Professional Documents
Culture Documents
Abstract
Background: Premature birth among others is a main cause of infant death due to complication
caused by respiratory distress syndrome (RDS). The administration of antenatal corticosteroid (ACS)
is an effective intervention to prevent RDS.
Objective: To obtain the information about the existing regulation, benefit and disadvantage of ACS,
and the recommendation from related professional organization.
Method: Data were collected by searching existing regulations, references online to make a
systematic review and discussion with informants from involved professional organizations.
Results: The existing regulations have not served as legal basis for ACS administration and the
technical procedures were not yet available. ACS has been proven as beneficial in fetal lung
maturation process thus reducing complication risk of premature infants with no serious complication
for mother. The administration of ACS must be conducted by health providers as a comprehensive
package started from early detection process, tocolitic administration, ACS administration and
followed by referring to proper health facility. Both health providers knowledge and competency
either in hospitals and public health cares should be improved and supported by adequate regulation.
Conclusion: The enhancement of ACS coverage requires supporting regulations from the government
and the roles of professional organizations as well as health providers.
Abstrak
Latar Belakang: Kelahiran prematur merupakan salah satu penyebab utama kematian bayi terkait
dengan komplikasi yang terjadi khususnya sindrom gagal nafas. Pemberian antenatal corticosteroid
(ACS) merupakan intervensi yang efektif untuk mencegah gangguan pernafasan pada bayi prematur.
Cakupan pemberian ACS diperkirakan hanya 10 persen dari yang membutuhkan.
Tujuan: Kajian ini dilakukan untuk mengumpulkan data mengenai kebijakan, manfaat dan kerugian
ACS, serta rekomendasi berbagai organisasi profesi terkait pemberian ACS.
Metode: Data dikumpulkan melalui penelusuran data kebijakan, penelusuran literatur secara online
untuk dibuat telaah secara sistematik serta pertemuan dengan narasumber dari organisasi profesi
terkait.
Hasil: Kebijakan yang sudah ada belum menjadi landasan hukum pemberian ACS dan belum ada
prosedur teknis pelaksanaannya. ACS terbukti bermanfaat untuk membantu pematangan paru-paru
pada janin sehingga mengurangi risiko komplikasi pada bayi prematur dan tidak memberikan
komplikasi yang serius pada ibu. Pemberian ACS harus dilakukan sebagai satu paket komprehensif
oleh tenaga kesehatan yang meliputi proses deteksi dini, pemberian tokolitik, pemberian ACS dan
diikuti dengan rujukan ke fasilitas yang memadai. Pemahaman dan kompetensi tenaga kesehatan baik
di rumah sakit maupun puskesmas perlu ditingkatkan dan didukung dengan peraturan yang memadai.
Kesimpulan: Peningkatan cakupan pemberian ACS memerlukan dukungan kebijakan pemerintah
serta peran organisasi profesi dan tenaga kesehatan.
Naskah masuk: 24 Maret 2015 Review: 20 Mei 2015 Disetujui terbit: 20 November 2015
145
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
146
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
peran tenaga kesehatan dalam pemberian perspektif medis, perwakilan IDAI dan POGI
antenatal corticosteroids (ACS), manfaat dan memaparkan urgensi pemberian ACS dari
kerugian pemberian ACS, serta rekomendasi perspektif anak dan ibu, perwakilan IBI dan
organisasi profesi terkait pelaksanaan subbid Bina Pelayanan Kebidanan
pemberian ACS untuk ibu hamil yang berisiko memaparkan peran bidan secara umum
melahirkan prematur. Makalah ini merupakan sedangkan puskesmas memaparkan tentang
hasil kajian yang dilakukan di Pusat Teknologi kendala dalam pemberian ACS. Pertemuan
Intervensi Kesehatan Masyarakat, Badan diakhiri dengan diskusi mengenai rekomendasi
Litbang Kesehatan pada tahun 2014. profesi terkait peran tenaga kesehatan dalam
pemberian ACS khususnya bidan.
