You are on page 1of 15

Jurnal Analis Medika Bio Sains

Vol.6, No.1, Maret 2019, pp. 01~15


ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print) 

Potensi Ikan Teri Jengki (Stolephorus indicus) Sebagai


Bahan Media Alternatif untuk Pertumbuhan Bakteri
Staphylococcus aureus

Tutur Mutmainnah Novitasari, Rohmi, Nurul Inayati


Jurusan Analis Kesehatan, Poltekkes Kemenkes Mataram, Indonesia

Article Info ABSTRACT


Staphylococcus aureus is a Gram-positive bacteria that has a rounded
Article history:
clustered shape resembling grapes (Staphylococcus aureus) and
Received Jan 12th, 2019 golden colonies (aureus). Manitol Salt Agar (MSA) is a selective and
Revised Feb 20th, 2019 diferential medium for the growth of Gram-positive bacteria. Dried
Accepted Feb 26th, 2019 indian anchovy (Stolephorus indicus) has a higher protein than meat,
it is expected that Indian anchovy (Stolephorus indicus) can be used
as an alternative medium for the growth of Staphylococcus aureus.
Keyword: This study aims to to determine the potential of an Indian anchovy
Indian anchovy (Stolephorus indicus) as an alternative media material for the growth
Alternative media of Staphylococcus aureus. This research is a true experiment using 5
Staphylococcus aureus replications and 5 treatments, MSA medium and Gram-negative
(Eschericia coli) bacteria as a controls, MSA media made from
Indian anchovy (Stolephorus indicus) concentration 2%, 3%, 4%, 5%
dan 6%. Based on laboratory test results, Staphylococcus aureus can
grow at all concentrations. Howefer, the colour of the colonies is best
seen in concentrations of 3% to 6% with the widest zone of mannitol
fermentation and the most concentrated golden yellow colonies at a
concentration of 6%. Based on this results, Indian anchovy
(Stolephorus indicus) can be used as an alternative material for the
growth of Staphylococcus aureus.
Copyright © Jurnal Analis Medika Bio Sains
All rights reserved.

ABSTRAK
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif yang memiliki bentuk bulat bergerombol
menyerupai buah anggur (Staphylococcus) dan koloni keemasan (aureus). Manitol Salt Agar (MSA) adalah
media pertumbuhan selektif dan diferensial untuk bakteri Gram Positif. Ikan teri jengki (Stolephorus
indicus) kering memiliki kandungan protein yang lebih tinggi dibandingkan daging maka diharapkan ikan
teri jengki (Stolephorus indicus) dapat dijadikan media alternatif untuk pertumbuhan bakteri
Staphylococcus aureus. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui potensi ikan teri jengki
(Stolephorus indicus) sebagai bahan media alternatif untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.
Penelitian ini bersifat True Eksperiment dengan menggunakan 5 replikasi dan 5 perlakuan yaitu media MSA
sebagai kontrol dan bakteri Gram Negatif (Eschericia coli), media ikan teri jengki (Stolephorus indicus)
dengan kosentrasi 2%, 3%, 4%, 5% dan 6%. Berdasarkan hasil uji laboratorium, bakteri Staphylococcus
aureus dapat tumbuh pada semua konsentrasi. Namun, warna koloni paling baik terlihat pada konsentrasi
3% sampai 6%,dengan zona manitol fermentasi terluas dan warna koloni kuning keemasan paling pekat
pada konsentrasi 6%.. Hasil ini membuktikan bahwa ikan teri jengki (Stolephorus indicus) dapat digunakan
sebagai bahan alternatif untuk pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus.

Kata Kunci : Ikan Teri Jengki, Media Alternatif, Staphylococcus aureus

Copyright © Jurnal Analis Medika Bio Sains

Journal homepage: http://jambs.poltekkes-mataram.ac.id/index.php/home/index


ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

Pendahuluan

Penyakit infeksi merupakan satu kumpulan koloni keemasan (aureus) (Santika et al., 2013).
jenis – jenis penyakit yang disebabkan oleh Spesies ini pernah dianggap sebagai satu –
mikroorganisme, diantaranya adalah virus, satunya patogen dari genusnya. Pembawa
bakteri, dan parasit. Penyakit infeksi merupakan Staphylococcus aureus yang asimtomatik sering
salah satu masalah kesehatan yang paling utama ditemukan, dan organisme ini ditemukan pada
di negara–negara berkembang termasuk Indonesia 40% orang sehat, yakni pada beberapa bagian
(Aniq et al., 2015). Oleh karena itu, penyakit tubuh seperti di bagian hidung, kulit, ketiak, atau
infeksi saat ini menjadi salah satu masalah perineum. Staphylococcus aureus mudah tumbuh
kesehatan yang menjadi perhatian serius bukan pada sebagian besar media laboratorium. Bakteri
hanya pada negara berkembang tetapi juga di ini toleran terhadap kadar garam yang tinggi,
seluruh dunia. Karena penyakit infeksi telah sehingga dapat dibuat media selektif didasarkan
menjadi salah satu penyebab utama kematian di pada cara ini (Irianto, 2014).
dunia (Salima, 2015). Media merupakan bahan yang dapat

Salah satu penyebab terjadinya penyakit digunakan untuk menumbuhkan dan

infeksi adalah bakteri. Bakteri merupakan salah memperbanyak mikroorganisme seperti bakteri.

satu golongan mikroorganisme prokariotik (bersel Penggunaan media sangat penting dalam bidang

tunggal) yang hidup berkoloni dan tidak mikrobiologi yakni untuk isolasi, perhitungan

mempunyai selubung inti namun mampu hidup jumlah mikroba, dan pengujian sifat – sifat fisik

dimana saja (Jawetz et al., 2004). Menurut bakteri sehingga bakteri tersebut dapat

klasifikasinya, bakteri dibagi menjadi 2 yaitu teridentifikasi. Nutrisi yang diperlukan oleh

bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif. mikroorganisme biasanya merupakan senyawa

Beberapa bakteri Gram positif dan bakteri Gram sederhana yang diperoleh dari reaksi pemecahan

negatif merupakan flora normal pada tubuh atau sudah tersedia secara langsung (Wachidah,

manusia. Flora normal adalah mikroorganisme 2016). Untuk itu media harus mengandung nutrisi

yang menempati suatu daerah tanpa menimbulkan yang dibutuhkan oleh mikroorganisme serta

penyakit pada inang yang ditempati. Pada kulit memiliki lingkungan yang sesuai agar dapat

normal biasanya ditempati sekitar 102-106 tumbuh dan berkembangbiak maksimal.

