You are on page 1of 8

Media

JurnalBerindikator WarnaPertanian
Teknologi Industri Sebagai ISSN 0216-3160 EISSN 2252-3901

26 (3): 276-283 (2016) Terakreditasi DIKTI No 56/DIKTI/Kep/2012

MEDIA BERINDIKATOR WARNA SEBAGAI PENDETEKSI Salmonella typhimurium

COLORED INDICATOR MEDIA AS Salmonella typhimurium DETECTOR


Endang Warsiki*), Mulyorini Rahayuningsih, dan Roseiga Retno Anggarani

Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB


Kampus IPB Dramaga, PO Box 220, Bogor, Indonesia 16680
Email: endangwarsiki@ipb.ac.id

Makalah: Diterima 10 Maret 2015; Diperbaiki 27 Juni 2016; Disetujui 10 Juli 2016

ABSTRACT

Smart label is a label which could inform the quality and provide safety assurance of the food product.
In this research, the label was produced from colored media and purposed to detect the growth of Salmonella.
typhimurium. This bacterium is a pathogenic bacterium that causes salmonellasis disease with symptoms of
poisoning type of infection. This bacterium is commonly appear in the fresh meat and meat product. The rapid
detection of this bacterium would assure the freshness and safety of the meat. This research was aimed to
produce the media based in color changing for rapid detection of the presence of S. typhimurium. The media
indicator was produced from 2% (w/v) agar powder, 0.5% (w/v) tapioca starch, 1% (w/v) glycerol and 1% (w/v)
selective media and then dissolved into distilled water until 100 mL solution. Four kind of selective medias were
used, i.e. Xylose Lysine Deoxychoalate agar (XLD), Hektoen Enteric Agar (HEA), Salmonella Shigela Agar
(SSA) and Bismuth Salt Agar (BSA). XLD media was found to be a very sensitive media to the S. typhimurium
growth and presented a transparent color change to pink color that can be seen visually. The concentration
range of 1-1.5% (w/v) of XLD was the best to develop the media. On the other hand, BSA and SSA media was
notsensitiveon the S. typhimurium. Furthermore, another enrichment media of Brain Heart Infussion (BHI) with
phenol red indicator has resulted in the rapid detection of 24 h after incubation compare to media without BHI
in the same time. This media indicator gave in changing color from red to yellow.
Keywords: media indicator, selective media, color changing, S. typhimurium

ABSTRAK

Label cerdas adalah label yang dapat menginformasikan kualitas dan memberikan jaminan keamanan
produk pangan. Pada penelitian ini, label diproduksi dari media berindikator warna dan ditujukan untuk
mendeteksi pertumbuhan Salmonella typhimurium. Bakteri ini adalah bakteri patogen yang menyebabkan
penyakit salmonelosis dengan gejala jenis keracunan infeksi. Bakteri ini umumnya muncul pada daging segar
dan produk olahan daging. Deteksi cepat bakteri ini akan menjamin kesegaran dan keamanan daging. Penelitian
ini bertujuan untuk menghasilkan media berindikator yang berbasis pada perubahan warna untuk mendeteksi
secara cepat keberadaan S. typhimurium. Media indikator dibuat dari agar bubuk 2% (b/v), tepung tapioka 0,5%
(b/v), gliserol 1% (b/v) dan media selektif 1% (b/v) dan kemudian dilarutkan dalam air destilata sampai menjadi
100 mL larutan media. Empat jenis media selektif ditambahkan yaitu Xylose Lysine Deoxychoalate agar (XLD),
Hektoen Enteric Agar (HEA), Salmonella Shigela Agar (SSA) dan Bismuth Salt Agar (BSA). Media XLD sangat
sensitif terhadap pertumbuhan S. typhimurium dan menghasilkan perubahan warna dari transparan menjadi
merah muda yang bisa dilihat secara visual. Konsentrasi XLD 1-1,5% (b/v) adalah konsentrasi terbaik untuk
mengembangkan media indikator ini. Media lain berbahan BSA dan SSA tidak sensitif terdahap pertumbuhan S.
typhimurium. Selanjutnya media lain yang diperkaya dengan Brain Heart Infussion (BHI) dengan indikator
warna phenol red dapat berubah warna dari merah menjadi kuning dalam waktu 24 jam setelah inkubasi.
Kata kunci : Media indikator, media selektif, perubahan warna, S. typhimurium

