan gas yang terjadi selama penyimpanan. Albumen Telur Herbal
Seiring bertambahnya lama simpan, telur akan Hasil analisis ragam menunjukkan
kehilangan cairan dan isinya semakin menyusut bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata
sehingga memperbesar rongga udara. Kandungan (P<0,05) terhadap nilai indeks albumen telur
dalam ramuan herbal terdapat zat bioaktif yang ayam ras petelur. Hasil uji beda nyata terkecil
berfungsi sebagai penghambat penguapan gas dan (BNT) menunjukkan bahwa indeks albumen telur
air dalam telur, sehingga pelebaran rongga udara herbal dengan penyimpanan selama 0 minggu
dapat diperlambat. Hal ini sesuai dengan (kontrol) berbeda nyata (P<0,05) dengan lama
pendapat Hajrawati dan Aswar (2011) yang penyimpanan telur herbal selama 1, 2, 3, dan 4
menyatakan senyawa bioaktif pada tanaman minggu. Yuwanta (2010) mengungkapkan bahwa
herbal menyebabkan penguapan air dan gas CO2 semakin tua umur telur (penyimpanan), maka
dari dalam telur dapat diperlambat keluar melalui diameter putih telur akan melebar sehingga indeks
pori-pori kulit telur sehingga pH telur dapat albumen semakin kecil. Perubahan ini disebabkan
dipertahankan. oleh pertukaran gas antara udara luar dengan isi
Menurut Syamsir (1993), rata-rata telur melalui pori-pori kerabang telur dan
diameter rongga udara telur ayam ras segar tanpa penguapan air akibat lama penyimpanan, suhu,
penimpanan yaitu 1,267 cm. Semakin lama waktu kelembaban dan porositas kerabang telur.
penyimpanan, maka diameter kantung udara Penyimpanan telur herbal 1 minggu
semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh berpengaruh nyata (P<0,05) dengan lama
terjadinya penguapan air dan gas-gas selama penyimpanan 2 minggu, sedangkan lama
proses penyimpanan yang menyebabkan penyimpanan 2 minggu tidak berpengaruh nyata
meningkatnya volume ruang udara. Rata-rata (P>0,05) dengan penyimpanan 3 dan 4 minggu.
diameter rongga udara telur segar atau telur 0 Penyimpanan telur herbal 1 minggu dan 2 minggu
minggu pada penelitian ini yaitu 1,31 ± 0,25 cm. berpengaruh nyata diduga oleh adanya penguapan
Lama penyimpanan terbaik dalam penelitian ini CO2 dan terjadinya pemecahan asam karbonat
yaitu lama simpan 1 minggu sebesar 2,20 ± 0,14 menjadi CO2, sehingga menyebabkan
cm, dibandingkan dengan penyimpanan selama 3 serat musin kehilangan struktur yang memberikan
dan 4 minggu. tekstur kental pada albumen telur, sehingga
Diameter rongga udara telur yang albumen menjadi encer. Hal ini sesuai dengan
disimpan selama 0 minggu berpengaruh nyata Saraswati (2015) yang menyatakan bahwa
dengan telur yang disimpan selama 4 minggu. Hal semakin lama telur disimpan, maka pH dalam
ini diduga disebabkan oleh suhu penyimpanan telur akan meningkat karena penguapan CO2
dan lamanya waktu penyimpanan sehingga terjadi sehingga menyebabkan ion bikarbonat berkurang,
penguapan gas CO2 yang menimbulkan akibatnya kemampuan buffer telur akan
pembesaran rongga udara. Hal ini diperkuat berkurang dan putih telur menjadi encer.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Samli et Pengenceran putih telur ini terjadi karena serat
al. (2005) yang juga menunjukkan bahwa glikoprotein ovomucin pecah sehingga
semakin lama penyimpanan maka ukuran rongga menyebabkan ikatan ovomucin lemah.
