Professional Documents
Culture Documents
2443-115X
ISSN ELEKTRONIK. 2477-1821
Submitted : 27 April
2016
Edited : 17 April 2016
Accepted : 25 April
2016
ABSTRACT
Iron (Fe) is one of many heavy metals that is corrosive resistant, dense, and has a low
melting point. If accumulated in the body, the metal can cause some medical conditions, such as
irritation to skin and eyes, breathing problems, and in the long term, cancer. This research aims
to know generally the spread of metallic iron (Fe) in the river Pasar in Belangwetan, Klaten.
This study was conducted using an observational method in which researchers did not examine
the effects of interventions. Sampling was done using purposive sampling method taken from
three points, namely the upper, middle, lower. Determination of iron levels by Atomic
Absorption Spectrophotometer (AAS) obtained a positive result, and the data was processed
using SPSS to determine the Mean and Standard Deviation. Of the research result, it could be
known the Mean score was 2.33 ppm and SD was 0.0352. The result of this research indicated
that the levels of iron in the river Pasar in Belangwetan were 2.33 ppm. It means that the levels
violate the regulation of the Minister of Health of the Republic of Indonesia, which is not more
than 1mg/L (1ppm) in the clean water.
Semua wadah dan peralatan preaparasi yang akan digunakan dicuci dengan air sabun
kemudian dibilas dengan air sampai bersih. Dicuci dengan larutan HNO 3 kemudian dibilas
dengan aquadestilata.Wadah dan peralatan preparasi dikeringan dalam oven pada suhu 60 0C.
Preparasi Sampel
Sampel air sungai diambil 100 ml, kemudian dimasukan dalam beker glass kemudian
ditambah dengan HNO3 pekat : Hcl pekat dengan perbandingan 1:3 , diencerkan dengan aquadest
sampai tercapai pH asam (dibawah < 5 ) kemudian sampel siap diuji dengan AAS.
Pengukuran sampel
Larutan stok besi nitrat Fe(NO3)3
dengan konsentrasi 1000 ppm. Seri konsentrasi larutan baku Fe 0,0 g/ml, 0,05g/ml, 0,1 g/ml,
0,2 g/ml, 0,4 g/ml, 0,8 g/ml. masing -masing larutan yang
telah dibuat pada panjang gelombang untuk logam besi. Buat kurva kalibrasi untuk mendapatkan
persamaan garis regresi, lanjutkan dengan pengukuran sampel uji yang telah dipersiapkan (4).
40 AKADEMI FARMASI SAMARINDA
JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 2(1), 39-43, 2016 RAHMI NURHAINI
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi standar untuk unsur besi, dengan mengukur serapan sampel. Absorbansi yang diperoleh
Untuk menarik kesimpulan dari penelitian, data kualitatif dianalisa menggunakan analisis deskriptif prosentase. Data kualtitatif dianalisis menggunakan analisis data mean Standar
Deviasi ( SD). Mean adalah nilai rata-rata dari sekelompok data, dengan mengunakan hitung SPSS.
2. Data hasil penelitian
Penelitian analisa logam besi (Fe) di sungai pasar daerah Belangwetan Klaten Utara,
Klaten, dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom. Data hasil penetapan
RINGKASAN
95
Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3 September 2012:95-101
tinggi. Sebagian besar kendaraan bermotor itu menghasilkan emisi gas buang yang
buruk, baik akibat perawatan yang kurang memadai ataupun dari penggunaan
bahan bakar dengan kualitas kurang baik.
Menurut Environment Project Agency, sekitar 25% logam berat Timbal (Pb) tetap
berada dalam mesin dan 75% lainnya akan mencemari udara sebagai asap knalpot.
Emisi Pb dari gas buangan tetap akan menimbulkan pencemaran udara dimanapun
kendaraan itu berada, tahapannya adalah sebagai berikut: sebanyak 10% akan
mencemari lokasi dalam radius kurang dari 100 m, 5% akan mencemari lokasi dalam
radius 20 km, dan 35% lainnya terbawa atmosfer dalam jarak yang cukup jauh
(Surani, 2002). Logam Pb sebagai gas buang kendaraan bermotor dapat membahaya-
kan kesehatan dan merusak lingkungan. Logam Pb yang terhirup oleh manusia setiap
hari akan diserap, disimpan dan kemudian ditampung dalam darah. Bentuk kimia Pb
merupakan faktor penting yang mempengaruhi sifat-sifat Pb di dalam tubuh.