PENDAHULUAN pendeteksi keberadaan bakteri berbahaya. Sejauh


ini, terdapat beberapa karya inovatif yang sedang
Bahan pangan sangat rentan terhadap berkembang untuk mendeteksi bakteri patogen dan
penurunan kualitas karena tumbuhnya kontaminan produk pangan seperti teknik
mikroorganisme. Penurunan kualitas tersebut konsentrasi-pemisahan, epifluorosen-membran
terkadang tidak diketahui secara cepat dan produk filtrasi dan pemisahan immunomagnetik (Mandal et
pangan dapat berbahaya jika dikonsumsi. Oleh al., 2011). Namun demikian, sebagian temuan ini
karena itu, dibutuhkan alat pendeteksi pertumbuhan harus menggunakan perangkat yang komplek dan
mikroorganisme yang dapat membantu konsumen memerlukan ekstraksi sampel untuk menentukan
dalam mengetahui tingkat penurunan kualitas produk kehadiran mikroba yang ditargetkan (Rasooly dan
pangan yang akan dibeli atau dikonsumsi, khususnya Herold, 2006; Velusamy et al., 2009; Kuswansi et

276 untuk korespondensi


*Penulis Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26 (3): 276-283
Endang Warsiki, Mulyorini Rahayuningsih, dan Roseiga Retno Anggarani

al., 2011). Sistem yang lebih sederhana patut asam-asam organik (Hong dan Park, 2000) dan
dikembangkan dengan label yang diintegrasikan enzim (DeCicco dan Keeven, 1995). Biosensor
pada kemasan produk (Pavelvoka, 2012). Label ini berbahan conducting polymer nanocomposite telah
akan memberikan respon yang mudah dilihat berhasil mendeteksi Salmonella sp., Bacillus cereus
(biasanya dengan perubahan warna) jika terdapat dan Vibrio parahaemolyticus dengan menangkap gas
bakteri patogen dalam produk atau kemasan produk. hasil metabolisme mikroorganisme tersebut (Arshak
Label indikator atau sering disebut sebagai et al., 2007). Pada penelitian ini media indikator S.
label cerdas banyak dikembangkan seperti indikator thypimurium dikembangkan dari media selektif dan
mikroba. ToxinGuardTM (Ontario, Kanada) media yang diperkaya dengan bahan lain yang
mengembangkan indikator biosensor yang memiliki diperlukan untuk pertumbuhan mikroorganisme
sistem diagnostik visual. Sistem tersebut dicetak target. Adapun tujuan penelitian adalah mengujicoba
pada plastik polietilen yang mampu mendeteksi media berindikator warna dari berbagai formulasi
bakteri patogen (Bodenhammer et al., 2004). Food media, untuk mendeteksi cepat pertumbuhan
Sentinel SystemTM adalah indikator bakteri patogen Salmonella thypimurium.
yang diintegrasikan pada bar code sehingga produk
akan tertolak secara otomatis ketika produk METODE PENELITIAN
dilewatkan pada bar code scanner (Goldsmith,
1994). Beberapa penelitian kemasan cerdas Bahan dan Alat
berbentuk label juga telah banyak dilakukan. Bahan yang digunakan untuk membuat
Warsiki dan Putri (2012) telah meneliti label media indikator adalah media pembawa yaitu agar
indikator untuk mendeteksi kerusakan buah potong bubuk, tepung tapioka, gliserol dan media selektif
karena perubahan pH dan juga kemasan antimikroba untuk pertumbuhan Salmonella, yaitu Xylose Lysine
yang mampu menghambat mikroba pembusuk Deoxychoalate (XLD), Salmonella Shigella Agar
pangan (Warsiki et al., 2009; Warsiki et al., 2010; (SSA), Bismuth Salt Agar (BSA), Hecton Enteric