udara semakin bertambah besar. Lama penyimpanan 2 minggu tidak
Pemberian herbal diharapkan dapat berpengaruh nyata (P>0,05) dengan penyimpanan
memperbaiki metabolisme tubuh yang secara 3 dan 4 minggu. Hal ini diduga disebabkan telur
tidak langsung akan meningkatkan performa akan mengalami penurunan indeks albumen yang
ternak melalui zat bioaktif yang dikandung dalam lebih cepat sejak pertama kali telur disimpan,
ramuan herbal (Agustina et al., 2009), namun selanjutnya penurunan telur akan mengalami
pemberian herbal belum mampu menghentikan penurunan indeks albumen dengan lebih lambat.
pelebaran rongga udara pada penyimpanan Hal tersebut sesuai dengan pendapat Saraswati
minggu ke 4. Hal tersebut diduga juga karena (2015) yang menjelaskan bahwa selama
telur yang digunakan dalam penelitian ini penyimpanan, tinggi putih telur kental akan
menggunakan telur fase produksi kedua yang menurun secara cepat kemudian secara lambat.
cenderung memiliki kerabang telur yang lebih Indeks albumen akan menurun sebesar 40%
tipis daripada fase produksi pertama. Menurut dalam 20 jam pada suhu 32˚C. Diameter putih
Wahyu (1992), telur dari periode produksi kedua telur akan terus melebar sejalan dengan
akan semakin besar, kerja organ reproduksi ayam bertambah lamanya umur telur, dengan demikian

5
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.
e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

indeks putih telur akan semakin kecil. Perubahan albumen salah satunya konsumsi protein ransum.
pada putih telur ini disebabkan oleh pertukaran Menurut Argo (2013), konsumsi protein dapat
gas antara udara luar dengan isi telur melalui pori mempengaruhi kualitas albumen. Protein pakan
kerabang telur dan penguapan air akibat lama akan mempengaruhi viskositas telur yang
penyimpanan, suhu, kelembaban dan porositas mencerminkan kualitas interior telur, selanjutnya
kerabang telur. mempengaruhi indeks albumen. Semakin banyak
Indeks albumen pada penelitian ini kandungan protein dalam pakan, maka akan
menurun diduga karena lama penyimpanan dan menghasilkan albumen yang lebih kental.
fenol, salah satu senyawa bioaktif yang Semakin kental albumen maka semakin tinggi
terkandung dalam ramuan herbal, belum mampu nilai indeks albumen untuk mempertahankan
memperlambat penurunan nilai indeks albumen. kualitas albumen selama penyimpanan.
Fenol berfungsi sebagai antibiotik dengan Hasil penelitian Musadiq et al. (2017),
mekanisme kerja mendenaturasi protein sel dan penyimpanan telur nonherbal selama 14 hari
merusak sintesis membran sel bakteri. Hal ini memiliki nilai indeks albumen 0,02. Hasil tersebut
sesuai dengan pendapat Pelczar dan Chan (1988), lebih baik daripada penyimpanan telur herbal
mekanisme kerja fenol dalam membunuh dengan lama penyimpanan 2 minggu yaitu 0,015.
mikroorganisme yaitu dengan cara mendenaturasi Hal ini karena pada pemberian ransum telur
protein sel dan merusak atau menghambat sintesis herbal yang tidak menggunakan tambahan
membran sel. antibiotic. Antibiotik berfungsi sebagai
Telur herbal yang disimpan dengan lama pengobatan dan pencegahan penyakit yang
simpan 4 minggu pada penelitian ini memiliki disebabkan oleh infeksi bakteri, sehingga pada
nilai rata-rata indeks albumen terendah. Hal ini proses penyimpanan telur herbal pada suhu ruang
diduga akibat rusaknya serabut ovomucin yang lebih rentan dimasuki bakteri yang akan
menyebabkan hilangnya air dari pori-pori mempercepat proses penurunan indeks albumen.
kerabang telur selama penyimpanan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Sihombing et al. (2014) SIMPULAN DAN SARAN
yang menyatakan bahwa semakin lama waktu
penyimpanan, semakin tinggi penguapan CO2 dan Simpulan
H2O sehingga putih telur semakin menurun Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan,
kekentalannya. Putih telur mengandung lebih dapat disimpulkan bahwa:
banyak air, sehingga lebih mudah rusak dan 1. Lama penyimpanan telur herbal selama 1, 2,
mengalami pengenceran. Pengenceran putih telur 3 dan 4 minggu memberikan pengaruh nyata
terjadi karena perubahan struktur gel akibat (P<0,05) terhadap penurunan berat telur,
kerusakan serabut ovomucin yang menyebabkan rongga udara, dan indeks albumen.
