Professional Documents
Culture Documents
1 : 89-101
ISSN : 2356-4113
ABSTRACT
89
Jurnal Kajian Veteriner Agustus 2014 Vol. 2 No. 1 : 89-101
90
Moenek et al Jurnal Kajian Veteriner
1. Persiapan HPLC
MATERI DAN METODE
Persiapan terhadap HPLC merk
Pelaksanaan penelitian ini yaitu Shimadzu tipe 6,1 dilakukan dengan cara
koleksi sampel dari sepuluh peternakan mengatur sistem HPLC dengan kecepatan
ayam di Kota Kupang, Propinsi Nusa alir 1 mL/menit, menggunakan fase gerak
Tenggara Timur. Pemeriksaan sampel methanol:aquabides (70:30), fase diam
dilakukan di Bagian Farmakologi, dan (kolom) Shimpack ODS C18 diameter
Bagian Mikroanatomi Fakultas 5µm panjang 150 mm, pembacaan
Kedokteran Hewan Universitas Gadjah gelombang pada detektor
Mada. spektrofotometer ultraviolet γ 365 nm dan
Sampel yang digunakan dalam pada suhu kamar (25 °C).
penelitian ini adalah pakan ayam pedaging
yang diperoleh dari sepuluh peternakan 2. Ekstraksi sampel pakan
ayam yang ada di kota Kupang, Provinsi
NTT.Sampel pakan yang diambil adalah Sampel sebanyak 10 g dicampur
pakan yang tidak habis dikonsumsi oleh dengan 1 g garam (NaCl) dan ditempatkan
ayam dan masih tertinggal di tempat di dalam mortir, kemudian dihaluskan.
pakan (sisa pakan), dan sampel pakan Selanjutnya sebanyak 100 ml methanol
yang belum diberikan kepada ayam dan air dengan perbandingan 80:20
(pakan yang masih di dalam karung). ditambahkan ke dalam pakan yang telah
Sampel yang diperoleh, dilakukan halus. Sampel pakan diaduk hingga
pemeriksaan fisik terhadap tekstur, warna, tercampur homogen dan dimasukkan ke
dan bau, serta pemeriksaan dengan sinar dalam tabung reaksi, kemudian tabung
UV menggunakan White/2UV tersebut dimasukkan ke dalam sentrifus
transiluminator untuk pemeriksaan awal lalu ditutup dan diputar pada kecepatan
terhadap adanya aflatoksin yang tinggi selama 1 menit. Kemudian penutup
mencemari pakan. Data yang diperoleh sentrifus diangkat, lalu tabung
disimpan sebagai data primer. dikeluarkan, dan ekstrak dituang ke dalam
kertas saring. Selanjutnya filtrate
(hasil
91
Jurnal Kajian Veteriner Agustus 2014 Vol. 2 No. 1 : 89-101
92
Moenek et al Jurnal Kajian Veteriner
93
Moenek et al Jurnal Kajian Veteriner
Tabel 1. Pemeriksaaan Fisik Terhadap Sampel Pakan dari peternakan ayam pedaging di
wilayah Kota Kupang
Kelompok Tekstur Pakan Warna Pakan Bau Penyinaran UV
Peternakan
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat, ada bintik Agak Berpendar kebiruan
a
Gudang (bentuk seragam hijau kehitaman, masam pada beberapa titik
crumble) pakan sedikit kotor
A (crumble)
Pakan sisa Hancur, bentuk tidak Coklat, agak Apek Warna coklat cerah
seragam, lembab kehitaman (kotor)
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat kusam, ada Agak Ada pendaran kebiruan
Gudang seragam warna hijau masam tetapi (tidak terlalu
kehitaman jelas)
B (crumble)
Pakan sisa Bentuk tidak seragam, Coklat kusam, kotor Apek Warna coklat cerah,
lembab meskipun pakan kotor
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat, Segar Warna coklat cerah
