You are on page 1of 8

The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

DISTRIBUSI JAMUR ASPERGILLUS FLAVUS PADA PETIS UDANG


YOGYAKARTA

Yuliana Prasetyaningsih1), Fitri Nadifah2) , Ika Susilowati 3)


1)
Prodi D3 Analis Kesehatan, Stikes Guna Bangsa Yogyakarta
yulianaprasetya@gmail.com
2)
Prodi D3 Analis Kesehatan, Stikes Guna Bangsa Yogyakarta
fitri.nadifah@gmail.com
3)
Prodi D3 Analis Kesehatan, Stikes Guna Bangsa Yogyakarta

Abstract

Indonesian tropical climate is a country and rich in marine products. Shrimp petis is a fermented
products of shrimp. Shrimp petis is stored for too long risk for overgrown microorganisms. Therefore,
during storage by a factor of humidity, shrimp petis can be polluted and overgrown by the fungus
Aspergillus species. Fungus Aspergillus flavus commonly known as the cause of contamination of
various types of food stored. Aflatoxin are toxins produced by fungi Aspergillus flavus. Aflatoxins can
invade the central nervous system, some of which are carcinogenic cause cancer of the liver, kidneys,
and stomach. The study objective was to determine the growth of the fungus Aspergillus flavus on
various brands of shrimp paste are sold in supermarkets and traditional markets. Methods This study
is a descriptive method of research objects shrimp paste with different brands sold in supermarkets
and traditional markets with a single variable, namely the growth of Aspergillus flavus. The data
obtained were analyzed descriptively using SPSS 17.0. Research shows the growth of the fungus
Aspergillus flavus on various brands of shrimp paste are sold in supermarkets and traditional markets.
The percentage growth of the fungus Aspergillus flavus on various brands of shrimp paste is 20% of
the 10 samples identified shrimp paste.
Keywords: Petis shrimp, Aspergillus flavus, aflatoxin.

1. PENDAHULUAN Yogyakarta. Selain pasar tradisional, di


daerah ini juga terdapat supermarket yang
Petis udang merupakan produk menjadi rujukan bagi masyarakat Yogyakarta
fermentasi olahan udang. Petis udang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
termasuk makanan olahan yang cukup dikenal Komposisi gizi pada petis udang
terutama di masyarakat Jawa, khususnya Jawa yang ada di pasaran sangat bervariasi
Timur yang banyak digemari oleh masyarakat tergantung dari bahan baku yang
karena merupakan produk asli dari Indonesia, digunakan dan cara pembuatannya.
di samping nilai gizinya yang tinggi. Petis Kandungan gizi dalam petis udang dan
udang digunakan sebagai bumbu masakan
petis ikan menurut Direktorat Gizi (1996)
daerah seperti Rujak cingur, Rujak uleg
manis, Petis kangkung, sate kerang, dan yaitu: Jumlah kandungan Energi 151,0
sebagainya, di Yogyakarta petis digunakan kkal, Air 56,0%, Protein 20%, Lemak
sebagai bumbu tambahan atau sambal dalam 0,2%, Karbohidrat 24%, Kalsium 37 mg,
makanan seperti Tahu petis, Krupuk petis, dan Fosfor 36 mg, Zat Besi 2,8 mg, Vitamin
Rujak cingur. Kawasan Malioboro terletak di A, B1 dan C. (Hastono, 2003).
pusat kota Yogyakarta yang menjadi daya Petis yang dijual di pasaran,
tarik baik masyarakat lokal maupun hendaknya terjamin mutunya terutama
pendatang. Di kawasan ini terdapat pasar kebersihan dan keamanannya yakni bebas dari
tradisional Beringharjo yang merupakan pasar bahan-bahan yang dapat menyebabkan
tradisional terbesar dan terlengkap di daerah keracunan. Petis yang disimpan terlalu lama

