You are on page 1of 14

Model Manajemen Laba Akrual dan Riil Berbasis

Implementasi International Financial Reporting Standards


Riwayat Artikel: Diterima 27 Nop 2015 Direvisi 4 Jan 2016 Disetujui 6 Jan 2016

NURMALA AHMAR*; NURAINI ROKHMANIA; AGUS SAMEKTO


Program Studi Akuntansi, STIE Perbanas, Jalan Nginden Semolo 34-36 Surabaya, 60118, Indonesia.
*Corresponding Author, E_mail address: nurmala@perbanas.ac.id

ABSTRACT
The aim of this study was to investigate the impact of inplementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) on accrual earnings manage-
ment and real earnings management. Adoption of accounting standards have an impact on the way of assessment, measurement and presentation.
Samples are manufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange. Accrual earnings measurement method using five measurement ap-
proach, and three approaches to the measurement of real earnings management. The results showed that there were differences in real earnings
management approach diskretioner costs and production costs. Three of the five methods used accrual earnings management (Modified Jones,
Piecewise Linear and Kothari) proved to be the difference between before than after IFRS. While, Stubben Model not proved in this research. Results
of this study are expected to have positive contribution on the development some policies related to the adoption of IFRS and the, particularly related
to the accrual earnings management and real earnings management.
Keywords: Earning Management; Accrual Model;Real Earning Management; IFRS

ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menyelidiki dampak dari Implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) pada manajemen
laba akrual dan manajemen laba riil. Adopsi standar akuntansi berdampak pada cara penilaian, pengukuran dan presentasi. Sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Laba akrual metode pengukuran menggunakan lima pendekatan pengukuran, dan tiga pendekatan
untuk pengukuran manajemen laba nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan dalam pendekatan manajemen laba riil biaya
diskresioner dan biaya produksi. Tiga dari lima metode yang digunakan dalam mengukur manajemen laba akrual (Modified Jones, Piecewise Linear
dan Kothari) mampu menemukan bukti terdapat perbedaan antara sebelum dan setelah IFRS. Sementara, model Stubben tidak menemukan bukti
adanya perbedaan dalam hal aktivitas manajemen laba pada penelitian ini. Hasil penelitian ini diharapkan memiliki kontribusi positif pada
pengembangan beberapa kebijakan terkait dengan adopsi IFRS dan, khususnya terkait dengan manajemen laba akrual dan manajemen laba riil.
Kata Kunci:Manajemen Laba;Model Akrual;Manajemen Laba Riil;IFRS

PENDAHULUAN
Implementasi International Accounting Standards, kesimpulan tertentu, dan akuntansi terkait
yang lebih dikenal sebagai International Financial transaksi tersebut. Pada 15 November 2008 di
Reporting Standards (IFRS) membawa banyak Washington DC, para pemimpin negara G 20
konsekuensi (Immanuela, 2012; Kustina, 2012)). membuat kesepakatan untuk melakukan
IFRS merupakan standar tunggal pelaporan konvergensi ke IFRS. Konvergensi ini diharapkan
akuntansi berkualitas tinggi dan kerangka dapat meningkatkan kegiatan investasi secara
akuntansi berbasiskan prinsip yang meliputi global, memperkecil biaya modal serta
penilaian professional yang kuat dengan disclosure meningkatkan transparansi perusahaan dalam
yang jelas dan transparan mengenai substansi penyusunan laporan keuangan. Terdapat dua
ekonomis transaksi, penjelasan hingga mencapai strategi yang digunakan dalam konvergensi IFRS ini

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
80 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

yaitu Big bang strategy dan gradual strategy. Big bang metode penghapusan piutang yang dipilih dan
strategy yaitu dengan mengadopsi penuh IFRS berapa nilai prosentase piutang tak
sekaligus tanpa tahapantahapan tertentu tertagihnya.Sebagai contoh dalam penentuan nilai
sedangkan pada gradual strategy adopsi IFRS beban piutang tak tertagih kita membutuhkan data
dilakukan secara bertahap. Di Indonesia adopsi ke tentang nilai penjualan atau nilai piutang dan
IFRS dilakukan dengan tiga tahapan yaitu tahap persentase piutang tak tertagihnya.
adopsi (2008 2010), tahap persiapan akhir (2011) Perhitungan manajemen laba akrual dengan
dan tahap implementasi (2012) (Aprilicia, 2014). menggunakan diskresioner terdiri dari beberapa
Implementasi IFRS di Indonesia dilakukan model, model yang pertama adalah model Jones
berdasarkan Keputusan Ketua Badan Pengawas (1991), model ini membagi accruals menjadi discre-
Pasar Modal Dan Lembaga Keuangan NO: KEP- tionary accruals dan non discretionary accruals.
347/BL/2012 Tentang Penyajian dan Dechow et.al (1995) menyempurnakan model
Pengungkapan Laporan Keuangan Emitan Atau Jones dengan memasukkan perubahan dalam
Perusahaan Publik. Tentu saja konvergensi ke IFRS penjualan dan perubahan piutang. Perubahan ini
ini bukanlah hal yang mudah karena akan untuk mengurangi kesalahan perhitungan discre-
memberikan dampak terutama di bisnis dan tionary accruals yang berasal dari penjualan /
pendidikan. Tetapi konvergensi ke IFRS ini harus pendapatan. Kothari (2005) menambahkan unsur
dilakukan agar Indonesia dapat masuk ke perhitungan kinerja perusahaan (ROA) dalam
perekonomian global. model Modified Jones untuk mendeteksi manajemen
Konvergensi ke IFRS secara teori dianggap akan laba . Ball dan Shivakumar (2006) mengembangkan
dapat mengurangi manajemen laba. Penilaian asset model akrual non linear yang disebut dengan
yang dilakukan secara wajar dengan konsep fair Piecewise Linear Accruals Models (PWL). Stubben
value dianggap mampu mengurangi manajemen (2010) berpendapat bahwa revenue (pendapatan)
laba. Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba adalah komponen terbesar dari keseluruhan earn-
(earnings management) sebagai tindakan manajemen ings (penghasilan) sehingga sangat ideal untuk
untuk memilih kebijakan akuntansi dari suatu menguji keberadaan manajemen laba . Stubben
standar dengan tujuan untuk memaksimalkan (2010) menguji pengaruh manipulasi pendapatan
kesejahteraan dan atau nilai pasar perusahaan. (pengakuan pendapa-tan lebih awal) terhadap
Manajemen laba terdiri atas manajemen laba hubungan antara pendapatan dan piutang.
akrual dan manajemen laba riil. Manajemen laba Kelemahan model ini adalah tidak mendeteksi
akrual dilakukan dengan memanipulasi hal akrual adanya manipulasi biaya.
yang tidak berhubungan secara langsung dengan Motivasi penelitian ini antara lain terkait
arus kas. Akrual sendiri secara teknis adalah inkonsistensi dampak IFRS terhadap manajemen
perbedaan antara kas operasi dan laba (Islam et.al, laba. Rudra dan Bhattacharjee (2012) meneliti
2010). Akrual disusun berdasarkan metode dan pengaruh IFRS terhadap manajemen laba di India.
estimasi tertentu. Sebagai contoh dalam penentuan Rudra dan Bhattacharjee berpendapat bahwa IFRS
nilai beban piutang tak tertagih kita membutuhkan lebih baik dari standar akuntansi domestik India,
data tentang nilai penjualan atau nilai piutang dan tetapi hasil penelitian justru menunjukkan bahwa
prosentase piutang tak tertagih. Kebijakan (discre- penerapan IFRS di India ternyata meningkatkan
tion) manajemen diperlukan untuk menentukan manajemen laba . Hal ini mungkin disebabkan

