You are on page 1of 8

Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

PRODUKTIVITAS DAN NILAI EKONOMI USAHA TERNAK


KAMBING PERAH PADA SKALA KECIL
(The Productivity and an Economic Assessment of Goat Milk at Small Scale
Farmer Management Conditions)
I-G.M. BUDIARSANA

Balai Penelitian Ternak, PO Box 221, Bogor 16002

ABSTRACT

Etawah crossbred (PE) goat is the local goat that already have well adapted to tropical environment in
Indonesia. PE goat was considered as dual purpose goat (produce milk and meat). The aimed of this study
was to measures PE goat productivity at two different management conditions, which were at research station
management condition and at farmer management condition. The methodology of the study were; at research
station was daily observation of 50 dams age (2 3 years), fed fresh chopped King Grass (Pennisetum
purphoreophoides) ad-lib and concentrate 500g/head/day. Meanwhile the methology at the farmer was a
survey method. The cooperator involved were 10 farmers who reared PE goat for milk purpose. The survey
was using a list of questions prepared before. Parameter measured were (birth weight, sex ratio, litter size and
milk production). An economic assessment done only at the farmer management condition, calculating the
inputs-outputs and break event point of producing 1 liter of fresh goat milk. The Result showed that the
average milk production at the farmer condition was 1000ml/head/day with the kids mortality of 15%
meanwhile the milk production and the kids mortality was 765ml/head/day and 17%. It can be concluded that
the goat productivity at the farmer slighly better than at the research station, and there was a profit of IDR
1500/liter of fresh milk goat produced when the market price was IDR 18.000/liter.
Key Words: PE Goat, Economic, Productivity

ABSTRAK

Kambing PE termasuk kambing dwi guna (daging dan susu), namun hingga saat ini usaha pemeliharaan
kambing PE lebih banyak ditujukan untuk produksi anak/bibit/daging. Penelitian lapang untuk mengetahui
performance dan produktivitas kambing PE pada akhir tahun 2010, melibatkan peternak kambing di sekitar
Bogor dan Sukabumi. Metode yang dilakukan yaitu metode survai dengan menggunakan daftar pertanyaan
yang terstruktur. Daftar pertanyaan memuat kelahiran anak (berat lahir, seks rasio, litter size, produksi susu),
serta berbagai input yang digunakan termasuk harganya. Hasil pengamatan menunjukkan kinerja produksi
ternak yang dipelihara di tingkat laboratorium relatif lebih rendah dibandingkan dengan ternak yang
dipelihara di tingkat perusahaan. Perhitungan nilai ekonomi menunjukkan bahwa dengan rataan produksi susu
sebanyak 1 liter/ekor/hari dan dengan harga susu Rp. 18.000 mampu menghasilkan keuntungan usaha. Dapat
disimpulkan bahwa dengan skala usaha ternak kambing sebesar 50 ekor dapat dijadikan sebagai usaha skala
kecil keluarga.
Kata Kunci: Kambing PE, Ekonomi, Produktivitas

PENDAHULUAN produksi anak/bibit/daging. Kemampuan


produksi susu dari kambing PE disebabkan
Menurut tipenya, rumpun kambing PE adanya genotipe Etawah yang menurut tipenya
termasuk kambing dwi guna (daging dan susu), termasuk tipe perah. Beragamnya produksi susu
dengan tingkat produksi susu sekitar 0,45 2,1 banyak berhubungan dengan beragamnya
l/hari/laktasi (OBST dan NAPITUPULU, 1984; proporsi genotipe Etawah dan atau lingkungan
SUTAMA et al., 1995; ADRIANI et al., 2003). yang menyertainya. Tidak adanya sistem
Namun hingga saat ini usaha pemeliharaan perkawinan yang terarah selama ini
kambing PE lebih banyak ditujukan untuk