Komponen Pb organik misalnya tetraethil Pb segera dapat terabsorbsi oleh tubuh
melalui kulit dan membran mukosa. Logam Pb organik diabsorbsi terutama melalui
saluran pencernaan dan pernafasan dan merupakan sumber Pb utama di dalam
tubuh. Tidak semua Pb yang terhisap atau tertelan ke dalam tubuh akan tertinggal di
dalam tubuh. Kira-kira 5-10% dari jumlah yang tertelan akan diabsorbsi melalui
saluran pencernaan, dan kira-kira 30% dari jumlah yang terisap melalui hidung akan
diabsorbsi melalui saluran pernafasan akan tinggal di dalam tubuh karena dipengaruhi
oleh ukuran partikel-partikelnya (BPLHD, 2009).
Timbal (Pb) termasuk dalam kelompok logam berat golongan IVA dalam
Sistem Periodik Unsur kimia,
96
mempunyai nomor atom 82 dengan berat atom 207,2, berbentuk padat pada suhu
kamar, bertitik lebur 327,4 0C dan memiliki berat jenis sebesar 11,4/l. Pb jarang
ditemukan di alam dalam keadaan bebas melainkan dalam bentuk senyawa
dengan molekul lain,misalnya dalam bentuk PbBr 2 dan PbCl2.
Logam Pb banyak digunakan sebagai bahan pengemas, saluran air, alat-alat
rumah tangga dan hiasan. Dalam bentuk oksida timbal digunakan sebagai pigmen/zat
warna dalam industri kosmetik dan glace serta indusri keramik yang sebagian
diantaranya digunakan dalam peralatan rumah tangga. Dalam bentuk aerosol
anorganik dapat masuk ke dalam tubuh melalui udara yang dihirup atau makanan
seperti sayuran dan buah-buahan. Logam Pb tersebut dalam jangka waktu panjang
dapat terakumulasi dalam tubuh karena proses eliminasinya yang lambat. Setiap liter
bensin dalam angka oktan 87 dan 98 mengandung 0,70g senyawa Pb Tetraetil dan
0,84g Tetrametil Pb. Setiap satu liter bensin yang dibakar jika dikonversi akan
mengemisikan 0,56g Pb yang dibuang ke udara (Librawati, 2005).
Emisi Pb ke udara dapat berupa gas atau partikel sebagai hasil samping
pembakaran yang kurang sempurna dalam mesin kendaraan bermotor. Semakin
kurang sempurna proses pembakaran dalam mesin kendaraan bermotor, maka
semakin banyak jumlah
Sumber Timbal
Pb yang akan di emisikan ke udara. Senyawa yang terdapat dalam kendaraan bermotor
yaitu PbBrCl, PbBrCl.2PbO, PbCl2, Pb(OH)Cl, PbBr2, dan PbCO3.2PbO, diantara
senyawa tersebut PbCO3.PbO merupakan senyawa yang berbahaya bagi kesehatan.
Gambar 2-1 menunjuk-kan alur pajanan Pb dalam lingkungan.
Manusia menyerap timbal melalui udara, debu, air dan makanan. Tetraethyl
lead (TEL), yang merupakan bahan logam timah hitam (timbal) yang ditambahkan
ke dalam bahan bakar berkualitas rendah untuk menurunkan nilai oktan. Pb
organik diabsorbsi terutama melalui saluran pencernaan dan pernafasan dan
merupakan sumber Pb utama di dalam tubuh.Selain itu mangan pada MMT dan
karsiogenik pada MTBE (bahan aditif pada bensin selain TEL yang menghasilkan
zat berbahaya bagi tubuh) (Anonim, 2010).