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 81

karena adanya peluang manajer untuk TINJAUAN LITERATUR DAN PERUMUSAN


mempengaruhi hasil estimasi fair value dengan HIPOTESIS
memilih metode atau alat ukur yang digunakan. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan dalam
Callao et.al (2007) meneliti tentang daya banding hubungan keagenan terdapat kontrak antara agent
dan relevansi laporan keuangan setelah penerapan dan principle. Pendapat yang sama juga dinyatakan
IFRS di Spanyol. Callao et.al (2007) berpendapat oleh Scott (2006). Agent adalah manajemen sebagai
bahwa penerapan IFRS berpengaruh terhadap nilai pihak yang mengelolah perusahaan sedangkan
aset lancar karena penggunaan fair value, sedangkan principle adalah pemilik perusahaan. Manajer
pada aktiva tetap penerapan IFRS tidak memperoleh kepercayaan untuk mengelolah
menghasilkan perbedaaan yang signifikan karena perusahaan dengan tujuan untuk mengopti-malkan
banyak perusahaan tetap memilih acquisition keuntungan para pemilik, dan untuk hal ini
costZang (2012) yang mengatakan bahwa penelitian manajer akan memperoleh kompensasi sesuai
yang hanya berfokus pada manajemen laba akrual kontrak. Tentu saja jika kinerja para manajer ini
saja tidak akan dapat menjelaskan manajemen laba dianggap baik, kompensasi yang mereka terima
secara keseluruhan. Untuk meningkatkan secara materi atau immateri akan naik. Sebagai
reliabilitas hasil penelitian ini maka manajemen pihak yang mengelolah perusahaan, manajer
laba akrual tidak hanya diukur dengan satu metode memiliki informasi yang lebih dibandingkan
saja (misal hanya dengan metode modified Jones) dengan pemilik. Inilah asimetri informasi.
tetapi dengan beberapa metode sekaligus yaitu Asimetri informasi dapat digunakan oleh
metode modified Jones, Kothari, PWL dan Stubben. manajer untuk melakukan satu tindakan yang akan
Sedangkan manajemen laba riil diukur dengan arus membuat penilaian kinerja mereka terlihat baik,
kas operasi/CFO, beban diskresioner dan biaya meskipun itu dapat menimbulkan kerugian pemilik
produksi. Agar dapat mengamati manajemen laba di periode mendatang. Jika kedua pihak sama-sama
riil secara jelas maka perusahaan manufaktur ingin meningkatkan utilitas mereka maka menjadi
dipilih sebagai populasi dalam penelitian ini. hal yang lumrah jika agent tidak selalu bertindak
Beberapa penelitian tentang pengaruh IFRS untuk kepentingan principle. Hal ini sesuai dengan
terhadap manajemen laba juga dilakukan di Eisenhart (1989) yang mengatakan bahwa agency
Indonesia. Santy dkk (2012) meneliti tentang theory menggu-nakan 3 asumsi sifat manusia, yaitu:
pengaruh IFRS terhadap manajemen laba di mementingkan diri sendiri (self interest), memiliki
perbankan. Hasil penelitian Santy dkk (2012) daya pikir terbatas mengenai persepsi masa
menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan tingkat mendatang (bounded rationality), dan selalu
manajemen laba yang signifikan antara sebelum menghindari resiko (risk adverse). Pada kondisi ini
dan sesudah penerapan IFRS. Hasil tersebut memunculkan kemungkinan upaya melaku-kan
menunjukkan bahwa masih terdapat temuan majanemen laba.
berbeda terkait dampak manajemen laba. Oleh Healy dan Wahlen (1998) menyatakan
karenanya penelitian ini melakukan pengujian manajemen laba terjadi ketika manajer
terkait hal yang sama di Indonesia. menggunakan kebijakan dalam pelaporan
keuangan dan penataan transaksi untuk mengubah
laporan keuangan sehingga menyesatkan stake-
holder tentang performa perusahaan atau untuk

