You are on page 1of 8

KINETiKA ADSORPSI ISOTERMAL p-KAROTEN

DARI OLEIN SAWIT KASAR DENGAN MENGGUNAKAN BENTON IT

KINETICS OF ISOTHERMAL ADSORPTION OF P-CAROTENE FROM CRUDE PALM OLEIN

USING BENTONITE

Muslich, Prayoga Suryadarma dan R. Indri R. Hayuningtyas

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Kampus IPB Darmaga, Bogor

E-mail: muslichmas@yahoo.com

ABSTRACT

The adsorption of fJ-carotene from crude palm olein by using bentonite was investigated Another
adsorbent, which is activated carbons was used as a reference. The adsorption process offJ-carotene was done
using a mixed reactor. The objectives of this research are to obtain the equilibrium condition and the value of
kinetics parameters, which are adsorption rate constant (k) and activation energy (Ea) ofisothermal adsorption
of fJ-carotene from crude palm olein using bentonite and activated carbons. The achievement of equilibrium
condition was influenced by adsorption process temperature. Higher adsorption temperature led to faster
equilibrium time, but give the different influence for the value of fJ-carotene concentration in olein (pglml) for
each adsorbents. Bentonite showed a faster equilibrium time (minute) and lower fJ-carotene concentration in
olein (pglml) than activated carbons. For both adsorbents used. Freundlich isotherm model showed a goodjit to
the adsorption of fJ-carotene. The adsorption rate constant (k) was ascend by the higher of adsorption
temperature. The activation energy of adsorption (Ea) was determined as bentonite 74.28 keal marl and
activated carbons 30.04 kcal marl. Value of activation energy (Ea) indicates that adsorption process of fJ
carotene from crude palm olein by using activated carbon is more effective than that ofbentonite.

Keywords: adsorption, fJ-carotene, crude palm olein, bentonite.

PENDAHULUAN menentukan parameter kinetika pada suatu proses


adsorpsi. Energi aktivasi (Ea) merupakan parameter
Minyak sawit kasar merupakan salah satu yang digunakan untuk mengetahui efektivitas dari
sumber penghasil karotenoid terkaya untuk adsorben yang digunakan dalam proses adsorpsi.
menghasilkan retinol (provitamin A). Minyak sawit
kasar mengandung 15 sampai 300 kali lebih retinol METODE PENELITIAN
dibandingkan dengan wortel, sayuran berdaull hijau
dan tomat (Latip et al., 2000). Karotenoid yang Bahan dan Metode
terkandung pada olein sawit kasar sebesar 680-760 Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
ppm dan berwama khas merah-kuning (Ong dan adalah olein sawit kasar hasH fraksinasi dad minyak
Tee, 1992 dalam Zeb dan Mehmood, 2004). sawit kasar. Standar p-karoten (Sigma-Aldrich;
j3-karoten sangat potensial sebagai sumber 1.600.000 IU/gram), standar a-tokoferol (Sigma
provitamin. Berbagai metode pengambilan kembali Aldrich), adsorben (benton it, arang aktif dengan
komponen karotenoid dari minyak kelapa sawit telah ukuran partikel lolos saringan 150 mesh), heksan,
dilakukan dengan cara saponifikasi, adsorpsi, isopropanol, etanol dan BHT. Bahan yang digunakan
ekstraksi pelarut dan transesterifikasi dengan untuk analisis an tara lain alkohol netral 95%, kalium
pemisahan fase dan destilasi eter (Baharin et al., hidroksida beralkohol (KOH), dan indikator
1998). Dalam penelitian ini, adsorpsi diterapkan phenolftalein.
dalam upaya pengambilan kern bali komponen p Peralatan yang digunakan dalam penelitian
karoten yang terkandung dalam minyak sawit. 1m antara lain reaktor berpengaduk, High
Bentonit atau biasa disebut lempung pemucat Performance Liquid Chromatrography (HPLC),
telah digunakan secara luas sebagai adsorben. peralatan gelas, spektrofotometer dan refraktometer.
Bentonit digunakan dalam pemisahan 'komponen Penelitian ini terdiri dari lima tahap, yaitu (a)
pengotor' dalam minyak dimana kemampuan karakterisasi olein sawit kasar dan adsorben yang
adsorpsinya memiliki peranan sangat besar dalam akan digunakan pada proses adsorpsi, (b) penentuan
industri minyak pangan. Arang aktif digunakan kondisi kesetimbangan adsorpsi, (c) penentuan nilai
sebagai adsorben pembanding pada penelitian ini. konstanta laju adsorpsi (k), (d) Penentuan nilai
Karakteristik kemampuan penyerapan energi aktivasi (Ea) dan (e) Penentuan kualitas
kompo-nen ~-karoten pada adsorben dapat dilihat adsorpsi.
dari laju adsorpsinya. Laju adsorpsi dapat diketahui Perbandingan antara adsorben dengan olein
dari konstanta laju adsorpsi (k) yang dihasilkan dari sawit kasar yang digunakan adalah 1:3. Campuran
suatu model kinetika adsorpsi. Model isoterm adsorben (300 g) dengan olein (900 mL) disiapkan
Freundlich dan Langmuir digunakan untuk di dalam suatu reaktor berpengaduk berkapasitas 2

