You are on page 1of 43

Analisis Hubungan Perataan Laba (Income

Smoothing) dengan Ekspektasi Laba Masa Depan


Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa
Efek Jakarta.

Syahril Djaddang

ABSTRACT
The purposes of this thesis are to analyze the relativity between income
smoothing (net earnings, leverage, total asset, and discretionary accrual) and earning
future expectation (expected earning) for manufactured companies in Indonesia, and
also to prove whether income smoothing influences earning future expectation. This
research use 36 manufactured companies data, listed in The Jakarta Stock Exchange,
that been chosen by the purposive sampling method. Modified Jones model is use in
this thesis as an income smoothing assumption. The data analysis method that been
used are One Sample Kolmogorov-Smirnov, Multicollinearity Test, Durbin-Watson
Test, Scatterplot, Pearson Correlation, Multiple Regression, F Test, and T-Test.
Based on the test done, it is shown that the net earnings, leverage, and total asset
variables are significantly positive related to expected earning variable (earning
future expectation), while discretionary accrual variable is not significantly positive
related to expected earning variable. The relations between net earnings, leverage,
and total asset to expected earning are weak positive correlation. Another result of
the test done is that all independent variables (income smoothing), together, are
significantly influencing their dependent variable, earning future expectation
(expected earning).

Keywords: income smoothing, expected earning, Jones model

i
2

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang

Pihak manajemen perusahaan sangat menyadari peranan informasi laba dalam


income statement. Oleh karena itu, pihak manajemen cenderung memberikan
kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan untuk mencapai tujuan tertentu yang
biasanya bersifat jangka pendek (Kusuma & Sari, 2003). Pilihan kebijakan akuntansi
yang dilakukan manajemen untuk tujuan spesifik itulah yang disebut dengan
manajemen laba (Scott, 2000). Hal ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang
timbul antara pihak manajemen dengan pihak lain yang berkepentingan dengan
perusahaan (stakeholder) (Sugiarto, 2003). Berbagai penelitian lainnya untuk
membuktikan bahwa manajemen laba dilakukan untuk mencapai tujuan spesifik dan
bersifat jangka pendek, juga telah dilakukan oleh Rahman dan Bakar (2002);
Burgsahler dan Dichev (1997); Dechow, et. al (1995); serta Perry dan William
(1994). Tetapi, penelitian yang dilakukan oleh Gumanti (2000) mengatakan bahwa
fenomena manajemen laba tidak selamanya terbukti, walaupun secara teoritis
memungkinkan atau ada peluang bagi manajemen untuk me-manage laba yang
dilaporkan.

Para manajer melakukan tindakan ini karena biasanya laba yang stabil dan tidak
banyak fluktuasi dari satu periode ke periode yang lain, dinilai sebagai prestasi yang
baik. Akuntansi konvensional membatasi manajer untuk membuat discretionary
accounting untuk meratakan laba yang dilaporkan (reported earnings). Tetapi tidak
semua negara melarang dilakukannya perataan laba. Misalnya Swedia, yang
membenarkan tindakan ini, sepanjang dilakukan dengan transparan. (Harahap, 2005).

Di Indonesia, beberapa penelitian terdahulu yang telah dilakukan


memperlihatkan hasil yang tidak konsisten. Ilmainir (1993) menemukan bukti bahwa
perataan laba didorong oleh harga saham, perbedaan antara laba aktual dan laba
normal dan pengaruh perubahan kebijakan akuntansi yang dipilih oleh manajemen.
Zuhroh (1996) menemukan bukti bahwa faktor yang berpengaruh terhadap perataan
laba adalah leverage operasi. Naim dan Hartono (1996) menemukan manajer yang
3

menghadapi investigasi pelanggaran undang-undang antitrust akan menurunkan laba


untuk menghindari pinalti pelanggaran antitrust. Wimbari (1998) mendapatkan hasil
bahwa perataan laba disebabkan oleh faktor profitabilitas dan jenis industri. Jin
(1998) menemukan bahwa faktor yang berpengaruh terhadap praktek perataan laba
adalah ukuran perusahaan, tingkat profitabilitas, sektor industri dan leverage-nya.

B. Perumusan Masalah

Masalah yang dibahas penulis dalam penelitian ini, adalah:


1. Apakah praktik perataan laba dan ekspektasi kinerja masa depan mempunyai
hubungan yang positif (kuat)?
2. Apakah praktik perataan laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap
ekspektasi kinerja masa depan perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan penulis, ialah:


1. Untuk mengetahui dan menganalisa hubungan antara perataan laba dan
ekspektasi kinerja di masa depan.
2. Untuk membuktikan ada atau tidaknya pengaruh perataan laba (variabel bebas)
terhadap kinerja masa depan perusahaan (variabel terikat).

II. Tinjauan Pustaka

2.1. Laporan Keuangan

Menurut Pedoman Etika Akuntan IAI, laporan keuangan adalah suatu penyajian
data keuangan termasuk catatan yang menyertainya, bila ada, yang dimaksudkan
untuk mengkomunikasikan sumber daya ekonomi (aktiva) dan atau kewajiban
suatu entitas pada saat tertentu atau perubahan atas aktiva dan atau kewajiban
selama suatu periode tertentu sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
atau basis akuntansi komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2.2. Tujuan Laporan Keuangan


4

Tujuan laporan keuangan menurut APB Statement digolongkan sebagai


berikut (Harahap, 2001: 42) :
1. Tujuan Khusus
Tujuan khusus laporan keuangan adalah untuk menyajikan laporan posisi
keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan lainnya secara
wajar dan sesuai dengan GAAP (Generally Accepted Accounting
Principle).
2. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber-sumber
ekonomi, dan kewajiban perusahaan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang sumber kekayaan
bersih yang berasal dari kegiatan usaha dalam mencari laba.
c. Menaksir informasi keuangan yang dapat digunakan untuk menaksir
potensi potensi perusahaan dalam menghasilkan laba.
d. Memberikan informasi yang diperlukan lainnya tentang perubahan
harta dan kewajiban.
e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang dibutuhkan para
pemakai laporan.
3. Tujuan Kualitatif
Tujuan kualitatif yang dirumuskan APB Statements No. 4 adalah sebagai
berikut:
a. Relevan.
b. Dapat dimengerti
c. Dapat dicek kebenarannya
d. Netral
e. Tepat waktu & Dapat diperbandingkan
f. Lengkap

2.3. Jenis Laporan Keuangan


5

Sedangkan dalam definisi laporan keuangan menurut peraturan


Bapepam Nomor : VIII.G.7 tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan
dijelaskan bahwa laporan keuangan terdiri dari:
1. Neraca
2. Laporan Rugi Laba
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan Atas Laporan Keuangan

2. Earning Management (Manajemen Laba)

Earning management adalah suatu konsep yang dilakukan perusahaan dalam


mengelola laporan keuangan supaya laporan keuangan tampak terlihat memiliki
kualitas (quality of financial reporting) (Suhendah, 2005). Laporan keuangan yang
paling sering dimanipulasi oleh perusahaan adalah laporan rugi laba.