Gudang seragam
C (crumble)
Pakan sisa Kering, bentuk tidak Coklat, tercampur Agak Warna coklat cerah
seragam kotoran masam
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat Segar Warna coklat cerah
Gudang seragam (crumble)
D
Pakan sisa Padat, kering, bentuk Coklat Segar Warna coklat cerah
seragam
Pakan dalam Kering, padat, bentuk Coklat Segar Warna coklat cerah
Gudang seragam (crumble)
E
Pakan sisa Agak lembab, bentuk Coklat, sedikit kusam Segar Warna coklat cerah
crumble masih terlihat
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat, bersih Segar Warna coklat cerah
Gudang seragam (crumble)
F
Pakan sisa Agak lembab, bentuk Coklat, kotor, kusam Agak Pendaran kebiruan
tidak seragam masam jelas terlihat
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat, terang, bersih Segar Warna coklat cerah
Gudang crumble masih terlihat
G jelas
94
Jurnal Kajian Veteriner Agustus 2014 Vol. 2 No. 1 : 89-101
Pakan sisa Lembab, bentuk tidak Coklat, kusam, kotor Apek Ada pendaran kebiruan
seragam (agak hancur) pada beberapa titik
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat, bersih, Segar Warna coklat cerah
Gudang seragam (crumble)
H
Pakan sisa Padat, agak lembab Coklat, kusam, kotor Agak Warna coklat cerah
masam
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Coklat, bersih segar Warna coklat cerah
Pakan sisa Agak lunak, lembab Coklat, kotor, apek Warna coklat cerah
Pakan dalam Padat, kering, bentuk Kusam, hijau Masam Ada pendaran kebiruan
Gudang seragam (crumble) kehitaman pada beberapa titik
J
Pakan sisa Lembab, bentuk tidak Kusam, kotor Apek Pendaran kebiruan
seragam (hancur) jelas terlihat
Gudang Padat, kering, bentuk Coklat, terang Segar Warna coklat cerah
seragam (crumble)
a
Gudang pakan bukan dalam suatu ruangan khusus, tetapi hanya berbentuk tempat
penyimpanan pakan didalam kandang.
Tabel 2. Hasil Uji AFB1 dengan high performance liquid chromatography (HPLC)
Peternakan Sampel pakan
A 21 -
B 70 7.5
C 3.4 -
D 0.071 3.2
E - -
F - 0.16
G - -
H - -
I 0.032 -
J 67 -
95
Moenek et al Jurnal Kajian Veteriner
Tabel 3. Mean dan Standar Deviasi (SD) Kandungan Aflatoksin B1 pada Sampel Pakan
Ayam Pedaging
a b
Gambar 1. Gambar contoh pakan ayam pedaging yang diambil dari gudang peternakan.
Kondisi pakan baik. a. pemeriksaan fisik, b. pemeriksaan dengan white/2UV transiluminator.
A b
Gambar 2. Contoh pakan ayam pedaging sisa konsumsi yang diambil dari tempat pakan
ayam di peternakan. Kondisi pakan buruk. a. pemeriksaan fisik. b. pemeriksaan
dengan white/2UV transiluminator.
96
Jurnal Kajian Veteriner Agustus 2014 Vol. 2 No. 1 : 89-101
Gambar 3. Tempat penyimpanan pakan didalam kandang ayam. Tanpa gudang khusus.
Gambar 4. Cara pemberian pakan yang tidak tepat pada ayam pedaging.
0,0005
2,600
2,283
3,000
Retention Time
3,183
0,808
aflatoksin
0,0000
-0,0005
1,400
1,783
-0,0010
0 2 4
Gambar 5. Hasil pemeriksaan HPLC pakan sisa konsumsi dari kelompok peternakan F.
Terlihat indikasi adanya pencemaran multitoksin.