93 J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 93-100


SiI'vad., rITa dan R. Indri R. Hayuningtyas

liter. Prose~ adsorpsi dilakukan pad a tiga kondisi terserap olel! adsorben. Konsentrasi awal p-karoten
suhu, yaitu 40C, 50 C dan 60C. Kecepatan adalah datam olein 475 J.l.glml. Hubungan antara
pengadukan yang digunakan adalah 120 rpm. penurunan konsentrasi p-karoten dalam olein dengan
Contoh diambil dari reaktor pada selang waktu lama adsorpsi dapat dilihat pada Gambar I.
adsorpsi tertentu selama 171 menit. Selanjutnya Konsentra'5i f:!-karoten dalam olein semakin
contoh disaring dengan kertas saring dan menurun seiring ,J,;ngiln lamanya proses adsorpsi.
menggunakan pompa vakum. Penyaringan dilakukan Penurunan ter~eb .. t da~at terlihat pada tiap kondisi
untuk memisahkan adsorben yang telah mengandung suhu dan kec!lla jenis adsorben. Kondisi
J)-karoten dengan olein. Analisis terhadap olein kesetimbangan lcrcapai apabila pad a lama adsorpsi
sawit kasar meliputi kadar asam lemak bebas. tertentu nilal konst:ntrasi p-karoten dalam olein tidak
Penentuan nilai absorbansi p-karoten dilakukan mengalami penurt!nan lagi. Konsentrasi p-karoten
dengan menggunakan spektrofotometer dan dalam olein yang mellurun seiring dengan semakin
penentuan nitai konsentrasi a-tokoferol lamanya waktu rnenyebabkan konsentrasi p-karoten
menggunakan High Performance Liquid yang diserap dal21lTt adsorben meningkat sehingga
Chromatrography (HPLC). adsorben mengalami kapasitas jenuh penyerapan.
Selanjutnya dapat diketahui bahwa pada masing
HASIL DAN PEMBAHASAN masing suhu reaksi dan jenis adsorben diperoleh
kondisi kesetimbangan yang berbeda. Nilai
Kondisi Kesetimbangan konsentrasi p-karoten dalam olein pada kondisi
Nilai konsentrasi p-karoten dalam olein yang kesetimbangan untuk masing-masing kondisi suhu
semakin menurun menunjukkan semakin banyaknya danjenis adsorben disajikan pada Tabel I.
komponen p-karoten dalam olein saw it kasar yang

500

450

400

1 350

~ 300

i 250

! 200

150

J 100

50

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 110 120 130 140 150 160 170 180
Lama Adsorpsi [men!t]

Gambar 1. Hubungan antara penurunan konsentrasi fl-karoten dalam olein dengan lama adsorpsi (-0'-, pada
bentonit suhu 40C; -e-, pada behtonit suhu 50C; ....l:J.... , pada bentonit suhu 60C; ___ , pada
arang aktifsuhu 40 C;_ .. , pada arang aktifsuhu 50C ; .... ,pada arang aktifsuhu 60C)

Tabel I. Nilai konsentrasi fl-karoten dalam olein Semakin tinggi suhu menyebabkan lama
pada kondisi kesetimbangan untuk masing tercapainya kesetimbangan (menit) yang semakin
masing suhu reaksi danjenis adsorben cepat pada benton it dan arang aktif. Seiring dengan
Konsentrasi meningkatnya suhu adsorpsi, konsentrasi p-karoten
Perlakuan Lama dalam olein pada kondisi kesetimbangan semakin
p-karoten
Tercapainya menurun pada penggunaan benton it, sedangkan pada
dalam
Jenis Suhu Kesetimbangan arang aktif nilai konsentrasi fl-karoten dalam olein
Olein
Adsorben (0C] (menitl justru semakin meningkat. Hal tersebut meng
[112/ml]
40 20 68 indikasikan bahwa suhu dan jenis adsorben mem
Bentonit 50 20 44
pengaruhi laju adsorpsi dan kondisi kesetimbangan
60 18 32
proses adsorpsi tersebut.
40 22 45
Berdasarkan Tabel I dapat diketahui peroleh
Arang an lama tercapainya kesetimbangan pada bentonit
Aktif
50 22 60
lebih cepat dibandingkan dengan arang aktif pada
kondisi suhu 40C. Namun, nilai konsentrasi fl