Pb dari pipa air
yang korosif
OUTCOME
Pb dalam cat Pb di air
Kosmetika
Mengandung Pb
97
Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3 September 2012:95-101
7. Dampak Timbal (Pb) Terhadap Kesehatan Manusia
b. Efek Sistemik
Kandungan Pb dalam darah yang terlalu tinggi (toksitas Timbal yakni di atas
30 ug/dl) dapat menyebabkan efek sistemik lainnya adalah gejala gastro-intestinal.
Keracunan timbal dapat berakibat sakit perut, konstipasi, kram,
mual, muntah, anoreksia, dan kehilangan berat badan. Pb juga dapat
meningkatkan tekanan darah. Intinya timbal ini dapat merusak fungsi organ.
d. Pada Tulang
2+ 2+
Pada tulang, ion Pb logam ini mampu menggantikan keberadaan ion Ca
(kalsium) yang terdapat pada jaringan tulang. Konsumsi makanan tinggi kalsium
akan mengisolasi tubuh dari paparan Pb yang baru.
Badan pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Propinsi Jabar
bulan Mei 2008 telah memantau konsentrasi Pb khususnya dalam darah manusia
yang ditunjukkan dalam Gambar 2-2 dan Gambar 2-3.
Gambar 2-2 dan Gambar 2-3 menunjukkan hasil pengukuran konsentrasi
Pb dalam darah, yang diambil dari sampel beberapa siswa Sekolah Dasar (SD) di
kota Bandung. Dari kedua gambar tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa
SD yang di ambil sampel darahnya menunjukkan konsentrasi yang melebihi
ambang batas Pb yaitu 10ug/dl. Hal ini tentunya merupakan masalah yang sangat
mem-prihatinkan dan hendaknya menjadi perhatian serius dari PEMDA serta
semua anggota masyarakat.
98
Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di
Udara..... (Desy Gusnita)
Gambar 2-2: Pengukuran kadar timbal (Pb) dalam darah oleh BPLHD (Mei 2008)
Gambar 3-3: Hasil Uji Pengukuran Pb dalam Darah di SDN Bandung, Cimahi dan Lembang (Mei
2008, BPLHD Propinsi Jabar)
3 PENGUKURAN EMISI TIMBAL (PB)
DARI KENDARAAN DI KOTA
BANDUNG
99
Berita Dirgantara Vol. 13 No. 3 September 2012:95-101
yang dipantau dan kualitas bahan bakar bensin dan solar. Pada tahun 2006, KLH
memantau kualitas bahan bakar kendaraan bermotor di 20 kota, sedangkan tahun ini,
terdapat penambahan jumlah kota yang dipantau menjadi 30 kota, yang antara lain:
Ambon, Balikpapan, Banda Aceh, Bandar Lampung, Bandung, Banjarmasin, Batam,
Bengkulu, Denpasar, Gorontalo, Jabo-detabek, Jambi, Jayapura, Kendari, Kupang,
Makasar, Manado, Mataram, Medan, Padang, Palangkaraya, Palembang, Palu,
Pangkalpinang, Pekanbaru, Pontianak, Semarang, Sorong, Surabaya, dan Yogyakarta.
Dari segi jumlah, kota-kota yang dipantau tersebut dapat mewakili seluruh wilayah
Indonesia yang berjumlah 33 provinsi.
Kualitas bahan bakar yang dipasarkan di Indonesia menunjukkan
perbaikan dari tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, pada tahun 2006 dari
20 kota yang dipantau ditemukan bahan bakar bensin masih mengandung Pb
dengan nilai rata-rata 0,038 gr/l, sedangkan tahun 2007 dari 30 kota yang
dipantau ditemukan nilai rata-rata 0.0068 gr/lt. Dari 30 kota yang dipantau, 10
kota kandungan Timbalnya sudah tidak terdeteksi atau unleaded gasoline,
termasuk Kota Bandung (Sumber: Kementrian Lingkungan Hidup). Tabel 3-1
menyajikan data hasil pengukuran Pb di beberapa lokasi hasil pengukuran BPLHD
Prop. Jabar.
