You are on page 1of 12

HUBUNGAN TINGKAT KEMAMPUAN ACTIVITY of DAILY LIVING

(ADL) DENGAN PERUBAHAN KADAR GULA DARAH


PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II
DI WILAYAH PUSKESMAS MASARAN

Arina Maliya dan Ratih Wibawati

Program Studi Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Muhammadiyah Surakarta
Jl. A Yani Pabelan Kartasura

Abstract

Diabetes Millitus is known as a desease which is caused by disturbance in metabolist system


of carbohidrate, fat and protein in the body. This desease may be preventable, such as by change of
diet, reducing diet which contains protein, fat, sugar and salt, regular physical activity and blood glu-
cose level check-up. Fat Diabetes Millitus patients can control their blood glucose level by maintaining
their diet and exercising regularly.The purpose of this research was to know the correlation between the
independence in Activities of Daily Living (ADL) and blood glucose level in Diabetes Millitus Type II
patients at Primary Health Services of Masaran. The research method used was descriptive analytic
with cross-sectional approach. The research respondents were 29 patients. The data were analyzed by
Rank Spearman test. Research was conducted from April until May 2010. The instruments used were
checklist sheets of KATZ ADL index and glukotest. The result showed that there was a correlation
between the independence in Activities of Daily Living (ADL) and blood glucose level (r = -0,566 and p-
value- = 0,001).

Key words: independence in Activities of Daily Living (ADL), blood glucose level, Diabetes Millitus type II.

PENDAHULUAN Menurut data Badan Kesehatan


Diabetes Melitus diketahui Dunia (WHO), Indonesia menempati
sebagai suatu penyakit yang disebab- urutan ke 4 terbesar dalam jumlah
kan oleh adanya gangguan menahun penderita Diabetes Mellitus di dunia
terutama pada system metabolisme setelah India, China, dan Amerika
karbohidrat, lemak, dan juga protein Serikat. Jumlah penderita Diabetes
dalam tubuh (Lanywati, 2001). Penya- Melitus di Indonesia sekitar 17 juta atau
kit Diabetes Melitus (DM) merupakan mencapai 8,6 % dari 220 juta populasi
penyakit degeneratif yang memerlukan negeri ini dan diperkirakan akan
upaya penanganan yang tepat dan meningkat. Pada tahun 2030 diperkira-
serius (Soegondo dan Sidartawan, kan meningkat menjadi 21,3 juta pen-
2000). derita. Menurut penelitian epidemio-

68 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79


logi prevalensi diabetes di Indonesia menurunkan tekanan darah serta
berkisar 1,5-2,3%. Daerah semi-urban memperbaiki kesensitifan insulin.
seperti Jawa Tengah melaporkan Karena itu hal tersebut harus didorong.
prevalensi Diabetes Melitus sebesar Toleransi glukosa memiliki hubungan
9,2% (Pusat Data Diabetes/ Depar- positif dengan aktifitas fisik total,
temen Komunikasi dan Informatika, aktifitas fisik sedang dan aktifitas fisik
2008). sedang selama 5 menit. Kesimpulanya
Penyakit ini sebenarnya dapat adalah bahwa aktivitas fisik memiliki
dicegah, diantaranya dengan cara hubungan positif terhadap toleransi
merubah pola makan yang seimbang, glukosa. Hasil tersebut menunjukkan
mengurangi makanan yang banyak bahwa aktifitas sedang mungkin
mengandung protein, lemak, gula, dan bermanfaat pada pencegahan diabetes
garam, perbanyak melakukan aktivitas melitus (PERKENI, 2006).
fisik setiap hari, serta rajin memerik- Latihan jasmani pada penyan-
sakan kadar gula darah setiap tahun. dang diabetes dapat menyebabkan
Pengelolaan Diabetes dimulai dengan terjadinya peningkatan pemakaian
perencanaan makan. Biasanya pasien glukosa oleh otot yang aktif, sehingga
Diabetes Melitus yang gemuk dapat di- secara langsung latihan jasmani dapat
kendalikan hanya dengan pengaturan menyebabkan penurunan glukasa
diet saja serta gerak badan ringan dan darah. Demikian pula yang didapatkan
teratur (Soegondo & Sidartawan, 2002). dari hasil penelitian Allen dkk. Aero-
Aktivitas sehari hari atau dalam bik yang teratur akan mengurangi
literatur asing disebut Activity of Daily kebutuhan insulin sebesar 30-50 %
Living merupakan salah satu alat ukur pada DM tipe 1 yang terkendali de-
untuk menilai kapasitas fungsional se- ngan baik, sedangkan pada DM tipe 2
seorang yang seringkali mencerminkan yang dikombinasikan dengan penu-
kualitas hidup dan merupakan aktifitas runan BB akan mengurangi kebutuhan
pokok bagi perawatan diri. Aktifitas insulin hingga 100% (Soegondo, 2005).
sehari-hari (ADS) ini terdiri atas 6 Puskesmas Masaran merupakan
macam kegiatan, yaitu mandi (bathing), salah satu Puskesmas di Kabupaten
berpakaian (dressing), ke toilet (toileting), Sragen yang bertanggung jawab
berjalan atau pindah posisi (walking& mewujudkan Kecamatan Masaran yang
transfering), kontinensia (continence), bersih dan sehat yang tercermin dari
makan (feeding) (Tamher S & Noor- perilaku hidup sehat masyarakatnya
kasiani, 2009). dan mengoptimalkan potensi yang
Kegiatan fisik secara teratur dimilikinya guna meningkatkan de-
terbukti mengurangi sejumlah faktor- rajat kesehatan. Berdasarkan data yang
faktor risiko aterogenik. Misalnya, diperoleh dari rekam medik pada
membantu mengurangi obesitas dan tahun 2009 terdapat 124 pasien Diabetes

Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) ... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 69
Melitus tipe II di Puskesmas Masaran. Puskesmas Masaran dari bulan Januari
Tujuan penelitian ini adalah : a). Desember 2009 yang berjumlah 124
Mengetahui tingkat kemampuan orang. Pengambilan sampel dilakukan
pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 dalam secara simple random sampling. Menurut
Activity of Dailiy Living (ADL). b). Notoatmodjo (2002), karena jumlah
Mengetahui kadar gula darah sesuai sampel kecil atau kurang dari 1000
tingkat kemampuan dalam Activity of maka penentuan besaran sampel
Dailiy Living (ADL) pada pasien menggunakan rumus didapatkan 29
Diabetes Mellitus Tipe 2, c). Untuk responden.
mengetahui hubungan tingkat
kemampuan dalam Activity Daily of C. Kriteria Inklusi
Living (ADL) dengan kadar gula darah
Kriteria inklusi dalam penelitian
pada pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
ini adalah :
di Wilayah Kerja Puskesmas Masaran.
1. Pasien dengan Diagnosa Medis
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah
METODE PENELITIAN
kerja Puskesmas Masaran. Men-
A. Jenis dan Rancangan Penelitian dapatkan dan mengkonsumsi obat
Berdasarkan permasalahan dan yang sama (Glibenclamid) tanpa
tujuan yang hendak dicapai, maka mendapatkan injeksi insulin.
penelitian ini adalah kuantitatif. 2. Pasien bersedia menjadi responden
Penelitian ini menyoroti hubungan dalam penelitian dengan menan-
antara variabel dan menganalisa atau datangani surat persetujuan.
menguji hipotesa yang dirumuskan.
Metode yang digunakan adalah D. Jenis Variabel
metode deskriptif analitik dengan
Variabel dalam penelitian ini
pendekatan Cross sectional.
ada dua variabel yaitu variabel bebas
(variable independent) yaitu kemadirian
B. Populasi dan Sampel Penelitian
dalam Activity of Daily Living dan
Populasi dalam penelitian ini variabel terikat (variable dependent) yaitu
adalah seluruh Penderita Diabetes kadar gula darah
Melitus tipe II di Wilayah Kerja