J. Tek. Ind. Pert. Vol. 19(2), 93-/00 94


Kinetika Adsorpsi isotel'mal fJ -Karoten dari Olein Sawit K(J.,ar.....

karoten dalam olein pad a benlonil lebih tinggi banyak diserap oleh arang aktif. Tetapi, apabila
dibandingkan dengan arang aktif. Adsorben yang struktur molekulnya tidak sarna maka adsorpsinya
terlalu kering menyebabkan daya kombinasi dengan lebih dipengaruhi oleh susunan molekul.
air terikat pada struktur molekulnya hUang sehingga Struktur benton it terdiri dad rantai silika
mengurangi daya penyerapan terhadap zat warna ganda yang berikatan dengan oksigen yang merupa
(Ketaren, 1986). Faktor lain yang dapat mem kan gugus kurang polar. Ion aluminium yang berada
pengaruhi adalah luas permukaan bentonit yang di pusat berikatan dengan oksigen dan gugus
lebih kecil dibandingkan dengan arang aktif. hidroksil yang merupakan gugus polar (Grim, 1968).
Daya adsorpsi yang besar pad a arang aktif Gugus kurang polar yang terdapat dalam benton it
disebabkan arang mempunyai pori-pori dalam inilah yang berfungsi di dalam proses adsorpsi fisik
jumlah besar dan luas permukaan yang besar pada pengikatan p-karoten. Menurut Chu et 01.
sehingga mampu menyerap molekul organik dad (2004) ikatan yang kurang polar merupakan ikatan
larutan atau gas lebih banyak dibandingkan dengan antara silika dengan oksigen (Si-O-Si) yang disebut
bleaching earth. siloksan. Sebagian besar dad molekul p-karoten
Lama tercapainya kesetimbangan pada arang yang merupakan gugus nonpolar akan diadsorpsi
aktif lebih lambat dibandingkan benton it dan oleh ikatan siloksan yang kurang polar. Jenis ikatan
konsentrasi p-karoten dalam olein pada arang aktif yang terjadi pada bentonit dan p-karoten adalah van
lebih tinggi dibandingkan dengan bentonit pada der Waals, dimana ikatan yang terjadi tergolong
kondisi suhu 50C dan 60 0c. Peningkatan suhu lemah. Gaya van der Waals yang terjadi pada saat
akan mampu memperbesar pori-pori yang terdapat terjadi adsorpsi di permukaan silika timbul sebagai
pada adsorben sehingga mampu meningkatkan akibat interaksi dipol-dipol. lnteraksi dipol-dipol ini
kemampu-an adsorpsinya. Apabila dalam suatu menimbulkan gaya tarik menarik antara muatan
larutan mengandung lebih dari satu macam zat yang yang berlainan tanda dan tolak menolak antara
dapat diadsorpsi, maka zat tersebut akan bersaing muatan yang sarna. Molekul non polar saling ditarik
menempati permukaan atau pori-pori dari adsorben oleh interaksi dipol-dipol yang lemah yang disebut
terse but. Benton it merupakan adsorben selektif gaya London.
yang menyerap komponen p-karoten dibandingkan Proses adsorpsi pada arang aktif mempunyai
dengan zat warna lain. Oleh karena itu, komponen ikatan fisik yang kuat pada struktur porinya. Ikatan
yang teradsorpsi oleh benton it pada kondisi suhu yang terjadi bisa digolongkan ke dalam ikatan
yang lebih tinggi merupakan p-karoten. Proses London atau van der Waals. Penyerapan p-karoten
pemucatan gabungan antara perJakuan panas dengan dapat terjadi akibat interaksi dad permukaan arang
arang aktif dapat menimbulkan senyawa-senyawa aktif lebih kuat dibandingkan dengan interaksi yang
penghasil warna baru seperti hasil oksidasi menyebabkan p-karoten tetap terlarut pada olein.
tokoferol. Arang aktif tidak tergolong ke dalam Hui (1996) menyatakan teori dad proses adsorpsi
adsorben selektif sehingga zat wama lain akan ikut pada suhu yang rendah, seperti pemucatan
teradsorpsi sehingga arang aktif lebih cepat jenuh (bleaching), lebih disebabkan oleh ikatan
oleh zat lain dan tidak menyerap komponen p intermolekular daripada pembentukan ikatan kimia
karoten. Menurut Djatmiko et 01. (1985), apabila baru.
struktur molekul dari dua macam zat sarna, maka
yang berat molekulnya lebih besar akan lebih