Tabel 3-1: HASIL PENGUKURAN PB DARI TAHUN 2006 HINGGA TAHUN 2007 DI KOTA
BANDUNG
Baku
Tahun Tahun
No. Lokasi Satuan Mutu
2006 2007
1 Terminal Bis Cicaheum 2.92 0.7
2 Terminal Bis Leuwi Panjang 2 0.78
3 Terminal Ledeng 2.27 0.7
4 Alun-alun 2.03 0.43
5 Balaikota Jl. Wastukencana 1.1 0.6
6 Kampus STSI Buahbatu 1.88 0.55
7 Stadion PERSIB Jl. A.Yani 0.05 0.77 2
3
8 Gedung Sate ug/Nm 1.24 0.58
9 Bunderan Cibiru 2.78 0.56
10 Sekitar Jl. Siliwangi 0.05 0.44
11 Sekitar Jl. Punclut 0.33 0.35
12 Jl. KPAD Sarijadi 0.09 0.2
13 Jl.Margahayu raya 0.05 0.53
14 Jl. RS Ujung Berung 0.36 0.25
15 Jl. Elang Cibeureum 0.39 0.88
16 Sekitar pasir Impun 0.95 0.3
Sumber: Laporan kegiatan Pengendalian Pencemaran Udara di Kota Bandung, BPLHD
Propinsi Jabar
Berdasarkan Tabel 3-1 di atas terlihat penurunan konsentrasi Pb yang cukup
berarti di beberapa titik peman-tauan di kota Bandung pada tahun 2007 dibandingkan
tahun 2006. Hal ini sejalan dengan upaya perbaikan kualitas bahan bakar dan upaya
penghapusan bensin bertimbal yang dicanangkan di
100
Indonesia seperti tertuang dalam UU No. 23/1997 dan instruksi Menteri
Lingkungan Hidup RI tahun 2000 untuk penghapusan bensin bertimbal secara
bertahap di seluruh Indonesia. Semula ditargetkan pada 2005 seluruh Indonesia,
bahan bakarnya sudah tanpa timbal namun kenyataanya sampai saat
Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di
Udara..... (Desy Gusnita)
ini belum tuntas. Mundurnya program tersebut akibat adanya kolusi oleh oknum
dengan perusahaan Inggris, Innospec Ltd (produsen TEL) agar Indonesia menunda
penerapan bensin tanpa timbal. Sampai tahun 2011, dari hasil pemantauan kadar
Pb di kota Semarang menunjukkan kadar tertinggi sebesar 2,41 g/Nm, yaitu di
daerah
Perempatan Bangkong, dan keadaan ini adalah sesuai kondisi riil di lapangan
bahwa arus transportasi daerah Bangkong padat dengan didominasi oleh
kendaraan pribadi dan angkutan umum, serta posisi di dekat pusat kota. (Sunoko,
2011).
4 PENUTUP
DAFTAR RUJUKAN
1) 2) 2)
Bustanul Arifin , Deswati , Umiati Loekman
1)
Laboratorium Jasa Analisis Jurusan Kimia FMIPA Universitas Andalas
2)
Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia FMIPA Universitas
Andalas E-mail : ba_arifin@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian mengenai analisis kandungan logam Cd, Cu, Cr dan Pb dalam air laut telah dilakukan di
sekitar perairan Bungus, Teluk Kabung, Kota Padang dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut.
Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan logam, Cu, Cr dan Pb dan sebarannya di
perairan Bungus. Sampel sebanyak 200 mL diekstraksi dengan larutan pengompleks ammonium pyrolidin
ditiokarbamat (APDC) jenuh sebanyak 2 mL dalam 7 mL metil isobutyl keton (MIBK) dan diekstrak
kembali dengan 5 mL larutan HNO3 4M, larutan diukur absorbannya dengan Spektrofotometer Serapan
Atom (SSA). Pengambilan sampel air laut dilakukan sebanyak 6 lokasi yaitu di sekitar Pelabuhan
Perikanan Samudera, pantai Carolin, Depot Pertamina, Teluk Pandan, UPTD BBIP (Balai Benih Ikan
Pantai) Teluk Buo dan di laut lepas, dimana tiap lokasi diambil 2 titik sampel dengan jarak antar titik
sekitar 100 m dengan dua kali pengambilan. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kandungan logam Cd
berkisar antara 0,006 0,01 ppm, Cu antara 0,0058 0,0720 ppm, Cr antara 0,0170 - 0,0890 ppm dan
kandungan logam Pb berkisar antara 0,06 0,09 ppm. Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan
Hidup No. 51 Tahun 2004 kandungan logam Cr dan Pb telah melampaui standar baku mutu air laut yaitu
0,001 ppm sedangkan kandungan logam Cd dan Cu belum melampaui standar baku mutu air laut.