Warsiki et al., 2013a). Selain itu Nofrida et al. agar (HEA). Selain itu juga digunakan bahan lain
(2013) dan Warsiki et al. (2013b) telah seperti Brain Heart Infussion (BHI), glukosa,
memanfaatkan daun erpa sebagai indikator warna tetrathionate, Na2S2O3 dan Ferric Amonium Citrate
untuk produk rentan suhu dan cahaya. Selanjutnya (FAC) sebagai bahan pengkayaan media serta
pengembangan label indikator warna dari ekstrak indikator warna phenol red, NaCl fisiologis,
buah bit (Warsiki et al., 2013c) yang mengalami aquades, biakan E.coli dan biakan S.typhimurium.
perubahan warna dari merah muda menjadi tidak Sebagai media kultur murni digunakan Trypticase
berwarna karena suhu tinggi. Soy Agar (TSA) dan Lactosa Broth Agar (LBA).
Label cerdas berindikator warna juga dapat Sedangkan alat alat yang digunakan meliputi
diaplikasikan sebagai pendeteksi kerusakan produk, cawan petri, gelas piala, water bath, magnetic stirer,
salah satunya bahan pangan yang disebabkan oleh autoklaf, oven (pengering), inkubator, hot plate, hot
bakteri patogen seperti daging dan produk stirer, batang penyebar, termometer, neraca analitik,
olahannya. Kontaminasi bakteri dimungkinkan pipet volumetrik, sudip alumunium, tabung Scotch,
karena ketidak cukupan proses (tidak higien), tabung reaksi dan alat gelas.
kerusakan kemasan, kebocoran keliman, serangga, Metode
kesalahan suhu penyimpanan dan lain lain (Prasad Media Indikator
dan Kochahar, 2014). S.typhimurium merupakan Pada penelitian ini media indikator warna
bakteri patogen yang menyebabkan keracunan tipe dibuat dari media pembawa dan bahan lain. Media
infeksi yang menular dari hewan ke manusia melalui pembawa disiapkan dari campuran agar bubuk,
makanan asal hewan yang terkontaminasi (food tapioka dan gliserol. Sebagai bahan indikator
borne disease) (Agricultural Research Service, sekaligus media selektif digunakan bahan paten yang
2002). Bakteri ini sangat mudah tumbuh pada daging umumnya digunakan untuk mendeteksi pertumbuhan
segar dan produk olahan daging. Bakteri ini sangat bakteri S. thypimurium yaitu XLD, SSA, HEA, dan
berbahaya bagi manusia dan dapat menyebabkan BSA. Bahan indikator juga diformulasikan dari
kematian. Keberadaan bakteri ini pada produk bahan lain yang terdiri campuran 0,02 g phenol red,
pangan dalam kemasan harus negatif. Salmonella 1 g glukosa, 0.85 g Na2S2O3, dan 0,15 g ferric
tidak kasat mata, namun demikian bakteri ini dapat amonium citrate, 7,7 g indikator warna phenol red
dideteksi dengan media berindikator yang akan dan 3,7 g bahan pengkayaan. Terdapat 2 jenis bahan
member respon perubahan warna. pengkayaan yang dicobakan pada campuran ini yaitu
Konsep pendeteksian mikroorganisme pada BHI dan tetrathionate.
umumnya didasarkan pada pengukuran gas atau Media pembawa adalah media untuk
senyawa lain hasil metabolisme mikrooranisme, membawa pewarna sekaligus media tempat
seperti hydrogen sulfida (Wanihsuksombat et al., Salmonella tumbuh. Sedangkan bahan selektif
2010; Smolander et al., 2002), karbon dioksida digunakanan sebagai indikator adanya S.
(Kerry et al., 2006; Nopwinyuwong et al., 2010), thypimurium pada media. Indikator akan mengalami
amina (Pacquit et al., 2006; Pacquit et al., 2007), perubahan warna. Perubahan warna media ini terjadi

