You are on page 1of 14

Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

KAJIAN PEMBERIAN ANTENATAL KORTIKOSTEROID UNTUK IBU HAMIL


YANG BERISIKO MELAHIRKAN BAYI PREMATUR
Study on The Administration of Antenatal Corticosteroids for Pregnant Women
with Premature Birth Risk

Yuyun Yuniar, Sugiharti, Dewi Kristanti dan Sudibyo Supardi

Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan Litbangkes


Email : yuyunyuniar09@gmail.com

Abstract
Background: Premature birth among others is a main cause of infant death due to complication
caused by respiratory distress syndrome (RDS). The administration of antenatal corticosteroid (ACS)
is an effective intervention to prevent RDS.
Objective: To obtain the information about the existing regulation, benefit and disadvantage of ACS,
and the recommendation from related professional organization.
Method: Data were collected by searching existing regulations, references online to make a
systematic review and discussion with informants from involved professional organizations.
Results: The existing regulations have not served as legal basis for ACS administration and the
technical procedures were not yet available. ACS has been proven as beneficial in fetal lung
maturation process thus reducing complication risk of premature infants with no serious complication
for mother. The administration of ACS must be conducted by health providers as a comprehensive
package started from early detection process, tocolitic administration, ACS administration and
followed by referring to proper health facility. Both health providers knowledge and competency
either in hospitals and public health cares should be improved and supported by adequate regulation.
Conclusion: The enhancement of ACS coverage requires supporting regulations from the government
and the roles of professional organizations as well as health providers.

Keywords: ACS, pregnancy, premature, complication

Abstrak
Latar Belakang: Kelahiran prematur merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi terkait
dengan komplikasi yang terjadi khususnya sindrom gagal nafas. Pemberian antenatal corticosteroid
(ACS) merupakan intervensi yang efektif untuk mencegah gangguan pernafasan pada bayi prematur.
Cakupan pemberian ACS diperkirakan hanya 10 persen dari yang membutuhkan.
Tujuan: Kajian ini dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kebijakan, manfaat dan kerugian
ACS, serta rekomendasi berbagai organisasi profesi terkait pemberian ACS.
Metode: Data dikumpulkan melalui penelusuran data kebijakan, penelusuran literatur secara online
untuk dibuat telaah secara sistematik serta pertemuan dengan narasumber dari organisasi profesi
terkait.
Hasil: Kebijakan yang sudah ada belum menjadi landasan hukum pemberian ACS dan belum ada
prosedur teknis pelaksanaannya. ACS terbukti bermanfaat untuk membantu pematangan paru-paru
pada janin sehingga mengurangi risiko komplikasi pada bayi prematur dan tidak memberikan
komplikasi yang serius pada ibu. Pemberian ACS harus dilakukan sebagai satu paket komprehensif
oleh tenaga kesehatan yang meliputi proses deteksi dini, pemberian tokolitik, pemberian ACS dan
diikuti dengan rujukan ke fasilitas yang memadai. Pemahaman dan kompetensi tenaga kesehatan baik
di rumah sakit maupun puskesmas perlu ditingkatkan dan didukung dengan peraturan yang memadai.
Kesimpulan: Peningkatan cakupan pemberian ACS memerlukan dukungan kebijakan pemerintah
serta peran organisasi profesi dan tenaga kesehatan.

Kata kunci : Antenatal kortikosteroid (ACS), kehamilan, prematur, komplikasi

Naskah masuk: 24 Maret 2015 Review: 20 Mei 2015 Disetujui terbit: 20 November 2015

145
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

PENDAHULUAN persen ibu hamil mengalami anemia defisiensi


gizi6.
Salah satu target MDGs (Millenium
Development Goals) ke empat adalah Angka kelahiran prematur per 100 kelahiran
menurunkan angka kematian bayi 1. Demikian hidup di Indonesia menempati urutan ke 9
pula dalam 11 isu strategis bidang kesehatan dengan angka 15,56. Sedangkan di Divisi
tahun 2015-2019 dan 8 prioritas nasional Perinatologi RSUPN Cipto Mangunkusumo,
bidang kesehatan termasuk dalam isu pertama angka kematian neonatus karena sepsis
yang terkait dengan peningkatan status mencapai 30 persen dari angka kematian
kesehatan ibu dan anak2. Dalam 20 tahun neonatus yaitu 42,7 per 1000 kelahiran hidup
terakhir, angka kematian balita di Indonesia pada 20099. Kelahiran prematur menjadi
menurun cukup tajam, yakni sebanyak 72 penyebab kedua kematian bayi pada usia 0-6
persen, tetapi angka kematian bayi menurun hari, dan penyebab kelima kematian bayi pada
lebih lambat2. Target MDGs adalah usia 7-29 hari10. Kementerian Kesehatan
menurunkan angka kematian bayi mencapai bekerjasama dengan United States Agency for
23/1000 kelahiran hidup. Survey Demografi International Development (USAID)
dan Kesehatan 2012 menunjukkan kematian mencanangkan Program Expanding Maternal
bayi mencapai 32 per 1.000 kelahiran hidup, di and Newborn Survival (EMAS) yang bertujuan
mana sebanyak 60 persen terjadi pada bayi untuk menurunkan angka kematian ibu dan
dengan usia < 1 bulan3. neonatal sebesar 25 persen, difokuskan di 6
provinsi yaitu Sumatera Utara, Sulawesi
Penyebab kematian bayi salah satunya adalah Selatan, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan
persalinan prematur. Bayi disebut lahir Jawa Timur. Pendekatan program dilakukan
prematur jika usia kehamilan ibu kurang dari dengan cara meningkatkan kualitas pelayanan
37 minggu, sedangkan kelahiran dianggap emergensi obstetri dan neonatal, serta
normal jika usia kehamilan mencapai 37-40 memperkuat sistem rujukan yang efisien dan
minggu4,5. Bayi yang lahir prematur berisiko efektif antar puskesmas dan rumah sakit11.
terkena berbagai penyakit atau kelainan.
Beberapa kelainan tidak dapat disembuhkan Hasil penelitian di Gorontalo menemukan
seumur hidupnya. Selain itu persalinan variabel nilai budaya lokal, pemanfaatan
prematur juga menyebabkan tingginya biaya Antenatal care (ANC), riwayat infeksi, status
penanganan bayi setelah lahir. Di Amerika gizi ibu hamil dan keterpaparan asap rokok
Serikat, kejadian lahir premature mencapai berisiko terhadap kelahiran bayi prematur.
hampir 500.000 kasus setiap tahunnya, artinya Riwayat infeksi, status gizi ibu hamil,
1 dari 8 bayi lahir prematur 5. keterpaparan asap rokok memberi risiko
tehadap kelahiran prematur dan riwayat
Di dunia, diperkirakan bahwa pada setiap penyakit infeksi adalah determinan utama
tahun terjadi 15 juta kelahiran prematur, dan yang menentukan kelahiran prematur12.
1,1 juta diantaranya meninggal. Indonesia Masalah persalinan prematur sebenarnya dapat
menempati urutan kelima jumlah persalinan diatasi dengan berbagai cara yang sudah
prematur tertinggi di dunia setelah India, terstandar dan tidak memerlukan biaya tinggi,
China, Nigeria dan Pakistan yaitu sebesar salah satunya dengan pemberian injeksi
675.700 kelahiran6,7. Sekitar 60 persen antenatal corticosteroids (ACS). ACS
kelahiran prematur terjadi di Afrika dan Asia membantu pematangan paru-paru janin
Selatan5,8. Badan kesehatan dunia atau WHO sehingga mencegah terjadinya gangguan
(World Health Organization) bekerja sama pernafasan pada bayi yang dapat
dengan March of Dimes, lembaga sosial dari mengakibatkan komplikasi lainnya. Terapi
Amerika Serikat yang memiliki misi ACS dapat menyelamatkan sekitar 40 persen
mencegah bayi lahir prematur dan cacat (pada rentang 25-52%) dari kematian
melaporkan bahwa setiap tahun diperkirakan neonatal13.
lahir sekitar 350.000 bayi prematur atau berat
badan lahir rendah di Indonesia. Tingginya Di Indonesia belum banyak informasi dan
kelahiran bayi prematur tersebut karena saat penelitian mengenai pemberian ACS sehingga
ini ada 30 juta perempuan usia subur yang artikel ini bertujuan untuk memberikan
kondisinya kurang energi kronik dan sekitar 50 gambaran mengenai kebijakan yang ada terkait