ABSTRACT
Research on metal concentrations of Cd, Cu, Cr and Pb was analyzed in sea water around Bungus,
Teluk Kabung, Padang City by utilizing solvent extraction method. The research was conducted to see
metal contents and their distribution in Bungus. Sample of 200 ml was extracted with 2 ml solution of
saturated ammonium pyrolidine dithiocarbamate (APCD) in 7 ml methyl isobutyl ketone (IBK) and
being extracted again with 5 ml HNO3 4M. Solution was measured its absorbance by using Atomic
Absorbtion Spectroscopy (AAS). Sea water samples was taken in six locations; around Samudera
Fishery Port, Carolin Beach, gas station, Pandan Bay, UPTD BBIP Buo Bay and in the sea, 2
sampling points were set with 100 m distance between each point. Results show the range of Cd
concentration was 0.006-0.01 ppm, Cu was 0.0058-0.0720 ppm, Cr was 0.0170-0.0890 ppm and Pb
was 0.06-0.09 ppm. Compared with the regulation of Environment Ministry number 51 Year 2004,
concentrations of Cr and Pb exceeded the quality standard of sea water of 0.001 ppm. On the other
hand, Cd and Cu concentrations were found below the sea water quality standard.
Keywords: AAS, APCD, MIBK, solvent exraction
1
3
9
Jurnal Teknik Lingkungan UNAND 9 (2) : 139-145 (Juli 2012) Deswati,
dkk
PENDAHULUAN
Pencemaran akibat kegiatan industri dapat menyebabkan kerugian besar, karena
umumnya buangan/limbah mengandung zat beracun antara lain raksa (Hg), kadmium
(Cd), krom (Cr), timbal (Pb), tembaga (Cu), yang sering digunakan dalam proses
produksi suatu industri baik sebagai bahan baku, katalisator ataupun bahan utama.
Logamlogam ini akan membentuk senyawa organik dan anorganik yang berperan
dalam merusak kehidupan makhluk hidup yang ada di dalam perairan (Darmono, 2001).
Logam berat masuk ke dalam tubuh organisme laut sebagian besar melalui rantai
makanan fitoplankton merupakan awal dari rantai makanan yang akan dimangsa oleh
zooplankton, zooplankton dimangsa oleh ikan-ikan kecil, ikan kecil dimangsa oleh ikan-
ikan besar dan akhirnya ikan dikonsumsi oleh manusia. Proses ini berlangsung secara
terus-menerus maka jumlah dari logam yang terkonsumsi juga semakin banyak dan
termasuk terakumulasi dalam tubuh manusia (Darmono, 2001).
Logam berat jika sudah terserap ke dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan, bersifat
toksik dan mengganggu kehidupan mikroorganisme. Pada manusia logam berat dapat
menimbulkan efek kesehatan tergantung pada bagian mana logam berat tersebut terikat di
dalam tubuh. Daya racun yang dimiliki akan bekerja sebagai penghalang kerja enzim,
sehingga proses metabolisme tubuh terputus. Logam berat dapat juga sebagai penyebab
alergi, karsinogen
bagi manusia dan dalam konsentrasi yang tinggi akan menyebabkan kematian (Putra dan
Putra, 2005).