119
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

mengakibatkan produktivitas ternak ini masih Penelitian Ternak Ciawi-Bogor (LB) dan di
sangat beragam. tingkat lapang perusahaan peternakan kambing
Beberapa hasil penelitian menunjukkan perah (LP).
bahwa sumbangan ternak kambing terhadap Di tingkat laboratorium di gunakan 50 ekor
pendapatan petani berkisar 15 - 48% dari total induk kambing. Sedangkan di tingkat lapang
pendapatan tergantung dari pola tanam pengamatan dilakukan dengan metode survai
usahatani (PAAT et al., 1992; DJOHARJANI et dan mewawancarai para pengusaha peternakan
al., 1993; SARWONO et al., 1993). Ternak kambing PE, menggunakan daftar pertanyaan
kambing mempunyai peran penting dalam terstruktur. Daftar pertanyaan memuat struktur
mengatasi krisis ekonomi petani karena populasi termasuk persentase ternak yang
kegagalan usahatani misalnya pada waktu sedang laktasi, produksi susu dan konsumsi
musim kering yang berkepanjangan (SARWONO pakan baik jenis dan jumlah konsumsi per hari.
et., 1993). Peran lain yang mungkin cukup Selain pengukuran keragaan produksi ternak
menonjol dari ternak kambing adalah sebagai juga dilakukan pengukuran dimensi tubuh dan
tabungan yang dapat dengan mudah dijual bila karakteristik biologis (bobot badan, dimensi
petani ada keperluan yang sifatnya mendesak. tubuh, jumlah dan sex rasio anak yang lahir).
Kondisi seperti ini akan sangat membantu Pengukuran nilai ekonomi hanya dilakukan
mempercepat program pengembangan ternak di lokasi tingkat perusahaan kambing perah.
kambing guna membantu memecahkan Pengukuran dilakukan dengan metode analisis
masalah kesempatan kerja dan kemiskinan di input dan output melalui proses kalkulasi
pedesaan. Hal ini didasari atas kenyataan bahwa berbagai input dan output dengan harga-harga
secara biologis ternak kambing dapat beranak yang berlaku pada saat pengamatan dilakukan.
lebih dari satu, cara pemeliharaannya mudah Perhitungan ini untuk produksi susu dan tidak
dan memerlukan investasi yang relatif kecil. memperhitungkan penjualan anak maupun
Bertambahnya penduduk Indonesia yang induk afkir. Untuk mengetahui harga susu
begitu pesat membutuhkan peningkatan minimum penjualan susu maka dilakukan
penyediaan pangan yang cukup, termasuk analisis titik pulang pokok (break even point).
daging dan susu hasil peternakan. Namun
produksi kedua produk komoditas ini (daging
dan susu) di dalam negeri masih jauh lebih HASIL DAN PEMBAHASAN
kecil dari kebutuhan. Akibatnya impor daging
dan susu Indonesia semakin meningkat. Populasi ternak kambing PE di Indonesia
Pengadaan daging dan susu nasional baru dapat
memenuhi kebutuhan susu sekitar 30 40% Pada tahun 2010 populasi ternak kambing
per tahun (DITJENNAK, 2010). Usaha untuk di Indonesia dilaporkan sebanyak 12,4 juta
meningkatkan produktivitas ini perlu ekor, yang sebagian besar (54%) terdapat di
diupayakan. Reproduksi sebagai salah satu Pulau Jawa (DITJENNAK, 2010). Dari laporan
aspek yang memegang peranan penting dalam yang ada umumnya tidak dibedakan populasi
perbanyakan populasi, percepatan peningkatan antar breed kambing yang ada disuatu daerah,
produktivitas dan akhirnya bermuara pada namun telah diketahui bahwa kambing Kacang
jumlah produk yang dihasilkan oleh ternak merupakan breed utama ternak kambing di
bersangkutan. Paper ini membahas Indonesia. Kambing PE, walaupun dalam
permasalahan produktivitas ternak kambing jumlah yang terbatas telah banyak tersebar ke
perah dan nilai ekonominya sehingga dapat berbagai daerah diluar daerah sumber bibit
mempertimbangkan peluangnya untuk (Purworejo dan Kulonprogo), dengan tujuan
dijadikan alternatif pertimbangan dalam memperbaiki produktivitas kambing lokal
memilih berbagai usaha yang bersifat biologis. (kacang) yang ada. Di propinsi Jawa Tengah
dan Jawa Timur dilaporkan populasi kambing
Peranakan Etawah (PE) masing-masing
MATERI DAN METODE sebanyak 28.037 dan 12.619 ekor. Jumlah ini
mungkin lebih kecil dari perkiraan yang ada di
Penelitian ini dilakukan di 2 lokasi yaitu di lapangan. Sebagai contoh di Kaligesing saja
laboratorium kandang percobaan Balai