146
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

peran tenaga kesehatan dalam pemberian perspektif medis, perwakilan IDAI dan POGI
antenatal corticosteroids (ACS), manfaat dan memaparkan urgensi pemberian ACS dari
kerugian pemberian ACS, serta rekomendasi perspektif anak dan ibu, perwakilan IBI dan
organisasi profesi terkait pelaksanaan subbid Bina Pelayanan Kebidanan
pemberian ACS untuk ibu hamil yang berisiko memaparkan peran bidan secara umum
melahirkan prematur. Makalah ini merupakan sedangkan puskesmas memaparkan tentang
hasil kajian yang dilakukan di Pusat Teknologi kendala dalam pemberian ACS. Pertemuan
Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan diakhiri dengan diskusi mengenai rekomendasi
Litbang Kesehatan pada tahun 2014. profesi terkait peran tenaga kesehatan dalam
pemberian ACS khususnya bidan.
METODE
Data berupa produk kebijakan dianalisis secara
Kajian dilakukan dengan cara penelusuran kualitatif untuk mengetahui kebijakan-
referensi dan pertemuan dengan narasumber. kebijakan yang terkait secara langsung
Penelusuran referensi meliputi data kebijakan maupun tidak langsung dengan peran tenaga
yang terkait dengan pemberian kortikosteroid kesehatan dalam pemberian ACS. Data hasil
yang bersumber dari data kemenkes berupa penelusuran referensi dianalisis untuk
permenkes ataupun pedoman. Penelusuran di menghasilkan telaah sistematik. Analisis
perpustakaan Universitas Indonesia (UI) dilakukan menggunakan diagram alir Prisma
dilakukan untuk mencari hasil penelitian dan Ceklis Prisma dengan penyederhanaan
(skripsi, tesis dan disertasi) maupun jurnal- pada formulir ceklis yaitu hanya berisi data
jurnal hasil penelitian. Penelusuran dilakukan judul, metode, lokasi dan waktu, sampel,
menggunakan kata kunci antenatal, intervensi dan hasil14. Hasil formulir ceklis
kortikosteroid dan prematur. Berdasarkan hasil dikelompokkan untuk memperoleh data
penelusuran, tidak ditemukan data penelitian temuan umum mengenai perkembangan
berbahasa Indonesia yang terkait langsung pemberian ACS, urgensinya serta keuntungan
dengan pemberian antenatal kortikosteroid. dan kerugiannya. Data hasil pertemuan diolah
Penelusuran secara online dilakukan melalui secara kualitatif pengolahan dengan metode
Scopus, Sage, Science Direct, Springer, Ebsco, thematic analysis. Hasil telaah sistematik
Google scholar, end note serta dari web UI disandingkan dengan hasil pertemuan menurut
dengan metode pencarian langsung. tema yang sama yaitu metode pemberian ACS,
Pembatasan yang digunakan adalah kata kunci keuntungan dan kerugiannya serta hambatan
antenatal corticosteroid dan ACS serta dalam implementasi pemberian ACS. Hasil
pembatasan tahun mulai dari tahun 2004-2014. pertemuan juga menjadi bahan penyusunan
rekomendasi terkait pemberian ACS oleh
Pertemuan berupa Roundtable Discussion tenaga kesehatan. Pada gambar 1 adalah alur
(RTD) dilakukan untuk melengkapi hasil pemilihan referensi yang digunakan untuk
telaah sistematik serta memperoleh informasi telah sistematik.
mengenai pendapat dan rekomendasi
organisasi profesi terkait peran tenaga
HASIL
kesehatan khususnya bidan dalam pemberian
antenatal kortikosteroid. Pertemuan
mengundang narasumber dari Ikatan Dokter Kebijakan terkait Pemberian ACS
Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia Kebijakan yang dianalisis terutama mengacu
(IDAI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi pada peraturan atau pedoman yang terkait
Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia langsung dengan pemberian ACS dan regulasi
(IBI), Subbid Bina Pelayanan Kebidanan yang menyangkut peran bidan mengingat
Kemenkes dan Puskesmas di Jakarta. Dalam pentingnya peran bidan dalam penanganan
pertemuan dilakukan pemaparan hasil analisis kehamilan dan persalinan. Peraturan yang
kebijakan oleh tim kajian dilanjutkan dengan terkait dengan pemberian ACS dan tenaga
pemaparan dari masing-masing narasumber kesehatan terdiri dari Undang-undang,
mengenai pemberian antenatal kortikosteroid Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes),
sesuai dengan perannya masing-masing. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
Perwakilan IDI memaparkan tentang sampai ke buku saku dan rencana strategis
keuntungan dan kerugian pemberian ACS dari sebagai berikut :