Penelitian ini sangat perlu dilakukan dalam mengetahui kandungan logam berat yang
terdapat dalam air laut di sekitar Bungus Teluk Kabung Padang, mengingat sebagian
besar masyarakat di sekitar pantai banyak menggantungkan kehidupan dengan
menangkap ikan. Pertimbangan lain daerah ini telah dibangunnya Depot Logistik
Pertamina. Daerah ini juga sangat berpotensi dalam pengembangan daerah wisata karena
pantainya yang indah dan kaya akan keanekaragaman hayati. Daerah ini juga dijadikan
tempat jalur pelabuhan bagi para nelayan yang menggunakan perahu mesin, diduga dapat
menambah kandungan polutan dari sisa minyak yang dipakai untuk mesin.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk melihat seberapa jauh tingkat
pencemaran di daerah ini. Indikasi telah tercemarnya perairan Bungus Teluk Kabung
dapat dilihat dari matinya beberapa kerang di perairan sekitar UPTD BBIP (Unit
Pelaksana Teknis Daerah Balai Benih Ikan Pantai) Teluk Buo, Bungus, Teluk Kabung.
Indikator lain yaitu tercemarnya perairan di Labuhan Cina Bungus Teluk Kabung oleh
logam berat Cu, Cd dan Pb (Handayani, 2004). Selain itu juga telah dilakukan penelitian
terhadap logam berat, Cu, Cr dan Pb pada kerang-kerangan (Soesanti, 2004), sedimen
(Yane, 2004) dan bakau (Sultana dan Willian, 2004).
Berdasarkan urian tersebut, maka perlu dilakukan penelitian tentang kandungan logam
berat Cu, Cr, Cd dan Pb dalam air laut di sekitar perairan tersebut, mengingat sebagian
besar masyarakatnya bergantung pada sektor perikanan dan lautan. Untuk
140
Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang
menganalisis kandungan logam berat ini dalam air laut tersebut dapat dilakukan dengan
cara ekstraksi menggunakan salah satu pengompleks. Pengompleks yang digunakan
adalah ammonium pyrolidin ditiokarbamat (APDC) dalam pelarut metil isobutyl keton
(MIBK). APDC ini selain berfungsi sebagai pengompleks juga berfungsi sebagai
prekonsentrasi karena konsentrasi logam-logam pencemar yang terdapat dalam air laut
tersebut sangat kecil sekali sehingga menyulitkan dalam pengukuran. Selain itu juga
untuk memisahkan ion-ion logam yang dianalisis dari air laut yang mempunyai
kandungan garam yang cukup tinggi sehingga mengganggu pengukuran dengan AAS.
Metode ini telah dilakukan dalam menganalisis logam dalam air dengan konsentrasi yang
kecil (Handayani, 2004).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi perairan Bungus Teluk Kabung dan
sekitarnya ditinjau dari logam berat yaitu Cu, Cr, Cd dan Pb sebagai dampak dari
kegiatan pembangunan di wilayah pesisir pantai Bungus Teluk Kabung.
Manfaat dari penelitian ini diharapkan nantinya dapat memberikan informasi kepada
masyarakat, pemerintah daerah tentang kualitas air laut dan menjadi tolok ukur terhadap
efektifitas pengelolaan yang telah dilakukan.
METODOLOGI
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Analisis Terapan, Jurusan Kimia Fakultas
Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas
Padang.
Pengambilan Sampel
Metodologi pengambilan sampel dilakukan dengan secara terpilih, dengan
memperhatikan kondisi serta keadaan dari daerah penelitian, arus dan kedalaman daerah
penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk melihat sampai sejauh mana konsentrasi zat
pencemar menyebar. Pengambilan sampel air laut dilakukan di sekitar perairan Bungus
Teluk Kabung Padang sebanyak 6 lokasi, pengambilan sampel, di setiap lokasi dilakukan
2 titik pengambilan, yaitu :
5. Di sekitar Pelabuhan Perikanan Samudra
200 m dari tepi pantai
6. Di sekitar Pantai Carolin 100 m dari tepi pantai
7. Di sekitar Depot Pertamina 200 m dari tepi pantai
8. Arah Teluk Pandan 300 m dari tepi pantai
9. Depan UPTD BBIP 200 m dari tepi pantai
10. Laut lepas 500 m dari tepi pantai
Persiapan Sampel
Sampel diambil berdasarkan tiap titik yang telah ditetapkan, dimana tiap titik diambil
sebanyak 1 Liter. Sampel yang telah diambil kemudian diawetkan dengan menggunakan
asam nitrat 65 %. Untuk 1 Liter sampel ditambahkan sebanyak 2 mL asam nitrat pekat.