Menurut Jumingan (2003) seperti yang dikutip oleh Suhendah (2005), earning
management merupakan suatu proses yang disengaja, menurut standar akuntansi
keuangan untuk mengarahkan pelaporan laba pada tingkat tertentu. Yang termasuk
dalam kategori earning management ialah:
1. Discretionary accrual
2. Income smoothing
3. Manipulasi alokasi pendapatan/biaya.
4. Perubahan metode akuntansi dan struktur modal.
Earning management (manajemen laba) memiliki cakupan yang lebih luas daripada
income smoothing (perataan laba), karena manajemen percaya bahwa reaksi pasar
didasarkan pada pengungkapan informasi akuntansi sehingga perilaku laba
merupakan aspek penentuan resiko pasar entitas usaha.

Suhendah (2005) mengutip Ayres (1994) yang menyatakan bahwa ada 3 faktor
yang dapat dikaitkan dengan munculnya praktik manajemen laba oleh manajer demi
menunjukkan prestasinya, yaitu:
1. Manajemen akrual (accruals management).
6

2. Penerapan suatu kebijaksanaan akuntansi yang wajib (adoption of mandatory


accounting changes).
3. Perubahan akuntansi secara sukarela (voluntary accounting changes).

Gambar 1
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Manajemen Laba

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


a. Manajemen akrual
b. Penerapan suatu kebijaksanaan Praktik
akuntansi yang wajib Manajemen Laba
c. Perubahan metode akuntansi
secara sukarela

Sumber : Jurnal Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, Earning Management

3. Income Smoothing (Perataan Laba)

3.1. Definisi Perataan Laba

Pengertian awal mengenai income smoothing ialah moderates year-to-


year fluctuations in income by shifting earnings from peak years to less
successful periods (Riahi-Belkaoui, 2004). Sedangkan pengertian yang lebih
modern adalah the process of manipulating the time profile of earnings or
earning reports to make the reported income less variable, while not
increasing reported earnings over the long run (Riahi-Belkaoui, 2004).

Income smoothing (perataan laba) adalah a form of earnings


management in which revenues and expenses are shifted between periods to
reduce fluctuations in earnings (Arens, et. al, 2005: 310). Selain itu, menurut
Harahap (2005) perataan laba adalah upaya yang dilakukan oleh manajemen
untuk menstabilkan laba.

Definisi lainnya tentang perataan laba menurut Beidleman adalah (Riahi-


Belkaoui, 2004):
7

The intentional dampening or fluctuations about some level of earnings


that is currently considered to be normal for a firm., atau an attempt on
the part of the firms management to reduce abnormal variations in
earnings to extent allowed under sound accounting and management
principles.

3.2. Jenis Perataan Laba

Ada dua jenis perataan laba, yaitu (Riahi-Belkaoui, 2004) :


1. Intentional atau designed smoothing
Intentional atau designed smoothing ialah keputusan atau pilihan yang
dibuat untuk mengatur fluktuasi earnings pada level yang diinginkan.
2. Natural smoothing
Natural smoothing adalah income generating process yang natural, bukan
hasil dari tindakan yang diambil oleh manajemen.

3.3. Faktor Pendorong Perataan Laba

Tidak semua negara melarang dilakukannya perataan laba (Harahap,


2005). Seperti Swedia misalnya, di negara ini perataan laba diperbolehkan,
asalkan perataan laba ini dilakukan dengan transparan.

Beberapa faktor yang mendorong manajemen melakukan perataan laba


adalah (Sugiarto, 2003):
1. Kompensasi bonus
Pada penelitiannya, Healy menemukan bukti bahwa manajer yang tidak
dapat memenuhi target laba yang ditentukan akan memanipulasi laba agar
dapat mentransfer laba masa kini menjadi laba masa depan. Selain itu,
menurut Harahap (2005), pentingnya laporan keuangan mengundang
manajemen untuk meratakan laba demi mendapatkan bonus yang tinggi.
2. Kontrak utang
Defond dan Jimbalvo (1994) dengan menggunakan model Jones,
mengevaluasi tingkat akrual perusahaan yang tidak dapat memenuhi
target laba. Mereka menemukan bahwa perusahaan yang melanggar
8

perjanjian utang telah merekayasa labanya, satu periode sebelum


perjanjian utang itu dibuat.
3. Faktor politik
Jones (1991) meneliti perusahaan yang sedang diinvestigasi oleh
International Trade Commision (ITC). Ia menemukan bukti bahwa
produsen domestik cenderung menurunkan laba dengan teknik
discretionary accrual untuk mempengaruhi keputusan regulasi impor.
Naim dan Hartono (1996) meneliti perusahaan yang diduga melakukan
monopoli dan menemukan bahwa manajer perusahaan melakukan
perataan laba untuk menghindari UU Anti-Trust.
4. Pengurangan pajak
Perusahaan melakukan perataan laba untuk mengurangi jumlah pajak
yang harus dibayarkan kepada pemerintah (Arens, Elder, Beasley, 2005).
5. Perubahan CEO
Pourciao (1993) menemukan bukti bahwa perekayasaan laba dilakukan
dengan meningkatkan unexpected accruals pada periode satu tahun
sebelum penggantian eksekutif tak rutin.
6. Penawaran saham perdana
Clarkson et al (1992) menyatakan ada reaksi positif dari pengumuman
earnings forecast yang ada di prospektus dengan tingkat penjualan
saham, karena publik hanya melihat laporan keuangan yang dilaporkan
pada regulator. Banyak perusahaan yang melakukan perataan laba demi
mendapatkan dan mempertahankan investor (Jones, 2005).

Faktor yang diasumsikan menyebabkan manajer melakukan perataan


laba menurut buku Accounting Theory (Riahi-Belkaoui, 2004: 451), ialah:
1. Mekanisme pasar kompetitif, yang mengurangi pilihan-pilihan yang
tersedia untuk manajemen.
2. Skema kompensasi manajemen, yang terkait langsung dengan kinerja
perusahaan.
3. Ancaman pergantian manajemen.
9

3.4. Teknik Perataan Laba

Berbagai teknik yang dilakukan dalam perataan laba, diantaranya ialah


(Sugiarto, 2003) :
1. Perataan melalui waktu terjadinya transaksi atau pengakuan transaksi.
Pihak manajemen dapat menentukan atau mengendalikan waktu transaksi
melalui kebijakan manajemen sendiri (accruals) misalnya: pengeluaran
biaya riset dan pengembangan. Selain itu banyak juga perusahaan yang
menggunakan kebijakan diskon dan kredit, sehingga hal ini dapat
menyebabkan meningkatnya jumlah piutang dan penjualan pada bulan
terakhir tiap kuarter dan laba kelihatan stabil pada periode tertentu.
2. Perataan melalui alokasi untuk beberapa periode tertentu. Manajer
mempunyai wewenang untuk mengalokasikan pendapatan atau beban
untuk periode tertentu. Misalnya: jika penjualan meningkat, maka
manajemen dapat membebankan biaya riset dan pengembangan serta
amortisasi goodwill pada periode itu untuk menstabilkan laba.
3. Perataan melalui klasifikasi. Manajemen memiliki kewenangan untuk
mengklasifikasikan pos-pos rugi laba dalam kategori yang berbeda.
Misalnya: jika pendapatan non-operasi sulit untuk didefinisikan, maka
manajer dapat mengklasifikasikan pos itu pada pendapatan operasi atau
pendapatan non-operasi.

Keleluasaan untuk memakai teknik-teknik akuntansi dalam mencatat


terbukti telah disalahgunakan oleh manajemen untuk melakukan perataan
laba. Bahkan disinyalir bahwa perataan laba banyak dilakukan dengan
menggunakan teknik-teknik akuntansi yaitu dengan merubah kebijakan
akuntansi (Koeh, 1981). Berdasarkan hal tersebut maka penelitian tentang
perataan laba ini dilakukan dengan mengambil perubahan kebijakan
akuntansi sebagai objek dihubungkan dengan antisipasi laba masa depan
untuk menghindari pemecatan.