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
82 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

mempengaruhi kontrak yang didasarkan pada earnings management, tetapi hasil penelitian
angka dalam laporan keuangan. Manajemen laba menunjukkan bahwa aplikasi IFRS di India tidak
secara umum dibagi menjadi 2 kategori yaitu menurunkan earnings management
manajemen laba melalui kebijakan akuntansi Islam, Ali dan Ahmad (2010) menggunakan
(akrual) dan manajemen laba melalui aktivitas riil proxy untuk menentukan tingkat manajemen laba.
(Sulistiawan 2011:70). Gumanti (2000) menjelaskan Akrual diskresioner adalah diperoleh dengan
transaksi akrual bisa berwujud 1) transaksi yang mengurangkan akrual non diskresioner dari total
bersifat nondiscretionaryaccruals, yaitu apabila akrual. Akrual non diskresioner diestimasi dengan
transaksi telah dicatat dengan metode tertentu menggunakan model regresi yang regresi total
maka manajemen diharapkan konsisten dengan akrual pada beberapa variabel penjelas. Namun,
metode tersebut dan 2) transaksi yang bersifat kelemahan terhadap total pendekatan akrual adalah
discretionary accruals (DA), yaitu metode yang bahwa kita tidak dapat membedakan komponen
memberikan kebebasan kepada manajemen untuk diskresioner dari komponen non-diskresioner. Oleh
menentukan jumlah transaksi akrual secara karena itu perlu dikembangkan untuk akrual
fleksibel. Ball dan Shivakumar (2006), menyatakan diskresioner terpisah dari total akrual sebelumnya
bahwa, akun akrual seringkali dimanfaatkan oleh yang dikembangkan Dechow et al. (1995) dan
manajemen untuk melakukan manajemen laba. terbukti efektif.
Roychowdhury (2006) membuktikan bahwa Selama bertahun-tahun Model Jones
perusahaan yang melakukan manajemen laba riil dimodifikasi dianggap sebagai alat yang paling
berusaha untuk menghindari kerugian dengan ampuh dalam mendeteksi manajemen laba ini telah
menawarkan harga diskon untuk sementara dengan didokumentasikan di banyak negara maju yaitu,
tujuan meningkatkan penjualan, melakukan Amerika Serikat, Inggris dan beberapa negara
produksi yang berlebihan untuk menurunkan lainnya yaitu, Malaysia, Taiwan, India. Namun,
harga pokok penjualan (COGS), dan mengurangi baru-baru ini Yoon dan Miller (2002b) dan Yoon
pengeluaran diskresioner untuk meningkatkan (2006) memberikan bukti empiris bahwa model
margin. Pengaruh penerapan IFRS di Spanyol Jones yang dimodifikasi tidak cocok untuk
khususnya untuk daya banding dan relevansi perusahaan-perusahaan Asia. Studi ini menganalisis
laporan keuangan dibuktikan secara empiris oleh efektivitas Modified Jones Model dalam mendeteksi
Callao, et al. (2007). Perusahaan yang terdaftar di manajemen laba antara awal penawaran umum
bursa efek Spanyol telah diharuskan untuk yang terdaftar antara 1985-2005 di Bursa Efek
mengaplikasikan IFRS sejak Januari 2005. Hasil Dhaka (DSE). Hasil penelitian ini menegaskan
penelitian menunjukkan bahwa dengan aturan bahwa Modified Jones Model tidak efektif dalam
local laporan keuangan memiliki daya banding yang mendeteksi manajemen laba dalam konteks modal
lebih rendah, dan implementasi IFRS telah pasar Bangladesh dan ditemukan bahwa model
memperlebar perbedaan antara nilai buku dan nilai tersebut hanya mampu memberikan kekuatan
wajar. Rudra dan Bhattacharjee (2012) meyakini penjelas dari model sebesar 9%. Oleh karena itu
bahwa IFRS memiliki kualitas yang lebih tinggi dari dapat disimpulkan bahwa Model Jones yang
standar local dan tetap memilih untuk dimodifikasi tidak efektif dalam mengukur tingkat
menggunakan standar local adalah suatu kesalahan. manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan-
Di beberapa kasus IFRS mampu mengontrol perusahaan IPO di Pasar modal Bangladesh hal

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 83

yang sama terbukti pada hasil riset empiris di bursa yang diperlukan untuk melakukan adopsi IFRS
efek Korea. Yoon (2006) mengungkapkan bahwa mulai tahun 2008. Tahun 2011 penerapan secara
model Jones yang dimodifikasi tidak efektif dalam dilakukan untuk beberapa PSAK berbasis IFRS.
mendeteksi manajemen laba dalam konteks Korea. Tahun 2012 penerapan PSAK berbasis IFRS
Nuariyanti dan Erawati (2014) melakukan dilakukan secara bertahap dan dilakukan evaluasi
penelitian yang bersifat komparatif yang dampak penerapan IFRS secara komprehensif.
membandingkan kinerja perusahaan sebagai Bukti-bukti empiris terkait dampak penerapan IFRS
variabel dependen dan konversi ke IFRS sebagai tersebut perlu diinvestigasi untuk perkembangan
variabel independen. Berdasarkan hasil dan penguatan kebijakan penerapan IFRS pada
perhitungan maupun hasil komparasi rasio tahun-tahun berikutnya.
keuangan PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk sebelum Hal utama yang membedakan antara IFRS
konversi IFRS dengan periode setelah konversi dengan aturan sebelum IFRS (GAAP atau PSAK
IFRS diperoleh simpulan sebagai berikut: Terdapat sebelum konvergensi ke IFRS). Tiga hal tersebut
perbedaan kinerja bank Mandiri yang dinilai dari adalah :
Loan to Assets ratio, Return on Assets serta Debt to 1) IFRS lebih condong pada penggunaan fair value
Equity Ratio antara periode sebelum konversi IFRS (nilai wajar) sedangkan aturan sebelumnya lebih
dengan periode setelah konversi IFRS. Perbedaan condong menggunakan historical cost. Menurut
kinerja antara periode sebelum konversi IFRS lampiran Keputusan Ketua Bapepam dan LK
dengan periode setelah konversi IFRS disebabkan NOMOR: KEP347/ BL/2012 nilai wajar
beberapa hal antara lain, penerapan prinsip adalah nilai dimana suatu aset dipertukarkan
penilaian assets yang menggunakan basis fair value atau liabilitas diselesaiakan antar pihak yang
atau nilai wajar untuk periode setelah konversi memahami atau berkeinginan untuk melakukan
IFRS, metode pengakuan biaya research an develop- transaksi wajar (arms length transactions).
ment yang tidak lagi dikapitalisasi. Sedangkan historical cost adalah kas / setara kas /
imbalan lain yang diserahkan untuk
IFRS (INTERNATIONAL ACCOUNTING STANDARDS memperoleh suatu aktiva. Dengan penggunaan
BOARDS) historical cost berarti aktiva yang diperoleh akan
IFRS adalah standar, interpretasi dan kerangka selalu dicatat pada harga perolehannya,
kerja dalam rangka penyusunan dan penyajian meskipun mungkin nilainya telah mengalami
laporan keuangan berkualitas tinggi, berbasiskan perubahan. Hal ini dapat digunakan oleh
prinsip yang meliputi penilaian yang kuat dengan manajer untuk melakukan manajemen laba.
disclosures yang jelas dan transparan. IFRS Sebagai contoh jika perusahaan mengalami rugi
dihasilkan oleh IASB (International Accounting maka untuk menutup kerugian tersebut manajer
Standards Boards). Sebelumnya IFRS lebih dikenal akan menjual aktiva tetap yang memiliki fair
dengan IAS (International Accounting Standards) yang value lebih tinggi dari historical costnya sehingga
diterbitkan oleh Boards of International Accounting muncul keuntungan dari penjualan tersebut.
Standards Committee Foundation (IASC). IASB 2) IFRS merupakan standar yang berbasis prinsip
melanjutkan pengembangan standards akuntansi (principal based) sedangkan standar sebelumnya
internasional dan menyebutnya sebagai IFRS. berbasis aturan (rules based). Principal based
Indonesia mulai mempersiapakan infrastruktur berarti pengaturan pada tingkat prinsip akan