120
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

Tabel 1. Populasi ternak kambing di berbagai Provinsi (ekor)

Provinsi Kambing (ekor) PE (ekor) Skala usaha (ekor/peternak)


Jawa Barat 1.185.000 tad 10 300
Jawa Tengah 2.946.880 28.037 3 66
Jawa Timur 2.284.244 12.619 4 20
DI Yogyakarta 266.894 tad 1 12

tad: tidak ada data


Sumber : DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN (2010)

sebagai sentra kambing PE di Indonesia et al (2000) telah melakukan pengamatan yang


terdapat populasi kambing PE sekitar 20.000 intensif terhadap produktivitas kambing
35.000 ekor (SUTONO, komunikasi langsung). Kacang dan diikuti dengan seleksi. Hal yang
Jumlah pemilikan ternak kambing PE sangat sama juga dilakukan pada kambing PE dalam
bervariasi antar peternak dan antar daerah. perbaikan produksi susu (SUTAMA, 1999).
Pada peternakan yang telah dikelola sebagai Perbaikan produktivitas yang lebih cepat telah
usaha agribisnis jumlah pemilikan ternaknya ditunjukkan oleh SETIADI et al. (2000; 2001)
sudah cukup tinggi. melalui program kawin silang (persilangan)
kambing Kacang dengan kambing Boer yang
merupakan kambing tipe pedaging. Melalui
Potensi produksi kambing PE persilangan ini terjadi peningkatan pada berat
lahir anak (13%) dan berat sapih (50 70%)
Kambing Kacang termasuk kambing dibandingkan kontrol, sedang rataan berat
potong (daging) dan kambing Peranakan badan pada umur 6 bulan adalah sebesar 18.7
Etawah (PE) dikategorikan sebagai kambing kg yakni setara dengan berat kambing Kacang
dwi-guna (penghasil daging dan susu). umur satu tahun. Hal yang sama juga terjadi
Kambing Kacang mempunyai keistimewaan pada persilangan kambing PE dengan Boer
dalam hal prolifikasi dan interval beranak yang (Boereta) (SUTAMA et al., 2002; 2003).
pendek dibandingkan dengan kambing PE,
namun ukuran tubuh ternak ini termasuk kecil
sehingga kurang memenuhi standar ekspor. Kinerja produksi di stasiun percobaan dan
Rataan litter size kambing Kacang adalah 1,56 perusahaan
(SUBANDRIYO et al., 1986) dengan selang
beranak 6 8 bulan yang berarti hampir 3 kali Dari Tabel 2 terlihat bahwa Jumlah anak
beranak dalam 2 tahun. Dilain pihak, kambing sekelahiran (LS) hampir sama disemua lokasi
PE mempunyai kemampuan untuk berkisar 1,38 1,46 dan persentase anak jantan
menghasilkan susu walaupun keragamannya selalu lebih tinggi dari anak betina.
masih tinggi (OBST dan NAPITUPULU, 1984; Hasil wawancara menunjukkan bahwa
SUTAMA et al., 1995, SUBHAGIANA 1998, tingkat kematian anak kambing prasapih relatif
ADRIANI et al., 2003). Pertumbuhan yang rendah (10 15%). Hal ini kemungkinan
relatif lambat dan masih tingginya kematian terkait dengan intensitas pengawasan oleh
anak pra-sapih dari kedua breed kambing lokal petani terhadap ternaknya. Keterlibatan
Indonesia ini merupakan kekurangan/ pemilik dan anggota keluarga dalam usaha
kelemahan yang dimilikinya, sehingga dalam pemeliharaan ternak ini berpengaruh positif
pemeliharaan yang intensif akan menjadi terhadap kinerja ternak tersebut.
kurang efisien. Di lokasi laboratorium Balai Penelitian
Seleksi dalam breed terhadap ternak-ternak Ternak Ciawi menunjukkan bahwa rataan
yang mempunyai produktivitas tinggi mortalitas masih relatif tinggi (17,65%).
merupakan salah satu cara perbaikan mutu Rataan produksi susu selama periode 0 90
genetik, namun respon yang diberikan relatif hari di laboratorium percobaan yaitu sebesar
rendah (HORST dan MATHUR, 1991). SETIADI