4. Expected Earnings
10

Expected earnings ialah perkiraan dan ekspektasi laba yang ingin dicapai
perusahaan di masa mendatang (Sugiarto, 2003). Expected earning diambil dari
lembaran prospektus yang biasanya dikeluarkan perusahaan ketika ingin terdaftar di
Bursa Efek Jakarta, selain itu juga terdapat di laporan keuangan tahunan perusahaan.

Tujuan laporan keuangan menurut SFAC No 1. Sesuai dengan UU no. 8 tahun 1995
BAB IX pasal 78 dan 79 dan dijabarkan lebih lanjut dalam peraturan BAPEPAM
NO. IX C.2, mengumumkan earnings projection dipandang perlu agar menjadi
sinyal positif bagi investor tentang keterbukaan informasi perusahaan (Sugiarto,
2003).

Expected earnings yang tercantum di prospektus merupakan tantangan bagi


manajer untuk mencapainya, karena jika manajer tidak bisa mencapainya atau
kinerjanya atau kinerjanya di bawah rata-rata industri maka kemungkinan tindakan
pemecatan akan semakin besar (Blackwell, 1994).

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menganalisa perataan laba dan hubungannya dengan


laba masa depan perusahaan, dilakukan oleh Sopa Sugiarto (2003). Penelitian ini
mengambil indikator perataan laba (variabel bebas) berupa net earnings (sebelum
pos luar biasa), leverage, total asset, total accrual, dan discretionary accrual.
Variabel terikatnya adalah expected earning. Sampel yang digunakan adalah 41
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, yang dipilih dengan
metode purposive sampling.

Hasil penelitian tersebut mengindikasikan (1) Tidak terdapat hubungan antara


peningkatan discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang buruk dan
ekspektasi kinerja masa depan yang bagus; (2) Terdapat hubungan antara penurunan
discretionary accrual dengan kinerja masa kini yang bagus dan ekspektasi kinerja
masa depan yang buruk.
11

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2
Hubungan dan Pengaruh antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat

Variabel Bebas Variabel Terikat


X Y

X1
Net Earnings

X2
Leverage
Y
Expected Earning
X3
Total Asset

X4
Discretionary Accrual

X5
Perataan Laba

Sumber : Data diolah penulis, 2006

D. Pengembangan Hipotesis
Sugiarto (2003) mengutip penelitian Fudenberg dan Tirole (1995) yang
mengembangkan model teori yang mendorong manajer memperkirakan laba masa
depan dengan berdasarkan pada pemakaian discretionary accounting.

2. Hipotesis

Maka hipotesis penelitian yang dapat disimpulkan dari ketiga asumsi di atas
adalah:
12

H1 :Tingkat net earnings mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja


masa depan perusahaan.
H2 :Tingkat leverage mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja masa
depan perusahaan.
H3 : Tingkat total asset mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi kinerja
masa depan perusahaan.
H4 :Tingkat discretionary accrual mempunyai hubungan positif dengan ekspektasi
kinerja masa depan perusahaan.
H5 :Perataan laba mempunyai pengaruh signifikan terhadap ekspektasi kinerja masa
depan perusahaan.

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian yang bersifat korelatif, yaitu
mencari hubungan antara perataan laba (discretionary accruals) dengan kinerja masa
kini dan ekspektasi kinerja masa depan.

B. Variabel dan Pengukurannya

1. Variabel

Variabel yang digunakan dibagi menjadi 2, yaitu variabel bebas (tidak terikat)
dan variabel terikat.

1.1 Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah variabel yang nilainya mempengaruhi perilaku dari


variabel terikat (dependent variable). Dalam penelitian ini, variabel bebasnya
ialah perataan laba (income smoothing) yang faktornya terdiri dari:
1. Net Earnings
2. Leverage (LEV)
13

3. Total Aset (ASSET)


4. Discretionary Accrual (DA)

1.2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah variabel yang nilainya dipengaruhi oleh perilaku


variabel bebas (independent variable). Dalam penelitian ini, variabel terikat
yang digunakan, ialah expected earnings.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional variabel yang ada dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Net Earnings (X1)
Net earnings ialah laba bersih yang bisa dilihat di dalam income statement.
Dalam penelitian ini net earnings yang digunakan adalah net earnings before
extraordinary item.
2. Leverage (X2)
Leverage adalah bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk
keseluruhan utang. Leverage ini dapat dihitung dengan rumus:

LEV = Total Utang / Total Equity

3. Total Asset (X3)


Total asset adalah seluruh harta perusahaan yang digunakan dalam kegiatan
operasional perusahaan, yaitu dari current asset sampai dengan fixed asset dan
juga tangible asset. Data total asset ini dapat dilihat di dalam balance sheet
perusahaan.
4. Discretionary Accrual (X4)
Discretionary accrual adalah komponen accrual yang berada dalam kebijakan
manajemen, artinya manajemen memberikan intervensinya dalam proses
pelaporan keuangan. Perhitungan untuk mendapatkan discretionary accrual,
ialah:
14

TAit Ait 1 = a1 [1 Ait 1 ] + b1 [(REVit ARit ) Ait 1 ] + b2 [PPEit Ait 1 ] + eit

Keterangan:

TAit = total accrual


Ait 1 = total asset
REVit = total revenue
ARit = piutang
REVit ARit = perubahan revenue dengan basis kas

PPE it = jumlah kotor nilai bangunan dan peralatan


eit = tingkat kesalahan

Setelah konstantanya didapat, dimasukkan ke dalam rumus:

NDAC it = a1 [1 TAit 1 ] + b1 [(REVit REC it ) TAit 1 ] + b 2 [PPE it TAit 1 ]

Kemudian dicari discretionary accrual (DA)-nya dengan rumus:

DAC it = TAC it NDAC it

5. Expected Earnings (Y)


Expected earning adalah ekspektasi laba yang ingin dicapai perusahaan di masa
depan. Expected earning ini dianggap dapat menggambarkan kinerja suatu
perusahaan. Expected earning dapat dihitung dengan rumus:

E1 = E 0 (1 + g )

Keterangan:

E1 = expected earning
E0 = current earning
g = growth

D. Teknik Pengumpulan Data


15

Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan dalam pengumpulan datanya.


Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa laporan
keuangan tahunan dan prospektus yang didapat dari Bursa Efek Jakarta (BEJ).

E. Metode Pemilihan Sample

Pemilihan sample dilakukan dengan metode purposive sampling, yaitu


pemilihan sample dengan berbagai kriteria. Kriteria yang digunakan dalam penelitian
adalah:

1. Perusahaan yang telah go public sebelum 31 Desember 2005.


2. Emiten yang telah menyertakan laporan keuangan audit per 31 Desember
20022005.
3. Perusahaan yang transaksi sahamnya masih aktif diperdagangkan selama
tahun 20022005.
4. Perusahaan yang tahun bukunya 31 Desember untuk tahun 20022005.
5. Perusahaan dengan data ekstrem yang berhubungan dengan discretionary
accrual, arus kas dan non-discretionary accrual akan dikeluarkan dari
sample.

F. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini, adalah sebagai
berikut: Statistik Deskriptif, Uji Normalitas, Uji Asumsi Klasik, Uji Hipotesis.