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26 (3): 276-283 277


Media Berindikator Warna Sebagai

karena penurunan pH media yang disebabkan oleh Uji Sensitivitas Media Indikator
adanya produksi berbagai asam organik hasil Uji sensitivitas media indikator dilakukan
metabolisme Salmonella tersebut. dengan 2 jenis bakeri Gram negatif yaitu
Pada pembuatan media indikator ini S.thypimurium dan Escherichia coli. Sel
diperlukan ruangan steril untuk proses pengeringan S.thypimurium yang digunakan untuk menguji
media. Ruang steril pengeringan disiapkan dengan sensitivitas media indikator disiapkan dengan cara
memanaskan suhu oven sampai 120oC selama 24 membiakkan 1 ose kultur murni S.thypimurium dari
jam yang ditujukan untuk membunuh semua media umum Trypticase Soy Agar (TSA) kedalam
mikroorganisme pada ruangan terebut. Setelah itu, 100 mL larutan BHI. Sedangkan biakan E.coli
suhu oven diturunkan sampai mencapai suhu disiapkan dari 1 ose kultur E. coli pada media
konstan 37oC. Lactosa Broth Agar yang diencerkan dengan l00 mL
Proses pembuatan media indikator adalah larutan NaCl.
sebanyak 2 g agar bubuk, 5 g tapioka, 1 mL gliserol Uji sensitivitas media dilakukan dengan
dan 1 g bahan indikator pewarna ke dalam air cara metode sebar. Sebanyak 0,1 mL sel S.
destilata sampai terbentuk 100 mL larutan. Larutan typhimurium dalam larutan BHI atau 0,1 mL sel
kemudian dipanaskan dalam water bath sampai E.coli dalam larutan NaCl, dipipet dan disebarkan ke
larutan mendidih dan diaduk hingga homogen. permukaan media indikator yang telah dicetak di
Setelah itu larutan didisterilisasi pada suhu 121oC dalam cawan petri. Kemudian sel diratakan dengan
selama 15 menit. Larutan kemudian dicetak pada batang penyebar dan diinkubasi pada suhu optimum
cawan petri dengan volume 20 mL, dibiarkan pertumbuhan Salmonella sp. yaitu 37oC selama 24
memadat dan kemudian dikeringkan pada ruang jam.
pengeringan bersuhu 37oC selama 24 jam. Diagram Media indikator juga diuji perubahan
alir pembuatan media indikator disajikan pada warnanya terhadap pertumbuhan E.coli. Hal ini
Gambar 1. dimaksudkan untuk memberi keyakinan hasil uji
bahwa media indikator hanya berubah warna karena
Campuran bahan
adanya pertumbuhan S. thypimurium dan bukan
disebabkan oleh pertumbuhan bakteri gram negatif
Pemanasan dan pengadukan lainnya seperti E.coli. Gambar 2 menunjukkan
langkah uji sensitivitas media terhadap pertumbuhan
S. typhimurium.
Larutan media
Uji Perubahan Visualisasi Warna Label
Sterisilasi pada suhu Menurut beberapa literatur, XLD diyakini
121oC selama 15 min sebagai bahan pewarna yang memberikan visualisai
perubahan warna terbaik untuk mendeteksi
Salmonella sp. dibandingkan dengan bahan lain.
Pencetakan 20 mL pada cawan Pada penelitian ini diujicobakan penambahan XLD
dengan berbagai konsentrasi yang berbeda. Media
indikator diproduksi sesuai diagram alir seperti
Pengeringan pada 37oC, 24 jam Gambar 1 dengan 4 konsentrasi XLD yang berbeda
yaitu 0,5; 1; 1,5 dan 2% per 100 mL larutan media
yang dipersiapkan. Kemudian media diuji
Media indikator
sensitivitasnya terhadap pertumbuhan bakteri S.
typhimurium seperti pada Gambar 2.
Gambar 1. Diagram alir pembuatan media indikator

Media indikator
Biakan Salmonella
typhimurium/Escherichia coli

