You are on page 1of 7

No.

13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

STUDI PENGARUH FRAKSI BERAT KULIT METE/GERAM ALUMUNIUM


TERHADAP SIFAT MEKANIK BAHAN KAMPAS REM NON ASBESTOS

Oleh :
1)
Martinus Heru Palmiyanto, ST., MT. ,
2) 3)
Agustinus Eka Budi Nusantara,S.Pd., MT. ,Bambang Hari Priyambodo, S.T., M.Eng.
ProgdiTeknikMesin, AkademiTeknologiWarga Surakarta1),2),3)
martinus_paska@yahoo.com1)
bambang.hari.priyambodo@gmail.com3)

ABSTRACT
The brake motor vehicle is the product support is very important to reduce the speed of vehicles and
provide safety for road users. The use of asbestos friction material has the disadvantage of asbestos can cause
cancer risk for workers and users. Therefore , the use of cashew shell powder mixed with aluminum powder
used as an alternative to the brake lining material is made from asbestos . This study uses cashew shell waste
as a raw material and residual aluminium machining sekrap as reinforcing material and phenolic resin as a
binder.
This study aimed to determine the characteristics of the physical and mechanical properties of the
composition by weight fraction variations powder cashew shell waste / aluminum scrap as friction materials
for brake linings. Variation of weight fraction consisting of phenolic resin was kept constant at 10 % , while
the shell of cashew powder and scrap aluminum powder was varied at 70:20; 65:25; 60:30; 55:35; 50:40 .
Include mechanical testing hardness test, wear test and bending test . Physical observation of macro and micro
in order to see the characteristics of the brake lining wear for each composition.
The test results obtained the highest hardness value is 42.5 BHN in a composition of 20% aluminum
scrap and 70% cashew shell powder.The results of wear testing composition of cashew shell with scrap
aluminum 70% and 20% had the lowest wear value is 0.485 mm2/kg. The highest value of flexibility in the
composition of cashew shell weight fraction of 70% and 20% scrap aluminum is equal to 8.56 N/mm2.
Keywords :Brake Lining , Cashew Shell Waste, Aluminum Scrap, Phenolic Resin , Wear Rate

I. PENDAHULUAN
Secara umum penyusun bahan gesek terdiri dari bahan pengisi, bahan penguat dan bahan
pengikat, Bahan pengikat terdiri dari berbagai jenis resin diantaranya phenolic, epoxy, silicone dan
rubber. Resin berfungsi sebagai bahan pengikat dapat membentuk sebuah matriks pada suhu yang
relative stabil. Sedangkan penguat berfungsi sebagai penekan untuk meningkatkan koefisien gesek
dan meningkatkan kekuatan mekanik bahan.Dalam penelitian ini diusulkan pemanfaatan limbah kulit
mete (pengisi) dan geram alumunium (penguat) sebagai bahan alternatif kampas rem pengganti
bahan asbestos dan pengikat resin phenolic.Limbah dari kulit mete yang bertumpuk pada satu tempat
dapat mengakibatkan terjadainya pembusukan dengan bantuan mikroorganisme. Adanya hujan dan
kemarau ganti-berganti, proses pemecahan bahan organik oleh bakteri penghancur dalam suasana
aerob maupun aerob menimbulkan gas. Kemungkinan timbulnya gas bearcun, diantaranya asam
sulfida, amoniak methan, CO2, CO (suparni, 2009).
Geram alumunium merupakan hasil pemotongan dari proses permesinan, berfungsi sebagai
penekan untuk meningkatkan koefisien gesek dan meningkatkan kekuatan mekanik bahan. Geram
alumunium limbah permesinan yang mempunyai sifat ringan, mudah dibentuk, mempunyai
konduktivitas panas yang baik dan dapat didaur ulang.

