You are on page 1of 15

Prediksi nilai analisa gas darah arteri melalui analisa gas darah vena,

pada pasien jantung dengan Coronary Artery Bypass Graft


(post-CABG) di RSUP Dr. Kariadi Semarang
Ariosta 1 ; Indrayani Ps 2
1) Bagian Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
2) Laboratorium Patologi Klinik RS Telogorejo Semarang

Abstract
Background: Blood Gas Analysis using arterial blood is the one of important
examination on the laboratory. The result from analysis can give information about
clinical condition of the patient. The phlebotomist often make the wrong procedure
including sampling from the vena bloodstream, which make the results is not suitable
with patient condition. Coronary heart disease is the most common heart disease
which one of the therapy can be treated by CABG surgery. BGA examination post
CABG is really needed for giving information about histology oxygenation.
Purpose: This study is to known about is there any correlation between the value of
BGA arteri and venous; and can we predict the BGA arterial value from BGA venous.
Methods and Sample: Post CABG patient on RSUP Dr. Kariadi was taken for BGA
examination arterial blood and venous blood using GEM Premier 3000 BGA
automation. Data analysis use Pearson correlation when the distribution data is
normal; and Spearman when the distribution data is abnormal.
Results: There are correlation between pH, pCO2 and HCO3 arterial and venous
(p<0,05). There is no correlation between PO2 arterial and venous (p>0,05). Based
on this study, it can be predicted the value BGA arterial using BGA venous: pH Arteri
= -0,17 + 1,042 (pH venous); PCO2 Arteri = -1,333 + 0,854 (PCO2 Venous) ;
HCO3 Arteri = 3,475 + 0,762 (HCO3 Venous)
Conclusion: BGA value using venous sample can be used to predict BGA arteri.

Keywords: BGA, post-CABG, arterial, and venous

Abstrak
Latar belakang: Pemeriksaan analisa gas darah arteri merupakan salah satu
pemeriksaan penting di laboratorium, sebab hasilnya dapat mengetahui keadaan klinis
pasien. Phlebotomis kadang sering salah dalam pengambilan sampel arteri menjadi
vena, sehingga hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Penyakit jantung
koroner, merupakan penyebab penyakit jantung terbanyak yang salah satu terapinya
dengan operasi CABG. Pemeriksaan BGA post CABG sangat dibutuhkan untuk
mengetahui keadaan oksigenasi jaringan.
Tujuan penelitian: Penelitian ini untuk menilai apakah ada korelasi antara hasil
BGA sampel darah arteri dan vena; dan apakah bisa memprediksi hasil BGA arteri
dengan menggunakan darah vena.
Metode dan Sampel: Pasien post CABG di RSUP Kariadi diambil untuk diperiksa
BGA arteri dan vena menggunakan GEM Premier 3000 BGA automation. Analisis
data menggunakan korelasi pearson bila distribusi data normal, dan spearman bila
distribusi tidak normal. Kemudian dicari persamaan dengan regresi linier.
Hasil: Terdapat korelasi antara pH, PCO2, dan HCO3- vena dengan arteri (p<0,05).
Tidak terdapat korelasi antara PO2 arteri dan vena (p>0,05). Dari hasil gas darah vena
dapat dilakukan prediksi terhadap gas darah arteri pH Arteri = -0,17 + 1,042 (pH
vena); PCO2 Arteri = -1,333 + 0,854 (PCO2 Vena) ; HCO3 Arteri = 3,475 + 0,762
(HCO3 Vena)
Kesimpulan: Hasil BGA vena pada pasien post CABG dapat digunakan dalam
memprediksi BGA arteri.