147
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

Gambar 1. Diagram Alur Pemilihan Referensi untuk Telaah Sistematik


Tabel 1 : Kebijakan terkait Persalinan Prematur dan ACS
Jenis Peraturan/Pedoman Kaitan dengan persalinan prematur dan ACS
Permenkes HK.02.02/Menkes/149/1/2010 Dalam pasal 10 disebutkan bahwa salah satu pelayanan
tentang ijin penyelenggaraan praktek bidan kesehatan ibu adalah pada masa kehamilan dan persalinan.
yang diperbarui dengan Permenkes Dalam pasal 14 disebutkan bahwa bidan praktek di daerah
1464/Menkes/Per/X/2010 tentang ijin dan yang tidak memiliki dokter dapat menjalankan praktek di
penyelenggaraan praktek bidan15 luar kewenangannya. Pelayanan kesehatan di luar
kewenangan normal dapat dilakukan oleh bidan yang sudah
diberikan task shifting dan pelatihan.
Kepmenkes No. 369 Tahun 2007 tentang Kompetensi 3 : asuhan dan konseling selama kehamilan
Standar Profesi Bidan16 yaitu melakukan asuhan antenatal berkualitas termasuk
deteksi dini dan pengobatan atau rujukan komplikasi
Kompetensi 4 : asuhan dan konseling Selama persalinan dan
kelahiran yaitu melakukan asuhan persalinan dan kelahiran
berkualitas, termasuk penanganan emergensi
Kepmenkes No. 938/Menkes/SK/VIII/2007 Salah satu ruang lingkup praktek adalah asuhan kebidanan
tentang standar asuhan kebidanan17 pada ibu hamil dan ibu bersalin.
Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya Tidak ada poin khusus yang terkait dengan penanganan
kesehatan No. HK. 02.03/II/1911/2013 tentang prematuritas, hanya dituliskan dalam cek list bahwa
Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas Mampu puskesmas harus mempunyai masker oksigen untuk bayi
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi cukup bulan dan bayi prematur.
Dasar18
Standar Kompetensi Dokter Indonesia19 Salah satu masalah kesehatan individu yang tertulis adalah
persalinan prematur

Buku Saku pelayanan di fasilitas kesehatan tertulis tentang pemberian tokolitik (obat untuk
dasar dan rujukan20 menghentikan kontraksi rahim) dan ACS tetapi secara
khusus tidak disebutkan siapa yang melakukan dan tidak
disebutkan kewenangan tenaga kesehatan
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Neonatal Target tahun 2025 untuk angka kematian neonatal (AKN)
(RAN-KN) 21 adalah 9 per 1000 kelahiran hidup salah satunya dengan
pemberian ACS. Target peningkatan cakupan pemberian
ACS untuk ibu hamil yang berisiko melahirkan bayi
prematur sebesar 75 persen di fasilitas kesehatan.

148
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

Implementasi Pemberian ACS

Pemberian ACS pada umumnya diberikan melahirkan bayi prematur seperti pada
pada kasus-kasus rupture membrane atau preeklampsia, KPD, dan Infeksi Menular
Ketuban Pecah Dini (KPD) dan Seksual (IMS)21.
preeklampsia22,23. Intervensi klinis yang
diperlukan antara lain penanganan risiko Berbagai penelitian mengenai pengaruh
persalinan prematur dengan pemberian satu pemberian ACS berdasarkan jenis obat, dosis
paket tunggal ACS untuk ibu dengan umur dan cara pemberian :
kehamilan 24-34 minggu dengan risiko

Tabel 2 : Manfaat dan Risiko Pemberian ACS


Metode Pemberian ACS Pengaruh (Manfaat dan Risiko) Referensi
ACS single course (dosis Pada ibu tidak meningkatkan kematian, 22
tunggal) chorioamnionitis (infeksi cairan ketuban), dan
purpural sepsis (infeksi berat pada masa nifas)
Pada bayi menurunkan kematian, RDS, perdarahan 22
serebrovaskular, infeksi sistemik dan perawatan
intensif
ACS Menaikkan risiko kelahiran melalui operasi, 24
perdarahan pasca persalinan, dan demam sebanyak 2
kali
Deksametason 12 mg Menurunkan risiko RDS dan komplikasi kesehatan 25
dibandingkan dengan deksametason 6 mg
ACS multiple course (dosis Menurunkan kejadian RDS 26, 27,
ulangan) 28, 29
Menurunkan kejadian komplikasi kesehatan 26, 27
Menurunkan berat badan bayi 26,27
Tidak ada manfaat dan dampak terhadap masa awal 26, 27
pertumbuhan bayi
Menurunkan kejadian penyakit katup jantung 28
bawaan atau Patent Ductus arteriosus (PDA)
Meningkatkan kejadian endometritis 28
Deksametason Lebih unggul 149 dibanding betametason terhadap 30
kejadian perdarahan intraventrikular atau
Intraventricular hemorragic (IVH)
Meningkatkan risiko perawatan di ICU dibanding 30
betametason
Deksametason intramuskular Efektivitas lebih baik daripada pemberian oral 30
Betametason Pada dosis besar menurunkan gangguan 29
pertumbuhan dalam kandungan atau Intra Uterine
Growth Restriction (IUGR) dan pertumbuhan sistem
saraf

Perwakilan IDI memaparkan hasil-hasil riset menurunkan kejadian mortalitas dan


mengenai penggunaan ACS. Penggunaan ACS morbiditas bayi prematur dengan kejadian
bertujuan untuk menurunkan kejadian RDS, Intraventricular hemorragic (IVH),
respiratory distress syndrome (RDS) atau Necrotizing Enterocolitis (NEC) dan infeksi
sindrom gagal nafas yang disebabkan sistemik pada 48 jam pertama kelahiran.
kekurangan produksi protein, biosintesis Betametason (dalam bentuk sediaan injeksi)
fosfolipid dan surfaktan pada paru janin. merupakan obat yang lebih banyak
Dengan demikian pemberian ACS dapat keuntungannya dibanding deksametason akan

149
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

tetapi lebih mahal dan mungkin di Indonesia chorioamnionitis dan sepsis puerperalis serta
belum ada. Cara pemberian obat yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan
betametason (12 mg per 24 jam secara dibandingkan dengan yang diberikan plasebo.
intramuskular, selama 2 hari) atau Pemberian ACS pada umumnya
deksametason (6 mg per 12 jam secara dilakukan pada fasilitas kesehatan yaitu di
intramuskular, selama 2 hari). Pemberian ACS rumah sakit. Beberapa hasil penelitian
tidak memberikan komplikasi yang serius mengenai cakupan pemberian ACS di berbagai
terhadap ibu termasuk dalam kejadian Negara

Tabel 3 : Cakupan Pemberian ACS di Berbagai Negara


Negara/waktu Cakupan (%) Keterangan Referensi
Australia di RS 31
January 1998 8.4
December 2004
11.2
Italia 1999 81 di RS 23
Pemberian berulang, betametason
lebih sering digunakan

Eropa 1999 87 Di RS, pemberian berulang 23


Thailand, Malaysia, Filipina, 6 Di RS (hanya deksametason) 24
Indonesia (2005)
Thailand 2005 86 Di RS regional 24
60 di RS universitas dan provinsi

Malaysia 59 di RS tersier 1 24
47 di RS tersier 2

Indonesia 10 RS kab/kota 24
9 RS tersier

Filipina 21 di RS tersier 1 24
0 di RS tersier 2

Ekuador 2004-2008 34,8 di 4 RS 32


Uruguay 2004-2008 71,0 di 5 RS 32
El Salvador 2004-2008 54,6 di 3 RS 32
Multicountry LMICs* 52 mendapat ACS saja 33
Mei 2010-Des 2011 18,1 mendapat ACS dan tokolitik