CFU/cm2 bakteri. Ada juga sebagian dari bakteri Manitol Salt Agar (MSA) adalah media

Gram positif dan bakteri Gram negatif misalnya pertumbuhan selektif dan diferensial yang umum

Staphylococcus aureus yang dapat menyebakan digunakan dalam mikrobiologi. Media ini

penyakit jika mencapai jumlah 1.000.000 atau mengandung garam (NaCl) dalam konsentrasi

106 per Gram yang merupakan suatu jumlah yang tinggi yakni sekitar 7,5% - 10% sehingga hanya

cukup untuk memproduksi toksin (Holderman et dapat ditumbuhi oleh bakteri yang dapat

al., 2017). mentoleransi kadar garam tinggi dan

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram menjadikannya selektif untuk bakteri Gram-

positif yang memiliki bentuk bulat bergerombol positif (Staphylococcus dan Micrococcaceae).

menyerupai buah anggur (Staphylococcus) dan Selain itu, media ini juga mengandung manitol
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

sebagai sumber karbohidrat dan phenol red Ikan teri memiliki banyak jenis salah satunya
sebagai pH indikator untuk mendeteksi asam yang adalah ikan teri jengki (Stolephorus indicus). Ikan
dihasilkan oleh Staphylococcus mannitol- teri jengki (Stolephorus indicus) merupakan ikan
fermentasi serta ekstrak daging dan pepton teri yang paling banyak dijumpai di Indonesia.
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber Setiap 100 gram ikan teri segar mengandung
protein dan nitrogen bagi pertumbuhan energi 77 kkal, protein 16 gram, lemak 1,0 gram,
mikroorganisme (Safitri & Novel, 2010). Kalsium 500 mg, zat besi 1,0 mg, vitamin A 47;
Bahan untuk membuat media MSA berbentuk dan vitamin B1 0,1 mg (Putri, Sukini & Yodong,
redihrat (sudah jadi) memiliki harga yang relatif 2017).
mahal dan media tersebut banyak diproduksi oleh Selain itu, diketahui dari suatu penelitian
perusahaan asing. Indonesia memiliki sumber bahwa media yang berisi pepton ikan mampu
daya alam yang melimpah, beberapa diantaranya menyebabkan nilai optical density bakteri lebih
dapat diperoleh dari produk – produk dari laut tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan bakteri
dengan harga murah yang dapat menggantikan pada media yang menggunakan pepton komersial
bahan ekstrak daging dan pepton dalam (Sari et al., 2017).
pembuatan media MSA. Sumber nutrisi alternatif Sebelumnya telah dilakukan penelitian
tersebut dapat diperoleh dari ikan teri jengki, dengan menggunakan sumber protein nabati
bahan ini merupakan bahan yang mudah didapat yakni kedelai sebagai sumber nutrisi alami
dan tidak memerlukan biaya yang mahal pengganti ekstrak daging dan pepton dengan
(Suhartati, Sulistiani & Nuraini, 2018). variasi serbuk kedelai yang digunakan adalah 2
Ikan teri (Stolephorus sp) merupakan salah gram, 3 gram, 4 gram, 5 gram dan 6 gram dan
satu bahan alam yang memiliki kandungan didapatkan pertumbuhan bakteri Staphylococcus
protein yang tinggi. Ikan teri (Stolephorus sp) aureus pada konsentrasi 6 gram/100 ml (Anisa,
memiliki kandungan protein yaitu 42g/100g teri 2010). Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
kering asin. Protein ikan teri (Stolephorus sp) dengan menjadikan ikan teri jengki (Stolephorus
mengandung sejumlah asam amino esensial. indicus) sebagai bahan dalam pembuatan media
Selain itu, ikan teri (Stolephorus sp) juga kaya alternatif untuk melihat pertumbuhan bakteri
akan mineral seperti kalsium (Amrullah, 2012). Staphylococcus aureus .

T1 = Penambahan tepung ikan teri jengki


Metode Penelitian (Stolephorus indicus) konsentrasi 2%,
7,5 gram NaCl, 1 gram manitol, 0,025
Penelitian ini merupakan penelitian true
gram phenol red, 1,5 gram agar, 100 mL
eksperiment yaitu penelitian yang bertujuan untuk aquadest.
mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang T2 = Penambahan tepung ikan teri jengki
(Stolephorus indicus) konsentrasi 3%,
timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan
7,5 gram NaCl, 1 gram manitol, 0,025
(Notoatmodjo, 2012). Rancangan penelitian yang gram phenol red, 1,5 gram agar, 100 mL
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap, aquadest.
T3 = Penambahan tepung ikan teri jengki
dengan menggunakan 5 perlakuan yaitu:
(Stolephorus indicus) konsentrasi 4%,
T0 = Media MSA sebagai kontrol positif 7,5 gram NaCl, 1 gram manitol, 0,025
pertumbuhan.
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