Kata kunci: BGA, post-CABG, arteri, dan vena

Pendahuluan
Pemeriksaan analisa gas darah atau (Blood Gas Analysis/ BGA) adalah suatu
pemeriksaan untuk mengetahui tekanan gas karbondioksida (CO2), oksigenasi, kadar
bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa.1 Tujuan dari
pemeriksaan ini antara lain untuk mengetahui keadaan oksigen dalam metabolisme
sel, efisiensi pertukaran oksigen dan karbondioksida, mengetahui kemampuan Hb
dalam melakukan transportasi oksigen ke jaringan, mengetahui tekanan oksigen
dalam darah arteri dan jaringan secara terus menerus. 1,2 Pemeriksaan gas darah ini
sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasien
penyakit berat dan menahun. Pemeriksaan ini juga dapat digunakan untuk
mengevaluasi keadaan klinis pasien dan kemajuan terapi. Pemeriksaan analisa gas
darah tidak dapat digunakan untuk mendiagnosis suatu penyakit, harus disertai
dengan pemeriksaan klinis dan penunjang lainnya.1
Sampel pemeriksaan analisa gas darah dapat berupa darah arteri maupun vena.
Sampel arteri lebih banyak diterima dan digunakan dalam dunia medis, sebab
berhubungan langsung dengan kondisi pasien.1,2,3 Ada terdapat beberapa perbedaan
yang cukup nyata antara hasil analisa gas darah dengan menggunakan arteri dan vena;
pH arteri biasanya lebih tinggi sedikit dibandingkan dengan pH vena, saturasi oksigen
dan tekanan oksigen arteri juga lebih tinggi dibandingkan dengan vena, sedangkan
tekanan karbondioksida arteri lebih rendah dibandingkan vena.3,4 Permintaan klinisi
biasanya dapat berupa perminataan analisa gas darah arteri atau pemeriksaan gas
darah arteri dan vena. Jarang seorang klinisi meminta pemeriksaan analisa gas darah
vena saja. Akan tetapi, pengambilan sampel arteri lebih invasive, dan tidak nyaman
bagi pasien bila dibandingkan dengan vena. Resiko untuk terjadinya komplikasi
seperti trauma pembuluh darah, perdarahan, thrombosis, kerusakan saraf, dan
kejadian infeksi lebih besar pada pengambilan sampel darah arteri bila dibandingkan
dengan vena. Ahli phlebotomy perlu mendapatkan pemahaman dan pelatihan
mengenai anatomi, fisiologi dan teknik sampling arteri yang benar. Pada praktek
sehari-hari, sampling darah arteri sering salah, seperti tercampur dengan darah vena.
Dokter spesialis patologi klinik sebagai dokter penanggung jawab laboratorium
biasanya akan meminta sampel darah arteri ulang, seakan-akan hasil analisa gas darah
dari vena sudah tidak dapat digunakan oleh klinisi dalam melakukan terapi dan
evaluasi pasiennya.
Penyakit jantung koroner merupakan penyebab penyakit jantung paling
banyak,yang disebabkan karena adanya timbunan plak lemak dalam arteri koronaria
sehingga terjadi penyempitan dan menyebabkan suplai oksigenasi darah ke jantung
menjadi berkurang. Akibat dari penyumbatan ini akan menurunkan kerja jantung,
dalam mensuplai kebutuhan oksigenasi ke seluruh tubuh. Oksigenasi jaringan akan
berkurang, dan jika dibiarkan terus menerus juga akan mengakibatkan gangguan pada
system pernafasan (paru-paru). Salah satu tindakan medis dalam mengatasi
permasalahan penyakit ini ialah operasi coronary artery bypass graft (CABG).
Operasi ini menggunakan jaringan pembuluh darah yang ada di tubuh untuk
digunakan sebagai graft arteri koronaria yang tersumbat.3,4
OConnor dkk, mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara
derajat keasaman (pH) darah arteri dan vena pada pasien dengan penyakit paru
obtruktif kronik. Ahmet, juga mengungkapkan bahwa terdapat korelasi yang kuat
antara pH, PCO2, dan HCO3- arteri dengan vena dengan p < 0,001, sedangkan
terdapat korelasi yang lemah antara PO2, dan SaO2 arteri dengan vena dengan
pearson correlation 0,252 dan 0,296.5
Penelitian ini bertujuan untuk melihat dan mengaplikasikan penelitian
sebelumnya mengenai apakah terdapat korelasi antara hasil nilai BGA arteri dan vena
pada pasien jantung yang dirawat di RSUP Dr. Kariadi dari Desember tahun 2011
hingga Agustus 2012. Manfaat dari penelitian ini semoga bila terdapat kesalahan
preanalitik pengambilan arteri menjadi vena, hasil analisa gas darah tersebut dapat
digunakan untuk memprediksi hasil analisa sampel arteri. Untuk lebih lanjut
diharapkan sampel vena lebih diprioritaskan disbandingkan dengan arteri karena lebih
nyaman bagi pasien dan resikonya lebih kecil.