121
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

Tabel 2. Kinerja produksi kambing PE di stasiun penelitian (LB) dan di tingkat lapang (LP) (rataan std)

Parameter Stasiun penelitian (LB) Perusahaan (LP)


Jumlah anak/kelahiran 1,46 0,57 1,53 0,61
Rasio jantan : betina (%) 54,9 : 45,1 47,6 : 52,3
Berat lahir anak (kg) 3,57 0,86 3,41 1,2
PBBH anak prasapih (g/hari) 84,67 11,02 Tad
Berat sapih (kg) 11,90 1,12 11,3 2,4
PBBH anak pascasapih, 3 6 bulan (g/hari) 52,3 8,25 tad
Mortalitas anak prasapih (%) 17,65 15,64
Produksi susu 0 90 hari laktasi (g/hari) 765,5 86,8 1000 254

std: Standar deviasi, tad: tidak ada data

765 g/ekor/hari lebih rendah dibandingkan sedang laktasi manjadi optimum. Pada saat
dengan produksi ditingkat perusahaan. Hasil pengamatan tercatat bahwa rataan jumlah
wawancara dengan petani dilaporkan produksi ternak kambing yang laktasi yaitu sebanyak
susu kambing dapat mencapai 1,0 liter per hari. 29% (19 34%) dari total populasi usaha.
Informasi ini belum dapat dijadikan gambaran Upaya para pengusaha ternak kambing
potensi produksi susu namun dapat dalam mengoptimalkan persentase ternak
memberikan indikasi bahwa ada ternak-ternak laktasi yaitu menjaga dan memperkecil service
yang mempunyai potensi produksi susu yang per conception. Upaya ini dapat dibuktikan
cukup tinggi pada kambing PE. Oleh karena dari rataan pemilikan pejantan yang relatif
itu, seleksi terhadap ternak-ternak dengan banyak. Jumlah rataan pemilikan pejantan
produksi susu tinggi akan dapat meningkatkan pada pengamatan ini yaitu 8% dari total
produksi susu suatu populasi kambing PE. populasi. Tingginya tingkat pemeliharaan
pejantan tidak dijadikan sebagai beban usaha,
karena ada peluang pasar pejantan untuk
Struktur populasi dan manajemen lebaran haji setiap tahun. Harga ternak jantan
pemeliharaan di tingkat perusahaan pada pasar ini bisa meningkat sampai 150%.
Rataan populasi ternak kambing yang
diusahakan oleh para peternak responden yaitu Manajemen pemeliharaan
50 ekor dengan kisaran 26 70 ekor (Tabel 3).
Dari total populasi tersebut sebanyak 52% Semua responden menggunakan sistem
diantaranya adalah ternak dengan status pemeliharaan ternak kambing dengan sistem
fisiologis ternak induk (betina dewasa). Untuk dikandangkan dengan menggunakan kandang
menjaga efisiensi usaha, para peternak telah sistem panggung. Tinggi lantai sekitar 50 70
melakukan penjadwalan perkawinan secara cm di atas permukaan tanah.
ketat dengan harapan jumlah ternak yang

