Professional Documents
Culture Documents
Kinerja Sekolah (Guru dan Kepala Sekolah) SD/MI Negeri dan Swasta di
Kota Palu dalam Mengimplementasikan Standar Proses
Adnan M. Baralemba
Widyaiswara LPMP Sulawesi Tengah
Abstract
PENDAHULUAN
Undang-Undang Sisdiknas Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 1
dinyatakan bahwa setiap warga negara berhak memperoleh pendidikan yang
bermutu. Indikator penyelenggaraan pendidikan bermutu meliputi
kemampuan setiap satuan pendidikan dalam mengimplementasikan SNP
(Standar Nasional Pendidikan), salah satu diantaranya adalah Standar
2
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka rumusan masalah yang
diselidiki dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja sekolah (Guru dan Kepala Sekolah) SD/MI negeri dan
swasta di Kota Palu dalam mengimplementasikan Standar Nasional
Pendidikan khususnya standar proses?
2. Standar Nasional Pendidikan (standar proses) yang dijadikan acuan
dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah SD/MI di Kota Palu,
4
TUJUAN PENELITIAN
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeskripsikan kinerja sekolah (Guru dan Kepala Sekolah) SD/MI
dalam mengimplementasikan Standar Proses di Kota Palu.
2. Menentukan capaian kinerja sekolah (Guru dan Kepala Sekolah) SD/MI
di Kota Palu dalam mengimplementasikan standar proses serta
menetapkan dimensi yang paling rendah capaiannya dalam
penyelenggaraan pendidikan bermutu.
MANFAAT PENELITIAN
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat terutama:
1. Melengkapi konsep-konsep kinerja sekolah dalam
mengimplementasikan Standar Nasional Pendidikan, khususnya Standar
Proses yang merupakan bagian integral dari pelaksanaan pendidikan
bermutu di sekolah.
2. Menjadi salah satu kontribusi akademis dalam mengembangkan konsep
kinerja sekolah, khususnya yang berkaitan dengan implementasi Standar
Nasional Pendidikan dalam penyelenggaraan pendidikan bermutu di
sekolah.
3. Memberikan kontribusi praktis atau sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah Daerah dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan
upaya serta langkah-langkah pemutuan pendidikan sehingga
penyelenggaraan pendidikan bermutu dapat terlaksana dan berjalan
secara efektif, efisien serta mencapai bahkan melebihi standar yang telah
ditetapkan.
5
TINJAUAN PUSTAKA
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menjelaskan 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan,
yakni: Standar isi, Standar Proses, Standar Kompetensi Lulusan, Standar
pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Sarana dan Prasarana, Standar
Pengelolaan, Standar Pembiayaan dan Standar Penilaian Pendidikan.
Dari 8 (delapan) standar Nasional Pendidikan tersebut, maka yang
menjadi fokus kajian pada uraian ini adalah standar proses. Standar proses
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan
pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk mencapai standar
kompetensi lulusan.
Secara implementatif, suatu sekolah dapat diketahui bahwa sekolah
tersebut telah mengimplementasikan standar ini dapat dilihat pada indikator-
indikator berikut ini: 1) Bagaimana sekolah mengembangkan silabus; 2)
Apakah setiap mata pelajaran memiliki Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP); 3) Dokumen RPP disusun oleh guru berdasarkan prinsip keterkaitan
dan keterpaduan antara Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, Materi
Pembelajaran, Kegiatan Pembelajaran, Indikator pencapaian kompetensi,
penilaian dan sumber belajar; 4) Melaksanakan pembelajaran memenuhi
persyaratan beban kerja minimal 24 jam tatap muka per minggu; 5) Proses
pembelajaran dilaksanakan sesuai langkah-langkah pembelajaran; 6)
Melaksanakan penilaian hasil belajar untuk memperbaiki proses
pembelajaran; 7) Pemantauan proses pembelajaran oleh Kepala Sekolah
dilaksanakan mulai dari perencanaan, pelaksanaan, penilaian serta tindak
lanjut; 8) Teknik Kepala Sekolah melaksanakan supervisi; 9) Evaluasi proses
pembelajaran; 10) Pelaporan Kepala Sekolah mengenai pengawasan proses
pembelajaran kepada pemangku kepentingan; dan 11) Bentuk kegiatan
tindak lanjut terhadap hasil pengawasan proses pembelajaran.