307
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

kemungkinan petis ini mengandung dihasilkan oleh Aspergillus flavus lebih


mikroorganisme seperti jamur karena petis dikenal dengan aflatoksin, dapat menyerang
merupakan media yang cocok untuk sistem saraf pusat, beberapa diantaranya
pertumbuhan jamur dengan kandungan bersifat karsinogenik menyebabkan kanker
karbohidrat dan kadar gula yang tinggi akan pada hati, ginjal, dan perut (Williams, 2004).
dijadikan sebagai sumber energi untuk Aflatoksin umumnya mempengaruhi
pertumbuhannya, selain itu ada faktor lain liver dan beberapa kasus kontaminasi
yaitu kelembaban dalam waktu penyimpanan aflatoksin telah terjadi pada kelompok
(Suprapti, 2004). masyarakat di berbagai Negara, terutama
Pertumbuhan jamur di permukaan Negara tropis seperti Indonesia. Meskipun
bahan makanan mudah dikenali karena demikian, kasus keracunan akut masih jarang
seringkali membentuk koloni berserabut terjadi sehingga kewaspadaan masyarakat
seperti kapas. Tubuh jamur berupa benang masih rendah. Kontaminasi aflatoksin pada
yang disebut hifa, sekumpulan hifa disebut bahan pangan menyebabkan adanya residu
miselium. Miselium dapat mengandung dalam tubuh yang dapat menyebabkan
pigmen dengan warna-warna merah, ungu, keracunan pada manusia (Maryam, 2005).
kuning, coklat, abu-abu dan sebagainya. Data dari LIPI mengindikasikan bahwa 47%
Jamur juga membentuk spora berwarna hijau, kecap yang di distribusikan ke Jawa telah
biru-hijau, kuning, jingga, merah muda dan terkontaminasi aflatoksin. Pitt and Hocking
sebagainya. Warna-warna tersebut dapat (1997) memperkirakan bahwa setiap tahun
menjadi ciri khas spesies jamur. Jamur benang terjadi kematian 200.000 orang penderita
pada umumnya bersifat aerob obligat, pH kanker di Indonesia yang disebabkan oleh
pertumbuhan berkisar 2-9, suhu pertumbuhan Aflatoksin (Dharmaputra et al, 2001).
berkisar 10-35ºC, water activity (aw) 0,85 Berdasarkan latar belakang
atau bisa di bawahnya (Tournas et al, 2001). masalah tersebut, maka peneliti ingin
Jamur atau cendawan, mampu mengetahui apakah terdapat jamur
mengubah makhluk hidup dan benda mati Aspergillus flavus pada petis udang
menjadi sesuatu yang menguntungkan atau berbagai merk yang dijual di supermarket
merugikan. Jamur memiliki potensi bahaya
dan pasar tradisional kawasan Malioboro,
bagi kesehatan manusia. Organisme ini dapat
menghasilkan berbagai jenis toksin yang Yogyakarta, berapa prosentase jamur
disebut mikotoksin, tergantung jenis jamur Aspergillus flavus yang terdapat pada
(Hastono, 2003). petis udang berbagai merk yang dijual di
Jenis jamur yang sering supermarket dan pasar tradisional
mengkontaminasi makanan melalui udara kawasan Malioboro, Yogyakarta, dan
antara lain Aspergillus flavus. Aspergillus apakah ada perbedaan pertumbuhan
flavus adalah jenis jamur multiseluler yang Aspergillus flavus pada petis udang
bersifat opportunistik sebagai jamur saprofit berbagai merk yang dijual di supermarket
yang menghasilkan mikotoksin yang dan pasar tradisional kawasan Malioboro,
berbahaya bagi manusia dan menyebabkan Yogyakarta.
penyakit Aspergillosis. Jamur ini tersebar luas
Penelitian ini bertujuan untuk
di alam dan kebanyakan spesies (Aspergillus
mengetahui adanya pertumbuhan jamur
flavus, Aspergillus niger, Aspergillus orizae,
Aspergillus flavus pada petis udang berbagai
Aspergillus terreus, Aspergillus fumigatus) ini
merek yang dijual di supermarket dan pasar
sering menyebabkan kerusakan makanan
tradisional kawasan Malioboro,
karena menghasilkan zat-zat racun yang
dikenal sebagai aflatoxin (Maryam, 2002). Yogyakarta.
Toksin yang dihasilkan oleh
Aspergillus flavus berupa mikotoksin.
Mikotoksin adalah senyawa hasil sekunder
metabolisme jamur. Mikotoksin yang