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan proses data penelitian dalam bentuk tabulasi


sehingga mudah dipahami dan diintepretasikan.

2. Uji Normalitas
16

Dalam penelitian ini, uji normalitas data menggunakan Kolmogrov-Smirnov test.


Tujuan pengujian tersebut adalah untuk menentukan apakah data-data dari masing-
masing variabel terdistribusi normal atau tidak.

Perumusan hipotesa untuk uji normalitas, yaitu :


1. H0 : data normal
2. Ha : data tidak normal

Dasar pengambilan keputusan untuk uji normalitas :


1. Signifikansi >0,05 (H0 diterima : data normal)
2. Signifikansi <0,05 (H0 ditolak : artinya data tidak normal)

3. Uji Asumsi Klasik

Analisa mengenai hubungan dan pengaruh perataan laba dengan ekspektasi


kinerja masa depan perusahaan (expected earning) dapat dilakukan bila data yang
diteliti memenuhi asumsi klasik. Pengujian asumsi klasik yang dilakukan, yaitu:

3.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas ini digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya


hubungan yang berarti antara masing-masing variabel independen dalam
model regresi. Metode untuk menguji adanya multikolinieritas dilihat pada
tolerance value atau Variance Inflation Factor (VIF). Batas dari tolerance
value adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Jika Variance Inflation Factor
(VIF) diatas 10 dan tolerance value dibawah 0,10 (Hair et, al, 1998).
Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas adalah :
1. Ho : tidak ada multikolinearitas
2. Ha : terjadi multikolinearitas

Pengambilan keputusan :
1. Jika VIF > 0,10 (Ho ditolak: terjadi multikolinearitas)
2. Jika VIF < 0,10 (Ho diterima: tidak ada multikolinearitas)

3.2. Uji Autokorelasi


17

Uji autokorelasi digunakan untuk menunjukkan adanya korelasi antara


error dengan error periode sebelumnya. Pada asumsi klasik, hal ini tidak
boleh terjadi. Uji autokorelasi dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan metode DurbinWatson (DW). Jika nilai DurbinWatson
terletak diantara dU dan 4-dU maka disimpulkan tidak terjadi pelanggaran
autokorelasi. Data yang baik adalah data yang memiliki hasil uji tidak
terdapat autokorelasi. Sebenarnya penelitian ini tidak memerlukan uji
autokorelasi, karena data yang digunakan adalah data pooling.

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi (DW) sebagai berikut :


1. Jika 0 < DW < dL, maka terdapat positif autokorelasi
2. Jika dL DW dU, maka tidak ada keputusan
3. Jika dU < DW < 4-dU, maka tidak terdapat autokorelasi
4. Jika 4-dU DW 4-dL, maka tidak ada keputusan
5. Jika 4-dL < DW <4, maka terdapat negatif autokorelasi

3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model


regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat
heteroskedastisitas (varians dari setiap error bersifat heterogen). Model
regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (bersifat homogen). Dalam
penelitian ini, penulis menggunakan uji dengan scatterplot.

4. Uji Hipotesis

4.1. Uji Korelasi

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan


dan arah hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya. Semakin
tinggi nilai korelasi, semakin tinggi derajat keeratan hubungan kedua variabel
tersebut. Nilai korelasi memiliki rentang antara 0 sampai 1 atau 0 sampai -1.
Tanda positif dan negatif menunjukkan arah hubungan. Tanda positif
18

menunjukkan hubungan searah. Jika 1 variabel naik, variabel yang lain naik.
Tanda negatif menunjukkan hubungan berlawanan. Jika 1 variabel naik,
variabel yang lain akan turun.

Dalam penelitian ini, analisis korelasional yang digunakan adalah


analisis korelasi Pearson. Metode tersebut digunakan karena data yang
diteliti adalah data dengan skala rasio.

Perhitungan koefisien korelasi adalah menggunakan formula:

nXY XY
r=
nX (X ) Y 2 nY 2 (Y )
2 2 2

Keterangan :

X = variabel bebas
Y = variabel terikat
n = banyaknya sampel

4.2. Uji Regresi Berganda

Untuk menganalisa pengaruh variabel bebas, yaitu perataan laba,


terhadap variabel terikat, yaitu ekspektasi kinerja masa depan perusahaan
(expected earning), penulis menggunakan regresi berganda dengan model
sebagai berikut:

Y = a + b1 X 1 + b2 X 2 + b3 X 3 + b4 X 4 + e

Dimana Y adalah variabel terikat, yaitu expected earning, dan X adalah


variabel bebas, yaitu net earnings, leverage, total asset, dan discretionary
accrual, yang diujikan dalam penelitian. Bila Y dan X diganti dengan nama
masing-masing variabel, maka rumus regresi bergandanya akan menjadi:

Exp.Earn = a + b1 NetEarn + b2 LEV + b3 ASS + b4 DA + e

Keterangan:
19

Exp.Earn = expected earning perusahaan


a = konstanta
b1 , b2 , b3 , b4 = koefisien regresi
NetEarn = net earnings perusahaan
LEV = leverage perusahaan
ASS = total asset perusahaan
DA = discretionary accrual perusahaan
e = tingkat kesalahan (error)
Analisis pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat di penelitian ini
menggunakan regresi berganda, karena baik variabel bebas maupun variabel
terikat, keduanya berskala rasio.

4.2.1. Uji F (Uji Serentak)

Uji F atau Uji Serentak merupakan pengujian yang dilakukan untuk


mengetahui ada atau tidaknya hubungan seluruh variabel bebas, secara
bersama-sama, terhadap variabel terikatnya. Pengujian ini membandingkan
antara nilai F hitung dengan nilai F tabel pada tingkat keyakinan tertentu,
dengan ketentuan bahwa interval kepercayaan sebesar 95% dan tingkat
signifikansi sebesar 5%.

Uji F menggunakan rumus (untuk perhitungan manual):

MSSdariESS
F=
MSSdariRSS

Keterangan:

MSS = rata-rata jumlah kuadrat (mean sum of square)


ESS = jumlah kuadrat regresi (explain sum of square)
RSS = jumlah kuadrat sisa (residual sum of square)
20

Perumusan hipotesa untuk Uji F adalah, sebagai berikut :


Ho : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan
discretionary accrual) secara bersama-sama tidak mempunyai
pengaruh signifikan terhadap variabel terikat (expected earning).
Ha : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan
discretionary accrual) secara bersama-sama mempunyai pengaruh
signifikan terhadap variabel terikat (expected earning).
Dasar pengambilan keputusan untuk Uji F adalah :
1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak : mempunyai pengaruh signifikan)
2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima : tidak mempunyai pengaruh) atau

1. Jika sig. F statistik < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)


2. Jika sig. F statistik > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

4.2.2. Uji T (Uji Individu)

Uji-t ini digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara
masing-masing variabel bebas dengan variabel terikat. Uji-t membandingkan
nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, dengan ketentuan interval kepercayaan
sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Rumus yang digunakan dalam Uji-t (perhitungan secara manual), ialah:

1
t=
Se( )

Keterangan:

1 = koefisien regresi
Se = derajat kesalahan (standard error)

Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah:


Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
21

Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu:


1. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : tidak ada pengaruh signifikan)
2. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan)

atau

1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)


2. Jika nilai Sig, > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Objek Penelitian

Deskripsi data yang disajikan adalah deskripsi data variabel penelitian. Variabel
penelitian ini terdiri dari satu variabel terikat (Y), yaitu expected earning; dan 5
variabel bebas (X), yaitu net earnings (X1), leverage (X2), total asset (X3),
discretionary accrual (X4), dan perataan laba (X5). Jumlah perusahaan yang
digunakan sebagai sampel adalah 36 perusahaan, dengan periode laporan keuangan
tahun 2002 sampai dengan 2005, yang secara lengkap dapat dilihat di lampiran 1.