II. METODE PENELITIAN


Tahap pertama limbah kulit mete sisa pengepresan dibersihkan dan dilakukan pengeringan
dengan dijemur dibawah sinar matahari. Limbah kulit mete yang sudah kering dilakukan
penghalusan dengan mesin disc mill hingga terbentuk butiran serbuk dengan ukuran 30 mesh.
Sample komposit disususn dari bahan dariserbuk limbah kulit mete dan skrap
alumuniumdivariasikan sebesar 70:20; 65:25; 60:30; 55:35; 50:40.Sedangkan resin phenolic dibuat
tetap sebesar 10%.
Dalam pembuatan bahan friksi, perlu dilakukan pengujian bahan friksi dan sifatlain dari
bahan (sifat mekanis, sifat fisis dan sifat kimia). Pengujian bertujuan adalah untuk mengetahui

Jurnal Teknika ATW - 47


No. 13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

kelayakan kampas rem bahan serbuk limbah kulit mete/geram alumunium baik dari sisi fisik dan
mekanik serta untuk mengetahui komposisi yang sesuai untuk pembuatan kampas rem. Sifat-sifat
mekanik bahan komposit dikarakterisasi dengan pengujian keausan,pengujian kekerasan dan
pengujian kelenturan. Sedangkan sifat fisis dikarakterisasi dengan pengamatanstruktur mikro. Data
pengujian dan pengamatan selanjutnya dianalisa secara grafik hubungan antara komposisi terhadap
kekerasan, hubungan antara komposisi dengan kelenturan dan hubungan antara komposisi dengan
keausan spesifik.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Pengujian Struktur Mikro
Karakterisasi permukaan bertujuan untuk menentukan struktur mikro dari bahan komposit
limbah kulit mete/geram alumunium berdasarkan variasi berat. Hasil karakteristik menunjukan
adanya efek komposisi dari masing-masing variasi berat penyusun bahan komposit limbah kulit
mete/geram alumunium. Pengaruh fraksi berat komposit limbah kulit mete/geram alumunium dapat
terlihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 1. Struktur mikro komposisi 70% serbuk kulit mete 20% skrap aluminium

Gambar 2. Struktur mikro komposisi 65% serbuk kulit mete 25% skrap aluminium

Gambar 3. Struktur mikro komposisi 60% serbuk kulit mete 30% skrap aluminium

Jurnal Teknika ATW - 48


No. 13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

Gambar 4. Struktur mikro komposisi 55% serbuk kulit mete 35% skrap aluminium

Hasil pengamatan struktur mikro dengan pembesaran 400X Menunjukan komposisi


penyusun antara serbuk kulit mete sebagaifiller, skrap aluminium sebagai reinforce dan phenolic
sebagai binder. Dari tiap-tiap variasi komposisi memperlihatkan perbedaannyata yang ditunjukkan
oleh jumlah komposisi antara filler, reinforce dan binder yang menyusun spesimen tersebut. Dari
pengamatan struktur mikrom menunjukkan perbedaan struktur yang menyusun spesimen
tersebut.Semakin besar fraksi berat skrap aluminium maka struktur yang terlihatcenderung semakin
banyak reinforce-nya, dimana reinforce sendiri berfungsi sebagai penguat spesimen. Semakin kuat
spesimen maka kekerasan dan ketahanan aus spesimen juga meningkat.

3.2 Pengujian Kekerasan


Pengujian kekerasan menggunakan microhardness testing machine dengan cara menekankan
indentor (dengan bola baja) disertai dengan mengukur ukuran bekas penekanan yang terbentuk
diatasnya. Penggunaan phenolic sebagai binder di jaga konstan sebanyak 10% fraksi berat pada
masing-masing variasi terlihat bercampur secara homogen, sehingga phenolic sebagaibinder dapat
mengikat filler dan reinforce dengan baik serta merata. Hal ini menunjukkan hasil proses sintering
pada suhu 175o C dengan waktu penahanan 30 menit telah sesuai yang diharapkan.Pengujian
kekerasan menggunakan microhardness testing Machine dengan cara menekankan indentor (dengan
bola baja) disertai dengan mengukur ukuran bekas penekanan yang terbentuk diatasnya. Pengujian
kekerasan Rockwell.
Dari hasil pengukuran tersebut,grafik hubungan antara komposisi serbuk kulit mete terhadap
kekerasannya dapat dilukiskan Gambar 5.
Tabel 1.PerbandinganNilaiKekerasan