Metode dan Sampel


Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan mengambil sampel dari
pasien jantung sehari sesudah dilakukan CABG di RSUP Dr. Kariadi, Semarang dari
Desember 2011 Agustus 2012. Kriteria eksklusi dari sampel penelitian ini ialah
pasien dengan penyakit paru, penyakit ginjal, dan penyakit jantung bawaan, dan
kelainan kongenital lainnya. Data statistik yang diambil meliputi umur, jenis kelamin,
pemeriksaan BGA arteri dan vena meliputi pH, PO 2, PCO2, dan HCO3-. Pemeriksaan
BGA dilakukan di laboratorium klinik RSUP Dr. Kariadi dengan sampel darah arteri
dan vena . antikoagulan menggunakan heparin, lama pemeriksaan sejak pengambilan
darah hingga dilakukan pemeriksaan tidak lebih dari 1 jam, hal ini untuk mengurangi
proses metabolisme yang mungkin terjadi.
Pemeriksaan BGA dilakukan dengan menggunakan alat GEM Premiere 3000
Blood Gas Analyzer, dengan mengikuti standar pemeriksaan dan instrumental kit
yang ada dengan rentang pH 6,8-7,8; PCO2 5-115mmHg; PO2 0-760mmHg. Alat ini
membutuhkan sampel 150ul darah heparin tanpa udara, yang akan dialirkan melalui
suatu sensor catridge yang akan membaca pH, PO 2, dan PCO2, sedangkan parameter
lainnya didapatkan dengan perhitungan yang sudah ditetapkan.
Analisis data menggunakan SPSS versi 14, dengan menggunakan korelasi
Pearsson, dan Spearman. Untuk mengetahui nilai prediksi digunakanlah regresi linier.

Hasil Penelitian
Telah didapatkan 30 pasien dalam kurun waktu Desember 2011-Maret 2013
yang melakukan operasi CABG di RSUP Dr. Kariadi Semarang. 23 diantaranya
adalah pria sedangkan sisanya adalah wanita dengan rentang usia dari 43 hingga 69
tahun dengan usia rata-rata 58 tahun. Terdapat distribusi data normal pada PO 2 arteri,
PO2 vena, PCO2 vena, HCO3- arteri dan HCO3- vena (p>0.05). Sedangkan didapatkan
distribusi data tidak normal pada variabel pH arteri, PCO 2 arteri, pH vena, dan HCO3
vena, seperti tampak dalam tabel 1.

Tabel 1. Gambaran distribusi nilai analisa gas darah arteri dan vena pasien post CABG
Variabel Jumla Minimum Maximum Mean Std Deviasi Saphiro Wilk
h
pH arteri 25 7.09 7.48 7.34 0.09 0.000
PO2 arteri 40 383 193.06 68.83 0.648*
PCO2 arteri 25 67 36.86 8.05 0.001
HCO3-arteri 13 24.8 20.86 3.26 0.180*
pH vena 7.06 7.41 7.30 0.09 0.001
PO2 vena 35 69 47.23 8.99 0.032
PCO2 vena 31 66 44.73 8.11 0.186*
HCO3-vena 14.4 32.2 22.13 3.88 0.778*
*Distribusi data tidak normal