Tabel 3. Rataan struktur populasi ternak kambing skala perusahaan (ekor)

Total Dewasa Muda Anak Total induk


Parameter
populasi Jantan Betina Jantan Betina Jantan Betina laktasi

Populasi 49,60 4,20 26,00 5,00 6,00 4,00 4,40 14,20


Std 16,70 1,50 12,40 1,60 0,70 2,00 1,70 7,70
Persentase dari total 100,00 8,47 52,40 10,08 12,10 8,06 8,87 28,63
populasi

std: Standar deviasi

122
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

Pemberian pakan dengan sistem cut and tingkat peternak, antara lain penyakit kudis dan
carry. Jenis pakan yang diberikan yaitu hijauan mastitis. Hampir semua responden menyatakan
rumput. Semua peternak responden tidak pengobatan pada ternak telah bisa dilakukan
memiliki kebun rumput yang cukup luas sesuai sendiri tanpa bantuan dokter hewan.
dengan kebutuhan kapasitas populasi yang
tersedia. Umumnya para peternak hanya
menyediakan lahan untuk kebun rumput yang Analisis ekonomi usaha ternak kambing
dapat memenuhi kebutuhan ternak sebanyak tujuan susu di tingkat perusahaan
10% populasi. Umumnya para pengusaha
mengandalkan rumput yang diperoleh dari Analisis ekonomi usaha ternak kambing
lapangan atau perkebunan karet. Jarak sumber ditingkat peternak ini didasarkan pada
hijauan dengan lokasi kandang bervariasi 3 7 parameter biologis dan ekonomis yang ada di
km. Semua responden menggunakan peroleh pada saat survai dilakukan. Parameter
konsentrat sebagai pakan tambahan yang tersebut seperti ditunjukkan pada Tabel 4.
diperoleh dengan cara membeli. Sebagian kecil Rataan jumlah konsumsi pakan untuk ternak
responden menggunakan ampas olahan kedelai kambing dewasa yaitu 4 kg/ekor/hari. Semua
sebagai komponen konsentrat. Kendala yang responden menjawab menggunakan susu sapi
selalu ditemui dalam penyediaan pakan yaitu sebagai susu pengganti untuk memenuhi
kurangnya sumber pakan hijauan pada musim kebutuhan anak kambing. Karena pola yang
kemarau, yang terjadi hampir setiap tahun. digunakan pada usaha ini yaitu pola sapih
Upaya untuk mengawetkan pakan hijauan langsung. Anak kambing langsung di pisah
untuk persediaan di musim kering belum dari induk sesaat setelah anak dilahirkan.
pernah dilakukan. Pemberian susu kolostrum dan kebutuhan susu
Pembagian ruang (space) pada kandang selanjutnya dilakukan melalui botol dot bayi.
untuk status reproduksi tertentu telah dirancang Tingkat harga yang digunakan pada
dan dibuat sehingga mampu mendukung proses perhitungan analisis ekonomi yaitu rataan
produksi. Luasan kandang beranak, laktasi dan harga sesuai dengan informasi yang diberikan
pejantan bervariasi antara 1,5 2 m2. oleh pengusaha. Harga konsentrat ditingkat
Sedangkan untuk status reproduksi yang lain perusahaan bervariasi antara Rp. 1.250
tidak disediakan ukuran yang mutlak. Bahan Rp. 2.500 per kg. Perbedaan harga konsentrat
kandang umumnya memanfaatkan bahan yang lebih banyak dipengaruhi oleh kualitas
cukup kuat dan tahan dalam waktu lama. konsentrat. Para pengusaha kelihatannya sudah
Secara umum gangguan penyakit pada mengetahui secara baik tentang tingkat nilai
kambing PE relatif kecil. Beberapa jenis nutrisi pakan yang diberikan untuk ternaknya.
penyakit yang sifatnya ringan dan ditemui di Pengusaha yang menggunakan konsentrat