B. Analisis dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Tabel 1
Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation


Total Asset 108 38926037291 15669007629752 2130275595505 3291406897483.8
Net Earnings 108 -792946330000 1468445000000 83440463042.97 328560969219.054
Expected Earning 108 -22703196165120.0 26925814065823.3 950436190427.0 5937224225678.1
DA 108 -7104389596998.69 1241805000000.05 -162999655213 889335989040.23
LEVERAGE 108 -18.54 53.28 2.4446 8.08879
Valid N (listwise) 108

Sumber: Data diolah, 2006


22

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa jumlah data yang digunakan
sebagai sampel berjumlah 36 perusahaan, dengan 6 variabel penelitian (total asset,
net earnings, expected earning, discretionary accrual, dan leverage). Variabel total
asset memiliki nilai minimum (terendah) sebesar Rp 38.926.037.291,- dan nilai
maksimum (tertinggi) sebesar Rp 15.669.007.629.752,-. Nilai rata-ratanya (mean)
sebesar Rp 2.130.275.595.505,- dengan standar deviasi sebesar
Rp 3.291.406.897.483,8,-.

Variabel net earnings (sebelum pos luar biasa) memiliki nilai terendah sebesar
Rp (792.946.330.000),- serta nilai terendah sebesar Rp 1.468.445.000.000,-. Nilai
rata-rata dan standar deviasinya sebesar Rp 83.440.463.042,97,- dan
Rp 328.560.969.219,054,-.

Ekspektasi kinerja masa depan, yang dipresentasikan dengan variabel expected


earning, memiliki nilai terendah Rp (22.703.196.165.120,0),- dan nilai tertinggi
Rp 26.925.814.065.823,3,-. Nilai rata-ratanya adalah Rp 950.436.190.427,0,- dengan
nilai standar deviasi Rp 5.937.224.225.678,1,-.
Variabel discretionary accrual memiliki nilai terendah
Rp (7.104.389.596.998,69),- serta nilai tertinggi Rp 1.241.805.000.000,05,-. Nilai
rata-rata dan standar deviasinya adalah sebesar Rp (162.999.655.213) dan
Rp 889.335.989.040,23
Rasio pengukuran perusahaan, yang dipresentasikan dengan variabel leverage,
memiliki nilai terendah sebesar -18,54 dan nilai tertinggi sebesar 53,28. Nilai rata-
ratanya adalah sebesar 2,4446; sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 8,08879.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data dalam penelitian yang
digunakan, memiliki distribusi yang normal atau tidak. Analisis Kolmogorov
Smirnov merupakan suatu pengujian untuk menguji keselarasan data, dimana suatu
sampel dikatakan berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.
Perumusan hipotesa untuk uji normalitas ialah :
1. Ho : data normal
23

2. Ha : data tidak normal

Dasar pengambilan keputusannya, yaitu :


1. Signifikansi > 0,05 (Ho diterima : data normal)
2. Signifikansi < 0,05 (Ho ditolak : data tidak normal)

Berikut ini adalah hasil pengolahan data statistik untuk uji normalitas
Kolmogorov-Smirnov:

Tabel 2
Tabel Uji Normalitas KolmogorovSmirnov

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Expected
Total Asset Net Earnings Earning DA LEVERAGE
N 108 108 108 108 108
Normal Parameters a ,b Mean 2.13E+12 8.344E+10 9.50E+11 -1.6E+11 2.4446
Std. Deviation 3.29E+12 3.286E+11 5.94E+12 ******* 8.08879
Most Extreme Absolute .276 .275 .281 .314 .320
Differences Positive .276 .275 .268 .252 .320
Negative -.263 -.262 -.281 -.314 -.292
Kolmogorov-Smirnov Z 2.865 2.861 2.916 3.266 3.322
Asymp. Sig. (2-tailed) .000 .000 .000 .000 .000
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.

Sumber : Data diolah, 2006

Tabel 3
Tabel Hasil Uji Normalitas Kolmogorov-Smirnov

Variabel Sig Kesimpulan


Total Asset 0.000 Ho ditolak
Net Earnings 0.000 Ho ditolak
Expected Earnings 0.000 Ho ditolak
Total Accrual 0.000 Ho ditolak
DA 0.000 Ho ditolak
Leverage 0.000 Ho ditolak

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa variabel total asset, net earnings,
expected earning, total accrual, DA (discretionary accrual), dan leverage memiliki
24

tingkat signifikansi yang lebih kecil dari 0,05. Maka seluruh variabel, baik bebas
maupun terikat, memiliki kesimpulan bahwa Ho ditolak, yang berarti data
berdistribusi tidak normal.

Gambar 3
Grafik Distribusi Data

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual

Dependent Variable: Expected Earning


1.00

.75

.50
Expected Cum Prob

.25

0.00
0.00 .25 .50 .75 1.00

Observed Cum Prob

Sumber : Data diolah, 2006

3. Uji Asumsi Klasik

3.1. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk menunjukkan ada atau tidaknya


hubungan langsung (korelasi) antar variabel bebas. Multikolinearitas terjadi
jika nilai Variance Inflation Factor (VIF) lebih besar dari 10 atau nilai
tolerance lebih kecil dari 0,10 (Hair et, al, 1998).

Perumusan hipotesa untuk uji multikolinearitas :


1. Ho : tidak ada multikolinearitas
2. Ha : ada multikolinearitas

Dasar pengambilan keputusan :


1. VIF > 10 (Ho ditolak : ada multikolinearitas)
25

2. VIF < 10 (Ho diterima : tidak ada multikolinearitas)

Tabel 4
Tabel Uji Multikolinieritas

Coefficientsa

Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Total Asset .870 1.149
Net Earnings .937 1.067
DA .918 1.089
LEVERAGE .993 1.008
a. Dependent Variable: Expected Earning

Sumber: Data diolah, 2006

Tabel 5
Tabel Hasil Uji Multikolinearitas

Variabel VIF Keputusan


1.149 Tidak ada
Total Asset
multikolinearitas
1.067 Tidak ada
Net Earnings
multikolinearitas
1.089 Tidak ada
DA
multikolinearitas
1.008 Tidak ada
Leverage
multikolinearitas

Sumber : Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel diatas, diketahui bahwa seluruh variabel bebas


memiliki VIF < 10. Oleh karena itu, Ho diterima, yang berarti tidak ada
multikolinearitas. Maka dapat dikatakan bahwa di antara sesama variabel
bebas tidak mempunyai hubungan langsung (tidak berkorelasi), sehingga
penelitian dapat dilanjutkan.

3.2. Uji Autokorelasi


26

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara error dengan error


periode sebelumnya, dimana pada asumsi klasik hal ini tidak boleh terjadi.
Uji autokorelasi dilakukan dengan menggunakan DurbinWatson. Jika nilai
DurbinWatson berkisar diantara nilai batas atas (dU) dan 4-dU maka
diperkirakan tidak terjadi pelanggaran autokorelasi.