El Salvador, Ekuador, 70 - 97 Cakupan nakes yang memberikan 34


Uruguay, Meksiko. Tahun ACS
2004-2006
New York 2000-2002 80,4 Ibu yang mendapat ACS 35
55 2 jam setelah masuk RS
45 4 jam setelah masuk RS

Pensylvania July 2009-July 81,3 Mendapat minimal 1 dosis 36


2011 69,6 Mendapat 2 dosis lengkap
*LMICs = Low Middle Income Countries

Efek optimal ACS yaitu antara 24 jam sampai bila kelahiran terjadi antara 2-7 hari7. Akan
7 hari setelah pemberian pertama. Dalam tetapi dalam sebuah pedoman praktis
sebuah penelitian pada kehamilan kembar di dinyatakan bahwa pemberian ACS
Korea dilaporkan bahwa pemberian ACS mengurangi risiko kematian bayi meskipun
menurunkan kejadian RDS secara signifikan dilahirkan <24 jam sejak pemberian dosis

150
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

pertama, sayangnya belum diketahui berapa memberikan manfaat38.


jam interval yang diperlukan hingga ACS

Tabel 4 : Waktu dan Persentase Kelahiran setelah Pemberian ACS


Negara / tahun (%) Waktu kelahiran Referensi
Australia 1998-2004 53,7 < 34 minggu usia kehamilan 31
46,3 >34 minggu usia kehamilan
Belanda 2006 41 Dalam waktu 7 hari, median 11 hari 39
Median sd. 41 hari pada kasus VBL
Median 25 hari pada kasus intact membran
Median 8 hari pada kasus hipertensi
Lusaka, Zambia 68 <24 jam (ACS belum mencapai efek optimal) 25
2012
Multicountry LMICs 19 22-25 minggu usia kehamilan 33
24 35-36 minggu usia kehamilan

Prematuritas dan Penanganannya 183 juta rupiah, diperkirakan tahun 2014 bisa
mencapai 250 juta rupiah.
Perwakilan POGI menyampaikan bahwa
kelahiran prematur serta Bayi Berat Lahir Masalah penanganan kelahiran prematur
Rendah (BBLR) berkontribusi pada 31 persen berawal dari keterlambatan deteksi dan proses
kematian bayi baru lahir (neonatal mortality). rujukan sehingga menyebabkan keterlambatan
Bayi prematur mengalami banyak dalam penanganan di fasilitas yang memadai.
permasalahan kesehatan dari sejak lahir dan Oleh karena itu tata laksana penanganan
setelah dewasa yaitu bisa terjadi gangguan persalinan prematur (preterm) perlu dilakukan
pada berbagai sistem tubuh seperti paru, sejak pemeriksaan antenatal dengan mengobati
gastrointestinal, imunologi, saraf pusat, mata, infeksi menggunakan antibiotik jika terbukti
kardiovaskular, ginjal, endokrin dan mengalami bacterial vaginosis, kemudian
hematologi. Hal ini yang menyebabkan tocolysis untuk mencegah kontraksi sementara,
tingginya biaya dalam penanganan bayi pemberian pematangan paru dengan steroid
prematur. Menurut data dari negara maju dengan waktu 48 jam, transportasi ke tempat
(Amerika Serikat) biaya bayi sehat normal dengan pelayanan Neonatal Intensive Care
adalah $ 3.640 USD sedangkan biaya bayi Unit (NICU) yang memadai serta koreksi
prematur berkisar dari $ 8,032 (jika lahir penyebab berulangnya kontraksi. Dalam
prematur akhir) hingga $59,320 (jika sangat rangka menilai risiko kejadian lahir prematur
prematur) dan $63,877 (jika BBLR). Untuk telah dikembangkan kalkulator risiko preterm.
data di Indonesia, estimasi biaya akibat
persalinan preterm selama periode 1 bulan Faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan
setelah lahir di perawatan Perinatologi Rumah pemberian ACS dapat dilihat dari faktor
Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo umum, faktor tenaga kesehatan serta faktor
(RSCM) pada tahun 2010 berkisar antara 153- pengguna (pasien).

151
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

Tabel 5 : Faktor Penghambat dalam Pemberian ACS


Faktor Hambatan Referensi
Umum - Pendeknya jangka waktu antara admisi ke RS dan 25,32,35,40,41
kelahiran
- kelahiran prematur karena perdarahan atau kelahiran
spontan
- usia kehamilan yang mendekati batas usia pemberian
ACS
- kurangnya pemeriksaan saat kehamilan (ANC)
- kurangnya ketersediaan ACS di RS dan puskesmas
- tidak ada nakes yang bisa memberikan

Tenaga - tidak memiliki pengetahuan yang cukup dan benar 25,34


Kesehatan mengenai ACS
- lupa meresepkan ACS
Pasien - Kondisi sosioekonomi rendah 34,41
- Usia antara 14-24 tahun
- Perokok
- Kurang informasi yang benar
- Hambatan ekonomi
- Takut mendapatkan ACS

Perwakilan IDAI memaparkan tentang Golden di puskesmas pemberian ACS belum pernah
Hour in Neonatology yaitu Periode waktu dari dilakukan. Permasalahan utama adalah belum
saat dilahirkan sampai sampai ke NICU dan ada peraturan yang menyatakan kewenangan
upaya memfasilitasi proses transisi pada tersebut, serta belum ada pedoman standar
kehidupan di luar rahim, terutama untuk bayi tertulis untuk pelaksanaannya.
berat lahir rendah (gestasi < 32 mgg; BL <
1500 g). Hal yang penting dalam pencegahan Peran Bidan dalam Pemberian ACS
komplikasi yaitu mulai dari identifikasi ibu
hamil yang berisiko, sistem rujukan Subdit Bina Pelayanan Kebidanan
regionalisasi dari pelayanan kesehatan dasar memaparkan tentang peran bidan dalam
ke rujukan level yang lebih tinggi (yang pelayanan kesehatan. Bidan memiliki 9
memiliki perawatan neonatal), optimalisasi kompetensi sesuai dengan Kepmenkes
penanganan saat golden hour, advokasi 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
organisasi profesi untuk pelaksanaan standing Profesi Bidan. Pelayanan kesehatan ibu hamil
order serta AMP (Audit Maternal Perinatal). dan bayi merupakan salah satu tugas bidan
Hal yang ditekankan adalah pemahaman yang dapat dilakukan secara mandiri,
bahwa pemberian ACS bukan satu-satunya kolaborasi, konsultasi dan rujukan.
upaya untuk mencegah komplikasi pada bayi Berdasarkan data yang dipaparkan dari Survey
prematur, tetapi harus ada penanganan yang Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012
komprehensif. Pada prinsipnya ketika terjadi (SDKI 2012) ternyata Angka Kematian Bayi
kemungkinan kelahiran prematur maka (AKB) masih tinggi yaitu 32/1.000 kelahiran
diupayakan agar bayi tidak lahir kemudian hidup, yang setara dengan sekitar 387
dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki kematian bayi per hari. Berdasarkan data
fasilitas memadai. Yang dimaksud dengan Riskesdas pelayanan ANC ke bidan
standing order dalam hal ini adalah dokumen menempati porsi tertinggi yaitu sebesar hampir
tertulis yang berisi kebijakan, prosedur dan 70 persen dari seluruh kunjungan ANC di
perintah untuk memberikan ACS dari dokter Indonesia.
kepada tenaga kesehatan lain terutama bidan
pada kondisi-kondisi tertentu. Dokter salah Perwakilan IBI menyampaikan peran bidan
satu puskesmas di Jakarta menyatakan bahwa dalam pelayanan kesehatan perempuan dan