Tabel 4. Nilai ekonomi dan rataan berbagai input dan output usaha peternakan kambing PE di tingkat
perusahaan

Konsumsi Produksi
Parameter Status reproduksi Harga (Rp/kg)
(kg/ekor/hari) (kg/ekor/hari)
Konsumsi rumput Dewasa 4 200
Muda 2
Anak 1
Konsumsi konsentrat Dewasa 0,5 2.000
Muda 0,3
Anak 0,1
Susu pengganti Anak 1 3.000
Rataan produksi susu 1,0 18.000
Rataan produksi pupuk 0,4 100

123
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

relatif baik (berkualitas lebih tinggi) semua peternak responden menggunakan susu
dikarenakan rumput yang mereka peroleh dari sapi sebagai susu pengganti yang pada saat
lapangan berkualitas agak rendah. Begitu juga pengamatan dilakukan harganya Rp. 3000/liter.
sebaliknya pengusaha yang menggunakan Nilai output dari perusahaan yaitu nilai
konsentrat yang lebih murah (kualitas rendah) hasil penjualan produksi. Pada analisis ini
karena rumput yang mereka sediakan untuk output yang dihitung hanya nilai penjualan
ternaknya jauh lebih baik. susu dan penjualan pupuk kandang. Dengan
Analisis ekonomi (input dan output) seperti rataan jumlah ternak laktasi sebanyak 28% dari
ditunjukkan pada Tabel 5. Terlihat bahwa total populasi dan rataan produksi susunya
rataan total input usaha peternakan kambing sebanyak 1 liter/ekor/hari maka peternak
yaitu sebanyak Rp. 234.820/hari. Jumlah input mampu memproduksi susu sebanyak lebih dari
tersebut untuk membiayai pakan dan tenaga 14 liter/hari dengan nilai penjualan susu per
kerja untuk membiayai pakan dan tenaga kerja hari Rp. 256.000/hari.
untuk memelihara ternak kambing dan Dari perhitungan nilai input dan output
penyusutan kandang dan peralatan yang tersebut maka perhitungan benefit to cost ratio
digunakan dalam proses produksi dengan (BC ratio) diperoleh sebesar 1,097. Nilai
populasi sebanyak 50 ekor. tersebut mengindikasikan bahwa setiap
Dari struktur populasi ternak pada Tabel 3, pengeluaran sebesar Rp. 1 diperoleh
serta nilai ekonomi komponen output dan input keuntungan sebesar Rp. 0,97. Pada perhitungan
(Tabel 4), maka analisis input dan output lebih lanjut (break even point) menunjukkan
seperti disajikan pada (Tabel 5). bahwa harga susu kambing di tingkat peternak
Total biaya yang dikeluarkan setiap hari pada tingkat break even point (pada titik )
pada pemeliharaa ternak kambing di tingkat dimana nilai produksi tidak menerima
peternak dengan jumlah populasi 49ekor yaitu keuntungan maupun tidak mengalami kerugian
sebesar Rp. 234.800 yang dikeluarkan untuk yaitu sebesar Rp. 16.500/liter. Dengan nilai
berbagai biaya. Komponen biaya pakan yang break even point tersebut, dan oleh karena
dikeluarkan oleh para peternak yaitu lebih dari harga susu di pasaran sebesar Rp. 18.000 maka
Rp. 183.000. Oleh karena perusahaan menjual keuntungan yang diperoleh para peternak
susu kambing hasil produksinya maka (hanya dari produksi susu dan pupuk) yaitu
konsekwensi logis kebutuhan susu untuk anak sebesar Rp. 1500/liter.
kambing harus ditutupi dengan susu sapi.