METODE
Data berupa produk kebijakan dianalisis secara
Kajian dilakukan dengan cara penelusuran kualitatif untuk mengetahui kebijakan-
referensi dan pertemuan dengan narasumber. kebijakan yang terkait secara langsung
Penelusuran referensi meliputi data kebijakan maupun tidak langsung dengan peran tenaga
yang terkait dengan pemberian kortikosteroid kesehatan dalam pemberian ACS. Data hasil
yang bersumber dari data kemenkes berupa penelusuran referensi dianalisis untuk
permenkes ataupun pedoman. Penelusuran di menghasilkan telaah sistematik. Analisis
perpustakaan Universitas Indonesia (UI) dilakukan menggunakan diagram alir Prisma
dilakukan untuk mencari hasil penelitian dan Ceklis Prisma dengan penyederhanaan
(skripsi, tesis dan disertasi) maupun jurnal- pada formulir ceklis yaitu hanya berisi data
jurnal hasil penelitian. Penelusuran dilakukan judul, metode, lokasi dan waktu, sampel,
menggunakan kata kunci antenatal, intervensi dan hasil14. Hasil formulir ceklis
kortikosteroid dan prematur. Berdasarkan hasil dikelompokkan untuk memperoleh data
penelusuran, tidak ditemukan data penelitian temuan umum mengenai perkembangan
berbahasa Indonesia yang terkait langsung pemberian ACS, urgensinya serta keuntungan
dengan pemberian antenatal kortikosteroid. dan kerugiannya. Data hasil pertemuan diolah
Penelusuran secara online dilakukan melalui secara kualitatif pengolahan dengan metode
Scopus, Sage, Science Direct, Springer, Ebsco, thematic analysis. Hasil telaah sistematik
Google scholar, end note serta dari web UI disandingkan dengan hasil pertemuan menurut
dengan metode pencarian langsung. tema yang sama yaitu metode pemberian ACS,
Pembatasan yang digunakan adalah kata kunci keuntungan dan kerugiannya serta hambatan
antenatal corticosteroid dan ACS serta dalam implementasi pemberian ACS. Hasil
pembatasan tahun mulai dari tahun 2004-2014. pertemuan juga menjadi bahan penyusunan
rekomendasi terkait pemberian ACS oleh
Pertemuan berupa Roundtable Discussion tenaga kesehatan. Pada gambar 1 adalah alur
(RTD) dilakukan untuk melengkapi hasil pemilihan referensi yang digunakan untuk
telaah sistematik serta memperoleh informasi telah sistematik.
mengenai pendapat dan rekomendasi
organisasi profesi terkait peran tenaga
HASIL
kesehatan khususnya bidan dalam pemberian
antenatal kortikosteroid. Pertemuan
mengundang narasumber dari Ikatan Dokter Kebijakan terkait Pemberian ACS
Indonesia (IDI), Ikatan Dokter Anak Indonesia Kebijakan yang dianalisis terutama mengacu
(IDAI), Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi pada peraturan atau pedoman yang terkait
Indonesia (POGI), Ikatan Bidan Indonesia langsung dengan pemberian ACS dan regulasi
(IBI), Subbid Bina Pelayanan Kebidanan yang menyangkut peran bidan mengingat
Kemenkes dan Puskesmas di Jakarta. Dalam pentingnya peran bidan dalam penanganan
pertemuan dilakukan pemaparan hasil analisis kehamilan dan persalinan. Peraturan yang
kebijakan oleh tim kajian dilanjutkan dengan terkait dengan pemberian ACS dan tenaga
pemaparan dari masing-masing narasumber kesehatan terdiri dari Undang-undang,
mengenai pemberian antenatal kortikosteroid Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes),
sesuai dengan perannya masing-masing. Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmenkes)
Perwakilan IDI memaparkan tentang sampai ke buku saku dan rencana strategis
keuntungan dan kerugian pemberian ACS dari sebagai berikut :
147
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
Buku Saku pelayanan di fasilitas kesehatan tertulis tentang pemberian tokolitik (obat untuk
dasar dan rujukan20 menghentikan kontraksi rahim) dan ACS tetapi secara
khusus tidak disebutkan siapa yang melakukan dan tidak
disebutkan kewenangan tenaga kesehatan
Rencana Aksi Nasional Kesehatan Neonatal Target tahun 2025 untuk angka kematian neonatal (AKN)
(RAN-KN) 21 adalah 9 per 1000 kelahiran hidup salah satunya dengan
pemberian ACS. Target peningkatan cakupan pemberian
ACS untuk ibu hamil yang berisiko melahirkan bayi
prematur sebesar 75 persen di fasilitas kesehatan.