Dasar pengambilan keputusan uji autokorelasi :

Tabel 6
Keputusan Autokorelasi

Hipotesa Nol (Ho) Keputusan Kriteria


Tidak ada Positif Autokorelasi Ho ditolak 0 < DW < dL
Tidak ada Positif Autokorelasi Tidak ada keputusan dL DW dU
Tidak ada Autokorelasi Ho diterima dU < DW < 4-dU
Tidak ada Negatif Autokorelasi Tidak ada keputusan 4-dU DW 4-dL
Tidak ada Negatif Autokorelasi Ho ditolak 4-dL < DW < 4

Berikut ini adalah tabel dan gambar hasil pengujian autokorelasi :

Tabel 7
Tabel Hasil DurbinWatson

Model Summaryb

Durbin-W
Model atson
1 2.154a
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE,
Total Asset, Net Earnings, DA
b. Dependent Variable: Expected Earning

Sumber: Data diolah, 2006

Gambar 4
Hasil Uji Autokorelasi
27

Daerah tak Daerah tak


Positip Negatip
ada ada
Autokorelasi Autokorelasi
keputusan Tak ada Autokorelasi keputusan

0 DL DU 2 4-D U 4-DL 4
2.154
1.592 1.758 2.242 2.408

Sumber: Data diolah, 2006

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai DurbinWatson untuk hipotesa


sebesar 2,154. Nilai DurbinWatson tersebut berada pada daerah dU < DW <
4-dU, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi pelanggaran autokorelasi
(model bebas dari autokorelasi). Sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa
model hipotesis diatas terbebas dari permasalahan autokorelasi, sehingga
penelitian dapat dilanjutkan.

Pada penelitian ini, sebenarnya, uji autokorelasi ini tidak diperlukan. Hal
ini disebabkan karena, data penelitian yang digunakan adalah data pooling.
Data pooling adalah data yang, misalnya, banyak perusahaan (lebih dari 1)
dengan pengamatan beberapa tahun (lebih dari 1).

3.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah model


regresi yang digunakan mengandung variasi residual yang bersifat heterogen.
Model regresi yang baik tidak terjadi heteroskedastisitas (harus bersifat
homogen).

Heteroskedastisitas dalam model regresi dapat dilihat pada gambar


berikut ini:

Gambar 5
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
28

Scatterplot

Dependent Variable: Expected Earning


6

Regression Studentized Residual


2

-2

-4
-2 -1 0 1 2 3 4

Regression Standardized Predicted Value

Sumber : Data diolah, 2006

Dari gambar grafik pada gambar 4, dapat dilihat bahwa sebaran titik
terjadi secara acak dan tidak membentuk suatu pola tertentu. Hal ini berarti
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi yang digunakan.

3.4. Uji Fit Model (R)

Hasil yang didapatkan dari uji normalitas adalah bahwa data berdistribusi
tidak normal. Oleh karena itulah, penulis melakukan uji fit model, untuk
melihat apakah model yang digunakan dalam regresi layak untuk dilanjutkan.

Tabel 8
Tabel Fit Model

Model Summary

Adjusted Std. Error of


Model R R Square R Square the Estimate
1 .496a .246 .217 5.255E+12
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, Total Asset, Net
Earnings, DA

Sumber : Data diolah, 2006


29

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa model yang digunakan layak untuk
dilanjutkan. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai koefisien determinasi R-
nya adalah sebesar 0,246. Artinya, bahwa variasi dari variabel perataan laba
(variabel bebas) mampu menjelaskan variasi dari variabel expected earning
(variabel terikat) sebesar 24,6%. Sisanya (75,4%) adalah variasi dari variabel
bebas lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model. Maka, model yang
digunakan layak dilanjutkan penelitiannya.

4. Uji Hipotesis

4.1. Uji Korelasional

Analisis korelasi berfungsi untuk menyatakan derajat keeratan hubungan


dan arah hubungan antara 2 variabel. Semakin tinggi nilai korelasi, semakin
tinggi keeratan hubungan kedua variabel. Nilai korelasi memiliki rentang
antara 0 sampai +1 atau 0 sampai -1. Tanda positif (+) dan negatif (-)
menunjukkan arah hubungan kedua variabel tersebut.

Gambar 6
Hubungan Korelasi

(-) kuat (-) lemah (+) lemah (+) kuat


-1 -0,5 0 0,5 1

Berikut adalah tabel hasil pengujian korelasi masing-masing variabel


bebas dengan variabel terikat:

Tabel 9
Tabel Korelasi
30

Correlations

Expected
Earning Total Asset Net Earnings DA LEVERAGE
Pearson Correlation Expected Earning 1.000 .283 .354 -.119 .298
Total Asset .283 1.000 .247 -.278 .030
Net Earnings .354 .247 1.000 -.075 .051
DA -.119 -.278 -.075 1.000 .056
LEVERAGE .298 .030 .051 .056 1.000
Sig. (1-tailed) Expected Earning . .002 .000 .110 .001
Total Asset .002 . .005 .002 .379
Net Earnings .000 .005 . .221 .299
DA .110 .002 .221 . .282
LEVERAGE .001 .379 .299 .282 .
N Expected Earning 108 108 108 108 108
Total Asset 108 108 108 108 108
Net Earnings 108 108 108 108 108
DA 108 108 108 108 108
LEVERAGE 108 108 108 108 108

Sumber : Data diolah, 2006

4.1.1. Analisis Net Earnings

Hipotesis pertama menguji adanya hubungan positif signifikan antara net


earnings (variabel X1) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesis :

Ho1 : Tidak adanya hubungan positif antara net earnings dengan ekspektasi
kinerja masa depan (expected earning).
Ha1 : Adanya hubungan positif antara net earnings dengan ekspektasi kinerja
masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan :


1. Sig. (1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelatif negatif (Ho diterima : ada
hubungan negatif)
3. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelatif positif (Ho ditolak : ada
hubungan positif)
31

Hasil uji korelasi antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa
depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8. Dari tabel tersebut
diketahui net earnings dengan expected earning mempunyai hubungan yang
signifikan (0,000 < 0,05), dengan angka korelasi sebesar 0,354.

Dari hasil di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Ho1 ditolak, yang
berarti terdapat hubungan positif antara net earnings dengan expected
earning (kinerja masa depan). Hubungannya dinamakan korelasi positif
lemah karena angka korelasinya (0,354) menunjukkan nilai positif (+) yang
mendekati 0,5.

4.1.2. Analisis Leverage

Hipotesis kedua menguji adanya hubungan positif antara leverage


(variabel X2) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesisnya, yaitu :

Ho2 : Tidak adanya hubungan positif antara leverage dengan ekspektasi


kinerja masa depan (expected earning).
Ha2 : Adanya hubungan positif antara leverage dengan ekspektasi kinerja
masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :


1. Sig.(1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif negatif (Ho diterima : ada
hubungan negatif)
3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif positif (Ho ditolak : ada
hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan
(expected earning), dapat dilihat pada tabel 8. Leverage dengan expected
earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,001 < 0,05), dan angka
korelasi positif 0,298.

Dari hasil tersebut diketahui bahwa Ho2 ditolak, sehingga dapat


disimpulkan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected
32

earning) mempunyai hubungan signifikan yang positif. Hubungan tersebut


dinamakan korelasi positif lemah, karena angka korelasinya positif dan
mendekati 0,5 (angka korelasi : 0,298)

4.1.3. Analisis Total Asset

Penyusunan hipotesisnya yaitu:

Ho3 : Tidak adanya hubungan positif antara total asset dengan ekspektasi
kinerja masa depan (expected earning).
Ha3 :Adanya hubungan positif antara total asset dengan ekspektasi kinerja
masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :


1. Sig.(1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif negatif (Ho diterima : ada
hubungan negatif)
3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan koefisien korelatif positif (Ho ditolak : ada
hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan
(expected earning), dapat dilihat di dalam tabel 8 di atas. Total asset dengan
expected earning mempunyai hubungan yang signifikan (0,002 < 0,05), serta
angka koefisien korelasinya positif 0,283.