NilaiKekerasan (BHN) NilaiKekerasan


Mete Al 1 2 3 4 5 Rata-Rata (BHN)

Komposisi 70 20 12.6 12.7 12.9 12.8 12.4 12.68


Komposisi 65 25 16.4 16.9 16.3 16.7 16.6 16.58
Komposisi 60 30 28.6 28.4 27.9 28.5 28.4 28.36
Komposisi 55 35 38.5 38.8 37.2 36.9 38.9 38.06
Komposisi 50 40 45.60 44.40 41.20 41.10 40.20 42.50

Jurnal Teknika ATW - 49


No. 13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

Gambar 5.Grafik Hubungan Antara Komposisi Serbuk Kulit Mete Terhadap Kekerasannya
Pada grafik kekerasan, ditemukan bahwa penambahan sekrap alumunium dan pengurangan
persentase berat serbuk kulit mete memberikan peningkatan terhadap nilai kekerasannya. Untuk nilai
kekerasan yang paling tinggi yaitu 42.5 BHN di komposisi 40% skrap alumunium dan 50% serbuk
kulit mete dan nilai kekerasan terkecil 12.68 BHN pada komposisi20% skrap alumunium dan 70 %
serbuk kulit mete.
Pada pengujian kekerasan ini penambahan serbuk kulit mete membuat nilai kekerasan
spesimen kampas rem menjadi turun. Hal ini disebabkan karena pada sampel ini mempunyai
kandungan skrap alumunium yang lebih banyak dari pada sampel lainnya.Skrap alumunium
mempunyai sifat yang lebih keras daripada serbuk kulit mete. Semakin banyak kandungan skrap
alumunium maka akan semakin keras sampel bahan yang dihasilkan.
Skrap alumunium sangat berpengaruh terhadap tingkat kekerasan dan keausan. Skrap
alumuniu mmempunyai karakteristik yang tahan korosi, harganya murah sertamudah diperoleh dari
limbah permesinan.
Pada Gambar 2, sampel dengan komposisi 10% dijumpai memiliki kekerasan yang paling
tinggi. Hal ini disebabkan karena pada sampel ini mempunyai kandungan geram alumunium yang
lebih banyak daripada sampel lainnya.
Seperti yang sudah diketahui bahwa geram alumunium mempunyai sifat yang lebih keras
daripada serbuk kulit mete.Semakin banyak kandungan alumunium maka akan semakin keras sampel
bahan yang dihasilkan.Adapun persyaratan teknik dari kampas rem komposit
(www.stopcobrake.com/en/file/en.pdf/SAEJ661) nilai kekerasan yang disyaratkan sesuai standar
keamanan 68 105 (Rockwell Rc). Dari tabel hasil pengujian kekerasan dapat diketahui bahwa
kandungan optimum yang paling baik adalah pada komposisi 50% kulit mete 40% skrap
aluminium.
Sedangkan untuk komposisi 70% serbuk kulit mete 20% skrap aluminium mempunyai
tingkat kekerasan yang paling rendah karena kandungan alumunium-nya sangat rendah yaitu 20%.
Jadi untuk mendapatkan hasil yang lebih maksimal kita dapat memanfaatkan serbuk kulit mete
dengan komposisi 50% dan 40%. Alumunium sangat berpengaruh terhadap tingkat kekerasan dan
keausan bahan tersebut karena alumunium mempunyai karakteristik yang baik pada suhu tinggi
walaupun alumunium merupakan suatu bahan dengan resistansi wear yang jelek. Digunakan
alumunium karena selain harganya murah juga banyak terdapat di pasaran.
Kekerasan suatu bahan dipengaruhi oleh komposisi bahan penyusunnya dan juga struktur
mikronya. Semakin keras suatu bahan semakin baik struktur mikronya serta semakin kecil nilai
keausannya. Pada pembuatan bahan friksi non-asbes dicari kandungan yang paling optimum yang
artinya bukan yang paling kerasatau paling sedikit aus. Akan tetapi, dicari yang paling sesuai
digunakan untuk pembuatan kampas rem serta sesuai dengan standar keamanannya.