148
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
Pemberian ACS pada umumnya diberikan melahirkan bayi prematur seperti pada
pada kasus-kasus rupture membrane atau preeklampsia, KPD, dan Infeksi Menular
Ketuban Pecah Dini (KPD) dan Seksual (IMS)21.
preeklampsia22,23. Intervensi klinis yang
diperlukan antara lain penanganan risiko Berbagai penelitian mengenai pengaruh
persalinan prematur dengan pemberian satu pemberian ACS berdasarkan jenis obat, dosis
paket tunggal ACS untuk ibu dengan umur dan cara pemberian :
kehamilan 24-34 minggu dengan risiko
149
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
tetapi lebih mahal dan mungkin di Indonesia chorioamnionitis dan sepsis puerperalis serta
belum ada. Cara pemberian obat yaitu tidak ada perbedaan yang signifikan
betametason (12 mg per 24 jam secara dibandingkan dengan yang diberikan plasebo.
intramuskular, selama 2 hari) atau Pemberian ACS pada umumnya
deksametason (6 mg per 12 jam secara dilakukan pada fasilitas kesehatan yaitu di
intramuskular, selama 2 hari). Pemberian ACS rumah sakit. Beberapa hasil penelitian
tidak memberikan komplikasi yang serius mengenai cakupan pemberian ACS di berbagai
terhadap ibu termasuk dalam kejadian Negara
Malaysia 59 di RS tersier 1 24
47 di RS tersier 2
Indonesia 10 RS kab/kota 24
9 RS tersier
Filipina 21 di RS tersier 1 24
0 di RS tersier 2
Efek optimal ACS yaitu antara 24 jam sampai bila kelahiran terjadi antara 2-7 hari7. Akan
7 hari setelah pemberian pertama. Dalam tetapi dalam sebuah pedoman praktis
sebuah penelitian pada kehamilan kembar di dinyatakan bahwa pemberian ACS
Korea dilaporkan bahwa pemberian ACS mengurangi risiko kematian bayi meskipun
menurunkan kejadian RDS secara signifikan dilahirkan <24 jam sejak pemberian dosis
150
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
Prematuritas dan Penanganannya 183 juta rupiah, diperkirakan tahun 2014 bisa
mencapai 250 juta rupiah.
Perwakilan POGI menyampaikan bahwa
kelahiran prematur serta Bayi Berat Lahir Masalah penanganan kelahiran prematur
Rendah (BBLR) berkontribusi pada 31 persen berawal dari keterlambatan deteksi dan proses
kematian bayi baru lahir (neonatal mortality). rujukan sehingga menyebabkan keterlambatan
Bayi prematur mengalami banyak dalam penanganan di fasilitas yang memadai.