Dari hasil di atas, dapat diketahui bahwa Ho3 ditolak. Maka dapat
disimpulkan bahwa variabel bebas, total asset, mempunyai hubungan
signifikan positif dengan variabel terikatnya, yaitu expected earning.
Hubungannya adalah korelasi positif lemah, karena angka korelasinya (0,283)
mendekati positif 0,5.

4.1.4. Analisis Discretionary Accrual

Hipotesis keempat menguji adanya hubungan positif antara discretionary


accrual (variabel X4) dengan expected earning (variabel Y).

Penyusunan hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatifnya (Ha), yaitu:


33

Ho4 : Tidak adanya hubungan positif antara discretionary accruals dengan


ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).
Ha4 : Adanya hubungan positif antara discretionary accruals dengan
ekspektasi kinerja masa depan (expected earning).

Dasar pengambilan keputusannya, ialah :


1. Sig. (1-tailed) > 0,05 (Ho diterima : tidak signifikan)
2. Sig. (1-tailed) < 0,05 dan angka korelasi negatif (Ho diterima : ada
hubungan negatif)
3. Sig.(1-tailed) < 0,05 dan angka korelasi positif (Ho ditolak : ada
hubungan positif)

Hasil uji korelasi antara discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja


masa depan (expected earning), dapat dilihat pada tabel 8 di atas.
Discretionary accruals dengan expected earning mempunyai hubungan yang
tidak signifikan (0,110 > 0,05).
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa Ho4 diterima. Hasil tersebut
berarti di antara variabel bebas, discretionary accrual, dengan variabel
terikatnya, expected earning, tidak terdapat hubungan yang signifikan.

4.2. Uji Regresi Berganda (Analisis H5)

Uji Regresi Berganda ini dilakukan untuk menganalisa pengaruh


perataan laba (net earnings, leverage, total asset, dan discretionary accrual)
terhadap ekspektasi kinerja masa depan (expected earning). Pengujian
dilakukan dengan tingkat signikansi 5%.

4.2.1. Uji F

Uji F merupakan pengujian yang dipakai untuk menganalisa pengaruh


seluruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikatnya.
Uji F ini membandingkan nilai F hitung dengan nilai F tabel pada tingkat
keyakinan tertentu, untuk melihat tingkat signifikansi pengaruh variabel
bebas terhadap variabel terikat.
34

Perumusan hipotesa :
Ho5 : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan
discretionary accrual), secara bersama-sama, tidak mempunyai
pengaruh signifikan dengan variabel terikat (expected earning).
Ha5 : Seluruh variabel bebas (net earnings, leverage, total asset, dan
discretionary accrual), secara bersama-sama, mempunyai pengaruh
signifikan dengan variabel terikat (expected earning).

Dasar pengambilan keputusan :


1. Jika F hitung > F tabel (Ho ditolak)
2. Jika F hitung < F tabel (Ho diterima) atau

1. Jika sig. F statistik < 0,05 (Ho ditolak : signifikan secara statistik)
2. Jika sig. F statistik > 0,05 (Ho ditolak : tidak signifikan secara statistik)

Tabel 10
Tabel Hasil Uji F

ANOVAb

Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 9.27E+26 4 2.318E+26 8.394 .000a
Residual 2.84E+27 103 2.762E+25
Total 3.77E+27 107
a. Predictors: (Constant), LEVERAGE, Total Asset, Net Earnings, DA
b. Dependent Variable: Expected Earning

Sumber : Data diolah, 2006

Dari tabel anova di atas, dapat diketahui bahwa nilai sig. F statistik
(0,000) < 0,05. Selain itu, nilai F hitungnya (8,394) > nilai F tabel (2,45). Jadi
dapat disimpulkan bahwa Ho5 ditolak, artinya seluruh variabel bebas (net
earnings, leverage, total asset, discretionary accrual), secara bersama-sama,
mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikatnya (expected
earning).

4.2.3. Uji T
35

Uji-t digunakan untuk menguji ada atau tidaknya pengaruh antara


masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat. Uji-t ini
membandingkan nilai t-hitung dengan nilai t-tabel, dengan ketentuan interval
kepercayaan sebesar 95% dan tingkat signifikansi sebesar 5%.

Perumusan hipotesa untuk Uji-t, adalah :


Ho : Tidak terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap
variabel terikat.
Ha : Terdapat pengaruh signifikan antara variabel bebas terhadap variabel
terikat.

Dasar pengambilan keputusan pada Uji-t, yaitu :


1. Jika t-hitung < t-tabel (Ho diterima : tidak ada pengaruh signifikan)
2. Jika t-hitung > t-tabel (Ho ditolak : ada pengaruh signifikan) atau

1. Jika nilai Sig. < 0,05 (signifikan secara statistik : Ho ditolak)


2. Jika nilai Sig. > 0,05 (tidak signifikan secara statistik : Ho diterima)

Tabel 11
Tabel Uji T

Coefficientsa

Standardized
Unstandardized Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) -770637495969.1 621666495685 -1.240 .218
Total Asset .335 .165 .186 2.027 .045
Net Earnings 5.225 1.597 .289 3.272 .001
DA -.408 .596 -.061 -.685 .495
LEVERAGE 206152374309.2 63044008241 .281 3.270 .001
a. Dependent Variable: Expected Earning

Sumber : Data diolah, 2006

Berdasarkan pada hasil uji-t pada tabel di atas, pengaruh variabel


perataan laba, yang terdiri dari net earnings, leverage, total asset, dan
discretionary accrual, terhadap expected earning, ialah:
1. Variabel Net Earnings
36

Dari hasil uji-t, diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,001 lebih kecil dari
0,05. Kesimpulannya ialah Ho ditolak, yang berarti ada pengaruh yang
signifikan antara net earnings terhadap expected earnings.
2. Variabel Leverage
Dari hasil uji-t pada tabel 11, diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,001
lebih kecil dari 0,05. Dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak, yang artinya
ada pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap expected earning.
3. Variabel Total Asset
Dari hasil uji-t, dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,045 lebih kecil
dari 0,05. Maka Ho ditolak, yaitu ada pengaruh yang signifikan antara
total asset terhadap expected earning.
4. Variabel Discretionary Accrual
Dari hasil uji-t, dapat diketahui bahwa nilai Sig. sebesar 0,495 lebih besar
dari 0,05. Maka Ho diterima, yang artinya tidak ada pengaruh yang
signifikan antara discretionary accrual terhadap expected earning.