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
84 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

meliputi segala hal dibawahnya. Kelemahan waktu implementasi secara mandatory yaitu tahun
principal based adalah diperlukan pemahaman 2012 dijadikan dasar untuk menentukan masa/
dan judgement dalam penerapannya. waktu observasi untuk menentukan masa sebelum
3) IFRS mengharuskan pengungkapan yang lebih dan sesudah implementasi IFRS. Masa sebelum
rinci dan detail tentang risiko baik kualitatif IFRS ditentukan tahun 2009 sampai dengan 2010.
maupun kuantitatif daripada standar Masa sesudah implementasi adalah tahun 2012
sebelumnya. Hal mengenai pengungkapan ini sampai dengan tahun 2013. Sementara tahun 2011
juga diatur di bagian C Keputusan Ketua digunakan sebagai tahun peralihan. Variabel
Bapepam dan LK NOMOR : KEP347/BL/ dependen dalam penelitian ini adalah manajemen
2012. Sebagai contoh di pasal 19 terdapat laba akrual dengan 5 pendekatan pengukuran dan
ketentuan mengenai pengungkapan yang harus manajemen laba riil dengan 3 pendekatan
dilakukan oleh perusahaan jika melakukan pengukuran. Variabel independen masa
perubahan estimasi dan kebijakan akuntansi. implementasi PSAK IFRS. Riset ini mengambil
Dengan pengungkapan yang mendekati full data sebelum implementasi adalah adalah tahun
disclosure diharapkan informasi yang diperoleh sebelum dan sesudah implementasi IFRS.Adapun
pihak pengguna laporan keuangan sama dengan kriteria sampel secara lengkap adalah sebaga
informasi yang digunakan manajemen sehingga berikut.
tidak terjadi asimetri informasi dan a. Data perusahaan sektor industri manufaktur
mempersempit peluang manajemen laba. yang mempunyai data lengkap selama periode
2009-2013 karena komponen perhitungan
Berdasarkan perkembangan penerapan PSAK manajemen laba riil menggunakan pendekatan
IFRS di Indonesia dan beberapa model biaya produksi membutuhkan t-1, yaitu satu
pengukuran manajemen laba, riset ini berupaya tahun sebelum tahun t,
memberikan bukti empiris dampak implementasi b. Perusahaan yang menerbitkan laporan tahunan
PSAK IFRS pada perilaku manajemen laba yang berakhir pada tanggal 31 Desember selama
dipandang dari 8 model pengukuran manajemen periode pengamatan.
laba. Tiga pengukuran untuk manajemen laba riil c. Laporan keuangan menggunakan mata uang
dan 5 pengukuran untuk manajemen laba akrual. rupiah.
Mengacu pada temuan riset Callao, et al. (2007), d. Semua data yang akan digunakan untuk
Zang (2012), dan Rudra dan Bhattacharjee (2012), menghitung variabel yang menjadi fokus dalam
hipotesis penelitian adalah perbedaan perilaku penelitian ini..
manajemen laba ditinjau dari 8 model pengukuran e. Tidak berpindah sektor industri.
manajemen laba riil dan akrual
Data yang digunakan dalam penelitian ini
METODE PENELITIAN adalah data sekunder. Data yang diambil dari Bursa
Sampel penelitian adalah perusahaan manfaktur Efek Indonesia tentang informasi perusahaan-
yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu (purposive perusahaan publik terdaftar. Data-data tersebut
sampling). Kriteria sampel ketersediaan komponen meliputi komponen manajemen laba riil dengan
pengukur pada informasi ynag dipublikasikan di menggunakan pendekatan biaya produksi dengan
laporan keuangan tahunan. Pertimbangan cut off komponennya yaitu daya penjelas penjualan (sales),