permasalahan kesehatan dari sejak lahir dan Oleh karena itu tata laksana penanganan
setelah dewasa yaitu bisa terjadi gangguan persalinan prematur (preterm) perlu dilakukan
pada berbagai sistem tubuh seperti paru, sejak pemeriksaan antenatal dengan mengobati
gastrointestinal, imunologi, saraf pusat, mata, infeksi menggunakan antibiotik jika terbukti
kardiovaskular, ginjal, endokrin dan mengalami bacterial vaginosis, kemudian
hematologi. Hal ini yang menyebabkan tocolysis untuk mencegah kontraksi sementara,
tingginya biaya dalam penanganan bayi pemberian pematangan paru dengan steroid
prematur. Menurut data dari negara maju dengan waktu 48 jam, transportasi ke tempat
(Amerika Serikat) biaya bayi sehat normal dengan pelayanan Neonatal Intensive Care
adalah $ 3.640 USD sedangkan biaya bayi Unit (NICU) yang memadai serta koreksi
prematur berkisar dari $ 8,032 (jika lahir penyebab berulangnya kontraksi. Dalam
prematur akhir) hingga $59,320 (jika sangat rangka menilai risiko kejadian lahir prematur
prematur) dan $63,877 (jika BBLR). Untuk telah dikembangkan kalkulator risiko preterm.
data di Indonesia, estimasi biaya akibat
persalinan preterm selama periode 1 bulan Faktor-faktor yang mempengaruhi cakupan
setelah lahir di perawatan Perinatologi Rumah pemberian ACS dapat dilihat dari faktor
Sakit Umum Pusat dr. Cipto Mangunkusumo umum, faktor tenaga kesehatan serta faktor
(RSCM) pada tahun 2010 berkisar antara 153- pengguna (pasien).
151
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
Perwakilan IDAI memaparkan tentang Golden di puskesmas pemberian ACS belum pernah
Hour in Neonatology yaitu Periode waktu dari dilakukan. Permasalahan utama adalah belum
saat dilahirkan sampai sampai ke NICU dan ada peraturan yang menyatakan kewenangan
upaya memfasilitasi proses transisi pada tersebut, serta belum ada pedoman standar
kehidupan di luar rahim, terutama untuk bayi tertulis untuk pelaksanaannya.
berat lahir rendah (gestasi < 32 mgg; BL <
1500 g). Hal yang penting dalam pencegahan Peran Bidan dalam Pemberian ACS
komplikasi yaitu mulai dari identifikasi ibu
hamil yang berisiko, sistem rujukan Subdit Bina Pelayanan Kebidanan
regionalisasi dari pelayanan kesehatan dasar memaparkan tentang peran bidan dalam
ke rujukan level yang lebih tinggi (yang pelayanan kesehatan. Bidan memiliki 9
memiliki perawatan neonatal), optimalisasi kompetensi sesuai dengan Kepmenkes
penanganan saat golden hour, advokasi 369/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar
organisasi profesi untuk pelaksanaan standing Profesi Bidan. Pelayanan kesehatan ibu hamil
order serta AMP (Audit Maternal Perinatal). dan bayi merupakan salah satu tugas bidan
Hal yang ditekankan adalah pemahaman yang dapat dilakukan secara mandiri,
bahwa pemberian ACS bukan satu-satunya kolaborasi, konsultasi dan rujukan.
upaya untuk mencegah komplikasi pada bayi Berdasarkan data yang dipaparkan dari Survey
prematur, tetapi harus ada penanganan yang Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2012
komprehensif. Pada prinsipnya ketika terjadi (SDKI 2012) ternyata Angka Kematian Bayi
kemungkinan kelahiran prematur maka (AKB) masih tinggi yaitu 32/1.000 kelahiran
diupayakan agar bayi tidak lahir kemudian hidup, yang setara dengan sekitar 387
dirujuk ke Rumah Sakit yang memiliki kematian bayi per hari. Berdasarkan data
fasilitas memadai. Yang dimaksud dengan Riskesdas pelayanan ANC ke bidan
standing order dalam hal ini adalah dokumen menempati porsi tertinggi yaitu sebesar hampir
tertulis yang berisi kebijakan, prosedur dan 70 persen dari seluruh kunjungan ANC di
perintah untuk memberikan ACS dari dokter Indonesia.