70 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79


E. Definisi Operasional Variabel
Tabel 1. Definisi Operasional
Skala
Variabel Definisi Alat ukur Hasil ukur
ukur
Activity Kelompok kegiatan Checklist Ordinal ADL mandiri: dapat melakukan
of daily yang dilakukan oleh Katz aktivitas antara 5-6 kategori
living individu dalam ADL dibantu: dapat melakukan
mengurus dirinya aktivitas antara 3-4 kategori
sendiri ADL tergantung: dapat mela-
kukan aktivitas antara 0-2 kate-
gori
Kadar Hasil pengukuran Glukotest Ordinal baik: kadar GDP antara 80-109
gula jumlah glukosa yang mg/dL
darah beredar dalam darah. sedang: kadar GDP antara 110-
Sampel darah diambil 125 mg/dL
dengan anjuran pua- buruk: kadar GDP 126 mg/dL
sa selama 10 jam, se-
hingga disebut kadar
gula darah puasa.

F. Instrumen Penelitian Skor 3 menunjukkan tergantung =


1. Data variabel bebas atau ADL apabila dapat melakukan aktivitas
(Activity of Daily Living) diukur antara 0-2 kategori (Mickey, 2005)
menggunakan Indeks tingkat ke- 2. Data variabel terikat atau Kadar Gula
mandirian dari Index of Independence Darah Puasa diukur menggunakan
in Activities of Daily Living (Siney alat ukur glukotest. Skor yang diberikan
Katz) yang berjumlah 6 pertanyaan adalah:
dan terdiri dari: Mandi, Berpakaian, Buruk = e126 mg/dL dengan skor 3
Melakukan Eliminasi, Pergerakan/ Sedang = 110-125 mg/dL dengan skor 2
berpindah tempat, Kontrol terhadap Baik = 80-109 mg/dL dengan skor 1
eliminasi, dan Makan. Untuk jawab- (Soegondo, 2005).
an A mendapatkan nilai 1 dan untuk
jawaban B mendapatkan nilai 0. G. Analisa Data
Keterangan dari total nilai skor Dalam penelitian ini mengguna-
adalah = kan dua analisa yaitu analisa univariat
Skor 1 menunjukkan mandiri = dan analisa bivariat. Analisa Bivariat.
apabila dapat melakukan aktivitas Sebelum menentukan uji statistik, harus
antara 5-6 kategori dilakukan uji normalitas data terlebih
Skor 2 menunjukkan dibantu = dahulu. Hasil yang diperoleh dari uji
apabila dapat melakukan aktivitas kenormalan data pada penelitian ini
antara 3-4 kategori adalah adalah data berdistribusi tidak

Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) ... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 71
normal, Sehingga digunakan uji non (Siney Katz) yang berisi 6 pertanyaan,
parametrik yaitu Spearman Rank. dan kemudian menentukan tingkat
kemandirian ADL pasien. Peneliti akan
H. Jalannya Penelitian memberikan penjelasan tentang tujuan
Penelitian dilakukan di Wilayah dari penelitian dan cara mengisi lembar
Kerja Puskesmas Masaran pada bulan checklist. Klien diminta untuk menan-
April-Mei 2010. Peneliti terlebih dahulu datangani lembar inform consent. Klien
memilih sampel sesuai dengan kriteria. yang setuju akan menjadi responden,
Pemilihan sampel dilakukan secara dan diberikan lembar checklist. Setelah
random/ acak yakni dengan cara dari responden selesai menjawab semua
jumlah populasi 124 orang diberi pertanyaan, peneliti akan meminta
nomer urut dan inisial nama, kemudian responden untuk berpuasa selama 10
dibuat lotre dan diambil secara acak jam sejak pukul jam 9 malam hingga
sebanyak 29 orang dan itulah yang jam 7 pagi, kemudian akan diukur
dipilih sebagai sampel dalam pene- kadar gula darahnya oleh peneliti
litian. Peneliti melakukan pengkajian menggunakan glukotest.
tingkat kemandirian ADL dengan
pemberian lembar checklist dari Index HASIL DAN PEMBAHASAN
of Independence in Activities of Daily Living A. Karakteristik Responden

Tabel 2. Karakteristik Responden

No Karakteristik Responden Jumlah Persentase


1. Umur
< 40 tahun 1 3
40 50 tahun 6 21
51 60 tahun 13 45
61 70 tahun 4 14
71 80 tahun 5 17
2. Jenis Kelamin
Laki-Laki 12 41
Perempuan 19 59
3. Tingkat Pendidikan
SD 8 28
SMP 9 31
SMA 7 24
Perguruan Tinggi 5 17
4. Lama menderita DM
Kurang dari 1 tahun 1 3
1 tahun 1 3
2 tahun 7 24
3 tahun 1 3
4 tahun 8 28
5 tahun 4 15
Lebih dari 5 tahun 7 24