120

110
100
,
! 90 ,,
,
I

I
80 : !
, I
~ ~ A
70
-; ~." ~.I'~" /./,/"
eo I A': ,. ...... CJ

./l_,~;;;::~~~-:::;;.;f>'
50

40

J 30

20
0

10

0
0 15 30 45 eo 75 90 105 120 135 150 165 180 195
Konsentl"8si

Gambar 2. Hubungan antara konsentrasi p-karoten dalam adsorben dengan konsentrasi p-karoten dalam olein
(-0'., pada benton it suhu 40C; -a- , pada bentonit suhu 50 C;.. il ,pada bentonit suhu 60 CHJ-,
pada arang aktif suhu 40 C; ___ ,pada arang aktif suhu 50C;... , pada arang aktif suhu 60C)
Muslich, Prayoga Sw'yadc::,:::.J . n ".:!,'.!;> !!ayuningtyas

Grafik hubungan antara penurunan konsen adsorpsi, yaitu Langmuir dan Freundlich sehingga
trasi p-karoten dalam olein dengan lama adsorpsi didapatkan konstanta luju adsorpsi (k). Model
merupakan data percobaan yang digunakan untuk isoterm Langmuir dan Freundiich merupakan per
menentukan konsentrasi penyerapan p-karoten samaan yang lazim digunakan untuk meng-gambar
dalam fase padat (adsorben). Hubungan antara kan data adsorpsi dari suatu larutan. Kemungkinan
konsentrasi p-karoten dalam olein dan konsentrasi p orde reaksi dari kedua rnodel tersebut adalah semi
karoten dalam adsorben dapat dilihat pada Gambar orde pertama. Tidak sernua data percobaan dapat
2. sesuai dengan penggunaan model isoterm adsorpsi
Berdasarkan Gambar 2 dapat dilihat bahwa Langmuir ataupun Freundlich karena masing-masing
konsentrasi p-karoten datam olein yang menurun model memiliki asumsi tersendiri.
seiring dengan lama adsorpsi menyebabkan konsen Regresi merupakan persamaan matematik
trasi penyerapan p-karoten dalam adsorben me yang menduga hubungan antara satu peubah bebas
ningkat. Penyerapan terhadap komponen p-karoten (dalam hal ini konsentrasi p-karoten dalam olein
ke dalam adsorben semakin lama menyebab-kan yang kemudian disebut c) dengan satu peubah tak
adsorben tersebut tidak mampu untuk menyerap lagi. bebas (dalam hal ini konsentrasi p-karoten dalam
Kondisi tersebut merupakan kondisi setimbang adsorben yang kemudian disebut q). Regresi
dimana adsoben mengalami kapasitas jenuh hubungan antara q dengan c ditransformasikan
penyerapan. Berdasarkan Gambar 2 dapat diketahui mengikuti bentuk persamaan garis lurus (linear).
kuantitas adsorpsi yang lebih besar terjadi pada suhu Sementara itu, ukuran untuk melihat tingkat
yang lebih tinggi pad a penggunaan benton it. Hal kesesuaian dengan data percobaan ditentukan
yang berlawanan terjadi pada arang aktif dimana berdasarkan koefisien determinasi (r2) terbesar.
kuantitas adsorpsi yang besar terjadi pada suhu yang Nilai parameter adsorpsi isotermal menggunakan
rendah. model Langmuir dan f-reundlich ulltuk mas:llg
Gambar 2 menunjukkan isoterm adsorpsi masing perlakuan disajikan pada Tabel 2.
yang berbentuk cekung ke atas atau disebut kurva Penentuan penggunaan model isoterm
unfavorable pada kedua jenis adsorben. Bentuk adsorpsi yang sesuai ulltuk kedua jenis adsorben
isoterm adsorpsi berhubungan dengan nilai efisiensi dapat diketahui dengan melihat koefisien deter
<.lari adsorpsi. Jenis kurva unfavorable mempunyai minasi (r2) terbesar, namun data penelitian tidak
nilai indeks efisiensi adsorpsi (n) yang lebih dari memiliki kesesuaian dengan model Langmuir. Hal
satu. Hubungan antara konsentrasi pada fase fluida tersebut dapat terlihat pada Tabel 2 dimana nilai
dan konsentrasi di dalam adsorben yang unfavorable konstanta laju adsorpsi (k) dan qmaks bemilai negatif
menunjukkan bahwa pemuatan zat padatnya relatif untuk kedua jenis adsorben dan pada tiga kondisi
rendah. Oleh karena itu, zona perpindahan massa di suhu. Data percobaan memiliki tingkat kesesuaian
dalam hamparan cukup panjang sehingga proses terbaik dengan model isoterm Freundlich. Model
desorpsinya akan memerlukan suhu yang lebih isoterm Freundlich menunjukkan lapisan adsorbat
rendah. yang terbentuk pada permukaan adsorben adalah
multilayer. Hal terse but berkaitan dengan ciri-ciri
Kinetika Adsorpsi dari adsorpsi secara fisika dimana adsorpsi dapat
Peramalan laju reaksi kimia didasarkan pada terjadi pada banyak lapisan (multilayer)
persamaan matematika, yaitu model isoterm adsorpsi (en. wikipedia.org).
Langmuir dan Freundlich. Model isoterm Freundlich juga menjelaskan
bahwa proses adsorpsi pada bagian permukaan
Konslanta Laju Adsorpsi
adalah heterogen dimana tidak semua permukaan
Hubungan penurunan konsentrasi p-karoten
adsorben mempunyai daya adsorpsi. Grafik regresi
dalam olein dengan konsentrasi p-karoten dalam
antara konsentrasi penyerapan p-karoten dalam
adsorben merupakan data percobaan yang digunakan
adsorben (log q) dengan konsentrasi p-karoten dalam
untuk penentuan laju adsorpsi p-karoten olein sawit
olein (log c) untuk persamaan isoteml Freundlich
kasar. Data percobaan tersebut kemudian
dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.
dihubungkan secara linear pada model isoterm
Tabel 2. Parameter kinetika adsorpsi isotermal p-karoten dari olein sawit kasar dengan menggunakan
bentonit dan arang aktif
Modellsoterm
Perlakuan
Langmuir Freundlich
Jenis Suhu rl rl
k n kr
Adsorben loq qmaks