308
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

2. METODE PENELITIAN kadaluarsa pada masing-masing sampel antara


bulan juni 2013 sampai bulan desember 2015.
Jenis penelitian ini adalah penelitian Koloni Aspergillus fumigatus
observasional, karena tidak melakukan berwarna putih pada saat muda, dan
intervensi atau perlakuan apapun terhadap berubah menjadi berwarna hijau seiring
sampel. Metode yang digunakan adalah dengan terbentuknya konidia. Kepala
deskriptif atau menggambarkan. Penelitian konidia berbentuk kolumnar, konidiofor
deskriptif adalah penelitian yang bertujuan
pendek, berdinding halus, dan berwarna
untuk mendeskripsikan suatu masalah, tidak
untuk membuktikan hubungan sebab akibat. hijau. Vesikula berbentuk gada yang
Variabel dalam penelitian ini merupakan berwarna hijau. Konidia bulat sampai
variabel tunggal yaitu pertumbuhan semi bulat, berwarna hijau, dan
Aspergillus flavus. berdinding kasar (Noverita, 2009).
Sampel yang digunakan dalam Koloni Penicillium tumbuh lambat,
penelitian ini adalah petis udang berbagai saat muda berwarna putih dan berubah
merek. Sampel petis udang dibeli secara acak menjadi hijau kebiruan seiring dengan
tanpa memperhatikan proses pengolahan, terbentuknya konidia. Hifa bersekat dan
sanitasi selama proses pengolahan, dan tekstur koloni seperti beludru, dengan
kemasan produk petis, kecuali tanggal tetes eksudat berwarna hialin (Noverita,
kadaluarsa.
2009).
Sampel uji berjumlah 10 yang diambil
dari supermarket dan pasar tradisional Koloni Rhizopus orizae berwarna
kawasan Malioboro, Yogyakarta, dengan putih, memiliki hifa yang membentuk
merek yang berbeda pada setiap sampel. rhizoid untuk menempel ke substrat, hifa
Pada hari ke-1 sampel ditimbang tidak bersepta. Stolon halus atau sedikit
masing-masing 10 gram dan dilarutkan dalam kasar dan tidak berwarna hingga kuning
90 ml NaCl fisiologis, dari pengenceran kecoklatan, sporangiofor tumbuh dari
tersebut diambil 1 ml dan ditanam pada media stolon dan mengarah ke udara, sporangia
SDA, kemudian di inkubasi selama 3 hari berwarna coklat gelap sampai hitam, spora
pada suhu 28oC. Pada hari ke-3 dilakukan bulat, oval atau berbentuk elips atau
pengamatan secara makroskopis dan silinder (Soetrisno, 2005).
mikroskopis, yaitu dilihat adanya
Koloni Mucor berwarna putih dan
pertumbuhan koloni pada permukaan media
SDA dan dilanjutkan dengan pengamatan akan berubah menjadi warna abu-abu
mikroskopis dengan melihat adanya sampai coklat apabila sudah tua dan
pertumbuhan hifa dan spora di bawah tumbuh spora, hifa tidak bersepta, tegak
mikroskop kemudian hasil yang ditemukan membesar dan kadang-kadang
didokumentasikan dengan menggunakan membentuk cabang. Sporangiospora
kamera digital. Uji statistik yang digunakan tumbuh pada seluruh bagian miselium,
deskriptif menggunakan SPSS 17.0. kolumela berbentuk bulat dan tidak
membentuk stolon (Emilia dkk, 2012).
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan ciri-ciri jamur dari hasil
pengamatan dapat diketahui bahwa dari
Sepuluh sampel yang digunakan
10 sampel petis udang terdapat 5 jenis
dalam penelitian ini adalah petis udang
berbagai merek yang dijual di supermarket jamur yang teridentifikasi diantaranya
dan pasar tradisional kawasan Malioboro, adalah Aspergillus flavus, Aspergillus
Yogyakarta. Enam sampel diambil dari pasar fumigatus, Penicillium sp, Rhizopus
tradisional dan 4 sampel diambil dari orizae, dan Mucor. Hasil penelitian ini,
supermarket, pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 1.
berdasarkan merek yang berbeda dengan