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 85

perubahan penjualan (Dsales) , perubahan (2006). Modified Jones Model (Model Jones
penjualan pada tahun sebelumnya (Dsalest1) Modifikasian), memperhitungkan properti, pabrik,
terhadap BPROD. Sumber data yang digunakan dan peralatan dan perubahan pendapatan yang
dalam penelitian ini diperoleh melalui situs yang disesuaikan dengan perubahan piutang. Terdapat
dimiliki oleh Bursa Efek Indonesia (BEI), dua konsep akrual yaitu: discretionary accruals dan
diantaranya yaitu www.idx.co.id dan dari Indonesia non-discretionary accruals. Discretionary accruals
Capital Market Directory (ICMD). merupakan accrual yang ditentukan manajemen
karena manajemen dapat memilih kebijakan dalam
MANAJEMEN LABA AKRUAL hal metode dan estimasi akuntansi. Disinilah
MODEL JONES (1991) kelemahan dari dasar accrual yang menimbulkan
Model Jones mengukur akrual non-diskresioner peluang manajer untuk mengimplementasikan
termasuk di dalamnya variabel plant, property, dan strategi manajemen laba. Discretionary accruals
equipments untuk mengontrol setiap perubahan merupakan strategi yang lebih sulit dideteksi
akrual non-diskresioner yang berasal dari sehingga pendeteksiannya memerlukan
penyusutan dan adanya perubahan dalam kegiatan penginvestigasian data dan analisis yang lebih rinci
bisnis perusahaan. Akrual diskresioner diperoleh (Achmad, et al., 2007). Non-discretionary accruals
dengan mengurangkan akrual total terhadap akrual merupakan accrual yang ditentukan atas kondisi
non-diskresioner. ekonomi, merupakan pengakuan laba yang wajar,
yang tunduk pada suatu standar atau prinsip
akuntansi yang berlaku umum.

Dengan meregres komponen-komponen di atas


akan diketahui koefisien regresi masing-masing
yang akan digunakan untuk menghitung akrual
non-diskresioner, NDAC. Sehingga akrual
diskresioner, DAC, diperoleh dengan rumus
a. Performance Matched Discretionary Accruals,
sebagai berikut: Kothari et al. (2005)
DACit = TACit NDACit Pelopor penelitian akuntansi yang membahas
masalah kinerja keuangan ketika melakukan
MODEL JONES MODIFIKASIAN (1995)
estimasi keberadaan manajemen laba adalah
Modified Jones model ini dipilih karena banyak
Kothari et al. (2005) yang berpendapat bahwa
penelitian mengenai manajemen laba di Indonesia
akrual diskresioner, Model Jones atau Model Jones
yang menggunakan model ini seperti Halim, et al.,
Modifikasian, mengandung kesalahan pengukuran
(2005), Siregar dan Shiddarta (2005), dan Fanani

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
86 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

pada akrual diskresioner karena model ini pada return. ormula model ini adalah sebagai
mengabaikan kinerja perusahaan. Accruals terbagi berikut.
menjadi dua, yaitu bersifat short term atau long term.
Short term accruals terkait dengan cara melakukan
manajemen laba yang berkaitan dengan aktiva dan
hutang lancar, biasanya waktu yang dilakukan
adalah pada kuartal pertama atau satu tahun buku.
Sedangkan long - term accruals terkait dengan akun
aktiva tetap dan hutang jangka panjang (Kusuma, Penelitian yang dilakukan oleh Moreira dan
2006). Manajer dapat mengambil keuntungan dari Pope (2007) menunjukkan bahwa model Piecewise
perbedaan karakteristik tersebut. Manajer akan Lineardapat mengontrol asimetris keuntungan dan
lebih mudah untuk memanipulasi data akuntansi kerugian.Ball dan Shivakumar (2006) juga
melalui long - term discretionary accruals, karena meragukan estimasi Kothari et al. (2005) yang
tindakan manajer tersebut tidak dapat dideteksi menyatakan bahwa model akrual cenderung salah
untuk beberapa periode akuntansi berikutnya spesifikasi untuk perusahaan dengan performa
(Whelan dan McNamara 2004). ekstrim bisa jadi juga akibat dari pengakuan
kerugian yang tidak tepat waktu. Untuk itu, Ball
dan Shivakumar (2006) mengembangkan sebuah
model yang disebut akrual non-Linier. Model ini
didasarkan pada model Linier Dechow dan Dichev
(2002).

MODEL PENDAPATAN DISKRESIONER STUBBEN


(2010)
Stubben (2010) menyajikan model pendapatan
PIECEWISE LINIER ACCRUALS MODELS, BALL DAN diskresioner dengan menguji dan membandingkan
SHIVAKUMAR (2006) kemampuan model pendapatan dan akrual untuk
Model Piecewise Linear adalah salah satu model mengung-kapkan besaran manajemen laba melalui
untuk mengukur manajemen laba akrual yang pendapatan dengan data simulasi dan data aktual.
dikemukakan oleh Pope dan Walker (1999). Model Namun, salah satu kelemahan dari model ini
Piecewise Linear dapat memperbaiki informasi adalah tidak bisa mendeteksi manipulasi biaya.
manajemen laba akrual yang dihitung dengan Menurut Stubben (2010), pengakuan pendapatan
model Jones (1991) dengan memperhitungkan lebih awal (premature revenue recognition) adalah
adanya revenue, return, dan memperhi-tungkan bentuk paling umum dari manajemen pendapatan.
pengakuan pendapatan dan kerugian. Sehingga Dengan adanya pengakuan pendapatan secara
informasi manajemen laba akrual yang diukur prematur yang dilakukan oleh perusahaan akan
dengan model Piecewise Linear lebih baik karena berdampak pada pendapatan itu sendiri dan
asimetri informasi terhadap pengakuan pendapatan piutang. Dengan mengakui dan mencatat
dan kerugian pada laporan keuangan perusahaan pendapatan periode yang akan datang atau belum
dapat dideteksi dengan adanya komponen dividen terealisasi mengakibatkan pendapatan periode

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 87

berjalan lebih besar daripada pendapatan variabel yang digunakan dalam model skala dengan
sesungguhnya. Akibatnya, seolah-olah kinerja total aset tahun lalu (At-1). Arus kas kegiatan operasi
perusahaan lebih baik daripada kinerja berisi rincian-rincian jumlah penerimaan dan
sesungguhnya (Sulistyanto, 2008) pengeluaran kas dari kegiatan operasional
perusahaan. Semakin rendah nilai arus kas operasi
Stubben- Revenue Model abnormal maka semakin tinggi laba yang
dilaporkan (Armando dan Farahmita, 2012:7).