Tabel 5. Analisis input dan output usaha peternakan kambing di tingkat peternak (Rp/hari/49 ekor).

Input Uraian biaya Uraian biaya Total


Rumput 723 kg x Rp. 200 = Rp. 144.640
Konsentrat 19,2 kg x Rp. 2000 = Rp. 38.480
Susu pengganti 8,4 liter x Rp. 3000 = Rp. 25.200
Tenaga kerja = Rp. 25.000
Penyusutan alat = Rp. 1.500
Total input = Rp. 234.820

Output (penjualan)
Susu 14,2 liter x Rp.18.000 = Rp. 255.600
Pupuk kandang 19,84 kg x Rp. 100 = Rp. 1.984
Total output = Rp. 257.584

Analisis RC rasio dan Break even point:


Rasio manfaat dan biaya, revenue to cost (R/C) = Rp. 257.584/Rp.234.820 = 1,097 atau 1,1
Titik pulang pokok (Break even point) harga susu (Rp/liter) = Rp. 234.820/14,2 liter = Rp.16.537

124
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

KESIMPULAN SETIADI, B., I. INOUNU, SUBANDRIYo, K. DIWYANTO,


I-K. SUTAMA, M. MARTAWIDJAYA, A.
Struktur populasi peternakan kambing di ANGGRAENI, A. WILSON dan NUGROHO. 2000.
Peningkatan produktivitas kambing melalui
daerah Bogor dan sekitarnya masih rendah
metode persilangan. Edisi Khusus, Kumpulan
yaitu < 50 ekor dengan rataan jumlah ternak Hasil-Hasil Penelitian Peternakan, Balai
laktasi sebanyak 28% dari total populasi Penelitian Ternak, Bogor. hlm. 147 165.
perusahaan.
Titik pulang pokok (Break Even Point) SETIADI, B., SUBANDRIYO, M. MARTAWIDJAYA, D.
PRIYANTO, D. YULISTIANI, T. SARTIKA, B.
harga susu per liter sebesar Rp. 16.500 masih
TIESNAMURTI, K. DIWYANTO dan L.
dibawah harga susu yang berlaku di pasaran, PRAHARANI. 2001. Evaluasi peningkatan
artinya pengusahaan kambing perah produktivitas kambing persilangan. Edisi
menguntungkan. Khusus, Kumpulan Hasil-Hasil Penelitian
Peternakan, Balai Penelitian Ternak, Bogor.
hlm. 157 178.
DAFTAR PUSTAKA
SUBANDRIYO, B. SETIADI and P. SITORUS. 1986.
ADRIANI, I-K. SUTAMA, A. SUDONO, T. SUTARDI dan Ovulation rate and litter size of Indonesian
W. MANALU. 2003. Pengaruh superovulasi goats. Proc. 5th Int. Conf. Livestock
sebelum perkawinan dan suplementasi seng Production and Deseases in The Tropic. Kuala
terhadap produksi susu kambing Peranakan Lumpur, Malaysia pp. 53 - 54.
Etawah. J. Produksi Ternak 6: 86 94.
SUBHAGIANA. I-W. 1998. Keadaan konsentrasi
DITJENNAK. 2010. Buku Statistik Peternakan. progesteron dan estradiol selama kebuntingan,
Direktorat Bina Program, Direktorat Jenderal bobot lahir dan jumlah anak pada kambing
Peternakan, Jakarta. Peranakan Etawah pada tingkat produksi susu
DJOHARJANI, T., NURYADI, B. HARTONO, M. NASICH yang berbeda. Thesis. Pascasarjana Institut
dan HERMANTO. 1993. Potensi dan sistem Pertanian Bogor, Bogor.
produksi ternak kambing: Studi kasus SUTAMA, I-K dan I-G.M. BUDIARSANA. 2003. Model