kepada tenaga kesehatan lain terutama bidan
pada kondisi-kondisi tertentu. Dokter salah Perwakilan IBI menyampaikan peran bidan
satu puskesmas di Jakarta menyatakan bahwa dalam pelayanan kesehatan perempuan dan
152
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
anak. Dalam penanganan prematuritas, peran penanganan bayi prematur sangat besar yaitu
bidan lebih banyak ke pencegahan terjadinya sekitar 153-183 juta rupiah untuk perawatan 1
persalinan prematur yang tertuang dalam bulan pada tahun 2010.
tujuan asuhan kehamilan yaitu memantau
perkembangan kehamilan, meningkatkan dan ACS diberikan pada ibu dengan usia
mempertahankan kesehatan ibu dan janinnya, kehamilan 24-34 minggu yang terdeteksi
mengenali secara dini ketidaknormalan/ memiliki resiko melahirkan bayi prematur,
komplikasi kehamilan dan tindakan segera seperti pada kasus ekslampsia, ketuban pecah
serta mempersiapkan persalinan cukup bulan. dini dan infeksi menular seksual serta infeksi
IDAI menyinggung peran bidan dalam lain khususnya bacterial vaginosis. Pemberian
pemberian ACS, seharusnya tidak menjadi injeksi ACS pada ibu dengan kehamilan
kewenangan bidan. Bidan adalah pihak yang beresiko melahirkan prematur bertujuan
mendeteksi dan melakukan proses rujukan. membantu mematangkan paru-paru bayi
Akan tetapi, pada kondisi-kondisi tertentu sehingga menekan kejadian Respiratory
dipertimbangkan pemberian ACS tetapi harus distress syndrome (RDS). Pada ibu hamil
merupakan satu paket terpadu dengan upaya cukup bulan resiko RDS lebih rendah karena
pencegahan komplikasi serta memperpanjang sudah ada pembentukan kortisol. Pada bayi
kehamilan dengan pemberian tokolitik. prematur, RDS terjadi karena defisiensi
surfaktan yang dapat dipercepat
PEMBAHASAN pembentukannya melalui pemberian kortisol
yang berasal dari kortikosteroid. Pemberian
Prematuritas dan berat badan lahir rendah ACS merupakan intervensi yang dapat
(BBLR) merupakan penyebab utama kematian dilakukan pada saat kehamilan, sedangkan
bayi neonatal di dunia yaitu sebesar 31 persen, intervensi lain baru dapat dilakukan setelah
diikuti oleh infeksi (25%), asfiksia dan trauma bayi lahir. Pada bayi yang lahir prematur,
(23%) sedangkan neonatal tetanus hanya upaya mengurangi resiko RDS adalah dengan
berkontribusi 3,4 persen42. Berdasarkan data memberikan surfaktan melalui injeksi bolus
Lancet Neonatal Survival Steering Team intratrakeal43. Selain itu penanganan bayi
setiap tahun terjadi 4 juta kematian neonatal di prematur lain yang perlu dilakukan adalah
dunia dan sekitar 1,1 juta terjadi karena dengan perawatan metode kangguru (PMK).
kelahiran premature. Sekitar 75 persen Manfaat ACS mencapai 50 persen dalam
kematian terjadi pada minggu pertama (0-7 menurunkan kematian bayi neonatal,
hari) dan hampir 99 persen terjadi di negara menurunkan kejadian RDS, intraventricular
berpenghasilan rendah dan menengah. hemorrhagic (IVH), Necrotizing Enterocolitis
Penyebab utama yaitu kelahiran prematur (NEC) dan infeksi sistemik21. Berdasarkan
(28%), infeksi berat (26%), and asfiksia (23%) review Cochrane, pemberian ACS
sedangkan tetanus neonatal hanya menurunkan kematian neonatal sebesar 31
berkontribusi 7 persen13. Angka kematian bayi persen dan menurunkan kejadian RDS 34
(AKB) berdasarkan Survey Demografi persen. Analisis di negara berpenghasilan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 yaitu menengah menunjukkan hasil lebih tinggi
32 per 1000 kelahiran hidup dan angka yaitu menurunkan 53 persen kematian dan 37
kematian neonatal 19/1000 kelahiran hidup persen kesakitan. Terapi ACS dapat
sehingga kematian neonatal berkontribusi pada menyelamatkan hampir 500.000 bayi per tahun
60 persen kematian bayi. Pada tahun 2012 atau sekitar 40 persen (pada rentang 25-52%)
diperkirakan terjadi 95.301 kematian dari kematian neonatal44,45.
