Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
The aim of the research was to fiad out sex ratio proportion on ovulation time,
fecundity, fertilization, and hatching percentage of climbing perch eggs. The research used
Completely Randomized Design with four treatments and three replicates with P as
treatment code. The treatment used was ratio between female and male including P1(1:1),
P2(1:2), P3(1:3), and P4(1:4). Observed parameters were ovulation time, fecundity,
fertilization, hatching percentage, and water quality. Observed parameters were ovulation
time, fecundity, fertilization, hatching percentage, and water quality. The Results showed
that all treatment did not affected significantly affentedthe observed parameter (P<0,05). P2
treatment provided the fastest ovulation time with 137.33 minute, highest fecundity value
provided by P4 with 18.533 eggs grains. Eggs fertilization rates of eggs on each
treatmentwas 100%, and the highest hatching percentage was given by P1 treatment
withnumber 91.57%. Ranges of water quality parameters recorded on research
0
were temperature 28-29 C, pH 6.2-6.5, disollved oxygen 6.11-6.79 ppm and
amonia 0.010-0.038 ppm.
Keywords : Honey, masculinitation, dipping time, male percentage
PENDAHULUAN
23
23
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
Saat ini beberapa penelitian telah pengganti hormon sintetik adalah madu
berhasil memijahkan ikan betok semi (Sukmara, 2007).
alami menggunakan rangsangan hormon,
Salmon Gonadotropin Releasing METODE PENELITIAN
Hormone (sGnRH), Leutinuezing Hormon Pelaksanaan Penelitian
Releasing Hormone (LHRHa) dan 10 g
Waktu dan Tempat
domperidon yaitu sejenis anti dopamin
(merk dagang ovaprim). Penyuntikan ikan Penelitian ini dilaksanakan pada
laten pemijahan yang relatif cepat yaitu 4 Budidaya Perairan, Fakultas Pertanian,
sel telur (Sperr, 1996 dalam Triajie dan penelitian ini adalah sebagai berikut :
mengenai sex ratio yang berbeda dalam suntik volume 1 ml, penggaris, pH meter,
pemijahan antara lain pada ikan beronang Saringan, Akuarium ukuran 40x40x40 m3,
(Siganus guttatus), penggunaan sex ratio termometer keteliatian 10C, beaker glass
terbaiknya adalah 2 jantan dan 1 betina volume 50ml, , DO meter ketelitian 0,01
(2:1) dengan daya tetas 61% (Lante dan ppm, mikro pipet 5-50 mikron dan
Palinggi, 2010). Pada ikan Bada (Rasbora aerator. Bahan yang digunakan adalah
argyrotaenia) sex ratio terbaik yaitu 3 Indukan ikan betok bobot 20-30 g dan
jantan dan 1 betina (3 : 1) dengan tingkat panjang 10-15 cm, ovaprim, pakan (pelet
24
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
sex ratio. Perlakuan adalah 1 jantan dan 1 mencapai tingkat kematangan gonad
betina, 2 jantan dan 1 betina, 3 jantan dan akhir. Ciri-ciri induk jantan matang gonad
1 betina, 4 jantan dan 1 betina masing- yaitu tubuh ramping dan panjang,warna
masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali badan agak cerah,sirip punggung lebih
yaitu sebagai berikut : panjang,bagian bawah perut rata, dan jika
P1 = 1 jantan : 1 betina (1 : 1) perut di stripping keluar cairan sperma
P2 = 2 jantan : 1 betina (2 : 1) berwarna putih susu. Ciri-ciri induk betina
P3 = 3 jantan : 1 betina (3 : 1) matang gonad yaitu tubuh besar dan lebar
P4 = 4 jantan : 1 betina (4 : 1) kesamping,warna badan agak gelap,sirip
punggung lebih pendek,bagian bawah
Cara Kerja perut agak melengkung,jika matang
1. Persiapan Media gonad pada bagian perut di stripping
Persiapan media dimulai dengan keluar telur bewarna transparan,alat
pembersihan akuarium, menyusun kelamin berwarna kemerah-merahan.
akuarium di atas rak sesuai rancangan
4. Adaptasi dan Pemeliharaan Induk
penelitian dan diisi air sebanyak 25 liter.
Indukan ikan betok dari hasil
2. Persiapan Induk seleksi diadaptasikan dengan cara
Induk yang digunakan pada memasukkan secara perlahan ke dalam
penelitian ini merupakan hasil tangkapan akuarium dan dipelihara selama 1
nelayan yang berada di Kab. Ogan Ilir minggu. Sex ratio induk yang dimasukkan
Indralaya yang kemudian ke dalam akuariumsesuai dengan
didomestikasikan di kolam yang rancangan perlakuan. Pemeliharaan
terkontrol selama 5 bulan. selama adaptasi, induk betok diberi
pakan berupa pelet dengan frekuensi tiga
3. Seleksi Induk
kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore.