3.3 Pengujian Keausan


Dari hasil pengujian dari beberapa sampel specimen yang telah dipilih dilakukan pengujian
keausan, pada komposisi di atas diperoleh laju keausan tertinggi pada komposisi 70% kulit mete dan
20% skrap alumunium bernilai 3.10998E-07 gr/mm2.detik. Sedangkan laju keausan terendah pada
komposisi 50% serbuk kulit mete dan 40% skrap alumunium bernilai 1.51515E-07 gr/mm2.detik

Jurnal Teknika ATW - 50


No. 13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

dengan nilai kekerasan 42.5 BHN. Bahan yang memiliki kekerasan lebih tinggi secara umum
memiliki ketahanan aus lebih tinggi (laju keausan rendah). Oleh karena itu ada korelasi antara
kekerasan dengan laju keausan.
Tabel 2.HasilPengujianKeausan
PANJANG LEBAR JARI-JARI ABRASION Rata2
BEBAN
SPESIMEN GORESAN REVOLVING REVOLVING DISTANCE keausan
(kg)
(mm) DISC (mm) DISC (mm) (mm) (mm2/kg)

1 Kulit Mete 50% / Al 40% 1.88 3 15 2.12 0.0666 1.17653125


2 Kulit Mete 55% / Al 35% 1.54 3 15 2.12 0.0666 0.64668395
3 Kulit Mete 60% / Al 30% 1.68 3 15 2.12 0.0666 0.83957165
4 Kulit Mete 65% / Al 35% 1.46 3 15 2.12 0.0666 0.5510468
5 Kulit Mete 70% / Al 20% 1.40 3 15 2.12 0.0666 0.48586322

Gambar 6.Grafik Hasil Pengujian Keausan

Penambahan skrap alumunium bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, kekakuan dan


ketahanan material komposit serbuk. Secara teoritis, peningkatan fraksi berat sekrap alumunium
akan meningkatkan kekutan tekan. Hal ini dikarenakan sifat penguatannya yang semakin tinggi dan
akibatnya pengikatan antarkomponen matriks dan penguat semakin tinggi, sehingga beban mekanis
yang diberikan akan mampu ditahan oleh material. Hasil pengujian keausan ditampilakn pada
tabel.4.2 dan gambar. 4.3 diketahui pada komposisi kulit mete 50% dan skrap alumunium 40%
mempunyai nilai keausan yang terbesar yaitu 1,176 mm2/kg, sedangkan terkecil yaitu sebesar 0,485
mm2/kg, hal ini dikarenakan ikatan antara serbuk kulit mete dan skrap alumunium mempunyai
kepadatan yang kurang seragam. Serbuk-serbuk yang kasar seperti pada serbuk alumunium yang
cenderung irregular pada saat dikompaksi luas kontak antar partikel relatif lebih kecil menyebabkan
banyak porositas sehingga kepadatan kurang dan menurunkan sifat tahan keausan.

3.4 Pengujian Bending


Pada Gambar 7 menunjukan penambahan serbuk kulit mete meningkatkan nilai kekuatan
bending dari spesimen.Nilai kelenturan tertinggi dicapai pada komposisi fraksi berat kulit mete 70%
dan skrap alumunium 20% yaitu sebesar 8,56 N/mm2. Sedangkan terendah dicapai pada komposisi
fraksi berat kulit mete 50% dan skrap alumunium 40%. Hal ini terjadi karena jumlah serbuk
alumunium lebih banyak mengakibatkan kemampuan matrikphenolik untuk membasahi (wettability)
serbuk kulit mete yang rendah. Perbedaan keterbasahan (Wettability) didalam komposit berbasis
serbuk yang kurang baik dapat menurunkan sifat mekanik bahan (spesimen) yang dihasilkan,
karenakan ikatan antarmuka yang terbentuk antara matriks dan penguat tidak sempurna.