72 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79


Usia diatas 45 tahun merupakan haman responden tentang cara-cara
kelompok risiko tinggi terserang DM pencegahan DM berdampak pada
(Perkeni, 2006). Diabetes tipe I ketaatan mereka untuk melakukan
tergantung kepada insulin cenderung upaya-upaya pencegahan DM, misal-
menyerang anak-anak dan remaja, nya dengan melakukan latihan fisik,
sedangkan tipe II tidak tergantung terapi diet, dan sebagainya. Pada tabel
kepada insulin cenderung menyerang diatas nampak bahwa responden
orang dewasa yang berumur 45 tahun paling banyak telah menderita Diabetes
atau lebih (Lenny, 2007). Menurut Melitus selama 4 tahun, yaitu sebanyak
Soegondo (2005) kadar gula darah 8 responden (28%) dan responden
normal cenderung meningkat secara paling sedikit telah menderita DM < 1
ringan tetapi progresif setelah usia 50 th, 1 th, dan 3 th, masing-masing
tahun, terutama pada orang-orang sebanyak 1 responden (3%).
yang tidak bergerak. Pratiwi (2007) mengemukakan
Tidak diketahui adanya preva- bahwa waktu lamanya seseorang
lensi penyakit DM ditinjau dari jenis menderita penyakit dapat memberikan
kelamin. Namun dari beberapa pene- gambaran mengenai tingkat patoge-
litian terdahulu, misalnya penelitian nesitas penyakit tersebut. Peningkatan
Nidya, (2008) dan penelitian Mosjab, angka kesakitan Diabetes Mellitus dari
dkk (2008) menunjukkan bahwa waktu ke waktu lebih banyak
sebagian besar penderita DM dalam disebabkan oleh faktor herediter, life
penelitian mereka adalah perempuan. style (kebiasaan hidup) dan faktor
Tingkat pendidikan tersebut lingkungannya. Komplikasi Diabetes
menunjukkan bahwa sebagian besar Mellitus dengan penyakit lain terkait
responden memiliki pendidikan yang dengan lamanya seseorang menderita
sedang. Tingkat pendidikan berpe- Diabetes Mellitus, semakin lama
ngaruh dengan tingkat pengetahuan seseorang menderita Diabetes Melitus
dan pemahaman seseorang tentang maka komplikasi penyakit Diabetes
penyakit dan pengobatan serta pence- Melitus juga akan lebih mudah terjadi.
gahannya (Wilfried, 2002). Pengetahuan
responden tentang penyakit diabetes B. Deskripsi Tingkat Kemampuan
melitus baik tentang faktor penyebab, Activity Daily of Living (ADL)
cara pencegahan dan pengobatannya Berdasarkan pengumpulan data
akan membantu responden dalam tentang variabel tingkat Kemampuan
upaya-upaya memperbaiki derajat ADL, diperoleh data seperti pada tabel
kesehatannya. Pengetahuan dan pema- berikut:

Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) ... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 73
Tabel 3. Distribusi responden Menurut Kemampuan ADL
No Kemampuan (ADL) Jumlah Persentase (%)
1 Tergantung 2 7
2 Dibantu 6 21
3 Mandiri 21 72
Jumlah 29 100