97
Moenek et al Jurnal Kajian Veteriner
aflatoksin
Detector A (365nm)
1,167
devi aflatoxin
0,825
2,117
0,0005
2,642
afla devi I2a
Retention Time
0,0000
-0,0005
1,1,787550
-0,0010
0 2
Sampel pakan dari kelompok batas maksimum yang diijinkan (50 ppb).
peternakan yang lain, walaupun Hal ini dapat dikembangkan dengan
memberikan hasil yang positif tetapi pendapat para ahli (Tabbu 2002, Rizal
kandungan aflatoksin B1 pada sampel- 2006), bahwa pakan dan bahan baku
sampel pakan tersebut masih di bawah pakan merupakan media yang baik untuk
batas maksimum SNI. pertumbuhan fungi dan pembentukan
Hasil analisis statistik dengan uji-t mikotoksin, misalnya aflatoksin.
menunjukkan bahwa, tidak ada perbedaan Aflatoksin merupakan mikotoksin yang
yang bermakna dalam kadar aflatoksin B1 dapat terbentuk selama penyimpanan
antara sampel pakan dari gudang kandang bahan baku atau pakan (storage toxins).
dan pakan sisa konsumsi (P>0,05). Dalam Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
hal ini dapat dikatakan bahwa tidak ada terbentuknya aflatoksin antara lain, usia
hubungan antara kandungan aflatoksin B1 pakan, kondisi penyimpanan, sistem
pada sampel pakan dari gudang dengan distribusi pakan, dan sistem pemberian
sampel pakan sisa konsumsi. Pada kondisi pakan pada ayam.
tersebut pencemaran aflatoksin B1 Pengambilan sampel pakan dari
cenderung terjadi di kandang selama peternakan, tidak bisa mengikuti prosedur
pemberian pakan. yang berlaku karena peternak hanya
Pada Tabel 3., dapat dibaca bahwa mengijinkan mengambil sampel pakan
mean ± SD kandungan aflatoksin B1 pada dari gudang kandang yang berasal dari
sampel pakan yang berasal dari gudang karung pakan yang sudah dibuka, dan
tergolong bervariasi, sedangkan mean ± tidak diijinkan mengambil dari tempat
SD kandungan aflatoksin B1 sampel pakan lain. Selain itu, usia pakan yang tersisa di
sisa konsumsi masing-masing kelompok tempat pakan ayam (tray) yang diambil
tidak berbeda jauh. sebagai sampel bervariasi karena tray
Hasil penelitian ini menunjukkan yang digunakan tidak sama, ada yang
bahwa kandungan aflatoksin B1 pada terbuat dari kayu dan tidak pernah
contoh pakan ayam broiler di Kota dibersihkan sehingga sampel sudah
Kupang masih berada di bawah bercampur dengan sisa pakan yang
98
Jurnal Kajian Veteriner Agustus 2014 Vol. 2 No. 1 : 89-101
lama yang mungkin sudah tercemar baku pakan dengan kadar yang
dengan fungi, dan ada yang menggunakan rendah
tray yang terbuat dari plastik yang mudah
dibersihkan sehingga umur sampel pakan
sisa konsumsi tidak cukup untuk
pertumbuhan fungi dan produksi
aflatoksin.
Pakan yang diberikan oleh peternak
ayam pedaging di Kota Kupang adalah
pakan jadi dari pabrik yang berasal dari
Pulau Jawa. Pakan tersebut diangkut
melalui transportasi laut (kapal laut)
selama dua sampai tiga minggu. Setelah
sampai di tempat tujuan, pakan disimpan
di dalam gudang sambil didistribusikan ke
berbagai peternakan. Lamanya
penyimpanan pakan didalam gudang
tergantung permintaan dari peternak. Di
berbagai peternakan ayam, pakan
disimpan di dalam tempat penyimpanan
pakan didalam kandang (bukan tempat
khusus berbentuk gudang), kemudian
diberikan kepada ayam (Gambar 3.).
Pakan yang disimpan dalam gudang
peternakan biasanya hanya untuk
mencukupi kebutuhan selama tiga sampai
tujuh hari pemeliharaan, dan akan dipesan
lagi dari gudang besar untuk memenuhi
kebutuhan berikutnya. Pakan yang
disimpan dalam kandang selama 3 – 7 hari
dapat saja menjadi lembab karena ayam
dalam kandang menghasilkan banyak
cairan, dan pakan yang bersifat
higroskopis. Pakan yang lembab akan
mendukung pertumbuhan fungi dan
selanjutnya pembentukan mikotoksin.