neonatal3,20. Berdasarkan data Riskesdas 2007
proporsi kematian bayi pada kelompok umur Penggunaan ACS telah terbukti efektif
0-7 hari menurut Riskesdas 2007 disebabkan berdasarkan studi penggunaannya pada hewan
antara lain oleh gangguan/ kelainan pernafasan yang dilaporkan oleh Howie dan Liggins sejak
35,9 persen dan prematuritas 32,3 persen10. tahun 1969. Sejak itu penelitian tentang ACS
Bayi prematur memiliki kerentanan terus berlangsung sampai saat ini untuk
mengalami gangguan pernafasan. Dalam memaksimalkan penggunaannya. Hasil
jangka pendek maupun jangka panjang bayi penelitian yang telah dilakukan merupakan
yang lahir prematur cenderung mengalami jalan untuk dilakukannya penelitian lain atau
berbagai masalah kesehatan. Selain itu biaya pengembangan alat analisis lain seperti
153
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
154
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
155
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
156
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
27. Crowther CA, Aghajafari F, Askie LM, 36. Chandrasekaran S, Srinivas SK. Antenatal
Asztalos EV, Brocklehurst P, Bubner TK, et corticosteroid administration: understanding
al. Repeat prenatal corticosteroid prior to its use as an obstetric quality metric.
preterm birth: a systematic review and American journal of obstetrics and
individual participant data meta-analysis for gynecology. 2014;210:143.e1-7.
the PRECISE study group (prenatal repeat 37. Kuk J-Y, An J-J, Cha H-H, Choi S-J, Vargas
corticosteroid international IPD study group: JE, Oh S-y, et al. Optimal time interval
assessing the effects using the best level of between a single course of antenatal
evidence) - study protocol. Systematic corticosteroids and delivery for reduction of
reviews. 2012;1:12. Epub 2012/05/17. respiratory distress syndrome in preterm
28. Aghajafari F, Murphy K, Willan A, Ohlsson twins. American journal of obstetrics and
A, Amankwah K, Matthews S, et al. Multiple gynecology. 2013;209:256.e1-7.
courses of antenatal corticosteroids: A 38. Miracle X, Renzo GCD, Stark A, Fanaroff A,
systematic review and meta-analysis. Estrany XC, Saling E. Guideline for The Use
American journal of obstetrics and of Antenatal Corticosteroids for Fetal
gynecology. 2001;185(5):1073-80. maturation (recommendations and guidelines
29. Brownfoot F, Crowther C, Middleton P. for perinatal practice). J Perinat Med.
Different Corticosteroids and Regimens for 2008;36:1916.
Accelerating Fetal Lung Maturation for 39. Vis JY, Wilms FF, Kuin RA, Reuvers JM,
Women at Risk of Preterm Birth. Cochrane Stam MC, Pattinaja DAPM, et al. Time to
Database of Systematic Reviews. 2008;Issue Delivery after the First Course of Antenatal
4. Art. No.: CD006764. DOI: Corticosteroids: A Cohort Study. American
10.1002/14651858.CD006764.pub2. journal of perinatology. 2011;9(28):683-8.