integrasi kambing dan kebun kopi di Jawa pengembangan kambing tipe dwiguna (daging
Timur. Pros. Lokakarya Potensi dan dan susu) menunjang agribisnis peternakan
Pengembangan Ternak Kambing di Wilayah berbasis sumberdaya lokal. Pros. Seminar
Indonesia Bagian Timur. Surabaya, 28 - 29 Nasional, Balai Pengkajian dan Penerapat
Juli 1992. hlm. 85 - 93. Teknologi Pertanian Kalimantan Timur.
HORST, P. and P.K. MATHUR. 1991. Breeding
SUTAMA, I-K. 1999. Peningkatan produktivitas
Objective and strategies. In: Goat Hussbandry
kambing Peranakan Etawah sebagai penghasil
and Breeding in The Topics. PANANDAM,
daging dan susu melalui teknologi pemuliaan.
J.M., S. SIVARAJ, T.K. MUKHERJEE and P.
Edisi Khusus, Kumpulan Hasil-Hasil
HORST (Eds.). Food and Agric. Dev. Centre,
Penelitian Peternakan, Balai Penelitian
Feldafing, Germany. pp. 70 99.
Ternak, Bogor. hlm. 197 203.
OBST, J.M. and Z. NAPITUPULU. 1984. Milk yields
of Indonesian goats. Proc. Aust. Soc. Anim. SUTAMA, I-K., B. SETIADI, I-G.M. BUDIARSANA, T.
Prod. 15: 501 - 504. KOSTAMAN A. WAHYUARMAN, M.S. HIDAYAT,
MULYAWAN, R. SUKMANA dan BACHTIAR.
PAAT, P.C., B. SETIADI, B. SUDARYANTO dan M. 2002. Pembentukan Kambing Persilangan
SARIUBANG. 1992. Peranan usaha ternak Boereta untuk Meningkatkan Produksi
kambing Peranakan Etawah dalam sistem Daging. Laporan Hasil Penelitian, Balai
usahatani di Banggae Majene. Pros. Sarasehan Penelitian Ternak, Bogor.
Usaha Ternak Kambing dan Domba
Menyongsong Era PJPT II. hlm. 162 - 165. SUTAMA, I-K., B. SETIADI, I-G.M. BUDIARSANA, T.
KOSTAMAN A. WAHYUARMAN, M.S. HIDAYAT,
SARWONO, B.D., I-B.G. DWIPA, I-G.L. MEDIA and
MULYAWAN, R. SUKMANA dan BACHTIAR.
H. POERWOT o. 1993. Goat production in
2003. Pembentukan kambing persilangan
rice-based farming systems in Lombok. In:
Boereta untuk meningkatkan produksi daging
Advances in Small Ruminant Research in
dan susu. Laporan Hasil Penelitian, Balai
Indonesia. SUBANDRIYO and R.M. GATENBY.
Penelitian Ternak, Bogor.
(Eds.). SR - CRSP, Univ. California Davis,
USA. pp. 65 - 79.

125
Workshop Nasional Diversifikasi Pangan Daging Ruminansia Kecil 2011

SUTAMA, I-K., I-G.M. BUDIARSANA, H. SETIANTO WIDHYARI, S.D. 2005. Patophysiologi Kebuntingan
and A. PRIYANTI. 1995. Productive and dan Partus pada Kambing Peranakan Etawah:
reproductive performances of young Peranakan Kajian Peran Suplementasi Zincum terhadap
Etawah does. JITV 1(2): 81 85. Respons Imunitas dan Produktivitas Ternak.
Thesis. Pascasarjana Istitut Pertanian Bogor,
UNDERWOOD, E.J. 1977. Trace Elements in Human Bogor.
and Animal Nutrition. 4th Ed. Academic Press,
New York, San Francisco, London pp.
197 242.

126

You might also like