gram phenol red, 1,5 gram agar, 100 mL 3. Potensi ikan teri jengki (Stolephorus
aquadest. indicus) adalah kemampuan ikan teri jengki
T4 = Penambahan tepung ikan teri jengki
(Stolephorus indicus) sebagai bahan media
(Stolephorus indicus) konsentrasi 5%,
7,5 gram NaCl, 1 gram manitol, 0,025 alternatif dalam menumbuhkan bakteri
gram phenol red, 1,5 gram agar, 100 mL Staphylococus aureus.
aquadest.
Instrumentasi dan bahan penelitian : Petri
T5 = Penambahan tepung ikan teri jengki
(Stolephorus indicus) konsentrasi 6%, Dish, Neraca Analitik, Beaker Glass, Erlenmeyer,
7,5 gram NaCl, 1 gram manitol, 0,025 Batang Pengaduk, Hot Plate, Blender, Pipet Ukur
gram phenol red, 1,5 gram agar, 100 mL
,Pipet Tetes, Gelas Ukur, Mikropipet,Tip,
aquadest.
Inkubator, Ose Bengkok, Tabung Reaksi, Lampu
Teknik pengambilan sampel yang digunakan Spiritus, Oven, Autoklaf, Ph Meter, Saringan,
dalam penelitian ini adalah Purposive Sampling Baskom, Korek Api, Karet, Kapas, Kasa, Tissue,
yaitu penelitian yang didasarkan pada suatu Alkohol 70%, Ikan Teri Jengki (Stolephorus
pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti indicus), Aquadest, Agar, Manitol, NaCl, Phenol
sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi Red, H2O2 Plasma Sitrat, Media MSA, Isolat
yang sudah diketahui sebelumnya (Notoatmodjo, Bakteri Staphylococus aureus ATCC 25923, Isolat
2012). Bakteri Eschericia coli.
Adapun sampel yang digunakan dalam Cara pengumpulan data :
penelitian memenuhi beberapa kriteria yakni ikan 1. Tahap persiapan
teri jengki kering yang tidak asin, tidak dalam a. Sterilisasi alat
kondisi rusak, tepung ikan teri jengki yang Alat – alat yang akan digunakan dalam
digunakan adalah tepung yang dibuat sendiri dan penelitian harus disterilisasi agar alat – alat
dalam kondisi baru dibuat, tepung ikan teri jengki tersebut terbebas dari mikroorganisme
memiliki butiran yang tidak menggumpal. yang dapat menghambat penelitian.
Variabel bebas dari penelitian ini adalah Berikut cara sterilisasi alat – alat
tepung ikan teri jengki dengan konsentrasi yang laboratorium yang akan digunakan dalam
berbeda – beda dan variable terikat yakni penelitian (Dwidjoseputro, 2005) :
pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. 1) Tabung reaksi, Erlenmeyer dan beaker
Definisi Operasional penelitian ini adalah : glass
1. Media alternatif berbahan ikan teri jengki a) Disemprotkan alkohol 70% ke
(Stolephorus indicus) adalah media yang permukaan dalam dan luar alat
terbuat dari tepung ikan teri jengki yang kemudiandikeringkan menggunakan
ditambahkan 7,5 gram NaCl, 1 gram tisu.
manitol, 0,025 gram phenol red, 1,5 gram b) Disumbat leher erlenmeyer dan
bacto agar, dan 100 ml aquadest. lubang tabung reaksi serta beaker
2. Pertumbuhan bakteri adalah pertumbuhan glass menggunakan sumbat kapas
jumlah bakteri yang dibaca sebagai koloni sedemikian rupa sehingga kapas
pada media pertumbuhan. tidak mudah lepas dari tabung reaksi
yang disterilkan.
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

c) Dibungkus dengan kertas coklat dan ditambahkan aquadest sebanyak 50


diikat dengan karet untuk mL.
menghindari meresapnya air dari 3) Dipanaskan diatas hot plate sambil
autoklaf ke dalam alat yang diaduk sampai larut.
disterilkan. 4) Ditutup lubang erlenmeyer dengan
d) Dilakukan pengecekan air pada sumbat kapas, dibungkus erlenmeyer
autoklaf dan memasukkan alat – alat dengan kertas coklat dan disterilkan
ked ala autoklaf selama ± 15 menit dengan autoclave pada suhu 121◦C
dalam suhu 121◦C . selama 15 menit.
2) Petri dish 5) Larutan yang telah steril dimasukkan
a) Dibungkus petri dish menggunakan ke dalam petri dish steril ± 15 mL, dan
kertas koran. dibiarkan sampai dingin dan siap
b) Dimasukkan petri dish tersebut digunakan (Novel, 2010).
kedalam kertas coklat dan diikat b. Media alternatif berbahan ikan teri jengki
dengan karet untuk menghindari (Stolephorus indicus) dengan konsentrasi
meresapnya air dari autoklaf ke 6%
dalam alat yang disterilkan. 1) Ditimbang tepung ikan teri jengki
c) Dimasukkan ke dalam autoklaf. sebanyak 6 gram dan dimasukkan ke
2. Pengolahan Ikan Teri Jengki (Stolephorus dalam erlenmeyer 250 mL, lalu
indicus) ditambahkan aquadest sebanyak 100
a) Ikan teri dibersihkan dan dicuci terlebih mL.
dahulu sebanyak 0,5 kg. 2) Dipanaskan diatas hot plate sambil
b) Ikan teri yang telah bersih kemudian diaduk sampai homogen.
dikeringkan menggunakan e de 3) Media didiamkan sebentar hingga
e bagian – bagian sisa dari ikan teri yang
c) Ikan kemudian dihancurkan menggunakan tidak dapat hancur mengendap.
blender 4) Lalu saring sari / kaldu tepung ikan teri
d) Ikan teri yang telah kering kemudian jengki hingga tidak ada lagi endapan ke
dihancurkan dan diayak dengan ayakan dalam Erlenmeyer lainnya.
ukuran 80 mesh hingga mendapatkan 5) Ditambahkan 7,5 gram NaCl, 1 gram
butiran yang halus. manitol, 0,025 gram phenol red, 1,5
3. Pembuatan media gram agar, dan 100 mL aquadest, lalu
a. Media MSA sebagai kontrol diaduk hingga homogen.
1) Ditimbang media MSA sebanyak 5,55 6) Ukur pH pada media dan disesuaikan
gram. menjadi ± 7,4, jika tidak netral dapat
2) Dimasukkan media MSA tersebut ke ditambahkan HCl/NaOH.
dalam Erlenmeyer 100 mL,