4.3. Interpretasi Hasil Penelitian

1. Hubungan antara net earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan


perusahaan adalah korelasi positif (+) lemah yang nilainya mendekati 0,5.
Hal ini terjadi karena ekspetasi kinerja masa depan (expected earning)
didapatkan dengan memperhitungkan net earnings tahun ini dengan
growth (tingkat pertumbuhan pendapatan). Jadi, ada faktor lain selain net
earnings yang berhubungan dengan expected earning. Faktor lain tersebut
adalah faktor ekonomi, faktor politik, dan faktor-faktor lainnya yang
mempengaruhi dan berhubungan dengan penerimaan pendapatan suatu
perusahaan.
2. Hubungan antara leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan
perusahaan adalah korelasi positif (+) lemah, yang nilai korelasinya
mendekati 0,5. Leverage merupakan salah satu pengukuran dalam
keuangan, yang menghitung bagian dari modal sendiri yang dijadikan
jaminan untuk keseluruhan hutang. Ada kalanya perusahaan, dalam
37

rangka mendapatkan hal-hal yang mendukung kegiatan operasional


perusahaan, harus berhutang kepada pihak lain (pemasok, bank, dll).
Pihak-pihak lain tersebut tidak akan memberikan hutang, bila perusahaan
tidak mempunyai modal yang cukup agar hutang-hutang tersebut dapat
terbayarkan. Bila pihak-pihak tersebut tidak mempercayai perusahaan
sehingga pendukung kegiatan operasional terganggu, maka pengaruhnya
akan terlihat pada ekspektasi pendapatan perusahaan (expected earning).
3. Hubungan antara total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan
perusahaan adalah korelasi positif lemah. Hal ini disebabkan karena total
asset mempunyai hubungan dengan kelangsungan kegiatan operasional
perusahaan. Produksi barang maupun penjualannya tidak dapat terlaksana
tanpa didukung oleh asset perusahaan, namun asset ini hanyalah sebagian
kecil pendukung kegiatan operasional. Karena itulah, hubungannya
adalah korelasi (+) lemah. Faktor yang lebih dominan hubungannya
dengan expected earning adalah omzet penjualan perusahaan.
4. Variabel discretionary accrual tidak mempunyai hubungan (korelasi)
dengan ekspektasi kinerja masa depan. Hasil tersebut tidak konsisten
dengan penelitian sebelumnya (Sugiarto, 2003), dalam penelitian itu
disebutkan bahwa ada hubungan antara discretionary accrual dengan
ekspektasi kinerja masa depan. Hal ini mungkin terjadi karena penulis
tidak membedakan kinerja masa depan yang buruk dengan kinerja masa
depan yang baik.
5. Pengaruh variabel bebas, secara bersama-sama, terhadap variabel terikat
dengan menggunakan Uji F adalah signifikan. Jika secara individu, yang
berpengaruh hanya variabel net earnings, leverage, dan total asset.
Sementara variabel discretionary accrual tidak berpengaruh signifikan
terhadap expected earning. Hal ini terjadi karena efek dari discretionary
accrual dapat terlihat jika ekspektasi kinerja (laba) perusahaan dibagi ke
dalam kinerja yang baik dan kinerja yang buruk.
38

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan
bahwa:
1. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat net
earnings dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earnings)
perusahaan. Hubungannya disebut dengan korelasi positif lemah, karena angka
korelasinya sebesar 0,354.
2. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat
leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Hubungan antara
leverage dengan ekspektasi kinerja masa depan adalah korelasi positif lemah,
dengan angka korelasi 0,298..
3. Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat hubungan positif antara tingkat
total asset dengan ekspektasi kinerja masa depan (expected earning)
perusahaan. Hubungan yang terjadi adalah korelasi positif lemah, dengan angka
korelasi sebesar 0,283.
4. Hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat
discretionary accruals dengan ekspektasi kinerja masa depan perusahaan. Hal
ini disebabkan karena menurut hasil uji korelasi, angka signifikansinya sebesar
0,110 dan angka korelasinya negatif 0,119.
5. Hasil analisis regresi berganda, dengan uji F, menyatakan bahwa variabel bebas
perataan laba, secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikatnya. Hal tersebut disebabkan karena nilai F hitungnya
(8,394) > nilai F tabel (2,45) dan nilai sig. F statistiknya (0,000) < 0,05.

B. Keterbatasan Penelitian
39

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa keterbatasan yang apabila mampu diatasi
akan dapat memperbaiki hasil penelitian selanjutnya. Keterbatasan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Kurang besarnya jumlah sampel, yaitu 36 perusahaan.
2. Data pengamatan hanya 3 tahun (20022005), sehingga hasil penelitian yang
dilakukan sebaran datanya terbatas.
3. Variabel penelitian yang digunakan hanya variabel: (a) net earnings; (b)
leverage; (c) total asset; dan (d) discretionary accrual..

C. Saran

Beberapa saran yang disarankan oleh peneliti, ialah:


1. Perlunya menambah jumlah sampel penelitian, yang mungkin akan
meningkatkan hasil penelitian.
2. Perlunya menambah periode pengamatan agar dapat meningkatkan kualitas
penelitian selanjutnya.
3. Perlunya menambah variabel penelitian, terutama dari segi size (ukuran)
perusahaan dan lainnya, agar dapat meningkatkan hasil penelitian berikutnya.
4. Mencoba melakukan pengujian per tahun data, bukan secara keseluruhan.
61

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Alvin A., Randal J. Elder, Mark S. Beasley (2005). Auditing and Assurance
Services: An Integrated Approach, Tenth Edition, Prentice Hall International.

Gitman, Lawrence J. (2003). Principles of Managerial Finance, Tenth Edition, Addison


Wesley.

Harahap, Sofyan Syafri (2005). Teori Akuntansi, Jakarta: Rajawali Pers.

Harahap, Sofyan Syafri (2004). Akuntansi Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Harahap, Sofyan Syafri (2001). Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Jakarta:
Pustaka Quantum.

IAI (2005). Pedoman Etika Akuntan. (www document) http://www.iaiglobal.or.id


(diakses 8 Agustus 2006).

Jakaria; Berlianti, Dita Oki dan Soeryaputri, Rossje V.M. (2005). Modul Laboratorium
Alat Analisis, Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.

Jones, Charles P. (2004). Investments Analysis & Management, Ninth Edition, Prentice
Hall International.

Kusuma, Hadri dan Wigiya A. U. Sari (2003). Manajemen Laba Oleh Perusahaan
Pengakuisisi Sebelum Merger dan Akuisisi di Indonesia, Jurnal Akuntansi dan
Auditing Indonesia Volume 7, No.1, Juni 2003, p. 21-36.

Riahi, Ahmed dan Belkaoui (2004). Accounting Theory, Fifth Edition, Thomson
Learning.

Sucipto (2003). Analisis PSAK No.23 Tentang Pendapatan. (www document)


http://www.google.com (diakses 8 Agustus 2006).
62

Tim Studi Analisis Laporan Keuangan Secara Elektronik (2005). Studi tentang Analisis
Laporan Keuangan Secara Elektronik. (www document)
http://www.bapepam.go.id (diakses 8 Agustus 2006).

Scott, William R (2000). Financial Accounting Theory, New Jersey: Prentice Hall Inc.

Suhendah, Rousilita (2005). Earning Management, Jurnal


Akuntansi/Th.IX/02/Mei/2005, p. 195-205.

Sugiarto, Sopa (2003). Perataan Laba Dalam Mengantisipasi Laba Masa Depan
Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Makalah
dipresentasikan dalam Simposium Nasional Akuntansi VI.

Suryaputri, Rossje V. dan Christina Dwi A. (2003). Pengaruh Faktor Leverage,


Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk Terhadap Price
Earnings Ratio, Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi,Vol.3, No.1 April
2003, p. 1-23.

Trihendradi, Cornelius (2005). Step by Step SPSS 13 : Analisis Data Statistik,


Yogyakarta: Penerbit Andi.

You might also like