Cawan petri Batang penyebar

Gambar 2. Langkah uji sensitivitas media indikator

278 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26 (3): 276-283


Enddang Warsiki, Mulyorini
M Rahay
ayuningsih, dan Roseiga Retno Anggarani

HASIL DAN
N PEMBAHA
ASAN Nyyel et al., 20022). Perubahann warna yang dihasilkan
denngan media ini i dapat terllihat secara vvisual dan
Pemilihaan Bahan Media M Indik
kator dan Uji konnstan (tidak ada
a perubahann warna) dalaam jangka
Sensitivittas Label Cerrdas waaktu lama dibbandingkan dengan media berbahan
M
Media selek ktif XLD memperlihattkan lainn. Menurut Doyle
D et al. (11989) perubahhan warna
perubahann warna yang g mudah dilihhat secara visual. ini disebabkan oleh penurun nan pH meddia karena
Perubahaan warna yanng terjadi yaittu warna benning ferrmentasi glukkosa oleh Sallmonella menj njadi asam
transparann (tidak berw warna) menjaadi warna meerah orgganik seperti menjadi asam laktat, asetat a dan
muda (fusschia) pada waktu
w pengam matan jam ke 24 2 forrmat sehingg ga pH media menjadi sekitar s 4.
72. Form mulasi tersebbut juga dappat membedaakan Perrubahan warnna media secaara visual darri berbagai
bakteri G Gram negatiff S. typhimurrium dan E.coli bahhan media yaang diujicobaakan dapat dilihat pada
melalui pperbedaan waarna yang dihaasilkan. Padaa uji Tabbel 1.
sensitifitaas dengan E. coli, mediaa indikator tiidak Pada penelitian
p ini,, media indikkator juga
menunjukkkan adanya perubahan
p warrna. difformulasikan dengan menambahkan
m n media
S
Selanjutnya, media
m berbahaan SSA dan BSAB pemmbawa denggan bahan pengakayaan
p BHI dan
tidak terjadi perubahaan warna kareena warna meedia pheenol red seebagai indikaator warna. Tabel 2
tidak jauhh berbeda antaara sampel awwal pada jam ke-0
k meenunjukkan haasil uji sensitiivitas media tanpa
t BHI
(sebelum S. typhimuriium tumbuh) dan juga konntrol dann dengan tam mbahan BHI. Uji sensitiviitas media
(media taanpa biakan S. typhimurium m). Uji sensitivvitas denngan indikato or warna phennol red dan tanpat BHI
perubahann warna meedia indikatorr dengan HE EA, telaah menghasilk kan perubahann warna dari kuning ke
menghasiilkan warna merah
m muda paada kedua bak kteri meerah. Tidak teerdapat perbeedaan perubahhan warna
yang dicoobakan pada waktu
w inkubaasi yang berbeeda. meedia dalam meendeteksi baktteri S. typhimurium dan
Media HE EA dapat meendeteksi S. tyyphimurium pada p E. coli.
jam ke-772 penyimpan nan, namun demikian meedia Hal inii disebabkan karena keduua bakteri
yang sam ma dapat menddeteksi E.coli lebih cepat yaitu tersebut akan memfermentas
m i gula pada media
m dan
pada jam ke-24. Dengaan demikian HEA H lebih sessuai meenghasilkan asam-asam
a org ganik seperti n-butirat,
diaplikasiikan sebgai peendeteksi E.cooli dibanding gkan L-llaktat, D-laktaat dan asam asetat (Wanihhsuksomat
dengan S.. thypimurium m. et al., 2010). Selanjutnya, asam-asam ini akan
Berdasarkan hasil penngamatan juga
B meenurunkan pH H media yang y direpressentasikan
diperolehh bahwa XL LD menghasiilkan perubaahan denngan perubaahan warna phenol redd sebagai
warna tterbaik untuuk mendetekksi bakteri S. inddikator.
typhimuriium dan ini sesuai
s dengann hasil penelittian
lain (Kanng dan Fung, 2000; Maddoocks et al., 20002;