309
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Tabel 1. Hasil Pengamatan Pertumbuhan Tabel 2. Identifikasi jamur Aspergillus flavus


Jamur Aspergillus flavus pada pada Petis Udang.
Petis Udang berbagai merek yang Jumlah Hasil
dijual di Supermarket dan Pasar No Asal sampel sampel Pertumbuhan
Tradisional. Aspergillus
No merek dan asal Aspergillus flavus
flavus
1 Petis A dari pasar - (+) (-)
tradisional 1 Pasar 6 2 4
2 Petis F dari pasar - tradisional
tradisional 2 Supermarket 4 - 4
3 Petis G dari -
supermarket Jumlah 10 2 8
4 Petis I dari pasar - Untuk mengetahui seberapa besar
tradisional prosentase pertumbuhan jamur Aspergillus
5 Petis K dari pasar - flavus pada sejumlah sampel petis udang
tradisional berbagai merek yang dinyatakan dalam
6 Petis N dari - persen, maka dilakukan uji statistik dan
supermarket diperoleh hasil tertera pada Tabel 3.
7 Petis P dari pasar + Tabel 3. Prosentase Hasil Pertumbuhan
tradisional Aspergillus flavus pada Petis Udang
8 Petis R dari supermarket - Aspergillus flavus
9 Petis S dari supermarket - Cumulati
10 Petis W dari pasar + Freque Valid ve
tradisional ncy Percent Percent Percent
Keterangan : Valid Positif 2 20.0 20.0 20.0
+ ada pertumbuhan Aspergillus flavus Negativ 8 80.0 80.0 100.0
- tidak ada pertumbuhan Aspergillus flavus e
Berdasarkan data hasil penelitian dari
Total 10 100.0 100.0
Tabel 1 dapat diketahui bahwa petis udang
yang diperoleh dari pasar tradisional positif
mengandung Aspergillus flavus yaitu pada Berdasarkan uji statistik pada Tabel 3
petis udang merek P dan petis udang merek dapat diketahui prosentase pertumbuhan
W, sedangkan petis udang yang diperoleh dari Aspergillus flavus sebanyak 20% dari 100%
supermarket tidak mengandung Aspergillus sampel petis udang berbagai merek yang
flavus. dijual di supermarket dan pasar tradisional
Melalui analisis deskriptif dengan Hasil pengamatan pertumbuhan jamur
karakteristik penelitian dilihat dari asal Aspergillus flavus pada petis udang
sampel dan hasil pertumbuhan Aspergillus berdasarkan makroskopis (koloni) dan
flavus dapat disajikan pada Tabel 2. mikroskopis dapat dilihat pada Gambar 1.
Berdasarkan hasil pada Tabel 2 dapat
diketahui bahwa 2 dari 6 sampel petis udang
yang berasal dari pasar tradisional positif
ditumbuhi oleh jamur Aspergillus flavus,
sedangkan 4 sampel yang berasal dari a b
supermarket tidak ditumbuhi oleh jamur
Aspergillus flavus.
Gambar 1. (a) koloni Aspergillus flavus pada
media SDA (b) Morfologi Aspergillus flavus
pada sampel petis udang