Stubben-Conditional Revenue Model


Arus kas normal dihitung berdasarkan koefisien
yang diestimasikan dari model dan nilai residu
adalah cerminan akrual diskresioner. Arus kas
diskresioner yang lebih rendah dianggap
menunjukkan tingkat manajemen laba riil yang
lebih tinggi. Intersep yang diskala (1/At-1)
dimasukkan dalam persamaan untuk menghindari
korelasi semu antara arus kas dari operasi dan
penjualan karena adanya variasi variabel, diskala
dengan total aset.
MANAJEMEN LABA RIIL
Manajemen laba riil bisa dilakukan melalui
keputusan operasional seperti didefinisikan oleh
Roychowdhury (2006) sebagai penyimpangan dari
praktik operasional normal, yang termotivasi oleh
keinginan manajer untuk menyesatkan beberapa
stakeholder yang meyakini bahwa tujuan pelaporan
keuangan telah terpenuhi melalui kegiatan usaha
yang normal.
Model estimasi pertama Roychowdhury (2006),
Model estimasi kedua yaitu model biaya
arus kas diskresioner, didasarkan pada model di
produksi diskresioner, biaya produksi (PRODt)
Dechow et al. (1998). Model ini menunjukkan arus
dinyatakan sebagai fungsi dari pendapatan (REVt)
kas operasi sebagai fungsi Linier dari pendapatan
dan perubahan pendapatan (DREVt). Biaya
(St) dan perubahan pendapatan (DSt). Semua
produksi didefinisikan sebagai Harga Pokok

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
88 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

Penjualan (COGSt-) ditambah dengan perubahan HASIL DAN PEMBAHASAN


persediaan (DINVt). Sebagaimana arus kas, biaya Hasil perhitungan manajemen raba rill sebelum
produksi normal setiap tahun dihitung berdasarkan dan sesudah menerapkan IFRS disajikan pada
koefisien yang diestimasikan dari model dan nilai Tabel 1. Selanjutnya, mengacu pada pengukuran
residu adalah cerminan akrual diskresioner. yang dilakukan oleh Roychowdhury (2006) rata-rata
Proksi ketiga untuk manajemen laba riil adalah nilai kesalahan penganggu masih berada diantara
beban diskresioner. Beban diskresioner dimodelkan rentang 0,075 sampai dengan 0,075. Namun jika
sebagai fungsi Linier dari pendapatan tahun lalu (St- dicermati berdasarkan sampel yang diteliti
1
). Yang dimaksud dengan beban diskresioner ditemukan fakta menarik, dimana ada indikasi
adalah jumlah biaya Litbang, biaya pemasaran serta yang mengarah pada kenaikan jumlah sampel yang
biaya administrasi dan umum. Nilai residu adalah melakukan manajemen laba riil, baik dengan
cerminan akrual diskresioner. teknik arus kas operasi, beban produksi, maupun
beban diskretioner. Sebelum implementasi IFRS,
jumlah perusahaan yang terdikasi melakukan
manajemen laba riil dengan arus kas sejumlah
8.2% dan meningkat setelahnya menjadi 12.9%.
Hal yang sama terjadi pada beban diskretioner dan
beban produksi (Tabel 2).

TABEL 1 DESKRIPSI MANAJEMEN LABA RIIL


Pada model manajemen laba dengan laba riil,
indikasi tidak terjadi manajemen laba jika nilai
residual model yang diuji berada pada kisaran -
0.075 sampai dengan 0.075 (Stubben, 2010). Hal
utama dalam pengukuran adalah melakukan
perhitungan nilai manajemen laba untuk setiap
model yang diteliti berdasarkan formula yang ada.
Pengujian hipotesis dilakukan dengan dua
tahapan. Tahap pertama melakukan uji normalitas
data untuk masing-masing variabel yang diteliti dan
Temuan terkait manajemen laba akrual
dibedakan. Uji normalitas data dilakukan dengan
berdasarkan sampel yang diuji, terbukti ada upaya
uji Kolmogorov-Smirnov. Hasil uji normalitas
menaikkan laba setelah implementasi IFRS. Hal
digunakan untuk menentukan apakah pengujian
tersebut terbukti dari nilai akrual diskretioner
hipotesis menggunakan uji parametrik atau non-
positif meningkat dibandingkan sebelum
parametrik. Uji parametrik menggunakan paired t-
implementasi IFRS. Pada Tabel 2 Model
test untuk data berdistribusi normal, dan Wilcoxon
pengukuran akrual diskretioner Kothari dan Modi-
Sign Rank Test untuk data berdistribusi tidak nor-
fied Jones menunjukkan bahwa nilai akrual
mal.
diskretionernya mengalami peningkatan. Berbeda
dengan model akrual yang lain, Model Piecewise
Linear menunjukkan hasil yang berbeda. dalam hal

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 89

TABEL 2 INDIKASI MANAJEMEN LABA

Keterangan: *) dihitung dalam %, atas dasar proporsi jumlah sampel.