40 -8,62 -141,97 0,9656 2,98 2,81 x 10.5 0,9778


Bentonit 50 -55,56 -311,77 0,9982 1,37 5,33 x 10.2 0,9979
60 -70,92 -332,12 0,9708 1,49 3,36 x 10.2 0,9422
40 -26,81 -89,12 0,9398 2,97 3,04 x lO-4 0,9131
Arang Aktif 50 -11,52 -113,25 0,9391 2,84 1,29 x lO4 0,974
60 -25,58 -192,91 0,9771 1,85 6,16x lO'3 0,9899
Kinetika Adsorpsi isotermal ft -Karotf'yt r/fwi Olein Sawit Kasar.....

Nilai kerniringan persamaan laJu r.;;aksi efisiensi adsorpsi yang di luar batas kecenderungan
adsorpsi merupakan konstanta laju adsorpsi (ko dan atau unfavorable dan berkaitan dengan bentuk dati
interespnya (n) menunjukkan iildcks efisiensi isoterm adsorpsi. Konstanta n pada model isoterm
adsorpsi. Penentuan nilai kons1.anta laju adsorpsi Freundlich menunjukkan indeks efisiensi adsorpsi
dilakukan pada kondisi tiga suhu reaksi, yaitu 40C, atau kebutuhan energi yang diperlukan dalam
50 C dan 60 DC. Nilai konstanta laju adsorpsi dan melakukan proses pemucatan.
indeks efisiensi adsorpsi dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai indeks efisiensi adsorpsi pada masing
Tabel 3. Konstanta laju adsorpsi dan indeks efisiensi masing adsorben menunjukkan penurunan seiring
adsorpsi p-karoten dati olein sawit kasar dengan meningkatnya suhu proses. Penurunan nilai
dengan menggunakan bentonit dan arang indeks efisiensi adsorpsi terseb,lt dapat meng
aktif indikasikan efisiensi energi dalam proses adsorpsi p_
Konstanta karoten dati olein sawit kasar dicapai dengan
Perlalman penggunaan suhu yang lebih tinggi.
Laju
n Apabila nilai konstanta n tinggi, adsorben
Jenis Suhu Adsorpsi
Adsorben [0C] [00 (gr1J bekelja secara efektif di dalam proses pemucatan
40 2,98 2,81 x 10"5 dari olein nanlUn kurang efisien sebagai bahan
5,33 x 10"2 penyerap pada konsentrasi wama yang tinggi. Indeks
Bentonit 50 1,37
efisiensi mempwlyai nHai pada kisaran 0, I-I. Nitai
60 1,49 3,36 x 10"2
indeks n yang lebih kecil dati satu berkaitan dengan
40 2,97 3,04 x 10"4 kurva isoteml adsorpsi yang berbentuk linear. Hal
Arang Aktif 50 2,84 1,29 x 10"4 tersebut mengindikasikall pemuatan zat padat yang
60 1,85 6,16 x 10"3 relatiftinggi dengan konsentrasi fluida yang rendah.