Dari hasil pengamatan analisa gas darah arteri dan vena, telah didapatkan
korelasi sangat kuat antara pH arteri dengan pH vena (p<0,05; r=0,897) ; dan HCO 3-
arteri dengan HCO3- vena (p<0,05 ; r=0,932). Didapatkan pula korelasi yang kuat
antara PCO2 arteri dengan PCO2 vena (p<0,05 ; r=0,787). Tidak didapatkan korelasi
terhadap PO2 arteri dengan vena (p>0,05).
Analisa statistik kemudian dilanjutkan dengan regresi linier, maka didapatkan
nilai-nilai prediksi hasil analisa gas darah arteri dari darah vena. Didapatkan
persamaan prediksi nilai pH Arteri = -0,17 + 1,042 (pH vena); PCO2 Arteri = -1,333
+ 0,854 (PCO2 Vena) ; HCO3 Arteri = 3,475 + 0,762 (HCO3 Vena). Sedangkan nilai
prediksi O2 tidak bisa dinilai sebab tidak adanya korelasi antara arteri dan vena.
(tabel2)
Tabel 2. Regresi hasil analisa gas darah vena terhadap arteri pasien post CABG
Variabel Konstanta B p
pH -0.17 1,042 0,000*
PCO2 -1.333 0,854 0.000*
HCO3 3.475 0.762 0.000*
*Bermakna bila p<0.05
Pembahasan

Penyakit jantung koroner merupakan penyakit jantung terbanyak dan


merupakan penyebab kematian nomor dua terbanyak di dunia setelah trauma atau
kecelakaan. Penyempitan atau plak yang terdapat pada salah satu arteri koronaria
dapat berakibat fatal bagi seorang pasien. Penyakit jantung koroner ini dapat
didiagnosa dengan anamnesis pemeriksaan fisik dan penunjang yang baik seperti
nyeri dada yang khas seperti ditusuk atau diremas disertai dengan kelainan
elektrokardiogram (EKG), dan peningkatan kadar enzim jantung ditambah pula
dengan pemeriksaan catheterisasi yang menunjukan adanya penyempitan pembuluh
darah koroner. Bila tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan payah jantung,
bahkan iskemik atau infark jantung. Salah satu penanganannya adalah dengan
menempelkan jaringan pembuluh darah yang ada di tempat lain ke arteri koroner
yang mengalami penyumbatan atau yang lebih dikenal dengan coronary artery bypass
graft (CABG). Vena saphena magna atau arteri mamari (payudara) internal bisa
digunakan untuk operasi bypass.3,4,5,6

Operasi CABG ini merupakan operasi tingkat 4 menurut anestesi yang


membutuhkan bius total, sehingga selama operasi proses nafas akan diatur
sepenuhnya oleh ventilator. Lama operasi berkisar antara 4 jam hingga 7 jam
tergantung dari jumlah sumbatan yang ada. Pasca anestesi kondisi pasien biasanya
tidak stabil karena pengaruh obat bius, sehingga perlu dilakukan perawatan intensive.
Tidak jarang pasien mengalami gagal nafas setelah operasi. Sehingga pemeriksaan
BGA pada penelitian ini dilakukan sehari setelah tindakan operasi tersebut.

Pengambilan sampel darah arteri lebih rumit bila dibandingkan dengan vena.
Seorang phlebotomis harus paham betul anatomis dari arteri yang ada di dalam tubuh
manusia. Resiko yang diakibatkan pengambilan darah melalui arteri dapat berupa
trauma pembuluh darah, perdarahan, thrombosis, kerusakan saraf, dan kejadian
infeksi. Selain itu pasien lebih merasa tidak nyaman jika diambil darah arterinya. Ada
kesan menakutkan dan menyakitkan dalam tindakan pengambilan darah arteri.