nilai akrual diskretionernya. Sementara pada model arus kas tidak terbukti menujukkan perbedaan
pengukuran Stubben, kedua pendekatan secara empiris. Hal ini sekaligus menunjukkan
menunjukkan hasil yang konsisten, sampel yang bahwa aktivitas yang terlapor pada laporan arus kas
terindikasi melakukan manajemen laba meningkat. yang mencakup penerimaan piutang, membayar
Temuan menarik yang terjadi pada model utang, membayar biaya operasional perusahaan
pengukuran Piecewise Linear (PWL) penting untuk merupakan aktivitas-aktivitas yang secara regulasi
dikaji lebih lanjut. Berbeda dengan model akrual tidak banyak dipengaruhi oleh implementasi IFRS
diskretioner yang lain, model ini memasukkan karena merupakan kewajiban perusahaan dalam hal
komponen imbal hasil (return) dan deviden. PWL pembayaran yang didasarkan pada tagihan
berupaya memberikan pemahaman yang lebih pemasok, dan peneriman uang yang didasarkan
realistis, return dan deviden dapat digunakan oleh pada bukti penjualan (tagihan faktur).
manajemen sebagai media bagi mereka untuk Pengujian pada model pengukuran manajemen
melakukan manajemen laba, dan jika dua laba akrual memberikan bukti empiris bahwa ada
komponen tersebut dimasukkan dalam formulasi perbedaan dengan pendekatan Modified Jones,
perhitungan akrual diskretioner, ternyata Khothari dan Piecewise Linear. Sementara
memberikan hasil yang berbeda. Hasil ini konsisten pengukuran akrual melalui hubungan pendapatn
dengan temuan Callao et al.(2007) bahwa dan piutang tidak menunjukkan ada perbedaan
implemntasi IFRS tidak berdampak pada relevansi secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa
nilai yang tercermin dari harga saham di bursa efek. implementasi IFRS berdampak besar pada pola
Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan dan perilaku manajemen terkait dengan akun-akun
uji beda dua sampel berpasangan memberikan hasil akrual dalam laporan keuangan. Bukti akan hal
sebagaimana terangkum pada Tabel 3. Nilai akrual tersebut ditunjukkan dari adanya perbedaan pada
diskretioner dari delapan model pengukuran yang seluruh model akrual yang diuji. Sementara,
diuji pada penelitian ini 5 model terbukti pendekatan akrual yang didalam hanya
menunjukkan ada perbedaan perilaku/nilai mengandung unsur piutang dan penjualan, dimana
manajemen laba riil dengan menggunakan kedua akun tersebut merupkan akun akrual,
pendekatan beban diskretioner dan beban terbukti tidak berbeda. Hal ini menunjukkan
produksi, sementara manajemen laba riil mwlalui bahwa akun piutang dan penjualan merupakan

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
90 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

akun-akun yang masih mungkin dimanfaatkan oleh pengukur kualitas akuntansi. Riset ini berhasil
manajemen dalam mengelola penampakan laporan membuktikan adanya perbedaan pada 3 model
keuangan yang diinginkan. akrual diskretioner yang diuji.
Perbedaan hasil tersebut jika ditelusur dari data
deskriptif memberikan alasan yang cukup rasional.
TABEL 3 HASIL PENGUJIAN HIPOTESIS Berdasarkan data deskriptif, kecenderungan
melakukan manajemen laba riil setelah
implementasi IFRS memang mengalami
peningkatan, namun sampel juga berupaya
melakukan manajemen laba dengan melalui akrual
diskretioner setelah implementasi IFRS. Hal ini
terbukti dari deskripsi sampel yang melakukan
manajemen laba dengan cara meningkatkan laba
Keterangan: *) sig pada =0,05 , **) sig pada pada =0,10 semakin meningkat melalui akun-akun akrual. Hal
ini dapat dijelaskan bahwa standar akuntansi
Pengembangan model Stubben dengan keuangan belum secara wajib memberlakukan fair
memasukkan unsur laba kotor dan umur value kepada emiten-emiten di pasar modal,
perusahaan juga terbukti tidak berbeda. Artinya, misalnya terkait revaluasi asset. Revaluasi asset
perilaku mengelola akun-akun laporan keuangan boleh dilakukan dan boleh tidak dilakukan dengan
tidak dipengaruhi oleh lama tidaknya perusahaan catatan, jika telah melakukan revaluasi asset, maka
beroperasi. Hal ini dapat dipahami karena wajib secara konsisten melakukan penilaian
penyusun laporan keuangan adalah individu- kembali asset tetap berdasarkan nilai wajar.
individu yang memiliki motif-motif tertentu yang
menurut teori agensi didasari oleh kepentingan SIMPULAN
mereka. Hasil penelitian ini konsisten dengan Penelitian ini bertujuan untuk memberikan
Nuariyanti dan Erawati (2014), Rudra dan bukti empiris perbedaan manajemen laba riil dan
Bhattacharjee (2012). Mengacu pada hasil akrual pre dan post implementasi IFRS di Indone-
pengujian manajemen laba akrual dan laba riil. sia. Sampel adalah perusahaan manufaktur yang
Hasil penelitian ini berbeda dengan temuan Zang terseleksi berdasarkan kriteria. Sejumlah 48 sampai
(2012) yang memberikan bukti empiris bahwa ada dengan 104 sampel diuji dengan menggunaka 8
kecenderungan manajemen berpindah ke model pengukuran manajemen laba. Delapan
manajemen laba riil setelah perubahan standar model tersebut terdiri dari 3 manajemen laba
akuntansi berbasis IFRS. Temuan yang berbeda akrual dengan pendekatan beban produksi, arus
pada kondisi penerbitan saham musiman (bukan kas operasi dan beban diskretsioner dan 5 model
saham perdana) terjadi pada penelitian Armando pengukuran dengan pendekatan akrual
dan Aria (2012). Hal yang sama juga dibuktikan diskretioner. Lima model pendekatan akrual
oleh Sianipar dan Marsono (2013), bahwa tidah diskretioner tersebut adalah Modified Jones,
ditemukan ada perbedaan, Model pengujian yg Kothari Hasil, Piecewise Linear Model, Revenue Model
dinukan pada penelitian Sianipar dan Marsono dan Conditional Revenue Model.
(2013) adalah laba bersih dikurang total aset sebagai Berdasarkan hasil pengujian, hasil penelitian ini