Distribusi responden menurut ga 60 tahun merupakan usia seseorang


tingkat kemampuan ADL menun- dalam masa produktif, dimana pada
jukkan responden yang memiliki usia tersebut mereka memiliki tingkat
tingkat kemandirian terbesar adalah produktifitas yang tinggi dalam
kategori mandiri, yaitu sebanyak 21 kematangan rasional dan kematangan
responden (72%), sedangkan res- motorik (Tamher, 2009). Pada usia
ponden yang memiliki tingkat keman- tersebut tingkat kematangan rasional
dirian paling kecil adalah kategori responden mampu meningkatkan
tergantung, yaitu sebanyak 2 res- semangat untuk menjalani hidupnya,
ponden (7%). sehingga mereka memiliki motivasi
Deskripsi tingkat kemampuan yang baik untuk mampu berbuat
dalam Activity Daily of Living (ADL) terbaik bagi hidupnya, salah satunya
penelitian menunjukkan sebagian adalah memiliki kemampuan dalam
besar responden memiliki kemandirian Activity Daily of Living (ADL).
mandiri. Beberapa faktor menyebabkan
tingkat kemandirian responden C. Deskripsi Kadar Gula Darah
sebagian besar mandiri adalah umur
Berdasarkan pengumpulan data
responden. Distribusi responden
tentang variabel kadar gula darah,
menurut umur menunjukkan bahwa
diperoleh data seperti pada tabel
sebagian besar responden berusia
berikut:
dibawah 60 tahun. Usia antara 20 hing-

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kadar Gula Darah

No Kadar gula darah (GDP) Jumlah Persentase (%)


1 Buruk 22 76
2 Sedang 6 21
3 Baik 1 3
Jumlah 29 100

74 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79


Distribusi responden menurut makanan yang berupa glukosa, ma-
kadar gula darah sebagian besar me- nosa dan stimulasi vagal: obat golongan
nunjukkan kategori buruk yakni seba- phenitoin (Guyton, 2008). Tingkat kadar
nyak 22 responden (76%), sedangkan gula darah dipengaruhi oleh berbagai
kadar gula darah yang paling kecil faktor antara lain stres, olah raga, pola
menunjukkan kategori baik yaitu makan atau diet, pemakaian obat, dan
sebanyak 1 orang (3%). lain-lain. Sebagaimana dikemukakan
Tingkat kadar gula responden oleh Almatsier (2005), mengungkapkan
sebagian besar adalah buruk. Kadar bahwa jenis karbohidrat sederhana
gula darah adalah jumlah glukosa seperti gula pasir, gula jawa, sirup jeli,
yang beredar dalam darah. Kadarnya buah-buahan yang diawetkan dengan
dipengaruhi oleh berbagai enzim dan gula, susu kental manis, kue-kue manis,
hormon yang paling penting adalah dodol dan es krim, langsung masuk ke
hormon insulin. Faktor yang mempe- dalam aliran darah sehingga mem-
ngaruhi dikeluarkan insulin adalah percepat kenaikan kadar gula darah.

D. Analisis Bivariat
Tabel 5. Tabulasi Silang Kadar Gula Darah Puasa Ditinjau
dari Tingkat Kemampuan ADL

Kadar Gula Darah Puasa


Kemampuan Buruk Sedang Baik Total
ADL Frek % Frek % Frek % Frek %
Tergantung 2 7 0 0 0 0 2 7
Dibantu 6 21 0 0 0 0 6 21
Mandiri 14 48 6 21 1 3 21 72
Total 22 76 6 21 1 3 29 100

Pada Tingkat Kemampuan ADL ternyata tidak menyebabkan terjadinya


dengan kategori mandiri terdapat 14 penurunan yang signifikan terhadap
responden yang masih memiliki kadar kadar gula darahnya. Kepribadian atau
gula darah buruk. Hal ini disebabkan motivasi penderita untuk mentaati diet,
karena kesadaran mereka untuk mentaati terapi dan latihan gerak badan dari
diet masih kurang. Sebagian besar mere- dokter yang merawatnya dan sadar
ka masih belum bisa merubah kebiasaan semua itu untuk kepentingan dirinya
pola makan yang kurang baik. Sehingga sendiri merupakan faktor kunci untuk
ketika mereka melakukan puasa sebelum menilai keterawatan penderita DM
dilakukan pengukuran kadar gula darah, (Tjokroprawiro, 2001). Semakin baik

Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) ... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 75
perilakunya maka semakin baik darah (Swarsono, 2001). Menurut Asdie
penderita untuk mengendalikan kondisi (2000) kunci pokok dalam penatalak-
penyakitnya (Swarsono, 2001). sanaan diabetes tipe II adalah penga-
Pengaturan diet bagi penderita turan makan atau diet. Dengan diet
DM tetap merupakan bagian yang yang benar, maka toleransi glukosa
paling penting dalam upaya perawatan dapat menjadi normal terutama bagi
secara keseluruhan, diet yang sesuai pengidap yang berat badannya berlebih
akan berpengaruh pada kadar gula atau gemuk..

Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Rank Spearman

Hubungan rhitung p-value Kesimpulan

Hubungan tingkat kemandirian


(ADL) dengan kadar gula darah -0,566 0,001 H0 ditolak
puasa (GDP)

Berdasarkan hasil kriteria uji Activity Daily of Living (ADL) ber-
tersebut maka disimpulkan terdapat hubungan dengan kadar gula darah
hubungan yang signifikan antara pada pasien DM. Hubungan tersebut
tingkat kemampuan dalam Activity dapat dijelaskan bahwa tingkat
Daily of Living (ADL) dengan kadar gula kemampuan yang dimiliki pasien DM
darah pada pasien Diabetes Mellitus dalam Activity Daily of Living (ADL)
Tipe 2 di Wilayah Kerja Puskesmas berdampak pada adanya aktivitas fisik
Masaran. Selanjutnya untuk menge- sehari-hari. Aktifitas sehari-hari (ADL)
tahui kekuatan hubungan antara ini terdiri atas 6 macam kegiatan, yaitu
tingkat kemampuan dalam Activity mandi (bathing), berpakaian (dressing),
Daily of Living (ADL) dengan kadar gula ke toilet (toileting), berjalan atau pindah
darah diperoleh dari interpretasi nilai posisi (walking&transfering), kontinensia
korelasi Rank Spearman. Berdasarkan (continence), makan (feeding) (Tamher S
kriteria kekuatan hubungan, maka & Noorkasiani, 2009).
hubungan antara tingkat kemampuan Kegiatan fisik secara teratur
dalam Activity Daily of Living (ADL) terbukti mengurangi sejumlah faktor-
dengan kadar gula darah pada pasien faktor risiko aterogenik. Misalnya,
Diabetes Mellitus Tipe 2 di Wilayah membantu mengurangi obesitas dan
Kerja Puskesmas Masaran yang sebesar menurunkan tekanan darah serta
-0,566, maka hubungan tersebut memperbaiki kesensitifan insulin.
termasuk dalam kategori cukup. Karena itu hal tersebut harus didorong.
Hasil penelitian menunjukkan Toleransi glukosa memiliki hubungan
bahwa tingkat kemampuan dalam positif dengan aktifitas fisik total,

76 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79


aktifitas fisik sedang dan aktifitas fisik besar buruk.
sedang selama 5 menit. Kesimpulanya 3. Terdapat hubungan antara
adalah bahwa aktivitas fisik memiliki kemampuan Activity Daily Living
hubungan positif terhadap toleransi (ADL) dengan perubahan kadar gula
glukasa. Hasil tersebut menunjukkan darah pada pasien Diabetes Mellitus
bahwa aktifitas sedang mungkin Tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
bermanfaat pada pencegahan Diabetes Masaran.
Melitus (PERKENI, 2006).
Latihan jasmani pada penyan- B. Saran
dang diabetes dapat menyebabkan
1. Berdasarkan kesimpulan tersebut,
terjadinya peningkatan pemakaian
tenaga keperawatan di Puskesmas
glukosa oleh otot yang aktif, sehingga
hendaknya senantiasa memberikan
secara langsung latihan jasmani dapat
pendidikan kesehatan kepada
menyebabkan penurunan glukasa
pasien tentang penatalaksanaan
darah. Demikian pula yang didapatkan
Diabetes Melitus, dan memberikan
dari hasil penelitian Allen dkk.
motivasi kepada pasien untuk
Aerobik yang teratur akan mengurangi
mentaati diet, aktif melakukan
kebutuhan insulin sebesar 30-50 %
kegiatan-kegiatan fisik, rajin meng-
pada DM tipe1 yang terkendali dengan
konsumsi obat, dan menghindari
baik, sedangkan pada DM tipe 2 yang
kondisi stres sehingga kadar gula
dikombinasikan dengan penurunan BB
darah mereka menjadi terkontrol.
akan mengurangi kebutuhan insulin
Selain itu petugas perlu pula untuk
hingga 100% (Soegondo, 2005).
mengingatkan kepada pasien untuk
rutin memeriksakan kadar gula
KESIMPULAN DAN SARAN
darahnya, sehingga dapat terhindar
A. Kesimpulan dari kondisi komplikasi yang lebih
Berdasarkan hasil penelitian dan parah.
pembahasan, maka peneliti dapat 2. Pasien penderita DM tipe II
menyimpulkan hasil penelitian sebagai hendaknya menyadari bahwa akti-
berikut: vitas fisik mampu mengontrol dan
1. Tingkat kemampuan Activity Daily memperbaiki kadar gula darah
Living (ADL) pada pasien Diabetes dalam tubuh mereka. Kesadaran
Melitus Tipe II di Wilayah Kerja tersebut tentunya menjadi motivator
Puskesmas Masaran sebagian besar bagi mereka untuk giat melakukan
mandiri. aktivitas fisik sehingga kadar gula
2. Kadar gula darah pada pasien darah mereka dapat terkontrol
Diabetes Mellitus Tipe II di Wilayah dengan baik.
Kerja Puskesmas Masaran sebagian

Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) ... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 77
DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S., 2005. Penuntun Diet Edisi Baru. PT Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Asdie, 2000. Patogenesis dan Terapi DM Tipe II.Yogyakarta, Medika FK UGM.

Guyton, Arthur, C., John, E., Hall., 2008, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Alih Bahasa
Irawati Setiawan, Edisi 9, EGC, Jakarta.

Lanywati, 2001. Diabetes Mellitus Penyakit Kencing Manis. Yogyakarta, Penerbit


Kanisius.

Lenny, 2007. Diabetes Mllitus Retrieved Juni 1th 2010. http//infosehat.Com. Diakses:
tanggal : 2 Maret 2011.

Mickey. 2005. Gerontological Nursing. Philadelphia: Davis Company.

Mosjab, S., Herdiana, N., Eka Y.R, dan Idayati, 2008. Gambaran antara Kepatuhan
Minum Obat Hipoglikemik Oral (OHO ) dengan Kejadian Komplikasi Kronis (
Hipertensi, Neuropati, Sellulitis dan atau Ganggren ) pada Penderita Diabetes
Mellitus di RT 13 16 di Desa Betro Kecamatan Sedati Kabupaten Sidoarjo.
Surabaya, Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.

Nindya, 2008. Hubungan antara Sikap, Perilaku, Partisipasi Keluarga terhadap Kadar Gula
Darah Penderita DM Tipe 2 di RS PKU Muhamadiyah Yogyakarta. Skripsi,
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Gajah Mada Yogyakarta.

Notoatmodjo, S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan (edisi Revisi). Jakarta, Rineka
Cipta.

PERKENI, 2006. Konsensus Pengelolaan Diabetes di Indonesia. FKUI, Jakarta.

Pratiwi, 2007. Epidemiologi Program Penanggulangan, dan Isu Mutakhir Diabetes Mellitus.
Makassar, Universitas Hasanudin.

Soegondo, S., 2000. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta, FKUI.

Soegondo, 2005. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta, FKUI.

Swarsono, 2001. Pengaruh Frekuensi Penyuluhan Gizi terhadap Kepatuhan Diet dalam
Penurunan Kadar Gula Darah. Skripsi, FKM Universitas Diponegoro,
Semarang.

Tamher, N., 2009. Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Askep. Jakarta, FKUI.

78 Jurnal Kesehatan, ISSN 1979-7621, Vol. 4, No. 1, Juni 2011: 68-79


Tjokroprawiro, 2001. Diabetes Melitus Klasifikasi, Diagnosis, dan Terapi. Edisi ketiga, Jakarta,
PT Gramedia Pustaka Utama.

Wilfried, H. S., 2002. Singkong Pun Bisa Sebabkan Diabetes Mellitus. Retrieved Juni 10th,
2008.Http://Www.Sinarharapan.Co.Id, Diakses : tanggal 11 Maret 2010.

Hubngan Tingkat Kemampuan Activity of Daily Living (ADL) ... (Arina Maliya dan Ratih Wibawanti) 79

You might also like