Korespodensi: Tutur Mutmainnah Novitasari, titanelang@gmail.com, 081236301645, Jurnal Analis
Medika Bio Sains, Volume X No. X, Februari X |
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

7) Ditutup lubang erlenmeyer dengan dibiarkan sampai dingin dan siap


sumbat kapas, dibungkus erlenmeyer digunakan.
dengan kertas coklat dan disterilkan
dengan autoclave pada suhu 121◦C d. Media alternatif berbahan ikan teri jengki
selama 15 menit. (Stolephorus indicus) dengan konsentrasi
8) Larutan yang telah steril dimasukkan 4%
ke dalam petri dish steril ± 15 mL, dan 1) Ditimbang tepung ikan teri jengki
dibiarkan sampai dingin dan siap sebanyak 4 gram dan dimasukkan ke
digunakan. dalam erlenmeyer 250 mL lalu
c. Media alternatif berbahan ikan teri jengki ditambahkan aquadest sebanyak 100
(Stolephorus indicus) dengan konsentrasi mL.
5% 2) Dipanaskan diatas hot plate sambil
1) Ditimbang tepung ikan teri jengki diaduk sampai homogen.
sebanyak 5 gram dan dimasukkan ke 3) Media didiamkan sebentar hingga
dalam erlenmeyer 250 mL, lalu bagian – bagian sisa dari ikan teri yang
ditambahkan aquadest sebanyak 100 tidak dapat hancur mengendap.
mL. 4) Lalu saring sari / kaldu tepung ikan teri
2) Dipanaskan diatas hot plate sambil jengki hingga tidak ada lagi endapan ke
diaduk sampai homogen. dalam Erlenmeyer lainnya.
3) Media didiamkan sebentar hingga 5) Ditambahkan 7,5 gram NaCl, 1 gram
bagian – bagian sisa dari ikan teri yang manitol, 0,025 gram phenol red, 1,5
tidak dapat hancur mengendap. gram agar, dan 100 mL aquadest, lalu
4) Lalu saring sari / kaldu tepung ikan teri diaduk hingga homogen.
jengki hingga tidak ada lagi endapan ke 6) Ukur pH pada media dan disesuaikan
dalam Erlenmeyer lainnya. menjadi ± 7,4, jika tidak netral dapat
5) Ditambahkan 7,5 gram NaCl, 1 gram ditambahkan HCl/NaOH.
manitol, 0,025 gram phenol red, 1,5 7) Ditutup lubang erlenmeyer dengan
gram agar, dan 100 mL aquadest, lalu sumbat kapas, dibungkus erlenmeyer
diaduk hingga homogen. dengan kertas coklat dan disterilkan
6) Ukur pH pada media dan disesuaikan dengan autoclave pada suhu 121◦C
menjadi ± 7,4, jika tidak netral dapat selama 15 menit.
ditambahkan HCl/NaOH. 8) Larutan yang telah steril dimasukkan
7) Ditutup lubang erlenmeyer dengan ke dalam petri dish steril ± 15 mL, dan
sumbat kapas, dibungkus erlenmeyer dibiarkan sampai dingin dan siap
dengan kertas coklat dan disterilkan digunakan.

dengan autoclave pada suhu 121 C e. Media alternatif berbahan ikan teri jengki
selama 15 menit. (Stolephorus indicus) dengan konsentrasi
8) Larutan yang telah steril dimasukkan 3%
ke dalam petri dish steril ± 15 mL, dan
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

1) Ditimbang tepung ikan teri jengki 2) Dipanaskan diatas hot plate sambil
sebanyak 3 gram dan dimasukkan ke diaduk sampai homogen.
dalam erlenmeyer 250 mL lalu 3) Media didiamkan sebentar hingga
ditambahkan aquadest sebanyak 100 bagian – bagian sisa dari ikan teri yang
mL. tidak dapat hancur mengendap.
2) Dipanaskan diatas hot plate sambil 4) Lalu saring sari / kaldu tepung ikan teri
diaduk sampai homogen. jengki hingga tidak ada lagi endapan ke
3) Media didiamkan sebentar hingga dalam Erlenmeyer lainnya.
bagian – bagian sisa dari ikan teri yang 5) Ditambahkan 7,5 gram NaCl, 1 gram
tidak dapat hancur mengendap. manitol, 0,025 gram phenol red, 1,5
4) Lalu saring sari / kaldu tepung ikan teri gram agar, dan 100 mL aquadest, lalu
jengki hingga tidak ada lagi endapan ke diaduk hingga homogen.
dalam Erlenmeyer lainnya. 6) Ukur pH pada media dan disesuaikan
5) Ditambahkan 7,5 gram NaCl, 1 gram menjadi ± 7,4, jika tidak netral dapat
manitol, 0,025 gram phenol red, 1,5 ditambahkan HCl/NaOH.
gram agar, dan 100 mL aquadest, lalu 7) Ditutup lubang erlenmeyer dengan
diaduk hingga homogen. sumbat kapas, dibungkus erlenmeyer
6) Ukur pH pada media dan disesuaikan dengan kertas coklat dan disterilkan
menjadi ± 7,4, jika tidak netral dapat dengan autoclave pada suhu 121◦C
ditambahkan HCl/NaOH. selama 15 menit.
7) Ditutup lubang erlenmeyer dengan 8) Larutan yang telah steril dimasukkan
sumbat kapas, dibungkus erlenmeyer ke dalam petri dish steril ± 15 mL, dan
dengan kertas coklat dan disterilkan dibiarkan sampai dingin dan siap

dengan autoclave pada suhu 121 C digunakan.
selama 15 menit. 4. Penanaman Staphylococcus aureus ATCC
8) Larutan yang telah steril dimasukkan 25923 pada media MSA kontrol.
ke dalam petri dish steril ± 15 mL, dan a. Diambil koloni dari media NAP
dibiarkan sampai dingin dan siap menggunakan ose bulat steril.
digunakan. b. Digoreskan ose pada media MSA
f. Media alternatif berbahan ikan teri jengki c. Inkubasi pada suhu 37◦C selama 24 jam.
(Stolephorus indicus) dengan konsentrasi d. Diamati makroskopis koloni yang tumbuh
2% pada media MSA.
1) Ditimbang tepung ikan teri jengki e. Dilakukan pewarnaan Gram kembali dari
sebanyak 2 gram dan dimasukkan ke koloni yang tumbuh pada pada media
dalam erlenmeyer 250 mL lalu MSA.
ditambahkan aquadest sebanyak 100
mL.