152
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

anak. Dalam penanganan prematuritas, peran penanganan bayi prematur sangat besar yaitu
bidan lebih banyak ke pencegahan terjadinya sekitar 153-183 juta rupiah untuk perawatan 1
persalinan prematur yang tertuang dalam bulan pada tahun 2010.
tujuan asuhan kehamilan yaitu memantau
perkembangan kehamilan, meningkatkan dan ACS diberikan pada ibu dengan usia
mempertahankan kesehatan ibu dan janinnya, kehamilan 24-34 minggu yang terdeteksi
mengenali secara dini ketidaknormalan/ memiliki resiko melahirkan bayi prematur,
komplikasi kehamilan dan tindakan segera seperti pada kasus ekslampsia, ketuban pecah
serta mempersiapkan persalinan cukup bulan. dini dan infeksi menular seksual serta infeksi
IDAI menyinggung peran bidan dalam lain khususnya bacterial vaginosis. Pemberian
pemberian ACS, seharusnya tidak menjadi injeksi ACS pada ibu dengan kehamilan
kewenangan bidan. Bidan adalah pihak yang beresiko melahirkan prematur bertujuan
mendeteksi dan melakukan proses rujukan. membantu mematangkan paru-paru bayi
Akan tetapi, pada kondisi-kondisi tertentu sehingga menekan kejadian Respiratory
dipertimbangkan pemberian ACS tetapi harus distress syndrome (RDS). Pada ibu hamil
merupakan satu paket terpadu dengan upaya cukup bulan resiko RDS lebih rendah karena
pencegahan komplikasi serta memperpanjang sudah ada pembentukan kortisol. Pada bayi
kehamilan dengan pemberian tokolitik. prematur, RDS terjadi karena defisiensi
surfaktan yang dapat dipercepat
PEMBAHASAN pembentukannya melalui pemberian kortisol
yang berasal dari kortikosteroid. Pemberian
Prematuritas dan berat badan lahir rendah ACS merupakan intervensi yang dapat
(BBLR) merupakan penyebab utama kematian dilakukan pada saat kehamilan, sedangkan
bayi neonatal di dunia yaitu sebesar 31 persen, intervensi lain baru dapat dilakukan setelah
diikuti oleh infeksi (25%), asfiksia dan trauma bayi lahir. Pada bayi yang lahir prematur,
(23%) sedangkan neonatal tetanus hanya upaya mengurangi resiko RDS adalah dengan
berkontribusi 3,4 persen42. Berdasarkan data memberikan surfaktan melalui injeksi bolus
Lancet Neonatal Survival Steering Team intratrakeal43. Selain itu penanganan bayi
setiap tahun terjadi 4 juta kematian neonatal di prematur lain yang perlu dilakukan adalah
dunia dan sekitar 1,1 juta terjadi karena dengan perawatan metode kangguru (PMK).
kelahiran premature. Sekitar 75 persen Manfaat ACS mencapai 50 persen dalam
kematian terjadi pada minggu pertama (0-7 menurunkan kematian bayi neonatal,
hari) dan hampir 99 persen terjadi di negara menurunkan kejadian RDS, intraventricular
berpenghasilan rendah dan menengah. hemorrhagic (IVH), Necrotizing Enterocolitis
Penyebab utama yaitu kelahiran prematur (NEC) dan infeksi sistemik21. Berdasarkan
(28%), infeksi berat (26%), and asfiksia (23%) review Cochrane, pemberian ACS
sedangkan tetanus neonatal hanya menurunkan kematian neonatal sebesar 31
berkontribusi 7 persen13. Angka kematian bayi persen dan menurunkan kejadian RDS 34
(AKB) berdasarkan Survey Demografi persen. Analisis di negara berpenghasilan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yaitu menengah menunjukkan hasil lebih tinggi
32 per 1000 kelahiran hidup dan angka yaitu menurunkan 53 persen kematian dan 37
kematian neonatal 19/1000 kelahiran hidup persen kesakitan. Terapi ACS dapat
sehingga kematian neonatal berkontribusi pada menyelamatkan hampir 500.000 bayi per tahun
60 persen kematian bayi. Pada tahun 2012 atau sekitar 40 persen (pada rentang 25-52%)
diperkirakan terjadi 95.301 kematian dari kematian neonatal44,45.
neonatal3,20. Berdasarkan data Riskesdas 2007
proporsi kematian bayi pada kelompok umur Penggunaan ACS telah terbukti efektif
0-7 hari menurut Riskesdas 2007 disebabkan berdasarkan studi penggunaannya pada hewan
antara lain oleh gangguan/ kelainan pernafasan yang dilaporkan oleh Howie dan Liggins sejak
35,9 persen dan prematuritas 32,3 persen10. tahun 1969. Sejak itu penelitian tentang ACS
Bayi prematur memiliki kerentanan terus berlangsung sampai saat ini untuk
mengalami gangguan pernafasan. Dalam memaksimalkan penggunaannya. Hasil
jangka pendek maupun jangka panjang bayi penelitian yang telah dilakukan merupakan
yang lahir prematur cenderung mengalami jalan untuk dilakukannya penelitian lain atau
berbagai masalah kesehatan. Selain itu biaya pengembangan alat analisis lain seperti