Data pada Tabel 3 menunjukkan nilai n yang


lebih dari satu pada masing-masing suhu dan jenis
adsorben. Hal tersebut mengindikasikan indeks

2.~ j
1.8
}.6
J
1.4
1.2
j
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1.5 2 2.5
loge

Ganlbar 3. Regresi linear hubungan log q dan log c adsorpsi p-karoten dari olein sawit kasar pada bentonit ( 0,
pada sOOu 40 DC, log q = 2,9823 log c - 4,5516, ~ = 0,9778; 0, pada sOOu 50 DC, log q 1,36921og
c 1,2729, ~ = 0,9979;6 , pada suhu 60 DC, log q 1,4901 log c - 14021, r2 = 0,9422)

2.2
2 "

1.8
1.6
1.4
1.2
i
0.8
0.6
0.4
0.2
0
0 0.5 1.5 2 2.5 3
log c

Ganlbar 4. Regresi linear hublmgan log q dan log c adsorpsi p-karoten dari olein sawit kasar pada arang aktif
(e, pada sOOu 40C, log q = 2,9743 log c - 3,5169, r2= 0,9131;., pada sOOu 50C, log q = 2,8403
logc- 3,8906, ~ 0,974;., padasOOu60 e, log q = 1,8514 log c-2,2102, r2= 0,9899)

{ Tolr (I'd P",..t Vn! 1 Of')) 93- /00


Muslich, Prayoga Suryadarma dan R. Ifldri R. Hayuningtyas

Energi Aktivasi tokoferol yang mampu diadsorpsi serm nilai kadar


Penentuan nilai konstanta laju reaksi pada asam lemak bebas dan indeks bias oleh bentonit dan
dua jenis adsorben dan tiga kondisi suhu yang arang aktif pada suhu 50C seJama 171 menit dapat
berbeda kemudian digunakan untuk mendapatkan dilihat padaTabel 5.
energi aktivasi (Ea) reaksi adsorpsi p-karoten. Untuk
mendapatkan energi aktivasi dari nilai konstanta laju Tabel 5. Persentase Il-karoten dan a-tokoferol serta
adsorpsi digunakan persamaan Arrhenius. Kurva nilai kadar asam lemak be bas dan indeks
regresi linear hubungan antara suhu reaksi (T) bias dengan menggunakan bentonit dan
dengan konstanta laju adsorpsi (k) pada dua jenis arang aktif pada kondisi adsorpsi yang
adsorben dapat dilihat pada Gambar 5 dan 6. sarna
Parameter Adsorpsi
0,0029 0,003 0,0031 0,0032 0,0033 (50C, 171 menit>
0
Jenis Jumlah Teradsorpsi Asam
-2
Adsorben Il!g/mll Lemak lndeks

~.
-4 (S. u- Beba!! Bias

.:c
.5 -6
-8
karoten tokoferol ~%~
-10 Bentonit 375,50 1397,451 4,59 1,4606
.12 Arang
426,791 763.180 2,83 1,4616
Iff