Jurnal Teknika ATW - 51


No. 13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

Tabel 3.HasilPengujian Bending


Max Bending
Tebal Lebar Area
No. Spesimen Force Strength
(mm) (mm) (mm2)
(N) (N/mm2)
1 Kulit Mete 50% / Al 40% 4.74 23.11 109.47 30.37 7.69
2 Kulit Mete 55% / Al 35% 4.56 23.12 105.41 28.83 8.06
3 Kulit Mete 60% / Al 30% 4.45 23.14 103.04 28.2 8.29
4 Kulit Mete 65% / Al 35% 4.92 23.14 113.86 35.07 8.32
5 Kulit Mete 70% / Al 20% 4.39 23.12 101.58 28.07 8.56

Gambar 7. Grafik Hasil Pengujian Bending


IV. KESIMPULAN
Perbedaan struktur dari variasi fraksi berat penyusun specimen memberikan pengaruh
terhadap struktur material komposit. Semakin banyak fraksi berat butiran serbuk kulit mete maka
bentuk kerapatan atau kepadatan yang lebih baik dibandingkan dengan peningkatan fraksi berat
serbuk skrap alumunium.
Penambahan fraksi berat serbuk kulit mete dan pengurangan persentase berat sekrap
alumunium memberikan peningkatan terhadap nilai kekerasannya
Serbuk-serbuk yang kasar seperti pada serbuk alumunium yang cenderung irregular pada
saat dikompaksi luas kontak antar partikel relatif lebih kecil menyebabkan banyak porositas sehingga
kepadatan kurang dan menurunkan sifat tahan keausan
Penambahan fraksi berat sekrap alumunium memberikan pengaruh terhadap kemampuan
membasahi (wettdability) oleh matriks (phenolic) kepada serbuk kulit mete menyebabkan penurunan
nilai kelenturan dari material komposit serbuk.

V. DAFTAR PUSTAKA
[1] Anwar Jusuf, Agus Dwi Susanto, Mukhtar Ikhsan dan Menaldi Rasmin, Kanker Paru,
Mesotelioma dan Pajanan Di Lingkungan Kerja Departement Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan, Jakarta, 2010.
[2] ASTM, Annual Book of ASTM Standard, West Conshohocken, 2003.
[3] Courtney, TH., 1999, Mechanical Behavi-or Of Material, Mc. Graw, Hill In-ternational
Engineering, Material Science/Metallurgy Series.
[4] Direktorat Jendral Perkebunan, 2012, Jakarta
[5] Haroen, W. K. (2010). Peningkatan Standar Kanvas Rem Kendaraan Berbahan Baku Asbestos
dan Non Asbestos (Celulose) untuk Keamanan. Jakarta: Balai Besar Pulp dan
Kertas,Departemen Perindustrian.
[6] Hutchings, I.M. 1992. Tribology Friction and Wear of Engineering Materials. Lon-don:
Hodder. Headline PLC.

Jurnal Teknika ATW - 52


No. 13/ATW/Maret/2015 ISSN 1693-6329

[7] Kiswiranti, D., Sugiantoro, Hindarto, N., & Sutikno. (2009). Pemanfaatan Serbuk Tempurung
Kelapa sebagai Alternatif Serat Penguat Bahan Friksi Non Asbes Pada Kampas Rem Sepeda
Motor. Pendidikan Fisika Indonesia 5 , 62-66.
[8] Risfaheri, & Kailaku, S. I. (2005). Teknologi Pengembangan Produk Turunan Minyak Kulit Biji
Mete.
[9] SAE J 661 :1997. Brake Lining Quality Control Test Procedure.
[10] SNI 09-2775-1992 Cara Uji Massa Jenis Kanvas Rem.
[11] Waskito, Arief Tri. 2008. IBP Brake Pad Kampas Berbasis Karbon.

Jurnal Teknika ATW - 53

You might also like