153
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

Cochrane Collaboration, pengembangan tersebut. Pemberian ACS sangat membantu


pedoman klinis, National Institutes of Health penanganan lebih lanjut ketika pasien dirujuk
Consensus Conference, dan berbagai proyek dan persalinan prematur terjadi. Terlepas dari
implementasi di Inggris. Berbagai hasil interval waktu efektivitasnya, pemberian ACS
sistematik review dan meta analisis mengenai sebaiknya tetap diberikan jika masih
ACS juga banyak ditemukan46. memungkinkan meskipun waktunya kelahiran
diduga terjadi dalam waktu dekat dengan tetap
Efektivitas ACS terbukti di negara memberikan tokolitik terlebih dahulu. Jika
berpenghasilan menengah ke atas yang keadaan tidak membaik dan persalinan diduga
mempunyai fasilitas RS dan neonatal care akan terjadi maka proses merujuk dapat
yang memadai sedangkan di negara dilakukan segera tetapi jika tidak ada gejala
berpenghasilan menengah ke bawah (LMIC) lanjutan dapat dilakukan rawat jalan dengan
baik di RS apalagi di faskes lain yang berbasis tetap memberikan ACS sesuai dosisnya
komunitas belum ditemukan hasil studi sampai lengkap satu seri. Pemberian tokolitik
mengenai efektivitas dan efikasinya. Cakupan dan ACS hanya merupakan bagian dari upaya
ACS di negara-negara LMIC masih sangat komprehensif persalinan prematur, tetapi
rendah meskipun sebagian besar kematian bayi penanganan lebih lanjut terhadap bayi yang
terjadi di negara-negara tersebut 47. Salah satu lahir prematur tetap harus dilakukan sedapat
masalah penting penyebab kegagalan cakupan mungkin di fasilitas yang memadai untuk
pemberian ACS yaitu pendeknya waktu antara mengurangi mortalitas dan morbiditas bayi
masuk RS dengan kelahiran, sebesar 73 persen prematur.
dari 79 orang pasien yang tidak mendapat
ACS ternyata yang melahirkan kurang dari 2 Perwakilan organisasi profesi menyepakati
jam36. Di negara maju, selain cakupan yang bahwa peran bidan adalah sebagai
tinggi, interval pemberian ACS diupayakan caregiver. Dalam beberapa hal bidan telah
sesegera mungkin. Di Pensylvania interval diberikan kewenangan untuk melakukannya
waktu observasi sampai pemberian ACS yaitu sendiri, seperti pemberian urotonik (obat yang
rata-rata 2,6 jam dan direkomendasikan untuk meningkatkan kontraksi rahim) dan MgSO4
sesingkat mungkin37. untuk penanganan kasus ibu hamil dengan
preeklampsia. Fungsi caregiver lebih kepada
Dalam pertemuan dengan organisasi profesi upaya promotif preventif serta asuhan
disepakati bahwa pemerian ACS perlu persalinan normal sehingga pemberian obat
dilakukan sebagai upaya menurunkan khususnya tokolitik dan ACS hanya dapat
kematian bayi neonatal. Dalam hubungan dilakukan sebagai standing order dari dokter.
dengan pelaksanaan program Jaminan Berdasarkan data Riskesdas 2013 tenaga
Kesehatan Nasional yang menitikberatkan kesehatan yang paling banyak memberikan
pada fungsi pelayanan di fasilitas kesehatan pelayanan ANC adalah bidan (88%) dan
primer, maka perlu penguatan sistem tempat pelayanan ANC tertinggi yaitu di
pelayanan kesehatan dasar dalam hal ini praktik bidan (52,5%)48. Perwakilan organisasi
puskesmas. Tenaga kesehatan di puskesmas profesi menyepakati bahwa pemberian
terutama dokter dan bidan harus ditingkatkan tokolitik dan ACS tidak termasuk dalam
kompetensinya dalam penanganan kewenangan bidan sehingga pihak IBI sendiri
prematuritas termasuk dalam pemberian keberatan dengan pemberian ACS. Akan tetapi
tokolitik dan ACS. Hal ini dapat dilakukan hal ini perlu dipertimbangkan untuk daerah
dengan pelaksanaan on the job training untuk yang tidak memiliki dokter serta memiliki
dokter puskesmas di Rumah Sakit dalam kendala jarak maupun sistem transportasi ke
penanganan persalinan prematur, sehingga fasilitas kesehatan rujukan yang memadai.
terlatih melakukan penanganan ketika di Dalam hal ini peran bidan menjadi sangat
Puskesmas. Hal ini akan sangat membantu penting. Perluasan kewenangan bidan ke arah
memudahkan perawatan lanjutan ibu ketika pemberian tokolitik dan ACS perlu
sampai di Rumah Sakit. dipertimbangkan dengan mengambil contoh
dari kewenangan pemberian urotonik (injeksi
Pemberian ACS merupakan bagian standar oksitosin) serta injeksi MgSO4.
kompetensi dokter sehingga dapat dilakukan di Berdasarkan data kebijakan yang ada, masih
puskesmas atas perintah dokter puskesmas belum ditemukan adanya kebijakan berupa