Gambar 5. Regresi linier hubungan an tara suhu (lIT) Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa
dengan In k pada bentonit (r = 0,7174, jumlah p-karolen yang teradsorpsi pada benton it
kemiringan = 37383) lebih rendah dibandingkan dengan arang aktif.
Namun, penyerapan komponen a-tokoferol pada
benton it lebih besar dibandingkan arang aktif. Hal
0,0029 0,003 0,0031 0,0032 tersebut disebabkan bentonit merupakan adsorben
polar dan lebih mampu menyerap komponen yang
juga bergugus polar seperti a-tokoferol. Arang aktif
lebih ban yak menyerap komponen p-karoten
dibandingkan benton it karena arang aktif merupakan
adsorben nonpolar sehingga mampu menyerap
komponen dengan kepolaran yang sarna. Namun,
Iff
dalam kondisi proses yang sarna dapat dilihat arang
aktif ban yak menyerap komponen a-tokoferol
Gambar 6. Regresi linier hubungan antara suhu (liT)
dibandingkan Il-karoten. Adsorpsi pada arang aktif
dengan In k pada arang aktif = (r dipengaruhi oleh susunan molekul bahan yang
0,5305, kemiringan = 15421)
diserap. Alfa tokoferol mempunyai susunan molekul
yang asimetris dan mempunyai rantai samping
Energi aktivasi didapatkan dengan cara
isopren jenuh yang panjang. Selain itu, komponen
mengalikan nilai kemiringan dengan konstanta gas
tokoferol cukup tahan terhadap panas dan jumlahnya
(R). Nilai konstanta energi aktivasi pada kedua jenis
dalam minyak kelapa sawit lebih banyak
adsorben dapat dilihat pada Tabel4.
dibandingkan p-karoten.
Tabel 4. Energi aktivasi adsorpsi p-karoten dari Nilai kadar asam lemak bebas yang diperoleh
olein sawit kasar dengan menggunakan pada suhu 50C mengalami peuurunan
bentonit dan arang aktif dibandingkan dengan nilainya sebelum adsorpsi.
Selama proses adsorpsi, asam lemak bebas dapat
Energi
Jenis terbentuk dari reaksi hidrolisis dan oksidasi yang
Aktivasi
Adsorben melibatkan suhu tinggi. Adsorben mengalami
(kcal/mol]
peningkatan kemampuan penyerapan pada suhu
Bentonit 74,28
yang lebih tinggi sehingga mampu menyerap
ArangAktif 30,04 komponen asam lemak bebas yang dihasilkan
selama proses adsorpsi.
Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa arang
Berdasarkan Tabel 5 terlihat penurunan nilai
aktifmemiliki nilai energi aktivasi yang lebih rendah
indeks bias dibandingkan dengan sebelum adsorpsL
dibandingkan dengan benton it. Penggunaan arang
Penurunan nilai indeks bias dapat disebabkan
aktif lebih mampu mengarahkan proses adsorpsi
terserapnya komponen-komponen yang mempunyai
p-karoten dari olein sawit kasar menuju jalan reaksi
ikatan rangkap dalam olein pada adsorben sehingga
dengan energi aktivasi yang lebih rendah.
menurunkan bobot molekul..
Selektlvitas Adsorpsi
Parameter yang dapat menunjukkan kualitas Kemampuan Melepaska1l p-karoten dar;
minyak atau lemak diantaranya kadar asam lemak Adsorben
bebas dan indeks bias. Jumlah p-karoten dan a- Kurva isoterrn adsorpsi yang tak cenderung

J. rek. Ind Pert. Vol. 19(2), 93-100 98


Kinelika Adsorpsi [solerma! P -Kannen dari Olein Sawil {(asar.....

mengindikasikan proses desorpsinya tidak memerlu tingkat kesesuaian terbaik dengan data percobaan
kan suhu yang tinggi. Oleh karena itu, proses adalah model persamaan Freundlich. Semakin
desorpsi dilakukan pada suhu 40C dengan lama meningkatnya suhu adsorpsi menyebabkan laju
desorpsi 10 menit. Nilai parameter desorpsi kedua adsorpsi yang cenderung meningkat. Nilai konstanta
jenis adsorben dapat dilihat pada Tabel 6. laju adsorpsi pada bentonit untuk masing-masing
suhu 40, 50 dan 60C adalah 2,81 x 10-5 ml (gr';
Tabel 6. Nilai parameter desorpsi p-karoten dengan 2
5,33 x 10- 011 (gr l dan 3,36 x 10-2 ml (grl,
menggunakan bentonit dan arang aktif