Sampel darah vena dapat dijadikan pilihan alternatif selain darah arteri. Dari
hasil penelitian ini menunjukan korelasi yang kuat dan perbedaan yang tidak
bermakna antara nilai pH, PCO2, dan HCO3- antara darah arteri dan vena. Sedangkan
terdapat tidak terdapat korelasi antara PO 2 arteri dan vena, sehingga darah vena tidak
dapat digunakan untuk memprediksi kadar oksigenasi yang ada di arteri. 4,5 Hal ini
mengakibatkan interpretasi kondisi respiratorik pasien tidak dapat dinilai melalui
sampel vena, sedangkan kondisi metabolik pasien masih dapat diprediksi dari sampel
vena. Sampel darah arteri tetap menjadi pilihan utama pada pasien post operasi
CABG pada pasien yang mengalami penurunan kesadaran dan gagal nafas,
sedangkan untuk control monitoring pasien dalam keadaan stabil cukup
menggunakan darah vena.5,6,7

Belakangan ini terdapat teori yang lebih dapat diterima mengenai


keseimbangan asam basa yaitu menurut Stewart; dimana pH atau asam basa
dipengaruhi secara independent oleh tiga faktor, yaitu strong ion difference (SID), tekanan

parsial CO2, dan total konsentrasi asam lemah yang terkandung dalam plasma. Kelemahan
dari penelitian ini hanya menggambarkan keadaan asam basa seseorang hanya
berdasarkan rumus Henderson-Hesselbach yaitu tekanan parsial CO 2 dan kadar
HCO3- saja, tanpa memperhatikan perbedaan strong ion difference (anion gap, delta
gap) dan konsentrasi asam lemah yang terkandung dalam plasma. Selain itu perlu
adanya penelitian lanjutan dengan jumlah sampel yang lebih besar, sehingga hasilnya
dapat digeneralisasikan.
Daftar Pustaka
1. Severinghaus John, Blood Gas Analysis and Critical Care.

2. William Marshall. Blood Gas Analysis.Annals of Biochemical


Chemistry. 2008.
http://acb.rsmjournals.com/content/47/3/283.full

3. Chu YC etc. Prediction of arterial blood gas values from


venous blood gas values in patients with acute respiratory
failure receiving mechanical ventilation. 2003.
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14569318

4. Operators guide GEM Premier 3000. Critical care GEM


Premiere 3000. Instrumentation Laboratory Company. 2003

5. Ahmet AK, etc. Prediction of arterial blood gas values from


venous blood gas values in patientswith acute exacerbation
of chronic obstructive pulmonary disease.2006.
http://journal.med.tohoku.ac.jp/2104/TJ2104_02.pdf

6. Anne-Mare Kelly. Review article: Can venous blood gas


analysis replace arterial in emergency medical care.
Emergency Medicine Australia. 2010. 22, 49398
http://home.comcast.net/~jasoncillo/Can%20venous%20blood
%20gas%20analysis%20replace%20arterial%20in
%20emergency%20medical%20care.pdf

7. Louise C.F. Rang. Can peripheral venous blood gases replace


arterial blood gases in emergency department patients
Canadian Journal of Emergency Medicine vol 4. 2001. 1, 7-13
Lampiran
1. Data Pasien Post CABG RSUP Dr. Kariadi Desember 2011 Agustus
2012

N Usi
o. CM a Arteri Vena
pH PO2 PCO2 HCO3 pH PO2 PCO2 HCO3
C32314
1 6 50 7.36 201 37 20.9 7.3 41 47 23.1
C28402
2 6 60 7.41 214 34 21.6 7.31 38 45 22.7
C32538
3 6 52 7.15 192 45 15.7 7.14 62 53 18
C32633
4 9 57 7.4 247 32 19.8 7.3 44 44 21.6
C32595
5 6 52 7.33 40 40 21.1 7.32 50 42 21.6
C26308
6 4 64 7.09 163 43 13 7.06 49 51 14.4
C32820
7 1 50 7.35 161 39 21.5 7.28 35 49 23
C25396
8 8 43 7.4 98 28 23.5 7.4 36 52 32.2
C33096
9 9 58 7.47 224 34 24.7 7.41 43 42 26.6
C32864
10 3 48 7.39 168 37 22.4 7.35 41 44 24.3
C32434
11 9 63 7.38 187 42 24.8 7.3 52 50 24.6
C18623
12 9 62 7.19 236 50 19.1 7.13 69 63 21
C31446
13 7 64 7.42 383 34 22.1 7.36 54 42 23.7
C34382
14 0 66 7.41 128 39 24.7 7.37 37 46 26.6
C34762
15 1 62 7.29 194 37 17.8 7.23 48 46 19.3
C31107
16 5 62 7.38 261 39 23.1 7.33 68 44 23.2
C31693
17 2 53 7.48 189 33 24.6 7.41 40 40 25.4
C18870
18 2 69 7.27 308 34 15.6 7.23 56 41 17.2
C20692
19 6 61 7.32 277 38 19.6 7.28 55 43 20.2
C35548
20 4 60 7.42 100 30 19.5 7.4 40 38 23.5
C05831
21 8 56 7.45 261 31 21.5 7.4 40 39 24.2
B32034
22 8 69 7.11 155 67 20.3 7.09 54 66 21
C21403
23 5 63 7.36 178 43 24.3 7.32 40 54 27.8
C36765
24 6 50 7.37 228 39 22.5 7.31 39 47 23.7
B07522
25 6 57 7.33 95 34 17.9 7.29 48 40 19.2
Analisa Statistik Nilai BGA Arteri dengan BGA Vena pasien post
CABG