Prosedur Kerja
Prekonsentrasi Sampel dengan Metode Ekstraksi Pelarut
Dipipet 200 mL sampel air laut dimasukkan ke dalam gelas piala 250 mL yang berisi 2
mL APDC 1%, atur pH 4 dan panaskan sampai mendidih. Setelah dingin sampai suhu
kamar, ditempatkan dalam Erlenmeyer dan tambahkan 7 mL MIBK kemudian digoyang
dengan shaker selama 20 menit. Larutan tersebut di masukan ke dalam corong pisah dan
biarkan selama 20 menit. Ambil lapisan organik (atas) dan tempatkan dalam erlenmeyer.
Rancangan Percobaan
Untuk mengetahui kandungan logam berat Cu dan Cr pada air laut maka akan digunakan
rancangan acak kelompok (RCBD) (randomized completely block design), dengan 2
perlakuan dan 6 kelompok. Sebagai perlakuan adalah waktu pengambilan sampel dan
sebagai kelompok adalah lokasi pengambilan sampel (Anderson, 1987).
Gambar 1 menunjukkan hasil pengukuran logam berat Cu dalam air laut di perairan
sekitar Bungus Teluk Kabung berkisar antara 0,0058 0,0720 ppm. Kisaran ini pada
pengambilan II telah melewati standar baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu
sebesar 0,05 ppm sedangkan pada pengambilan I masih dibawah ambang batas.
Konsentrasi logam Cu pada pengambilan I konsentrasinya masih di bawah ambang batas
sedangkan pada pengambilan II telah melampaui ambang batas. Hal ini disebabkan
karena faktor kondisi air laut yang berbeda. Pada pengambilan I kondisi air laut pasang
142
Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang
surut dan gelombang laut cukup tenang sedangkan pada pengambilan II kondisi air laut
pasang naik dan gelombang air laut besar (faktor kecepatan arus) sehingga akan
menyebabkan terjadinya pengadukan sedimen dengan air laut. Konsentrasi tertinggi
terdapat di lokasi 6 pada pengambilan II yaitu di laut lepas. Pada air laut di lautan lepas
kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara langsung dari atmosfir atau karena
tumpahan minyak dari kapal-kapal tanker yang melaluinya dan juga dari mineral-
mineral yang banyak terkandung di dalam laut itu sendiri. Pengaruh gelombang dan
arus yang cukup besar, maka logam Cu juga ikut terbawa sehingga akan menyebabkan
daerah di sekitar perairan Bungus Teluk Kabung terkontaminasi logam Cu.
0.012
(ppm)
0.01
0.008
rata-rata
0.004
0.002
0
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
Titik pengambilan sampel
Konsentrasi logam Cr stabil pada beberapa titik pengambilan sampel, hal ini disebabkan
karena Cr memang sudah cukup banyak terakumulasi di perairan sekitar Bungus Teluk
Kabung Padang. Beberapa faktor lain yang menyebabkan konsentrasi Cr cukup tinggi
adalah karena aktifitas di sekitar perairan tersebut. Kondisi ini dapat dilihat pada lokasi 1
dan 2 dimana pada lokasi ini terdapatnya kapal-kapal yang berlabuh yang membuang air
balasnya kelaut dan juga karena lokasinya tidak begitu jauh dari bibir pantai sehingga
sering terjadi pengadukan air dengan sedimen yang banyak mengandung logam Cr.