310
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

hari. Oleh karena itu setelah ditanam pada


a media SDA, sampel di inkubasi selama 3 hari
(Winarno, 2010).
Selain jamur Aspergillus flavus, pada
b petis udang juga ditemukan jamur lain yaitu
c
Aspergillus fumigatus, Penicillium sp,
Rhizopus orizae, dan Mucor. Dari 5 jenis
jamur yang ditemukan, 2 jenis diantaranya
adalah jenis jamur yang membahayakan bagi
kesehatan manusia, yaitu Aspergillus flavus
dan Aspergillus fumigatus. Kedua jenis jamur
ini menghasilkan berbagai jenis toksin.
Gambar 2. Bagian-bagian Aspergillus flavus, Menurut Makhfoeld (2005), jamur Aspergillus
(a)konidia, (b) vesikel, (c) konidiofor . flavus dan Aspergillus fumigatus
menghasilkan berbagai jenis toksin,
Penelitian ini menggunakan sampel petis
diantaranya adalah; aflatoksin, asam
udang, sampel diambil dari pasar tradisional aspergilat, asam kojat, palmotoksin dihasilkan
dan supermarket kawasan Malioboro,
Aspergillus flavus dan famagilin,
Yogyakarta. Pengambilan sampel berdasarkan
fumigatoksin dan asam helvenat dihasilkan
merek yang berbeda, dengan kadaluarsa pada Aspergillus fumigatus. Toksin-toksin tersebut
masing-masing sampel antara bulan juni 2013 sangat membahayakan dan bersifat akut pada
sampai bulan desember 2015. Berdasarkan manusia.
asal sampelnya, diketahui bahwa sampel yang
Jamur dari jenis Penicillium sp secara
diperoleh dari pasar tradisional 20% positif umum merupakan jamur yang potensial dalam
mengandung Aspergillus flavus, sedangkan bidang industri dan pangan, yaitu berpotensi
sampel yang diperoleh dari supermarket tidak dalam produksi antibiotik, namun dapat juga
mengandung Aspergillus flavus. menimbulkan efek yang merugikan bagi
Faktor lingkungan terutama suhu dapat manusia karena dapat mengkontaminasi
menjadi penyebab pertumbuhan Aspergillus makanan yang menyebabkan makanan
flavus. Lingkungan pasar memiliki udara yang menjadi jamuran dan busuk, serta spora yang
cukup hangat sehingga optimal untuk dihasilkan bila termakan dapat menyebabkan
pertumbuhan jamur, sedangkan supermarket alergi bagi orang-orang tertentu (Partini,
dilengkapi dengan pendingin ruangan
2006).
sehingga suhunya mendekati batas bawah Jenis jamur lainnya adalah Rhizopus
suhu pertumbuhan jamur. Oleh karena itu, orizae yang sering digunakan dalam
dalam penelitian ini diperoleh pertumbuhan pembuatan tempe (Soetrisno, 1996). Jamur
jamur Aspergillus flavus pada sampel yang
Rhizopus orizae aman dikonsumsi karena
diperoleh dari pasar tradisional (Handajani, tidak menghasilkan toksin dan mampu
2006). menghasilkan asam laktat. Jamur jenis ini
Pertumbuhan Aspergillus flavus pada mempunyai kemampuan mengurangi lemak
petis udang terbentuk pada penyimpanan petis kompleks menjadi trigliserida dan asam
udang yang tidak memperhatikan faktor
amino, selain itu jamur Rhizopus orizae juga
kelembaban dan bertemperatur tinggi. mampu manghasilkan protease (Partini,
Sehingga kalau kondisi lingkungannya cukup 2006).
menguntungkan artinya suatu lingkungan Jamur Mucor adalah jenis jamur lainnya
dimana kurangnya kandungan air pada sampel yang ditemukan dalam identifikasi sampel.
dan terutama yang telah mengalami kerusakan Jamur ini tidak dapat menginfeksi manusia
selama penyimpanan, maka perkembangan dan endotermik hewan karena
dan pertumbuhan dari jamur tersebut akan ketidakmampuannya untuk tumbuh di
cepat. Tumbuhnya jamur Aspergillus flavus lingkungan yang hangat antara suhu 37o C
pada suatu medium terjadi pada kisaran 1-3 (Partini, 2006). Gambar 3. Menunjukkan hasil