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
VOL. 17 NO.1 JANUARI 2016 91

terangkum sebagaimana berikut: pertama, uji beda Timely Gain and Loss Recognition. Journal of Accounting
Research, 44(1-2), 207-242
nilai rata-rata manajemen laba riil dengan Cahyati. A. D., (2011). Peluang Manajemen Laba Pasca Konvergensi
pendekatan model biaya diskretioner dan biaya IFRS: Sebuah Tinjauan Teoritis Dan Empiris. Jurnal Riset Akuntansi
dan Keuangan, 2 (1). 1-7.
produksi menunjukkan adanya perbedaan antara Callao, S., Jose, I., Jose, J., dan Lainez, A. (2007). Adoption Of IFRS
sebelum dibandingkan sesudah implementasi In Spain : Effesct On The Comparability And Relevance Of
Financial Reporting. Journal of International Accounting, Auditing
IFRS.Manajemen laba riil denga pendekatan arus and Taxation , 16 (2), 148-178.
kas tidak menujukkan adanya perbedaan. Kedua, Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory: An Assessment And
Review. Academy of management review, 14(1) , 57-74.
uji beda nilai rata-rata manajemen laba akrual
Gamayuni, R. G., (2009). Perkembangan Standar Akuntansu
dengan pendekatan Modified Jones Model, Khothari Keuangan Indonesia Menuju International Financial Reporting
dan Piecewise Linear menunjukkan ada perbedaan Standars. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan. Vol 14 (2).
Ghozali, I., (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
sementara ui beda dengan pendekatan Revenue SPSS 21. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Model dan Conditional Revenue Model tidak berhasil Gumanti, T. A. (2004). Earnings Management: Suatu Telaah Pustaka.
Jurnal Akuntansi dan Keuangan , 2(2), 104-115.
memberikan bukti empiris yang berbeda secara Healy, P. M., Wahlen, J.M. (1999). A Review of The Earnings Manage-
signifikan dalam hal nilai rata-rata manajemen ment Literature and Its Implications For Standard Setting.
Accounting Horizon, 13 (4)., 365-383.
labanya. Satu kelemahan penelitian ini adalah Immanuela, I. (2012). Konsekuensi Adopsi Penuh IFRS Terhadap
keterbatasan kurun waktu. Penelitian ini dilakukan Pelaporan Keuangan di Indonesia. Widya Warta , 290-295.
Jennifer J. Jones. (1991). Earnings Management During Import Relief
pada tahun 2014 dengan publikasi data terakhir
Investigations. Journal Accounting, Vol 29 (2), 193-228.
tahun 2013. Implementasi IFRS berlaku secara Jensen, Michael C. dan W.H. Meckling. (1976). Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership
wajib pada tahun 2012, akibatnya perbandingan
Structure.Journal of Financial Economics 3. , p 305-360.
hanya dapat dilakukan selama satu tahun sebelum Kothari, S. P., Leone, A. J., dan Wasley, C. E. (2005). Performance
dan satu tahun sesudah. Penelitian yang akan Matched Discretionary Accrual Measures. Journal of Accounting
And Economics , 39(1), 163-197.
datang disarankan untuk melakukan Kustina. K.T., (2012). Dampak Konvergensi International Financial
perbandingan dalam kurun waktu yang lebih Reporting Standards (IFRS) Bagi Pelaporan Akuntansi Perusahaan
Di Indonesia. Jurnal Ilmiah Manajemen dan Akuntansi, 17 (2).
panjang, nisalnya 2 sampai dengan 5 tahun. Hal Lestari, Y. O. (2013). Konvergensi International Financial Reporting
ini akan bermanfaat untuk menemukan bukti Standard (IFRS) Dan Manajemen Laba.El-Muhasaba, 1-22.
Moreira, J. A., Pope, P. (2007). Piecewise Linear Accrual Models : do
empiris perubahan perilaku dan pola manajemen they really control for the asymmetric recognition of gains and
laba riil maupun akrual dalam jangka panjang. losses?. Universidade De Porto, Faculdade de Economia de
Porto.
Penelitian yang akan datang juga dapat
Nuariyanti, I, K. N., dan Erawati Adi, M. N. (2014). Analisis Komparatif
menemukan pembuktian tentang konsistensi akun- Kinerja Perusahaan Sebelum dan sesudah Konversi ke IFRS. E-
akun yang terformula dalam Model Stubben Jurnal Akuntansi Universitas Udayana, 6 (2), 274-286.
Purnomo, B. S., (2009). Pengaruh Earning Power Terhadap Praktek
dalam mengukur manajemen laba akrual Manajemen Laba. Jurnal Ekonomi. Vol 14 (1).
Roychowdhury, S. (2006). Earning Management Through Real Activities
Manipulation. Journal Of Accounting And Economics , 335-370
DAFTAR PUSTAKA Rudra, T, Bhattacharjee, C.A.D (2012). Does IFRs Influence Earnings
Ankarath, K., Mehta, J., Ghosh, P., dan Alkafaji, A. (2012). Memahami Management? Evidence From India. Journal of Management
IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional. Jakarta: Indeks. Research, vol. 4
Aprilicia, V. (2014). Road Map International Financial Reporting Sianipar, G.A, Marsono. (2013). Analisis Komparasi Kualitas Informasi
Standard (IFRS) dan Implementasinya Di Indonesia. JIBEKA , 60- Akuntansi Sebelum dan Sesudah Pengadopsian Penuh IFRS Di
64. Indonesia. Diponegoro Journal Accounting. Vol 2 (3). 350-360.
Armando, E., dan Aria, F. (2012). Manajemen Laba Melalui Akrual dan Stubben, S.R. (2010). Discretionary Revenues as a Measure of
Aktivitas Riil di Sekitar Penawaran Saham Tambahan Dan Earnings Management. The Accounting Review, 85 (2)., 695-717
Pengarunya Terhadap Kinerja Perusahaan. Universitas Indonesia. Sulistiawan, D., Januarsi, Y., Liza, A. (2011). Creative Accounting
Seminar Nasional Akuntansi 15, Banjarmasin. Mengungkap Manajemen Laba Dan Skandal Akuntansi. Jakarta:
Ball, R., Shivakumar, L. (2006). The Role of Accruals In Asymmetrically 2011.

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92
92 JURNAL AKUNTANSI & INVESTASI

Zang, A. Z. (2012). Evidence on The Trade off between Real


Manipulation and Accruals Based Earnings Manage-men. The
Accounting Review, 87 (2), 675-703.

DOI: 10.18196/jai.2016.0046. 79 - 92

You might also like