keluarnya air dari pori-pori kerabang. 2 Lama penyimpanan 1 minggu memberikan
Romanoff dan Romanoff (1963) dalam pengaruh terbaik yaitu penurunan berat telur
Gusna (2017) menyatakan bahwa berkurangnya terendah yaitu sebesar 2,696% ± 0,713,
gas CO2 dalam telur menyebabkan peningkatan diameter rongga udara terkecil yaitu 2,199 ±
pH sehingga serabut ovomucin yang berfungsi 0,137 cm dan nilai indeks albumen tertinggi
sebagai pengikat cairan putih telur menjadi rusak. yaitu 0.023 ± 0,004 dibandingkan dengan
Telur yang disimpan pada suhu -1°C selama 6 lama penyimpanan 2, 3 dan 4 minggu.
bulan mempunyai indeks albumen hampir sama
dengan telur segar. Sedangkan yang disimpan Saran
pada suhu 32°C, indeks albumen telurnya Perlu dilakukan penelitian lanjut tentang
berkurang 40% dalam waktu 20 jam. Pada kualitas kimia telur herbal yaitu kandungan
penelitian ini rata-rata suhu ruang 29,54 ± 0,81ºC, protein, lemak, kolesterol, kadar air, dan abu yang
sedangkan rata-rata kelembabannya 71,19 ± disimpan pada suhu ruang.
5,13%. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hardini (2000) yang DAFTAR PUSTAKA
menggunakkan suhu ruang 30-33°C.
Penyimpanan terbaik dalam penelitian ini yaitu Agustina, L., M. Hatta dan S. Purwanti. 2009.
telur herbal yang disimpan selama 1 minggu Analisis Zat Bioaktif dan Uji Aktivitas
dengan nilai indeks albumen 0,02 ± 0,004. Antibakteri Ramuan Herbal dalam
Karakter spesifik pada albumen adalah Menghambat Bakteri Gram Positif dan
kandungan protein (lisozim) yang berpengaruh Gram Negatif. Prosiding Seminar
pada kualitas kekentalan putih telur, yang Nasional Peternakan Berkelanjutan.
digunakan sebagai pembungkus kuning telur. Fakultas Peternakan Universitas
Faktor yang berpengaruh tehadap viskositas Padjadjaran. Bandung.

6
Jurnal Riset dan Inovasi Peternakan Vol 6 (1): 1-7 Februari 2022 Masitoh, et al.
e-ISSN:2598-3067 DOI: https://doi.org/10.23960//jrip.2022.6.1.1-7

Argo, L. B., Tristiarti, dan Mangisah, I. 2013. Pramono, S. 2010. Kualitas Telur Itik Lokal
Kualitas Fisik Telur Ayam Arab Petelur Berdasarkan Sistem Pemeliharaan.
Fase I dengan Berbagai Level Azolla Skripsi. Program Studi Produksi Ternak
microphylla. J. Animal Agricultural. 2(1): Fakultas Peternakan Universitas Jenderal
445-457. Soedirman. Purwokerto.
Badan Standarisasi Nasional. 2008. Telur Ayam. Rahayu, I dan C. Budiman. 2008. Pemanfaatan
SNI 01-3926-2008. Dewan Standarisasi Tanaman Tradisional sebagai Feed
Nasional.Jakarta. Additive dalam Upaya Menciptakan
Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Budidaya Ayam Lokal Ramah
Hewan. 2018. Statistik Peternakan dan Lingkungan. Departemen Ilmu Produksi
Kesehatan Hewan 2018. Direktorat dan Teknologi Ternak, Fapet˗IPB.
Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan http://peternakan.litbang.deptan.go.id/publ
Kementerian Pertanian RI. ikasi/ lokakarya/lkayam˗lkl05˗16.pdf.
Fadilah, U. F., Sudjatinah dan A. Sampurno. Rostiana, O. dan D. S. Effendi. 2007. Teknologi
2018. The Effect of Differences in Storage Unggulan Kencur. Perbenihan dan
Time at Room Temperature on the Budidaya Pendukung Varietas Unggul.