Korespodensi: Tutur Mutmainnah Novitasari, titanelang@gmail.com, 081236301645, Jurnal Analis
Medika Bio Sains, Volume X No. X, Februari X |
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

5. Penanaman bakteri Staphylococcus aureus (Stolephorus indicus) konsentrasi 2%, 3%,


ATCC 25923 pada media MSA berbahan ikan 4%, 5%, dan 6%.
teri jengki (Stolephorus indicus). c. Inkubasi selama 24 jam.
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan d. Diamati makroskopis dari koloni yang
digunakan. tumbuh pada masing – masing media MSA
b. Diambil 1 ose dari media NAP berbahan ikan teri jengki (Stolephorus
menggunakan ose bulat steril lalu tanam indicus) konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5%, dan
pada media MSA berbahan ikan teri jengki 6%.
(Stolephorus indicus) konsentrasi 2%, 3%, 7. Pengamatan koloni bakteri Staphylococcus
4%, 5%, dan 6%. aureus
c. Inkubasi selama 24 jam. a. Diambil media MSA berbahan ikan teri
d. Diamati makroskopis dan mikroskopis dari jengki konsentrasi 6%, 5%, 4%, 3%, dan
koloni yang tumbuh pada masing – masing 2% dari inkubator.
media MSA berbahan ikan teri jengki b. Diamati pertumbuhan koloni bakteri
(Stolephorus indicus) konsentrasi 2%, 3%, Staphylococcus aureus pada media MSA
4%, 5%, dan 6%. berbahan ikan teri jengki konsentrasi 6%,
6. Penanaman bakteri kontrol Gram negatif 5%, 4%, 3%, dan 2%.
(Eschericia coli) pada media MSA berbahan c. Dimasukkan data pengamatan media yang
ikan teri jengki (Stolephorus indicus). ditumbuhi bakteri Staphylococcus aureus
a. Disiapkan alat dan bahan yang akan pada tabel pengamatan.
digunakan. Analisis data yang digunkan dalam
b. Diambil 1 ose dari media NAP penelitian ini adalah analisis data secara
menggunakan ose bulat steril lalu tanam deskriptif.
pada media MSA berbahan ikan teri jengki

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Koloni yang tumbuh pada media MSA bakteri dan tidak terjadi perubahan warna media.
berbahan ikan teri jengki (Stolephorus indicus) Sedangkan pada pengamatan mikroskopis terlihat
diamati secara makroskopis dan mikroskopis. penampakan bakteri Gram positif coccus dan
Secara makroskopis terlihat adanya pertumbuhan bergerombol,
koloni bakteri dengan karakteristik koloni Pemeriksaan dilanjutkan dengan uji katalase
berukuran 1 - 3 mm, permukaan halus dan dan uji koagulase. Pada uji katalase setelah
berwarna kuning keemasan serta terjadi penambahan reagen hidrogen peroksida (H2O2)
perubahan warna pada media MSA berbahan ikan timbul buih atau gelembung gas pada semua
teri jengki (Stolephorus indicus) konsentrasi 2%, konsentrasi media MSA berbahan ikan teri jengki
3%, 4%, 5% dan 6% dari merah menjadi kuning. (Stolephorus indicus) yang menandakan uji
Pada daerah yang ditanami bakteri kontrol katalase positif.Hasil yang serupa juga didapatkan
Eschericia coli tidak terdapat pertumbuhan pada uji koagulase, yakni positif pada semua
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

konsentrasi media MSA berbahan ikan teri jengki setiap perlakuan didapatkan hasil seperti terlihat
(Stolephorus indicus) yang ditandai dengan pada tabel 1. Hasil makroskopis dan mikroskopis
terbentuknya gumpalan seperti pasir halus. koloni bakteri Staphylococcus aureus serta hasil
Hasil penelitian pertumbuhan bakteri uji katalase dan koagulase dapat dilihat pada
Staphylococcus aureus pada media berbahan ikan gambar 1, 2 dan 3.
teri jengki dengan metode streak plate test pada

Tabel 1. Hasil pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media MSA berbahan ikan teri jengki dan
media MSA kontrol.

Variasi Pengamatan Uji Penegasan


Makroskopis Miroskopis Katalase Koagulase
2%  Konsistensi : Lunak Gram positif Positif Positif (terjadi
 Warna : Kuning agak pucat (Manitol Coccus aglutinasi)
fermenter sedang) bergerombol
 Permukaan : Halus
 Tepi : Rata
 Elevasi : Cembung
 Ukuran : 1 – 2 mm
3%  Konsistensi : Lunak Gram positif Positif Positif (terjadi
 Warna : Kuning keemasan (Manitol Coccus aglutinasi)
fermenter sedang) bergerombol
 Permukaan : Halus
 Tepi : Rata
 Elevasi : Cembung
 Ukuran : 1 – 2 mm
4%  Konsistensi : Lunak Gram positif Positif Positif (terjadi
 Warna : Kuning keemasan (Manitol Coccus aglutinasi)
fermenter sedang) bergerombol
 Permukaan : Halus
 Tepi : Rata
 Elevasi : Cembung
 Ukuran : 1 – 2 mm
5%  Konsistensi : Lunak Gram positif Positif Positif (terjadi
 Warna : Kuning keemasan (Manitol Coccus aglutinasi)
fermenter sedang) bergerombol
 Permukaan : Halus
 Tepi : Rata
 Elevasi : Cembung
 Ukuran : 1 – 3 mm
6%  Konsistensi : Lunak Gram positif Positif Positif (terjadi
 Warna : Kuning keemasan (Manitol Coccus aglutinasi)
fermenter luas) bergerombol
 Permukaan : Halus
 Tepi : Rata
 Elevasi : Cembung
 Ukuran : 1 – 3 mm
Kontrol  Konsistensi : Lunak Gram positif Positif Positif (terjadi
 Warna : Kuning keemasan (Manitol Coccus aglutinasi)
fermenter luas) bergerombol
 Permukaan : Halus
 Tepi : Rata
 Elevasi : Cembung
 Ukuran : 1 – 3 mm
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