30. Peltoniem OM, Kari MA, Hallman M. 40. Gupta S, Ramin SM, Tyson JE, Lucas M,
Repeated antenatal corticosteroid treatment: a Vidaeff AC. Factors related to corticosteroid
systematic review and meta-analysis. Nordic utilization in preterm birth. American journal
Federation of Societies of Obstetrics and of perinatology. 2011;28(5):413-8. Epub
Gynecology 2011;90 719-27. 2011/03/08.
31. Polyakov A, Cohen S, Baum M, Trickey D, 41. Burguet A, Ferdynus C, Thiriez G, Bouthet
Jolley D, Wallace EM. Patterns of antenatal M-F, Kayemba-Kaysd S, Sanyas P, et al. Very
corticosteroid prescribing 1998-2004. The preterm birth: who has access to antenatal
Australian & New Zealand journal of corticosteroid therapy? Paediatric and
obstetrics & gynaecology. 2007;47(1):42-5. perinatal epidemiology. 2010;24:6374.
Epub 2007/01/31. 42. WHO. The Global Burden of Disease : 2004
32. Riganti AA, Cafferata ML, Althabe F, Update. Switzerland: WHO, 2008.
Gibbons L, Segarra JO, Sandoval X, et al. Use 43. Nur A, Etika R, M.Damanik S, Indarso F,
of Prenatal Corticosteroids for Preterm Birth Harianto A. Pemberian Surfaktan pada Bayi
in Three Latin America. International Journal Prematur dengan Respiratory Distress
of Gynecology and Obstetrics 2010 108 527. Syndrome: Fakultas Kedokteran Unair; 2007
33. Vogel JP, Souza JP, Glmezoglu AM, Mori [cited 2015 September 28]. Available from:
R, Lumbiganon P, Qureshi Z, et al. Use of old.pediatrik.com/buletin/06224113905-
antenatal corticosteroids and tocolytic drugs 76sial.pdf.
in preterm births in 29 countries: an analysis 44. Darmstadt GL, Bhutta ZA, Cousens S, Adam
of the WHO Multicountry Survey on Maternal T, Walker N, Bernis Ld, et al. Neonatal
and Newborn Health. The Lancet. 2014. Epub Survival 2. Evidence-based, cost-effective
August 13, 2014 interventions: how many newborn babies can
34. Aleman A, Cafferata ML, Gibbons L, Althabe we save? . The lancet. 2005;365(9463):977-
F, Ortiz J, Sandoval X, et al. Use of antenatal 88.
corticosteroid s for preterm birth in Latin 45. Kambafwile JM, Cousens S, Hansen T, Lawn
Africa : providers, knowledge, attitudes and JE. Antenatal Steroids in Preterm Labour for
practice. Reproductive Health Matters. The Prevention of Perinatal Deaths Due to
2013;10(4). Complications of Preterm Birth. International
35. Howell EA, Stone J, Kleinman LC, Inamdar journal of epidemiology. 2010;39:i122i33.
S, Matseoane S, Chassin MR. Approaching 46. Hanneya S, Mugford M, Grant J, Buxton M.
NIH Guideline Recommended Care for Assessing the Benefits of Health Research :
MaternalInfant Health: Clinical Failures to Lessons from Research into the Use of
Use Recommended Antenatal Corticosteroids. Antenatal Corticosteroids for Prevention
Maternal and child health journal. Neonatal Respiratory Distress Syndrome.
2010;14:4306. Social Science & Medicine 2005;60 93747.
157
Kajian Peran Tenaga Kesehatan (Yuyun Yuniar, Sugiarti, Dewi Kristanti)
47. McClure EM, Graft-Johnson Jd, Jobe AH, International Journal of Gynecology and
Wall S, Koblinsky M, Moran A, et al. A Obstetrics 2011;115 2159.
conference report on prenatal corticosteroid 48. Balitbangkes. Riset Kesehatan Dasar
use in low- and middle-income countries. (Riskesdas) 2013. Jakarta: Badan Litbang
Kesehatan Kemenkes RI, 2013.
158