311
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

pengamatan mikrskopis jamur pada sampel yang terlihat seperti kapas berwarna putih,
petis yang diperoleh dari supermarket dan tekstur sampel lebih keras dibanding dengan
pasar tradisional kawasan Malioboro, sampel yang tidak terdapat pertumbuhan
Yogyakarta. jamur. Ciri-ciri petis yang baik adalah
bertekstur lembek dan kental seperti margarin,
berwarna coklat hingga hitam dan bau
khasnya yang sedap (Suprapti, 2004).
Kemasan petis udang disajikan pada gambar
4.

a b

Gambar 4. Kemasan petis udang dengan botol


plastik bertutup(a) Kemasan petis
udang dengan plastik transparan
Gambar 3. Hasil pengamatan mikroskopis (b).
jamur pada sampel petis yang
diperoleh pasar tradisional Pengolahan petis dengan pemanasan
kawasan Malioboro, dalam waktu yang cukup lama dapat
Yogyakarta,(1) Rhizopus oryzae, mematikan jamur dari bahan dasar petis. Pada
(2) Aspergillus flavus, (3) Mucor, umumnya jamur dan sporanya mati dengan
(4) Aspergillus fumigatus, (5) pemanasan pada suhu 60oC dalam waktu 5-10
Penicillium menit. Spora aseksual lebih resisten daripada
miselium dan membutuhkan suhu 5-10oC
Kemasan pada petis udang menggunakan lebih tinggi daripada miselium .
botol plastik kecil tertutup yang didalamnya Adanya berbagai jenis jamur dalam petis
terbungkus plastik, baik pada sampel yang udang yang diamati memungkinkan adanya
diperoleh dari supermarket maupun dari pasar kandungan berbagai jenis mikotoksin dalam
tradisional. Kemasan petis dengan botol petis tersebut. Pada penelitian Handajani
plastik kecil sudah baik yaitu dikemas dengan (2006), disebutkan bahwa critinin dapat
wadah plastik, diberi tutup dengan label yang dihasilkan oleh beberapa spesies anggota
jelas. Label kemasan petis udang tersebut Aspergillus dan Penicillium, Aflatoksin
dicantumkan merk dagang, komposisi, ijin dihasilkan oleh Aspergillus flavus dan
produksi, produsen serta masa kadaluwarsa. beberapa jamur lain, cylopiazonic acid dapat
Kemasan petis udang yang dikemas plastik dihasilkan oleh Aspergillus flavus. Selain
sudah diberi label sederhana dengan berpotensi menghasilkan toksin, jamur dalam
mencantumkan merk dagang tetapi tidak bahan makanan menghasilkan berbagai enzim
mencantumkan tanggal kadaluwarsa. yang dapat merombak senyawa-senyawa yang
Morfologi petis udang W dan P dari terkandung dalam bahan makanan tersebut,
pasar tradisional tidak jauh berbeda antara sehingga mempengaruhi kualitasnya terutama
satu dengan yang lainnya yaitu berwarna apabila disimpan terlalu lama.
hitam, berbau enak dan konsistensi padat. Menurut penelitian Handajani (2006)
Hasil pemeriksaan pada kedua sampel ini kandungan aflatoksin pada sampel petis udang
dijumpai jamur Aspergillus flavus . komersial yang berasal dari pasar tradisional
Pada sampel petis udang W terdapat lebih tinggi yaitu 18,2 ppb (part per billion)
pertumbuhan jamur pada permukaan sampel dibandingkan dengan petis udang yang