S E

a b c

d e f
Gambar 3. Makroskopis koloni Staphylococcus aureus pada media MSA berbahan ikan teri
jengki dan media MSA kontrol, (a) media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 2%
(S) daerah penanaman Staphylococcus aureus (E) daerah penanaman Eschericia coli, (b)
media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 3%, (c) media MSA berbahan ikan teri
jengki konsentrasi 4%, (d) media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 5%, (e) media
MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 6%, (f) media MSA kontrol.

a b c

d e f
Gambar 4. Mikroskopis koloni Staphylococcus aureus pada media MSA berbahan ikan teri
jengki dan MSA kontrol yang ditunjukkan dengan panah, (a) media MSA berbahan ikan
teri jengki konsentrasi 2%. (b) media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 3%, (c)
media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 4%, (d) media MSA berbahan ikan teri
jengki konsentrasi 5%, (e) media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi 6%,(f) media
MSA kontrol.
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

a b
Gambar 5. (a) Uji Katalase pada koloni media MSA berbahan ikan teri jengki dan media
MSA kontrol menunjukkan hasil positif ditandai dengan adanya buih setelah
dihomogenkan dengan larutan peroksida, (b) uji koagulase pada koloni media MSA
berbahan ikan teri jengki dan media MSA kontrol menunjukkan hasil positif ditandai
dengan adanya gumpalan setelah dihomogenkan dengan plasma sitrat.

Pembahasan sebagai sumber karbohidrat dan phenol red


sebagai pH indikator untuk mendeteksi asam yang
Media pertumbuhan mikroorganisme adalah
dihasilkan oleh Staphylococcus mannitol-
suatu bahan yang konsistensinya terdiri dari
fermentasi serta ekstrak daging dan pepton
campuran zat – zat makanan (nutrisi) yang
sebagai bahan dasar karena merupakan sumber
diperlukan mikroorganisme untuk
protein dan nitrogen bagi pertumbuhan
pertumbuhannya. Mikroorganisme memanfaatkan
mikroorganisme (Safitri & Novel, 2010).
nutrisi media berupa molekul – molekul kecil
Penelitian ini dilakukan berdasarkan
yang dirakit untuk menyusun komponen sel (
penelitian sebelumnya mengenai media MSA
Machmud, 2008 ).
alternatif dengan menggunakan sumber protein
Setiap organisme memiliki kebutuhan nutrisi
yang berbeda yakni kedelai yang memberikan
yang berbeda serta dalam jumlah yang berbeda
hasil bahwa bakteri Staphylococcus aureus dapat
(Madigan et al., 2009). Untuk itu dalam setiap
tumbuh pada media MSA berbahan kedelai mulai
media pertumbuhan bakteri, haruslah
dari konsentrasi 2%, 3%, 4%, 5% dan 6%.
mengandung nutrisi yang cukup untuk
Selain itu penelitian ini juga didasarkan pada
perkembangan dan pertumbuhan bakteri.
penelitian dengan menggunakan pepton dari hasil
Manitol Salt Agar (MSA) adalah media
hidrolisis jeroan ikan tongkol sebagai pengganti
pertumbuhan selektif dan diferensial yang umum
pepton standar yang mana pada konsentrasi 2%
digunakan dalam mikrobiologi. Media ini
pepton jeroan ikan tongkol telah berhasil
mengandung garam (NaCl) dalam konsentrasi
menumbuhkan bakteri Staphylococcus aureus.
tinggi yakni sekitar 7,5% - 10% sehingga hanya
Pada penelitian ini bakteri Staphylococcus
dapat ditumbuhi oleh bakteri yang dapat
aureus ATCC 25923 ditanam pada media MSA
mentoleransi kadar garam tinggi dan
berbahan ikan teri jengki kemudian diamati
menjadikannya selektif untuk bakteri Gram-
pertumbuhannya secara makroskopis dan
positif (Staphylococcus dan Micrococcaceae).
mikroskopis. Secara makroskopis pertumbuhan
Selain itu, media ini juga mengandung manitol


Korespodensi: Tutur Mutmainnah Novitasari, titanelang@gmail.com, 081236301645, Jurnal Analis
Medika Bio Sains, Volume X No. X, Februari X |
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