Tabel 1. Hasil uji senssitivitas mediaa indikator darri berbagai meedia selektif
Pengamatan (Jam)
P
M
Media selektif Jenis Bak
kteri
0 24 488 72

S. typhimurium
XLD
E. colli

S. typhimurium
SSA
E. colli

S. typhimurium
HEA
E. colli

S. typhimurium
BSA
E. colli

Jurnal Tekknologi Industrii Pertanian 26 (3): 276-283 279


Media Berrindikator Warnna Sebagai

Tabel 2. Hasil
H uji sensiitivitas media indikator den
ngan bahan penngkayaan BHHI
Pengaamatan (Jam))
Indikator Jenis Bakteeri
0 244 48 72

S. typhimurium
Phenol red
r
E.colii

S. typhimurium
Phenol red
r + BHI +
Glukosaa
E.colii

H
Hal yang seruupa juga telaah dikembang gkan bahhan pengkayaaan media yaang banyak digunakan d
oleh Smoolander et al. (2002) untuuk mendeteksii E. unttuk isolasi Saalmonella sp. Tabel 3 mennunjukkan
coli denggan memanfaaatkan toxin haasil metabolissme hassil uji sensitiv
vitas media dengan
d bahan tambahan
mikroorgganisme dan mampu
m merubbah warna meedia tetrrathionate + BHI dan tanpa t BHI. Media
M ini
dari biru menjadi merrah. Namun demikian, meedia meenghasilkan perubahan
p w
warna yang tiidak jauh
berindikaator phenol red (tanpa BHI) ini daapat berrbeda dengann media berrindikator phhenol red
mendetekksi keberadaan n S.thypimuriium lebih ceepat sepperti formulaasi sebelumnya, yaitu daari merah
dibandinggkan dengan E.coli.
E meenjadi kuning.. Ketidakberaddaan bahan peengkayaan
F
Formulasi lain
n dibuat denggan menambaahan BHHI telah meenyebabkan media lambbat dalam
BHI dan glukosa. Hasiil uji sensitivittas menghasillkan meendeteksi keberadaan Saalmonella inni. Media
perubahann warna darri merah kee kuning dalam tetrrathionate BHI
dapat mendeteksii bakteri
mendetekksi S. typhim murium dan E. coli. Waarna Sallmonella pad da jam ke-2 24, sedangkaan media
merah m media berasaal dari konddisi basa yang y tetrrathionate tannpa BHI, padaa jam yang saama belum
ditimbulkkan oleh BHI. Seperti dikettahui bahwa nilai
n meenunjukkan peerubahan warnna yang signiffikan.
pH mediaa BHI cenderrung basa yaiitu sebesar 7,,2 Penambbahan teetrathionate telah
7,6. Berddasarkan hasill pengamatann tersebut, meedia meenghasilkan media
m yang lembek
l sehinngga tidak
phenol reed + BHI + gllukosa membeerikan perubaahan sessuai jika akann digunakan seebagai label. Selain itu,
warna yaang sangat ceepat dan meraata pada selu uruh perrubahan warn na dari uji seensitivitas hannya dapat
permukaaan media dibaandingkan denngan media taanpa dilihat dari saatu sisi, sehhingga kuraang dapat
BHI dan glukosa. Sepeerti diketahui BHI dan gluk kosa diaaplikasikan menjadi media m indikkator. S.
adalah baahan enrichment yang akann mempermu udah typphimurium tum mbuh dan menghasilkan
m p
perubahan
mikroorgganime untuk k tumbuh. Akibatnya,
A meedia waarna terbaikk pada media selektiif XLD.
yang dipeerkaya dengan n BHI dan gluukosa akan leebih Perrtumbuhan S. S typhimurium m ditunjukkaan dengan
sensitif ddalam mendetteksi pertumbuhan Salmonella berrubahnya warrna media darri bening trannsparan ke
ataupun E Escherichia dengan
d waktuu kurang dari 24 waarna merah mudam seperti yang
y ditunjukkkan pada
jam. Tabbel 1. Di samping
s itu media selekktif XLD
F
Formulasi meedia yang terrbuat dari baahan meemiliki kandu ungan sodium m deoxycholatte sebagai
pewarna phenol red, merupakan formulasi meedia bahhan inhibitor bakteri
b Gram positif, sehinggga media
yang terlalu umum unntuk dapat meendeteksi bak kteri akaan lebih muddah mendetekssi bakteri graam negatif
gram neggatif famili Enterobacteri
E aceae sepertii S. dann menghambaat pertumbuhaan bakteri gram m positif.
thypimuriium. Namun demikian, media m ini kurrang
selektif jiika dibanding
gkan dengan media
m XLD. Hal Pengaruh Konsentrasi
K XLD T
Terhadap
ini dissebabkan X
XLD memiiliki inhibittors Perubahan Visu ualisasi Warn na Label
(pengham mbat) berupa sodium
s deoxyycholate sehin
ngga Pada penelitian
p inii media XLDD dipilih
bakteri Gram p
positif dappat diham
mbat sebbagai media teerbaik untuk dikembangkaan sebagai
pertumbuuhannya. Kom mponen penghhambat lain yang
y penndeteksi S.thypimurium. Pada peerlakukan
dapat digunakan oleeh Enterobaccteriaceae unntuk berrikutnya, konnsentrasi XLD divariasikan untuk
mencegahh mikroorgan nisme lain tummbuh adalah bile meendapatkan perubahan
p waarna yang cepat
c dan
salts, briilliant green, dan sodium lauryl sulph hate muudah dilihat dengan maata. Hasil perubahan
p
(Baird et al., 1995). Dengan
D demikkian media XLD
X vissualisasi warn
na media pada berbagai koonsentrasi
berpotenssi untuk dikkembangkan sebagai meedia XLLD dapat dilihhat pada Tabel 4. Media indikator
pendetekssi Salmonella. denngan konsentrrasi XLD 1% % dan 1,5% m
mengalami
F
Formulasi selanjutnya adalah media den ngan perrubahan vissualisasi waarna terbaikk untuk
bahan inndikator warrna phenol red dan baahan meendeteksi baktteri S. typhimuurium.
pengkayaaan tetrathionaate. Tetrationate broth adaalah

280 Jurnal Tekn


nologi Industri Pertanian
P 26 (33): 276-283
Enddang Warsiki, Mulyorini
M Rahay
ayuningsih, dan Roseiga Retno Anggarani

Tabel 3. Hasil
H uji sensiitivitas media dengan tetrayyhionate + BH
HI
Pengamaatan (Jam)
Komposisi media
m Jenis Bak
kteri
0 24
4

S. typhimurrium
r + BHI + Tetrathionate
Phenol red T
+ Glukoosa + Na2S2O3 + FAC E.coli

S. typhimurrium
r + Glukossa +
Phenol red
Tetrathionate + Na2S2O3 + FAC
E.coli

Tabel 4. Hasil
H perubah
han visualisasii warna terhaddap berbagai konsentrasi
k XL
LD