Tabel deskriptif hasil BGA arteri dan vena

Kolmogorov-Smirnov(a) Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
pH_arteri .214 30 .001 .838 30 .000
PO2_arteri .123 30 .200(*) .974 30 .648
PCO2_arteri .162 30 .043 .863 30 .001
HCO3_arteri .107 30 .200(*) .951 30 .180
pH_vena .207 30 .002 .862 30 .001
PO2_vena .156 30 .061 .923 30 .032
PCO2_vena .123 30 .200(*) .952 30 .186
HCO3_vena .092 30 .200(*) .978 30 .778
Tests of Normality
* This is a lower bound of the true significance.
a Lilliefors Significance Correction

Korelasi pH arteri dengan pH vena (Nonparametric


Correlations)
Correlations

pH_arteri pH_vena
Spearman's pH_arteri Correlation
1.000 .897(**)
rho Coefficient
Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30
pH_vena Correlation
.897(**) 1.000
Coefficient
Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi PO2 arteri dan PO2 vena (Nonparametric


Correlations)
Correlations

PO2_arteri PO2_vena
Spearman's rho PO2_arteri Correlation Coefficient 1.000 .356
Sig. (2-tailed) . .054
N 30 30
PO2_vena Correlation Coefficient .356 1.000
Sig. (2-tailed) .054 .
N 30 30

Korelasi PCO2 arteri dan PCO2 vena (Nonparametric


Correlations)
Correlations

PCO2_arteri PCO2_vena
Spearman's rho PCO2_arteri Correlation Coefficient 1.000 .787(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30
PCO2_vena Correlation Coefficient .787(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Korelasi HCO3 arteri dan HCO3 vena (Parametric Correlations)


Correlations

HCO3_arteri HCO3_vena
Spearman's rho HCO3_arteri Correlation Coefficient 1.000 .932(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 30 30
HCO3_vena Correlation Coefficient .932(**) 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 30 30
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Regresi linier pH arteri dan pH vena pasien post CABG


Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) -.170 .360 -.473 .640
pH_vena 1.030 .049 .969 20.892 .000
a Dependent Variable: pH_arteri
pH Arteri = -0,17 + 1,042 (pH vena)

Regresi linier PCO2 arteri dan PCO2 vena pasien post CABG
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) -1.333 4.335 -.308 .761
PCO2_vena .854 .095 .861 8.951 .000
a Dependent Variable: PCO2_arteri

PCO2 Arteri = -1,333 + 0,854 (PCO2 Vena)

Regresi linier HCO3- arteri dan HCO3- vena pasien post CABG
Coefficients(a)

Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients t Sig.

Model B Std. Error Beta B Std. Error


1 (Constant) 3.475 1.503 2.313 .028
HCO3_vena .762 .067 .907 11.384 .000
a Dependent Variable: HCO3_arteri

HCO3 Arteri = 3,475 + 0,762 (HCO3 Vena)

You might also like