Pada kondisi tertentu, dapat
ditemukan adanya kasus aspergilosis
secara simultan dengan aflatoksikosis,
yang memberi petunjuk terhadap
kemungkinan adanya pertumbuhan
Aspergillus sp. di dalam pakan, litter, dan
lingkungan. Pencemaran mikotoksin
termasuk aflatoksin B1 pada pakan/bahan
99
Moenek et al Jurnal Kajian Veteriner
dapat mempunyai efek yang merugikan tidak diketahui jenisnya (Gambar 5).
pada ayam, khususnya pada sistem Pertumbuhan ayam pada satu kelompok
kekebalan dan pertumbuhan. Efek tersebut peternakan juga menunjukkan
berupa imunosupresif dan dapat ketidakseragaman pada umur yang sama
mempunyai efek sebagai antimikrobial, (Gambar 6). Gangguan pertumbuhan pada
yang selanjutnya dapat membunuh ayam pedaging dapat juga dihubungkan
mikroorganisme normal di dalam usus dengan berbagai jenis mikotoksin,
sehingga dapat mengganggu proses digesti misalnya aflatoksin, T2 toksin,
dan penyerapan nutrien dan kemudian okratoksin, sitrinin, fumonisin, dan
dapat berakhir dengan timbulnya feed rubratoksin.
passage (Tabbu 2002).
Aspergillus sp. membutuhkan KESIMPULAN
lingkungan untuk pertumbuhan yang
memenuhi persyaratan, antara Berdasarkan hasil penelitian ini, maka
lain memiliki kelembaban relatif (RH) dapat diambil kesimpulan, yaitu terdapat
minimum sebesar 80%. Aspergillus flavus cemaran aflatoksin B1 pada sampel pakan
maupun Aspergillus parasiticus ayam pedaging yang berasal dari gudang
membutuhkan suhu sebesar 25 – 40°C kandang (60%) dan dari sampel pakan sisa
guna pembentukan aflatoksin. Derajat konsumsi (30%) pada peternakan ayam
keasaman (pH) medium yang dibutuhkan pedaging komersial di Kota Kupang.
untuk pembentukan aflatoksin adalah 5,5-
7,0. Selain persyaratan lingkungan, maka UCAPAN TERIMA KASIH
pembentukan aflatoksin sangat ditentukan Ucapan terima kasih yang sebesar-
pula oleh faktor potensial genetik fungi besarnya diberikan kepada Prof. Drh.
dan lama kontak antara fungi dengan Charles Rangga Tabbu, M.Sc., P.hD, Dr.
substrat. Drh. Aris Haryanto, MP., Dr. Drh.
Menurut Borutova (2010), mikotoksin Agustina, MP, dan Dr. Drh. Doddy
yang paling sering ditemukan pada kadar Yudabunthara, M.Sc
yang rendah dapat memberikan dampak
subklinis berupa penurunan produksi
daging dan telur, peningkatan kejadian DAFTAR PUSTAKA
dan tingkat keparahan penyakit, dan Ahmad RZ. 2009. Cemaran Kapang pada
penurunan kinerja reproduksi unggas. Pakan dan Pengendaliannya. Jurnal
Pencemaran mikotoksin kadar rendah Litbang Pertanian.
dapat bersifat multitoksin (beberapa jenis Anonimus. 2006a. Mycotoxin.
http://en.wikipedia.org/wiki/Mycotoxi
mikotoksin) yang mungkin dapat
n.
menimbulkan interaksi sinergistik atau
Bahri S, Yuningsih R, Maryam, dan
aditif antara beberapa jenis mikotoksin Zahari P. 1994. Cemaran Aflatoksin
yang berbeda (Pedrosa and Borutova pada Pakan Ayam yang Diperiksa di
2011). Laboratorium Toksikologi Balitvet
Pada penelitian ini, terdapat indikasi Tahun 1988 – 1991. Jurnal Penyakit
adanya pencemaran multitoksin dalam Hewan 26(47).
sampel pakan yang diperiksa. Pada Borutova R. 2010. Mycotoxins as
pemeriksaan HPLC, terdapat indikasi undesirable substances in feed: sub-
adanya mikotoksin jenis lain, clinical effects in animal. Biomin
Newsletter
walaupun
100
Jurnal Kajian Veteriner Agustus 2014 Vol. 2 No. 1 : 89-101
101