312
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

berasal dari supermarket (7,3 ppb) walaupun udang, dalam beberapa suhu pengolahan
mereknya sama. Dalam penelitian ini, dan kondisi pengemasannya. Maka perlu
kandungan aflatoksin yang terdeteksi dalam dilakukan penyuluhan dan pembinaan
petis relatif rendah, namun hal ini perlu kepada produsen dan pedagangnya, agar
diwaspadai apabila petis yang mengandung
memperhatikan masalah kebersihan dalam
aflatoksin dimakan berkali-kali,
proses pembuatan, penyimpanan dan
dikhawatirkan asupan aflatoksin akan
terakumulasi dalam tubuh, mengingat zat ini pendistribusian petis udang .
sulit didegradasi, sehingga dapat
menimbulkan gangguan kesehatan yang 4. SIMPULAN
bersifat kronis. Jamur yang ditemukan dalam
penelitian ini antara lain adalah Aspergillus Ada pertumbuhan jamur Aspergillus
flavus, Aspergillus niger, Aspergillus wentii, flavus pada petis udang berbagai merek yang
dan Penicillium citrinum. dijual di pasar tradisional kawasan Malioboro,
Petis udang mempunyai daya simpan Yogyakarta. Besarnya prosentase
yang awet karena memiliki kadar gula pertumbuhan jamur Aspergillus flavus
yang cukup tinggi, antara 3-12 bulan pada petis udang berbagai merek adalah
tergantung dari proses pengemasan dan 20% dari 10 sampel petis udang yang
penyimpanannya. Petis udang dapat diidentifikasi. Ada perbedaan pada sampel
terkontaminasi oleh tempat pengolahan, petis udang yang berasal dari supermarket
penyimpanan serta udara (suhu). tidak terdapat pertumbuhan Aspergillus
Penyimpanan petis udang yang terlalu flavus, sedangkan sampel yang berasal
lama, maka kemungkinan akan ditumbuhi dari pasar tradisional terdapat
mikroorganisme seperti jamur karena petis pertumbuhan jamur Aspergillus flavus.
udang merupakan media yang cocok
untuk pertumbuhan jamur dengan
5. REFERENSI
kandungan karbohidrat dan kadar gula
yang tinggi akan dijadikan sebagai sumber Dharmaputra, OS, Putri ASR, Retnowati I,
energi untuk pertumbuhannya (Suprapti, Ambarwati S., 2001, Soil mycobiota of
2004). peanut fields in Wonogiri regency,
Bila diperhatikan jenis sampel petis Central Java : Their effect on the growth
udang yang tercemar tersebut terlihat and aflatoksin production of Aspergillus
bahwa pembungkusnya (toples) tipis dan flavus in vitro, Biotropia, 17:30-58.
mudah dibuka, sehingga kemungkinan Handajani, N.S., 2006, “Identifikasi Jamur
tercemar akan lebih besar. Ini dan Deteksi Aflatoksin B1 terhadap
membuktikan bahwa kontaminasi yang Petis Udang Komersial”, Jurnal
Biodiversitas, 7(3):212-215.
terjadi setelah pengolahan, yaitu selama
Hastono,S., 2003, “Cendawan dan
penyimpanan adalah juga potensial Permasalahannya terhadap Kesehatan
menimbulkan bahaya keracunan. Petis Hewan”, jurnal veteriner, 4 (2):1-4.
udang akan terjamin aman dari bahaya Makhfoeld, Djarir., 2005, Mikotoksin Pangan,
oleh bakteri dan jamur kontaminan Kanisius, Yogyakarta.
apabila kebersihan tempat dan proses Maryam, R., 2002, Mewaspadai Bahaya
produksinya baik, dan petis segera Kontaminasi Mikotoksin pada
disimpan di almari pendingin (suhu 5oC Makanan: http://rudyct.com, diambil
atau lebih rendah) sampai saat akan diolah pada tanggal 20 januari 2013,
untuk konsumsi. Yogyakarta.
Berbagai kemungkinan
kontaminasi dalam tahap pengolahan petis

313
The 2nd University Research Coloquium 2015 ISSN 2407-9189

Maryam, R., 2005, Pengendalian Terpadu


Kontaminasi Mikotoksin, diambil pada
tanggal 24 februari 2013, Yogyakarta.
Partini, S., 2006, Hati-hati Gunakan Bahan
Biologi, Peneliti Bidang Bahan Alam
Pangan dan Farmasi, LIPI (Lembaga
Ilmu Pengetahuan Indonesia).
Pit, Jl, Hocking AD,. 1997, Fungi and Food
Spoilage, London : Blackie Academic
and Professional, hal: 5-10.
Suprapti, M.L., 2004, Membuat Petis,
Kanisius, Yogyakarta.
Winarno F.G., 2010, Ilmu pangan dan Gizi,
Kanisius,Yogyakarta

314

You might also like