Parameter Desorpsi
sedangkan untuk arang aktif pad a masing-masin
suhu 40, 50 dan 60C adalah 3,04 x 10.4 ml (gr ; r
1,29 X 10-4 ml (gy I dan 6,16 x 10-3 ml (gr!. Nilai
(40C, 10 menit)
Jenis energi aktivasi pada kondisi tersebut adalah 74,28
Adsorben Perolehan kcal/mol untuk bentonir dan 30,04 kcallmol untuk
Jenis
(recovery) arang aktif.
Pelarut
p-karoten [%[
Heksan 0,1 Saran
Benton it Isopropanol 3,7 Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai
Etanol 16,6 optimasi proses desorpsi untuk melepaskan
Heksan 0,4 komponen ~-karoten dari bentonit maupun arang
Arang aktif.
Isopropanol 0,6
Aktif
Etanol 2,7
DAFTAR PUSTAKA
Senyawa non polar seperti p-karoten lebill
mudah terelusi dengan pelarut non polar s\!perti Anonim. 2007. Physisorption. http://en.wikipedia.
heksan. Namun berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui org. Diakses 13 Januari 2007.
bahwa ~-karoten dalam bentonit dapat lebih mudah Baharin B.S., K. Abdul. Rahman, M.L Abdul Karim,
didesorpsi oleh pelarut semi polar seperti isopropanol T. Oyaizu, K. Tanaka dan S. Takagi. 1998.
ataupun etanol. Hal tersebut dapat disebabkan Separation of palm carotene from crude palm
pelarut isopropanol dan etanol memiliki kepolaran oil by adsorption chromatography with a
yang sarna dengan benton it yang termasuk ke dalam synthetic polymer adsorben. J. Am. Oil
penyerap polar. Struktur karotenoid yang bersifat Chern. Soc 75:399-404.
lebih nonpolar diduga paling tidak tertahan pada Bemasconi G., H. Gerster, H. Hauser, H. Stauble, E.
permukaan adsorben dibandingkan komponen Schneiter. 1995. Teknologi Kimia Bagian 2.
minyak sehingga dapat terelusi lebih awa\. Terjemahan Lienda Handojo. Pradnya
Persentase perolehan ~-karoten pada arang Paramita. Jakarta.
aktif dengan menggunakan pelarut heksan lebih Chu B.S., B.S. Baharin, V.B. Che Man, dan S. V.
besar dibandingkan dengan benton it. Hal tersebut Quek. 2004. Separation of vitamin E fi'om
menunjukkan bahwa pelarut nonpolar seperti heksan palm fatty acid distillate using silica. III.
baik digunakan untuk proses desorpsi pada arang batch desorption study. J. of Food
aktif yang termasuk ke dalam penyerap nonpolar. Engineering 64: 1-7.
Namun, hasil persentase desorpsi dari seluruh Grim R.E. 1968. Clay Minerology. McGraw-Hili
pelarut menunjukkan bahwa benton it dapat lebih Inc. Amerikat Serikat.
mudah didesorpsi dibandingkan dengan arang aktif. Hui V.H. 1996. Bailey's Industrial Oil and Fat
1h
Products 5 Edition Volume 4 Edible Oil and
KESIMPULAN DAN SARAN Fat Product: Processing Technology. John
Wiley & Sons. Amerika Serikat.
Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan
Kesimpulan Lemak Pangan. UI Press. Jakarta.
Semakin tinggi suhu proses adsorpsi Latip R.A, B. S. Baharin, V.B. Che Man dan R. A.
memberikan pengaruh yang berbeda terhadap Rahman. 200 I. Effect of adsorption and
kondisi kesetimbangan pada kedua jenis adsorben. solvent extraction process on the percentage
Nilai konsentrasi ~-karoten dalam olein pada kondisi of carotene extracted from crude palm oil. J.
kesetimbangan untuk benton it pada masing-masing Am. Oil Chern. Soc 78(1): 83-87.
suhu 40, 50 dan 60C adalah 68, 40 dan 32 J.lglml McCabe W.L., J.C. Smith, P. Harriot. 1989. Operasi
dan lama tercapainya kesetimbangan adalah 20 Teknik Kimia Jilid 2. Terjemahan E. Jasjfi.
men it, 20 menit dan 18 menit; sedangkan nilai Penerbit Erlangga. Jakarta.
konsentrasi ~-karoten dalam olein pada kondisi Ribeiro M.H.L, P.A.S Lourenco, J.P Monteiro, S.
kesetimbangan untuk arang aktif pada masing Ferreira-Dias. 200 I. Kinetics of Selective
masing suhu 40, 50 dan 60C adalah 45, 60 dan 85 Adsorption of Impurities from a Crude
J.lglml dan (ama tercapainya kesetimbangan adalah Vegetable Oil in Hexane to Activated Earths
22 men it, 22 menit dan 19 menit. and Carbons. J. Eur Food Res Technol
Model isoterm adsorpsi yang memiliki 213:132-138.
Muslich. Prayoga Suryadarma dan R. Indri R. Hayuningtyas

Tbeng B.K.G. 1979. Formation and Properties of Zeb A. dan S. Mehmood. 2004. Carotenoids
Clay-Polymer Complexes. Elsevier Scientific contents from various sources and their
Publishing Company. New York. potential health applications. Pakistan J. of
van Gelder J.W. 2004. Greasy Palms: European Nutrition 3(3): 199204.
Buyers of Indonesian Palm Oil. Friends of
Earth Ltd. London.

. . .. - - , .. ,. A.I"", "'''II '.t\,n


100

You might also like