Konsenttrasi P
Pengamatan (JJam)
K
Keterangan
XLD (%
%) 0 224 48 72

Kontrol

0.5

S.tyyphimurium

Kontrol

S.tyyphimurium

Kontrol

1.5

S.tyyphimurium

Kontrol

S.tyyphimurium

Jurnal Tekknologi Industrii Pertanian 26 (3): 276-283 281


Media Berindikator Warna Sebagai

Pada Tabel 4 terlihat bahwa perubahan Baird R, Curtis G, dan Corry J. 1995. Culture Media
warna dapat dibedakan dari jam ke-0 sampai jam for Food Microbiology. Volume 34.
ke-72. Media indikator dengan konsentrasi XLD 1% Amsterdam (NL). Elsevier Science B. V.
dan 1,5% memiliki warna awal pada jam ke-0 Bodenhammer WT, Jakowski G, dan Davies E.
transparan dan berubah secara perlahan menjadi 2004. Surface binding of an
warna merah muda pada jam ke-24, 48, dan 72. immunoglobulin to a flexible polymer using
Perbedaan hasil perubahan warna, pada kedua a water soluble varnish matrix. US Patent
konsentrasi media XLD terlihat pada jam ke-24. 6692973.
Pada konsentrasi XLD 1% perubahan warna ke DeCicco BT dan Keevem JK. 1995. Detection
merah muda cukup terlihat jelas secara langsung, system for microbial contamination in
sedangkan media dengan konsentrsai XLD 1,5% health care product. US Patent 5443987.
memiliki perubahan warna yang terlihat lebih jelas Goldsmith RM. 1994. Detection of contamination in
dan lebih baik dibandingkan dengan konsentrasi food. US Patent 5 306 466.
XLD 1%. Dengan demikian konsentrasi XLD 1- Hong SI dan Park WS. 2000. Use of color indicators
1,5% adalah rentang konsentrasi terbaik dalam as an active packaging system for
pembuatan media indikator yang dapat pemberikan evaluating kimchi fermentation. J Food
perubahan warna yang signifikan dalam mendeteksi Eng. 46 (1): 67 7.
keberadaan S. thypimurium. Kang DH dan Fung DYC. 2000. Application of thin
agar layer method for recovery of injured
KESIMPULAN DAN SARAN Salmonella typhimurium. Int J Food
Microbiol. 54 (1-2): 127-132.
Kesimpulan Kerry JP, OGrady MN, dan Hogan SA. 2006. Past,
Media berbahan XLD sangat sesuai untuk current and potential utilization of active
mendeteksi pertumbuhan S. thypimurium and intelligent packaging system for meat
dibandingan dengan SSA, EXA dan BHA. Bahan and muscle-based product. A review. Meat
pengkayaan BHI dapat mempercepat perubahan Sci. 74 (1): 113 130.
warna media dari merah menjadi kuning dalam Kuswandi B, Wicaksono Y, Abdullah A, Heng LY,
waktu 24 jam inkubasi. Media indikator berbahan Ahmad M. 2011. Smart Packaging : Sensor
XLD dengan konsentrasi 1-1,5% menghasilkan for Monitoring of Food Quality and Safety.
perubahan warna terbaik dari transparan menjadi Volume 5. US: Springer. P137-146.
merah muda. Media ini mampu menteksi keberadaan Mandal PK, Biswas AK, Choi K, Pal UK. 2011.
Salmonella pada jam ke 24. Methods for rapid detection of food borne
pathogens : An overview. Am J Food Tech.
Saran 6 (2):82-102.
Penelitian lanjutan patut dilaksanakan Maddocks S, Olma T, dan Chen S. 2002.
untuk menghitung sensitivitas media terhadap Comparison of CHROM agar Salmonella
jumlah S. typhimurium yang tumbuh pada Medium and Xylose-Lysine-Desoxycholate
permukaan media. Sebaiknya, media harus dapat and Salmonella-shigella agars for isolation
mendeteksi jumlah bakteri dengan jumlah yang of Salmonella Strains from stool samples. J.
sedikit dan tetap memberikan perubahan warna Clin. Microbiol. 40 (8): 2999-3003.
signifikan yang terlihat kasat mata. Nofrida R, Warsiki E, dan Yuliasih I. 2013.
Pengaruh suhu penyimpanan terhadap
UCAPAN TERIMA KASIH perubahan warna label cerdas indikator
warna daun erpa (Aerva sanguinolenta). J
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada Tek Ind Pert. 23 (3) : 232-241.
Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Kementrian Nopwinyuwong A, Trevanich S, dan Suppakul P.
Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Republik 2010. Development of a novel colometric
Indonesia atas pendanaan penelitian ini melalui indicator label for monitoring freshness of
Skim Hibah Kompetensi. intermediate-moisture dessert spoilage. J
Talanta. 81 : 1126 1132.
DAFTAR PUSTAKA Nye KJ, Fallon D, Frodsham D, Geel B, Howel S,
Messer S,Turner T, Warren RE. 2002. An
Agricultural Reasearch Service. 2002. A Focus on evaluation of the performance of XLD,
Salmonella sp. [Internet]. Tersedia pada: DCA, MLCB, and ABC agars as direct
http://fsrio.nal.usda.gov. [2014 Jun 14]. plating media for the isolation of
Arshak K, Adley C, Cunniffe C, Campion M, Harris Salmonella enterica from faeces. J Clin
J. 2007. Characterisation of polymer Pathol. 55: 286-288.
nanocomposite sensor for quantification of Pacquit A, Crowley K, Lau KT, Diamond D. 2006.
bacterial cultures. Sensor and Actuator B: Real-Time Monitoring of Microbial
Chemical 126 (1):226-231. Spoilage Using Smart Packaging Sensor.