Physical, Chemical and Functional Protein Badan Penelitian dan Pengembangan
Characteristics of Chicken Egg. Pertanian. Puslitbang Perkebunan. Bogor.
Universitas Semarang. Semarang. Samli, H. E., A. Agma and N. Senkoylu. 2005.
Gusna, B. 2017. Pengaruh Ramuan Herbal Effects of Storage Time and Temperature
Labio-1 terhadap Kualitas Interior Telur on Egg Quality in Old Laying Hens. J.
Ayam Ras Petelur Strain Isa Brown. Appl. Poult Res. (14): 548-553.
Fakultas Peternakan. Universitas Saraswati, T.R. 2015. Telur. Optimalisasi Fungsi
Hasanuddin. Makassar. Reproduksi Puyuh dan Biosintesis
Hajrawati dan M. Aswar. 2011. Kualitas Interior Kimiawi Bahan Pembentuk Telur.
Telur Ayam Ras dengan Penggunaan LESKONFI. Jakarta.
Larutan Daun Sirih (Piper betle L.) sebagai Sarwono, B. 1995. Pengawetan dan Pemanfaatan
Bahan Pengawet. Seminar Nasional Telur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Teknologi Peternakan dan Veteriner. p: 1- Sarwono, B. 1997. Pengawetan dan Pemanfaatan
6. Telur. Cetakan Ke 4. Penebar Swadaya.
Hardini, S.Y.P.K. 2000. Pengaruh Suhu dan Bandung.
Lama Penyimpanan Telur Konsumsi dan Sarwono. 2001. Ayam Arab Petelur Unggul.
Telur Biologis terhadap Kualitas Interior Penebar Swadaya. Jakarta.
Telur Ayam Kampung. Universitas Sihombing, R., T. Kurtini, K. Nova. 2014. Effect
Terbuka. Banten. on the Quality of Internal Storage Layer
Jazil, N., A. Hintono, dan S. Mulyani. 2013. Eggs Second Phase. J. Ilmiah Peternakan
Penurunan Kualitas Telur Ayam Ras Terpadu. 2: 81-86.
dengan Intensitas Warna Coklat Kerabang Stadelman, W. J. and O. J. Cotterill. 1995. Egg
Berbeda Selama Penyimpanan. Jurnal Science and Technology. 4th Ed. Food
Aplikasi Teknologi Pangan. 1: 43-47. Products Press. An Imprint of The
Musadiq, A., Nurliana. Sugito. T. Z. Helmi. Haworth Press, Inc. New York.
Roslizawaty. Razali. 2017. Efek Sudaryani T. 2008. Kualitas Telur. Penebar
Penyimpanan pada Suhu Kamar dan Swadaya. Jakarta.
Refrigerator terhadap Kualitas Telur Ayam Syamsir, E., S. Soekartodan, dan S.S. Mansjoer.
Setelah Pemberian Sinbiotik Akbisprop 1993. Comparative Study on Quality and
dalam Ransum. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Functional Characteristicsof Quail and
Veteriner. 1(3): 343-350. Layer Eggs. J. Food Technologi and
Nova, I., T. Kurtini, dan V. Wanniatie. 2014. industri (3): 34-38.
Pengaruh Lama Penyimpanan terhadap Wahyu, J. 1992. Ilmu Nutrisi Unggas. UGM-
Kualitas Internal Telur Ayam Ras pada Press. Yogyakarta.
Fase Produksi Pertama. J. Ilmiah Winarno dan Koswara. 2002. Telur: Komposisi,
Peternakan Terpadu. 2: 16-21. Penanganan dan Pengolahannya. M-Brio
Nugroho dan I. G. T. Manyun. 2008. Beternak Press. Bogor.
Burung Puyuh. Eka Offset. Semarang. Yuwanta, T. 2010. Telur dan Produksi Telur.
Pelczar, M. J., dan E. S. Chan. 1988. Elements Universitas Gadjah Mada Press,
of Microbiology. Edisi ke-2. Penerbit Yogyakarta.
Universitas Indonesia. Jakarta.

You might also like