Seleksi induk dilakukan di kolam
pemeliharaan dengan cara memilih satu 5. Penyuntikan
persatu calon induk berdasarkan bobot Sebelum melaksanakan proses
tubuh. Ikan betok yang digunakan penyuntikan terlebih dahulu menyiapkan
sebanyak 30 ekor jantan dan 12 ekor alat dan bahan yang digunakan pada
betina. Berdasarkan kelengkapan anggota penelitian ini.Sebelum disuntik induk
tubuh, tidak cacat, tidak luka dan sudah terlebih dahulu ditimbang bobot tubuhnya
25
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
26
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
` Data yang diperoleh berupa waktu Berdasarkan hasil analisis sidik ragam
dan persentase penetasan dianalisis secara ratio yang berbeda pada pemijahan ikan
tingkat kepercayaan 95%. Apabila data waktu laten ikan betok. Cepat atau
dilakukan uji lanjut. Databerupa kualitas beberapa faktor yaitu hormonal dan
27
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
jantan telah cukup efektif untuk menunjukkan bahwa dua ekor induk
merangsangan pemijahan induk betina jantan lebih efektif untuk merangsang
sehingga mempercepat proses ovulasi pada induk betina.
pengeluaran telur. Feromon dari induk
Fekunditas
jantan direspon oleh saraf yang terletak di
sisi saraf olfaktori pada induk betina dan Fekunditas adalah jumlah total
(Meredith, 1984 dalam Zairin Jr et betok pada saat proses ovulasi. Hasil nilai
al.,2005). Menurut Syafei et al., (1991) rata-rata fekunditas ikan betok selama
dalam Zairin Jr et al., (2005), respon penelitian disajikan pada Tabel 2 sebagai
28
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
dengan kisaran bobot 20-30 gram dan ini pada P1,P2,P3 dan P4 masing-masing
Nilai kisaran fekunditas tersebut masih masing perlakuan tidak berpengaruh nyata
berada pada kisaran normal. Menurut terhadap persentase pembuahan telur ikan
3.481-42.564 butir telur. Hal ini juga kualitas sperma dan sex ratio.
didukung oleh Suriansyah (2009), yang Sex ratio yang tepat, akan
menyatakan bahwa ikan betok dengan membuat proses fertilisasi terjadi optimal
kisaran bobot tubuh 15 - 110 gram karena jumlah sel telur mampu terbuahi
mempunyai nilai fekunditas 4.882-19.248 oleh sel sperma. Hal ini diduga karena
29
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
30
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
sehingga telur akan lama dalam proses sebesar yaitu 70% sedangkan pada
penetasannya. Suhu juga mempengaruhi penyuntikan dosis yang lebih besar yaitu
aktivitas metabolisme pada embriogenesis 0,75 ml per kg menyebabkan penurunan
dan laju penyerapan kuning telur. persentase penetasan sebesar yaitu 25%.
Menurut Kamler (2002) dalam Budiardi
et al., (2005) aktivitas metabolisme yang Fisika dan Kimia Air
tinggi memerlukan energi yang besar
Fisika dan kimia air merupakan
sehingga menyebabkan laju penyerapan
bagian dari kualitas air. Nilai kisaran
volume kuning telur menjadi lebih
kualitas air yang didapatkan selama
cepat.Volume kuning telur yang besar
penelitian meliputi suhu, pH, DO dan
akan menghasilkan sumber energi yang
amonia disajikan pada tabel 5.
mencukupi bagi perkembangan embrio
Pada tabel 5 terlihat, secara
telur ikan sehingga telur cepat menetas.
umum kualitas air selama proses
Selain suhu dan volume kuning
pemijahan masih dalam kisaran yang
telur hormon juga berpengaruh terhadap
optimal untuk pemijahan ikan betok. Nilai
penetasan telur. Menurut Tishom, (2008)
suhu pada pemijahan ikan betok adalah
hormon akan bekerja normal (optimal)
28-29 oC. Menurut Suriansyah (2009),
pada dosis tertentu, penggunaan dosis
pada suhu kisaran 28oC sudah cukup
yang lebih rendah atau lebih tinggi akan
untuk proses pemijahan ikan betok. Nilai
menurunkan potensi biologis hormon
pH pada proses pemijahan adalah 6,3-6,5.
terhadap tergetnya. Hasil penelitian
Menurut Sutisna (1995) pH air 4-9 adalah
Zalina et al., (2012), menunjukkan bahwa
kisaran yang optimum pada pembenihan
persentase penetasan telur ikan betok
ikan air tawar.
yang diberikan perlakuan hormon
Nilai oksigen terlarut pada
LHRH-a sebanyak 20g/kg bobot tubuh
pemijahan ikan betok adalah 6,11-6, 79
menghasilkan persentase penetasan
ppm, nilai tersebut merupakan masih
tertinggi yaitu 68,57 - 73,11%. Penelitian
dalam kisaran optimal untuk proses
lain yang dilakukan oleh Tishom, (2008)
pemijahan ikan betok. Menurut
pada ikan baung (Mystus nemurus)
Suriansyah (2009), kisaran oksigen
dengan dosis penyuntikan ovaprim 0,5
terlarut 12,33-19,36 ppm masih cukup
ml/kg menghasilkan persentase penetasan
ideal untuk mendukung pemijahan ikan.
31
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
Tabel 5. Rata-rata kualitas air selama penelitian pada pemijahan ikan betok
Nilai amonia pada proses betina1:1 dan perlu dilakukan uji sex
pemijahan ikan betook selama penelitian ratio dengan pembanding induk
adalah 0,012-0,038 ppm. Nilai tersebut betina pada pemijahan ikan betok.
masih dalam kisaran optimal untuk proses
pemijahan ikan betok. Menurut Sutisna DAFTAR PUSTAKA
(1995),kandungan amonia yang optimal
Arsianingtyas, H. 2009. Pengaruh kejutan
untuk pembenihan ikan air tawar yaitu suhu panas dan lama waktu
kurang dari 1,5 ppm. setelah pembuahan terhadap
daya tetas dan abnormalitas larva
ikan nila (Oreochromisni
KESIMPULAN DAN SARAN loticus). Fakultas Perikanan dan
kelautan Universitas Airlangga.
Kesimpulan Skripsi. (Tidak dipublikasikan)
32
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Burmansyah, et al (2013)
33