dan perkembangan bakteri Staphylococcus aureus optimal pada semua konsentrasi. Hal ini
terlihat optimal dan tidak ada perbedaan berdampak positif pada proses pembelahan sel
signifikan dengan media MSA standar. Hal ini yang berjalan baik sehingga menyebabkan ukuran
dapat dinilai berdasarkan pada ukuran, bentuk koloni semakin besar dan cepat dalam proses
koloni, warna, elevasi, permukaan, pinggiran dan memfermentasikan manitol. Dalam kondisi nutrisi
sifat manitol fermenter dari koloni yang tumbuh yang baik waktu yang dibutuhkan untuk
pada media. pertumbuhan bakteri relatif cepat, sebaliknya jika
Sedangkan penilaian secara mikroskopis nutrisi yang dibutuhkan tidak melimpah, sel-sel
dilakukan dengan melakukan pewarnaan Gram harus menyesuaikan dengan lingkungan dan
dan menghasilkan bakteri berwarna ungu yang pembentukan enzim - enzim untuk mengurai
berarti anggota bakteri Gram positif serta substrat membutuhkan waktu yang lebih lama
memiliki bentuk coccus bergerombol seperti buah (Anisah; Rahayu, 2005
anggur. Pada penelitian ini media MSA berbahan ikan
Koloni yang tumbuh pada media MSA teri jengki menggunakan bakteri kontrol yakni
berbahan ikan teri jengki terlihat besar dan nyata bakteri Eschericia coli yang berfungsi untuk
serta mudah diamati sama seperti koloni yang menguji apakah media MSA berbahan ikan teri
tumbuh pada media MSA standar. Perbedaan jengki dapat menghambat bakteri Gram negatif
koloni pada media MSA berbahan ikan teri jengki dengan baik atau tidak.
dan media MSA standar hanya pada zona manitol Setelah dilakukan pengamatan, terlihat bahwa
fermentasi, warna koloni dan ukuran koloni. bakteri Eschericia coli tidak tumbuh pada kontrol
Media MSA berbahan ikan teri jengki konsentrasi negatif media MSA berbahan ikan teri jengki,
6% merupakan media dengan zona manitol yang ditandai dengan tidak adanya koloni yang
fermentasi terluas serta memilki warna kuning tumbuh serta tidak terjadi perubahan warna pada
keemasan yang lebih nyata. bagian yang telah ditanami bakteri Eschericia coli
Hal tersebut dikarenakan nutrisi atau sumber setelah diinkubasi pada suhu 37ºC selama 24 jam.
protein yang terkandung dalam ikan teri jengki Hal tersebut disebabkan oleh kandungan garam
yang tinggi, serta kandungan nutrisi yang lain NaCl pada media dengan konsentrasi cukup tinggi
seperti lemak, vitamin dan mineral (Syaifudin et yakni 7,5% sebagai penghambat pertumbuhan
al, 2008). Selain itu ikan teri jengki juga bakteri lainnya (Rahmi et al., 2015).
mengandung asam amino esensial seperti Kebanyakan bakteri tidak dapat bertahan
isoleusin, leusin, lisin dan valin yang mana asam hidup dilingkungan dengan kadar garam sangat
amino ini digunakan oleh bakteri sebagai sumber tinggi (hipertonik), kecuali genus Staphylococcus
nitrogen untuk tumbuh dan berkembang (Saputra mampu beradaptasi dengan lingkungan tinggi
& Nurhayati, 2013). kadar garam dan tumbuh baik di media MSA ini
Variasi tepung ikan teri jengki (Stolephorus (Saftri, 2010). Sedangkan Eschericia coli
indicus) yang digunakan tidak memiliki pengaruh termasuk bakteri Gram negatif, dan tidak tahan
signifikan terhadap pertumbuhan bakteri terhadap kadar garam yang sangat tinggi.
Staphylococcus aureus, sehingga proses Sehingga Eschericia coli tidak dapat tumbuh dan
metabolisme bakteri berlangsung cepat dan fungsi media MSA sebagai media selektif dengan
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

sumber protein diganti tepung ikan teri jengki


berfungsi dengan baik.

Kesimpulan
sedang, permukaan halus, tepi rata,
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan cembung, dan berukuran 1 – 3 mm.
dapat disimpulkan bahwa : 5. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus
1. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus pada media alternatif ikan teri
aureus pada media alternatif ikan teri
jengki (Stolephorus indicus) konsentrasi
jengki (Stolephorus indicus) konsentrasi
6% setelah inkubasi selama 24 jam adalah
2% setelah inkubasi selama 24 jam adalah
memiliki konsistensi lunak, berwarna
memiliki konsistensi lunak, berwarna
kuning keemasan, manitol fermenter luas,
kuning agak pucat, manitol fermenter
permukaan halus, tepi rata, cembung, dan
sedang, permukaan halus, tepi rata,
berukuran 1 – 3 mm.
cembung, dan berukuran 1 – 2 mm.
6. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus
2. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus pada media alternatif ikan teri
aureus pada media alternatif ikan teri
jengki (Stolephorus indicus) dengan
jengki (Stolephorus indicus) konsentrasi
media MSA kontrol secara makroskopis
3% setelah inkubasi selama 24 jam adalah
dan mikroskopis tidak memiliki
memiliki konsistensi lunak, berwarna
perbedaan yang signifikan, tetapi
kuning keemasan, manitol fermenter
konsentrasi yang paling mendekati adalah
sedang, permukaan halus, tepi rata,
konsentrasi 6% . .
cembung, dan berukuran 1 – 2 mm.
Daftar Pustaka
3. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus
aureus pada media alternatif ikan teri Ali Hanafiah, Kemas. 2010. Rancangan

jengki (Stolephorus indicus) konsentrasi Percobaan Teori & Aplikasi,

4% setelah inkubasi selama 24 jam adalah Palembang : USP.

memiliki konsistensi lunak, berwarna Amrullah, F. 2012. Kadar Protein dan Ca pada

kuning keemasan, manitol fermenter Ikan Teri Asin Hasil Pengasinan Dengan

sedang, permukaan halus, tepi rata, Abu Pelepah Kelapa .Naskah Publikasi

cembung, dan berukuran 1 – 2 mm. Ilmiah, Surakarta. hal. 22

4. Pertumbuhan bakteri Staphylococcus Aniq, A. et al. 2015. Sistem Pakar Untuk

aureus pada media alternatif ikan teri Mendiagnosis Penyakit Infeksi

jengki (Stolephorus indicus) konsentrasi Menggunakan Forward Chaining, Journal

5% setelah inkubasi selama 24 jam adalah Itsmart, 4(1) : hal. 43–47

memiliki konsistensi lunak, berwarna Anisa, A. 2010. Pemanfaatan Serbuk Kacang

kuning keemasan, manitol fermenter Kedelai Sebagai Media Alternatif,


Politeknik Kesehatan.