154
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

pedoman yang secara spesifik menjelaskan dukungan kebijakan yaitu memasukkan


dengan tegas kewenangan tenaga kesehatan indikasi kortikosteroid untuk pematangan paru
dalam pemberian ACS. Payung hukum yang dalam Formularium nasional atau Daftar Obat
ada masih lemah, hal ini dapat dilihat dari Esensial Nasional disertai dengan menjamin
kurangnya pemahaman tenaga kesehatan ketersediaan kortikosteroid sampai ke fasilitas
khususnya dokter di fasilitas kesehatan dasar kesehatan dasar. Mengingat masih lemahnya
baik dalam hal kewenangannya dalam kekuatan hukum pemberian ACS yaitu baru
pemberian ACS maupun dalam pelaksanaan sebatas tertulis dalam buku saku tetapi belum
operasionalnya. Demikian pula berdasarkan jelas implementasi dan pembagian
data diketahui bahwa pemberian ACS di kewenangannya maka pemberian ACS perlu
tingkat rumah sakit juga masih rendah dimasukkan ke dalam Permenkes sebagai
dibandingkan yang membutuhkan, dalam hal bagian dari standar pelayanan di puskesmas.
ini terjadi unmet need. Mengingat kondisi Sebagai konsekuensi implementasi kebijakan
seperti ini maka target yang ingin dicapai tersebut perlu monitoring dan evaluasi
dalam RAN KN masih sulit untuk dicapai pemberian ACS di Rumah Sakit dan
tanpa adanya perbaikan yang menyeluruh. Puskesmas. Diperlukan pedoman mengenai
Paket Komprehensif Penanganan Prematuritas
di Fasilitas Kesehatan yang dibuat pada tingkat
KESIMPULAN
pusat sebagai golden standard dan bisa
Berdasarkan data Riskesdas 2007 prematuritas diterjemahkan dalam pedoman teknis di
menyebabkan 32,4 persen kematian bayi pada tingkat internal RS maupun puskesmas.
kelompok umur 0-6 hari setelah gangguan/ Pedoman memuat upaya deteksi dini
kelainan pernafasan (35,9%). Gangguan kemungkinan terjadinya komplikasi kehamilan
pernafasan termasuk masalah kesehatan yang yang bisa berakibat pada kelahiran prematur
banyak dialami bayi prematur. Dalam jangka disertai kalkulasi risiko prematuritas. Dalam
pendek maupun jangka panjang bayi yang hal kehamilan yang diduga berakhir dengan
lahir prematur cenderung mengalami berbagai kelahiran prematur maka pemberian ACS
masalah kesehatan dan memerlukan biaya harus diberikan setelah tokolitik dan
penanganan yang besar terutama pada masa dilanjutkan dengan proses rujukan ke fasilitas
awal kelahirannya. Kehamilan yang berisiko kesehatan yang menunjang untuk merawat
prematur dapat ditangani dengan pelayanan bayi prematur. Urgensi paket komprehensif
komprehensif yaitu pencegahan infeksi, penanganan prematuritas perlu disosialisasikan
perpanjangan kehamilan dengan pemberian di Rumah Sakit dan Puskesmas disertai
tokolitik serta pematangan paru dengan ACS pelatihan untuk dokter umum dan bidan,
dilanjutkan dengan proses rujukan bila terutama di UGD. Dalam implementasinya
kehamilan diduga berakhir dengan persalinan perlu peningkatan kompetensi tenaga
preterm. Pemberian ACS telah terbukti kesehatan khususnya dokter umum dan bidan
memberikan manfaat terhadap penurunan melalui kegiatan on job training bagi dokter
kejadian gangguan pernafasan bayi yang lahir dan bidan puskesmas serta penelitian
prematur dan tidak menyebabkan efek operasional yang terkait
samping merugikan bagi ibu. Penanganan
harus merupakan satu paket lengkap dengan Ucapan Terima Kasih
sistem rujukan ke fasilitas kesehatan yang
memadai untuk menangani bayi yang lahir Kami mengucapkan terima kasih pada anggota
prematur. tim dari Direktorat Kesehatan Anak (dr.
Lovely Daisy, MKM) dan dari Direktorat
SARAN Kesehatan Ibu (dr. Wira Hartiti M. Epid) serta
seluruh narasumber dalam pertemuan yaitu dr.
Dalam Rencana Aksi Nasional Kesehatan Masfar Salim, SpFK (IDI), dr. Totok (IDAI),
Neonatal (RAN KN), ACS tertuang sebagai dr. Ali Sungkar (POGI), Ibu Sri
salah satu indikator untuk menurunkan angka Poerwaningsih, SKM.,M.Kes (Subdit Bina
kematian neonatal. Pelayanan Kebidanan), Ibu Indra Supradewi
Dalam upaya mencapai target tersebut maka (IBI) dan perwakilan dari Puskesmas Palmerah
diperlukan dukungan yang menyeluruh dalam yang telah memberikan informasi dan
berbagai aspek. Di tingkat pusat diperlukan rekomendasi.

155
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

DAFTAR PUSTAKA Where? Why? The lancet.


2005;365(9462):891-900.
1. Stalker P. Millenium Development Goals. 14. Liberati A, Altman DG, Tetzlaff J, Mulrow C,
Jakarta: Kementerian Negara Perencanaan Gtzsche PC, Ioannidis JPA, et al. The
Pembangunan Nasional, 2008. PRISMA statement for reporting systematic
2. Rencana Strategis Kementrian Kesehatan reviews and meta-analyses of studies that
Tahun 2015-2019 (2015). evaluate healthcare interventions: explanation
3. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia and elaboration. Bmj. 2009;339.
2012 Badan Kependudukan dan Keluarga 15. Peraturan Menteri Kesehatan no
Berencana Nasional,Badan Pusat Statistik, 1464/Menkes/Per/X/2010 tentang ijin dan
Kementerian Kesehatan, MEASURE DHS, penyelenggaraan praktek bidan, PMK
2013 1464/Menkes/Per/X/2010 (2010).
4. Angka Kejadian Kelahiran Prematur di 16. Kepmenkes No. 369 Tahun 2007 tentang
Indonesia dan Dunia. Grow up clinic; 2012 Standar Profesi Bidan, (2007).
[cited 2014 28 March]; Available from: 17. Kepmenkes no 938/Menkes/SK/VIII/2007
http://prematurenicu.wordpress.com/2012/12/ tentang standar asuhan kebidanan, (2007).
08/angka-kejadian-kelahiran-prematur-di- 18. Keputusan Direktur Jenderal Bina Upaya
indonesia-dan-dunia/. kesehatan no HK. 02.03/II/1911/2013 tentang
5. Premature Babies [cited 2015 29 September]. Pedoman Penyelenggaraan Puskesmas
Available from: Mampu Pelayanan Obstetri Neonatal
https://www.nlm.nih.gov/medlineplus/premat Emergensi Dasar, (2013).
urebabies.html. 19. KKI. Standar Kompetensi Dokter Indonesia.
6. 24% of all preterm births are in India. India: Jakarta: Konsil Kedokteran Indonesia; 2012
save the children; 2012 [cited 2014 28 Maret]; 20. Kemenkes, WHO, POGI, IBI. Buku Saku
Available from: Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas
http://health.india.com/news/24-of-all- Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta:
preterm-births-are-in-india-save-the-children/. Kemenkes; 2013.
7. Beck S, Wojdyla D, Say L, Betran AP, 21. Kemenkes. Rencana Aksi Nasional Kesehatan
Merialdi M, Requejo JH, et al. The worldwide Neonatal. 2014.
incidence of preterm birth: a systematic 22. Roberts D, Dalziel S. Antenatal
review of maternal mortality and morbidity. Corticosteroids for Accelerating Fetal Lung
Bulletin of the World Health Organization. Maturation for Women at Risk pf Preterm
2010;88:31-8. Epub 25 September 2009. Birth. Cochrane Database of Systematic
8. WHO. Preterm birth. [updated November Reviews 2006;Issue 3. Art. No.: CD004454.
2013; cited 2014 28 Maret]; Available from: DOI: 10.1002/14651858.CD004454.pub2.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs 23. Cosmi EV, Bevilacqua G, Maranghi L,
363/en/. Anceschi MM. The policy of antenatal
9. Kaban RK. Seputar Kesehatan Anak :Salah corticosteroid administration in Italy vs. other
Satu Penanganan Bayi Prematur yang Perlu European countries. The Journal of Maternal
Diketahui. Kompas; 2014 [cited 2014 28 Fetal and Neonatal Medicine 2004;16(S2):1
March]; 4 maret 2014:[Available from: 3.
http://idai.or.id/public-articles/seputar- 24. Pattanittum P, Ewens MR, Laopaiboon M,
kesehatan-anak/salah-satu-penanganan-bayi- Lumbiganon P, McDonald SJ, Crowther CA,
prematur-yang-perlu-diketahui.html et al. Use of Antenatal Corticosteroids Prior to
10. Balitbangkes. Laporan Nasional Riset Preterm Birth in Four South East Asian
Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Jakarta : Countries within the SEA-ORCHID project.
Badan Litbang Kesehatan, Kemenkes RI, BMC pregnancy and childbirth. 2008;8(47).
2008. 25. Mwiche A. The Use of Antenatal
11. Newsletter. Peluncuran E M A S Expanding Corticosteroids and Outcomes of Premature
Maternal and Newborn Survival" Jakarta: Neonates at The University Teaching
Direktorat Jenderal Bina Gizi dan KIA, Hospital, Lusaka, Zambia. Lusaka: University
Kemenkes, 2012. of Zambia; 2013.
12. Koniyo MA, Hakim BA, Arsin AA. 26. Crowther CA, McKinlay CJ, Middleton P,
Determinan Kejadian Kelahiran Bayi Harding JE. Repeat doses of prenatal
Prematur di RSUD Prof. DR. H. ALoei Saboe corticosteroids for women at risk of preterm
Kota Gorontalo. Jurnal Masyarakat birth for improving neonatal health outcomes
Epidemiologi Indonesia. 2013;1(3):229-32. Cochrane Database of Systematic Reviews
13. Lawn JE, Cousens S, Zupan J. Neonatal 2011;Issue 6. Art. No.: CD003935.DOI:
Survival 1. 4 million neonatal deaths: When? 10.1002/14651858.CD003935.pub3.