Indikator-indikator yang telah dikemukakan di atas merupakan
indikator minimal yang wajib dilaksanakan oleh sekolah. Jika hal tersebut
6
METODOLOGI PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
survei. Menurut Arikunto (1980:87) bahwa survei bukan hanya bermaksud
mengetahui status gejala, tetapi juga bermaksud menentukan kesamaan
status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah dipilih
atau ditentukan. Peneliti berusaha mencari jawaban terhadap sesuatu
fenomena dari permasalahan yang diajukan, atau dapat dikatakan bahwa
peneliti akan menjelaskan kinerja guru dalam mengimplementasikan Standar
Proses sebagai wujud penyelenggaraan pendidikan bermutu di Kota Palu.
Penelitian ini dilaksanakan selama 4 (empat) bulan, yakni mulai 1
Juni 2010 sampai dengan 1 September 2010, dengan memilih lokasi, yakni
di sekolah-sekolah SD/MI di Kota Palu, Provinsi Sulawesi Tengah.
Populasi dalam penelitian ini adalah SD/MI Negeri maupun Swasta
yang ada di Kota Palu tersebar di 4 Kecamatan, yakni kecamatan Palu
Utara, Palu Timur, Palu Selatan dan Palu Barat, berjumlah 58 (lima puluh
delapan) sekolah. Teknik yang digunakan dalam penarikan sampel adalah
metode sensus yaitu mengambil seluruh populasi untuk dijadikan sampel.
Adapun jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data
kualitatif. Data kuantitatif maupun data kualitatif bersumber dari data primer
dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari
responden meliputi semua dimensi yang membangun variabel kirnerja guru,
sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dan dihimpun dari
guru tentang bukti fisik mengenai implementasi standar proses, baik dalam
bentuk catatan, program kerja serta data-data lainnya yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beberapa teknik,
yaitu:
a. Teknik Observasi
b. Teknik Wawancara
c. Teknik Kuesioner
d Teknik Dokumentasi
10
Tabel 5: Capaian Kinerja SD/MI Negeri dan Swasta di Kota Palu Provinsi
Sulawesi Tengah dalam Mengimplementasikan Standar Proses
pada Mata Pelajaran IPA dan Matematika Tahun 2010
Capaian Kinerja Persentase Jumlah
No Kecamatan Tiap Dimensi Sekolah Tiap Kategori
Perencanaan KBM Penilaian M&E AB B C TL
1 Palu 64,70 77,26 72,06 74,54 17,65 23,53 58,82 0,00
Utara
2 Palu 70,45 90,36 77,27 71,33 9,09 72,72 18,18 0,00
Timur
3 Palu 71,08 88,97 85,29 78,51 35,29 47,06 17,65 0,00
Selatan
4 Palu 66,66 88,46 73,08 73,67 38,46 30,77 23,08 7,69
Barat
Rerata 68,22 86,26 76,92 74,51 25,12 43,52 29,43 1,92
Ada yang menarik dari hasil wawancara dengan para guru, di mana
mereka secara jujur manyampaikan bahwa silabus dan RPP yang disusun
hanya disiapkan sebagai bukti fisik kinerjanya kepada kepala sekolah dan
pengawas sekolah, bukan untuk diimplementasikan saat pembelajaran di
kelas.
2. Dimensi Pelaksanaan PBM (X2)
Pada dimensi pelaksanaan PBM (X 2), terdapat dua indikator yang
diukur melalui kuesioner. Kedua indikator dimaksud adalah 1) Sekolah/
Madrasah melaksanakan proses pembelajaran dengan memenuhi
persyaratan beban kerja minimal 24 jam tatap muka perminggu, 2) Proses
pembelajaran di Sekolah/Madrasah dilaksanakan sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran,
Terdapat 56,89% sekolah yang gurunya berada dalam rentang 76%-
100% memiliki beban kerja minimal 24 jam tatap muka perminggu, 27,59%
berada dalam rentang 51%-75% memiliki beban kerja minimal 24 jam tatap
muka perminggu, 15,52% berada dalam rentang 26%- 50% memiliki beban
kerja minimal 24 jam tatap muka. Walaupun demikian, tidak ada sekolah
yang di bawah 51% memiliki beban kerja minimal 24 jam tatap muka per
minggu.
Selanjutnya dalam hal pelaksanaan proses pembelajaran, sekolah
yang berada dalam rentang 76% - 100% guru melaksanakan proses
pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran adalah 51,72%,
dalam rentang 51% - 75% guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai
dengan langkah-langkah pembelajaran adalah 41,38%, dalam rentang 26% -
50% guru melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran adalah 5,17% dan yang berada dalam 1% - 25% guru
melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan langkah-langkah
pembelajaran adalah 1,72%.