282 Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26 (3): 276-283


Endang Warsiki, Mulyorini Rahayuningsih, dan Roseiga Retno Anggarani

Proc of IUFoST Conference 2006, Nantes, Wanihsuksombat C, Hongtrakul V, dan Suppakul P.


France (Digital Object Identifier 2010. Development and characterization of
IUFoST2006/702). a prototype of lactic acid-based time
Padhye VV, Zhao T, dan Doyle MP. 1989. temperature indicator for monitoring food
Production and characterisation antibodies product quality. J Food Eng. 100: 427-434.
to Verotoxins I and 2 of serotype 0 157: H7 Warsiki E, Sunarti TC, dan Damanik R. 2009.
of monoclonal from Escherichia coli. J Med Efficacy of Chitosan-base Antimicrobial
Microbiol. 30: 219-226. (AM) Packaging. Proc The 11st
Paquit A, Frisby J, Lau KT, McLaughlin H, Quilty International Conference on QIR (Quality
B, Diamond D. 2007. Development of a in Research). ISSN : 114-1284. Jakarta
smart packaging for monitoring of fish Agustus 2009.
spoilage. J Food Chem. 102 (2):466-470. Warsiki E, Sunarti TC, dan Damanik R. 2010.
Pavelkova A. 2012. Intelligent packaging as device Pengembangan Kemasan Antimikrobial
for monitoring of risk factor in food. J untuk Memperpanjang Umur Simpan
Microbiol Biotechnol Food Sci. 2(1): 282- Produk. Prosiding . Seminar Tahunan
292. Hasil-hasil Riset IPB Tahun 2009. Buku ke-
Prasad P dan Kochhar A. 2014. Active packaging in 5 : Rekayasa dan Teknologi Pangan. ISBN :
food industry : A Review. IOSR J Env Sci. 978-602-8853-03-3, 978-602-8853-08-8.
8 (1):01-07. Bogor, Desember 2010: 579-588.
Rasooly A dan Herold K. 2006. Biosensor for the Warsiki E dan Putri CDW. 2012. Colored label
analysis of food and waterborne pathogens indicator from natural and synthetic dyer.
and their toxins. J AOAC Int. 89 (3):873- Electronic J Agroind Ind. 1 (2): 82-87.
883. Warsiki E, Sunarti TC, dan Nurmala L. 2013a
Smolander M, Hurme E, Latva-Kala K, Louma T, Kemasan antimikroba untuk
Alakomi H-L, Ahvenainen R. 2002. memperpanjang umur simpan bakso ikan. J
Myoglobin-basd indicator for evaluation of Ilmu Pert Ind. 18 (2): 125 131.
freshness of unmarinated broiler cuts. Warsiki E, Nofrida R, dan Yuliasih I. 2013b
Innovative Food Sci. and Emerging Tech. 3 Pemanfaatan ekstrak daun erpa (Aerva
(2): 279-298. sanguilenta) untuk label cerdas indikator
Velusamy V, Arshak K, Korostynska O, Oliwa K, warna. J Ilmu Pert Ind. 18 (1):.16 -19.
Adley C. 2010. An Overview of foodborne Warsiki E dan Utami AS. 2013c. Color Stability of
pathogen detection : In the perspective of Beat Dyes Label During Heating. Proc The
biosensors. Biotech Adv. 28 (2) : 232-254. 2nd Int on Adaptive and Intelligent
Agroind. Bogor, September2013.

Jurnal Teknologi Industri Pertanian 26 (3): 276-283 283

You might also like