156
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

27. Crowther CA, Aghajafari F, Askie LM, 36. Chandrasekaran S, Srinivas SK. Antenatal
Asztalos EV, Brocklehurst P, Bubner TK, et corticosteroid administration: understanding
al. Repeat prenatal corticosteroid prior to its use as an obstetric quality metric.
preterm birth: a systematic review and American journal of obstetrics and
individual participant data meta-analysis for gynecology. 2014;210:143.e1-7.
the PRECISE study group (prenatal repeat 37. Kuk J-Y, An J-J, Cha H-H, Choi S-J, Vargas
corticosteroid international IPD study group: JE, Oh S-y, et al. Optimal time interval
assessing the effects using the best level of between a single course of antenatal
evidence) - study protocol. Systematic corticosteroids and delivery for reduction of
reviews. 2012;1:12. Epub 2012/05/17. respiratory distress syndrome in preterm
28. Aghajafari F, Murphy K, Willan A, Ohlsson twins. American journal of obstetrics and
A, Amankwah K, Matthews S, et al. Multiple gynecology. 2013;209:256.e1-7.
courses of antenatal corticosteroids: A 38. Miracle X, Renzo GCD, Stark A, Fanaroff A,
systematic review and meta-analysis. Estrany XC, Saling E. Guideline for The Use
American journal of obstetrics and of Antenatal Corticosteroids for Fetal
gynecology. 2001;185(5):1073-80. maturation (recommendations and guidelines
29. Brownfoot F, Crowther C, Middleton P. for perinatal practice). J Perinat Med.
Different Corticosteroids and Regimens for 2008;36:1916.
Accelerating Fetal Lung Maturation for 39. Vis JY, Wilms FF, Kuin RA, Reuvers JM,
Women at Risk of Preterm Birth. Cochrane Stam MC, Pattinaja DAPM, et al. Time to
Database of Systematic Reviews. 2008;Issue Delivery after the First Course of Antenatal
4. Art. No.: CD006764. DOI: Corticosteroids: A Cohort Study. American
10.1002/14651858.CD006764.pub2. journal of perinatology. 2011;9(28):683-8.
30. Peltoniem OM, Kari MA, Hallman M. 40. Gupta S, Ramin SM, Tyson JE, Lucas M,
Repeated antenatal corticosteroid treatment: a Vidaeff AC. Factors related to corticosteroid
systematic review and meta-analysis. Nordic utilization in preterm birth. American journal
Federation of Societies of Obstetrics and of perinatology. 2011;28(5):413-8. Epub
Gynecology 2011;90 719-27. 2011/03/08.
31. Polyakov A, Cohen S, Baum M, Trickey D, 41. Burguet A, Ferdynus C, Thiriez G, Bouthet
Jolley D, Wallace EM. Patterns of antenatal M-F, Kayemba-Kaysd S, Sanyas P, et al. Very
corticosteroid prescribing 1998-2004. The preterm birth: who has access to antenatal
Australian & New Zealand journal of corticosteroid therapy? Paediatric and
obstetrics & gynaecology. 2007;47(1):42-5. perinatal epidemiology. 2010;24:6374.
Epub 2007/01/31. 42. WHO. The Global Burden of Disease : 2004
32. Riganti AA, Cafferata ML, Althabe F, Update. Switzerland: WHO, 2008.
Gibbons L, Segarra JO, Sandoval X, et al. Use 43. Nur A, Etika R, M.Damanik S, Indarso F,
of Prenatal Corticosteroids for Preterm Birth Harianto A. Pemberian Surfaktan pada Bayi
in Three Latin America. International Journal Prematur dengan Respiratory Distress
of Gynecology and Obstetrics 2010 108 527. Syndrome: Fakultas Kedokteran Unair; 2007
33. Vogel JP, Souza JP, Glmezoglu AM, Mori [cited 2015 September 28]. Available from:
R, Lumbiganon P, Qureshi Z, et al. Use of old.pediatrik.com/buletin/06224113905-
antenatal corticosteroids and tocolytic drugs 76sial.pdf.
in preterm births in 29 countries: an analysis 44. Darmstadt GL, Bhutta ZA, Cousens S, Adam
of the WHO Multicountry Survey on Maternal T, Walker N, Bernis Ld, et al. Neonatal
and Newborn Health. The Lancet. 2014. Epub Survival 2. Evidence-based, cost-effective
August 13, 2014 interventions: how many newborn babies can
34. Aleman A, Cafferata ML, Gibbons L, Althabe we save? . The lancet. 2005;365(9463):977-
F, Ortiz J, Sandoval X, et al. Use of antenatal 88.
corticosteroid s for preterm birth in Latin 45. Kambafwile JM, Cousens S, Hansen T, Lawn
Africa : providers, knowledge, attitudes and JE. Antenatal Steroids in Preterm Labour for
practice. Reproductive Health Matters. The Prevention of Perinatal Deaths Due to
2013;10(4). Complications of Preterm Birth. International
35. Howell EA, Stone J, Kleinman LC, Inamdar journal of epidemiology. 2010;39:i122i33.
S, Matseoane S, Chassin MR. Approaching 46. Hanneya S, Mugford M, Grant J, Buxton M.
NIH Guideline Recommended Care for Assessing the Benefits of Health Research :
MaternalInfant Health: Clinical Failures to Lessons from Research into the Use of
Use Recommended Antenatal Corticosteroids. Antenatal Corticosteroids for Prevention
Maternal and child health journal. Neonatal Respiratory Distress Syndrome.
2010;14:4306. Social Science & Medicine 2005;60 93747.

157
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)

47. McClure EM, Graft-Johnson Jd, Jobe AH, International Journal of Gynecology and
Wall S, Koblinsky M, Moran A, et al. A Obstetrics 2011;115 2159.
conference report on prenatal corticosteroid 48. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar
use in low- and middle-income countries. (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Litbang
Kesehatan Kemenkes RI, 2013.

158

You might also like