Dari aspek RPP, belum ditemukan bagaimana seorang guru
melaksanakan elaborasi, eksplorasi dan konfirmasi. Yang ada hanyalah
dominasi guru dalam pelaksanaan pembelajaran. Masih ditemukan ada
15
(empat) cara, 43,10% yang melakukan dengan 3 (tiga) cara, 29,31% yang
melakukan dengan 2 (dua) cara, 10,34% yang melakukan dengan 1 (satu)
cara dan masih terdapat 3,45% yang tidak melakukan supervisi proses
pembelajaran.
Selanjutnya, terkait dengan pelaporan tentang hasil ke pengawas,
didapatkan variasi jawaban kepala sekolah. Namun demikian, mereka
memberikan pernyataan bahwa Kepala Sekolah/Madrasah melaporkan
pengawasan proses pembelajaran kepada pemangku kepentingan,
diantaranya 34,48% melaporkan kepada yang bersangkutan, dewan guru,
pengawas sekolah/madrasah dan komite sekolah, 8,62% melaporkan
kepada yang bersangkutan melaporkan kepada dewan guru, pengawas
sekolah/madrasah dan komite sekolah bersangkutan, dewan guru,
melaporkan kepada dewan guru, pengawas sekolah/madrasah dan komite
sekolah.dan pengawas sekolah/madrasah, 12,00% melaporkan kepada
yang bersangkutan melaporkan kepada dewan guru, pengawas
sekolah/madrasah dan komite sekolah dan dewan guru, 43,10% melaporkan
kepada yang bersangkutan saja, dan 1,72% tida melaporkan hasil
kepengawasannya kepada pemangku kepentingan.
Terkait dengan tindakan kepala sekolah dalam melakukan tindak
lanjut hasil kepengawasan. Hasil hitung diperoleh bahwa terdapat 8,62%
sekolah yang melaksanakan sekitar 76% - 100% hasil pengawasannya
selama satu tahun terakhir dilakukan tindak lanjut, 60,34% yang
melaksanakan sebanyak 51% - 75% hasil pengawasan selama satu tahun
terakhir dilakukan tindak lanjut, 17,24% yang melaksanakan sebanyak 26% -
50% hasil pengawasan selama satu tahun terakhir dilakukan tindak lanjut,
13,79% sekitar 1% - 25% hasil pengawasan selama satu tahun terakhir
dilakukan tindak lanjut 13,79%, walaupun demikian, tidak ditemukan adanya
hasil pengawasan yang tidak ditindaklanjuti.
Berdasarkan uraian dikemukakan di atas, ada dua hal pokok yang
menjadi fokus pembahasan hasil penelitian ini, Pertama: telah jelas
gambaran kinerja guru SD/MI di Kota Palu dalam mengimplementasikan
18
KESIMPULAN
1. Sekolah SD/MI Negeri dan Swasta di Kota Palu telah
mengimplementasikan Standar proses. Adapun pelaksanaan standar
proses tersebut meliputi dimensi perencanan (X1) mencapai 68,22 atau
dalam kategori cukup, monitoring dan evaluasi (X 4) 74,51 dengan
kategori baik. penilaian (X 3) sebesar 76,92 dengan kategori baik serta
pelaksanaan PBM (X2) sebesar 86,26 dengan kategori amat baik.
19
SARAN
1. Pelaksanaan standar proses di sekolah harus ditingkatkan, karena
sangat menentukan dan dominan terhadap pencapaian nilai kinerja
sekolah.
2. Dimensi pelaksanaan paling besar capaiannya, ini dapat dijadikan
modal dalam upaya peningkatan kinerja sekolah terhadap dimensi
lainnya, selanjutnya dimensi yang memperoleh kinerja rendah
hendaknya mendapatkan perhatian secara kontinyu dalam rangka
mewujudkan kinerja sekolah yang tinggi, serta mampu memberi
kepuasan pada pelanggan (layanan profesional).
3. Perlu kesadaran kepada sekolah tentang arti pentingnya kurikulum
sebagai unsur perencanaan, sehingga dengan hasil penelitian ini dapat
dikembangkan dengan melakukan pembinaan pentingnya memahami
kurikulum secara utuh bagi sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar Prabu, 2005. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: Revika Aditama.