Korespodensi: Tutur Mutmainnah Novitasari, titanelang@gmail.com, 081236301645, Jurnal Analis
Medika Bio Sains, Volume X No. X, Februari X |
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

Anisah. 2015. Media Alternatif untuk Saidah. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Pertumbuhan Bakteri Menggunakan EGC.
Sumber Karbohidrat yang Berbeda. Jiwintarum, Y. et al. 2017. Media Alami Untuk
Universitas Muhammadiyah Surakarta, Pertumbuhan Jamur Candida
hal. 44 albicans Penyebab Kandidiasis dari
Anita Yandi Putri. 2017. Perbandingan Tepung Biji Kluwih (Artocarpus
Efektivitas Ekstrak Ikan Teri Jengki (S. communis), Jurnal Kesehatan Prima,
insularis) dan Flour Topikal dalam 11(2): hal. 158 –170
Meningkatkan Kekerasan Permukaan Laleye, S. A. et al. 2007. Growth of Some
Email (In Vitro). Semarang. Microorganisms on Media Formulated
Cappucino, J. G. & Sherman, N. 2014. Manual From Local Raw Materials, Jurnal of
th
Laboratorium Mikrobiologi. 8 edn. Microbiology, 2(6), hal. 545–549.
Edited by J. Manurung & H. Machmud, M. 2008. Teknik Penyimpanan dan
Vidhayanti. Jakarta: Penerbit Buku Pemeliharaan Mikroba, Buletin
Kedokteran EGC. AgroBio, 4(1): hal. 24-32
Harris, A. M. 2014. Studi Komparasi Variasi Magdalena, A. F. 2010. Dinamika Stok Ikan Teri
Media Kultur Terhadap Pertumbuhan Stolephorus indicus (Van Hasselt,1983)
Populasi Bakteri Bacillus subtilis dan di Teluk Banten Kabupaten Serang
Bacillus licheniformis untuk Probiotik Provinsi Banten, Institut Pertanian
Unggas. Bogor, hal. 59.
Hidayah, N. 2018. Pembuatan Patty Burger Nurhayati, T. et al. 2013. Pembuatan Pepton
Berbahan Dasar Ikan Teri Basah Secara Enzimatis Menggunakan Bahan
(Stolephorus sp), Politeknik Negeri Baku Jeroan Ikan Tongkol, JPHPI, 16.
Balikpapan, hal. 90 Purwati, S. & Rahayu, T. 2016. Pemanfaatan
Holderman, M. V et al. 2017. Identification of Sumber Karbohidrat Yang Berbeda
Bacteria In Handrail Escalator, (Umbi Suweg, Umbi Talas, Dan Umbi
17(1): hal. 13–18 Kimpul) Sebagai Subtitusi Media NA
Indrawan, D. P. 2017. Analisa Klorin pada Ikan (Nutrient Agar) Untuk Pertumbuhan
Teri di Balai Laboratorium Kesehatan Bakteri, Universitas Muhammadiyah
Daerah Provinsi Sumatera Utara, Surakarta, hal. 13
Universitas Sumatera Utara, hal. 30 Putri, M. H., Sukini & Yodong. 2017.
Irianto, K. 2014. Bakteriologi, Mikologi & Mikrobiologi. I. Edited by A.
Virologi. I. Edited by F. Zulhendri. Sosiawan dan Suparmi. Jakarta:
Bandung: CV ALFABETA. Kementerian Kesehatan Indonesia.
J wetz, Me ck & Ade be ’ 13 Medical Rossita, A. S., Munandar, K. & Komarayanti, S.
th
Microbiology. 26 ed. United 2017. Comparison Of Medium NA
States: The McGraw-Hill Companies. Manufacturer with NA Modifications to
Jawetz, Melnick & Adelberg. 2004. Mikrobiologi the Growth Medium, Seminar
rd
Kedokteran. 23 ed. Edited byR. Nasional Biologi, (1): hal. 192–201
ISSN: 2656-2456 (Online)
ISSN: 2356-4075 (Print)

Rahmi, Y. et al. (2015). Identifikasi Bakteri Pemekasan Madura, Buletin Ekonomi


Staphylococcus aureus Pada Perikanan.
Preputium dan Vagina Kuda (Equus Suhartati, Sulistiani & Nuraini, A. 2018.
caballus), Jurnal Media Veterinaria, Pemanfaatan Serbuk Kacang Kedelai
9(2). (Glycine max) Sebagai Bahan
Safitri, R. & Novel, S. S. 2010. Medium Analisis Pembuatan Media Manitol Salt Agar
Mikroorganisme. Edited by H. (MSA) Untuk Pertumbuhan Bakteri
Pramono & H. Prayitno. Jakarta Timur: Staphylococcus, Prosiding Seminar
CV. Trans Info Media. Nasional dan Diseminasi Penelitian
Salima, J. 2015. Antibacterial Activity of Garlic ( Kesehatan, hal. 5
Allium sativum l .), 4, hal. 30–39 Syaifudin, dkk. 2008. Pemanfaatan Ikan Teri (Stolephrus sp.)
Sari, K. D. P. et al. 2017. Potensi Penggunaan yang Kaya Protein dan Kalsium dalam Formulasi
Media Teknis Sebagai Pengganti Pembuatan Baso. Bogor (IDN): Institut
Media Sea Water Complete (SWC) Untuk Pertanian Bogor. hal. 22
Mendukung Pertumbuhan Bakteri Toelle, N. N. & Lenda, V. 2014. Identifikasi dan
Bacillus sp. D2.2, Sains Teknologi Karakteristik Staphylooccus sp.dan
Akuakultur, hal. 95–103 Streptococcus sp. dari Infeksi
Saputra, D. & Nurhayati, T. 2013. Produksi dan Ovarium Pada Ayam Petelur
Aplikasi Pepton Ikan Selar untuk Media Komersial, Ilmu Ternak, hal. 5
Pertumbuhan Bakteri, Perikanan dan Ilmu Wachidah, I. 2016. Pemanfaatan Umbi Gadung
dan Umbi Uwi Sebagai Media
Kelautan, 16.
Alternatif Substitusi Nutrient Agar (NA)
Sobari, M. et al. 2006. Kajian Aspek Bio-Teknik Untuk Pertumbuhan Bakteri, hal.
15
dan Finansial terhadap Pemanfaatan
Sumberdaya Ikan Teri di Perairan


Korespodensi: Tutur Mutmainnah Novitasari, titanelang@gmail.com, 081236301645, Jurnal Analis
Medika Bio Sains, Volume X No. X, Februari X |

You might also like