144
Kandungan Logam Pb dalam Air Laut
Dari hasil penelitian terhadap air laut didapatkan konsentrasi logam Pb pada enam lokasi
dengan dua belas titik pengambilan sampel seperti terlihat pada Gambar 4
0.1
(ppm)
0.08
rata-rata
waktu pengambilan II
0.04
0.02
0
1a 1b 2a 2b 3a 3b 4a 4b 5a 5b 6a 6b
Titik pengambilan sampel
Gambar 4 terlihat bahwa nilai konsentrasi logam Pb relatif hampir sama di setiap daerah
titik sampel. Kandungan logam Pb dalam air laut di sekitar perairan Bungus Teluk
Kabung berkisar antara 0,06300,0907 ppm. Kandungan logam Pb telah melewati
standar baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah yaitu sebesar 0,05 ppm Konsentrasi
Pb tertinggi pada lokasi Laut Lepas sebelah kanan (6b) yaitu 0,0907 ppm pada waktu
pengambilan II dan kandungan logam Pb terendah pada lokasi Pantai Carolin, Teluk
Pandan dan didepan BBIP (2a, 2b 4a dan 5a) yaitu 0,0630 ppm pada waktu pengambilan
I.
Konsentrasi logam Pb lebih tinggi pada lokasi 6 dibandingkan pada lokasi 1, 2, 3, 4 dan
5. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi logam Pb yang berasal dari laut lepas lebih
besar dibandingkan dari lokasi lain. Ada kemungkinan pencemaran ini disebabkan oleh
tumpahan bahan bakar dari kapal-kapal yang melewati laut lepas tersebut dan juga
berasal dari batuan-batuan yang ada dalam dasar laut. Konsentrasi Pb pada waktu
pengambilan I dan pengambilan II terdapat perbedaan nyata.
Analisis Kandungan Logam Cd, Cu, Cr dan Pb dalam Air Laut di Sekitar Perairan Bungus Teluk Kabung Kota Padang
Hal ini disebabkan karena pada waktu pengambilan II kondisi perairan sedang
mengalami pasang naik.
SIMPULAN
Dari hasil penelitian analisis kandungan logam Cu, Cd, Cr dan Pb pada air laut di sekitar
perairan Bungus Teluk Kabung Padang, dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kandungan logam Cu, Cd, Cr dan Pb dalam air laut di sekitar perairan Bungus Teluk
Kabung berturut-turut adalah: 0,0058 0,0720 ppm, 0,0063 0,0103 ppm, 0,089 0,170
ppm dan 0,0630 0,0907 ppm.
Menurut Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 Tahun 2004 kandungan
logam Cr dan Pb telah melampaui standar baku mutu air laut yaitu 0,001 mg/L,
sedangkan logam Cd belum melewati standar baku mutu air laut yang ditetapkan.
Untuk logam Cu pada pengambilan I belum melampaui standar baku mutu air laut yaitu
0,05 ppm, tetapi untuk pengambilan II konsentrasi logam Cu telah melampaui standar
baku mutu yang ditetapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, R.L. 1987. Practical
Statistics For Analytical Chemist.
Van Nostrand Reinhold Company
Inc. New York.
Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya Dengan Toksikologi
Senyawa Logam. UI-Press. Jakarta
Handayani, A. 2004. Analisa Beberapa Kandungan Logam Berat Cd, Pb, dan Cu Dalam
Air Laut Disekitar Manggrove Labuhan Cina Bungus Teluk Kabung Padang. Skripsi,
Jurusan Kimia. Fakultas Matematika dan ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Andalas.
Padang
Haraguchi, H., T Agaki. 1995. Application Of Atomic Absorption Spectrometry to marine
Analysis dalam S, J, Hasweel. Analytical Spectroscopy Library, Theory, Design and
Application. Vol 5. Elsevier Amsterdam. Nederland. 1995.
Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup. Keputusan Menteri Negara
Kependudukan dan Lingkungan Hidup Nomor 51/MENKLH/2004
Tentang Baku Mutu Air Laut untu Perairan Pelabuhan. Jakarta
Putra S.E dan Putra J.A. 2005. Bioremoval Metode Alternatif Untuk Menanggulangi
Pencemaran Logam Berat. www.Che-is-try.org
Suzyanna. 2001. Model Ekologi Pengolahan Kawasan Pesisir dan Daerah Aliran Sungai
Secara Terpadu. Makalah Falsafah Sains. Program Pasca Sarjana-S3. IPB. Bogor
145