You are on page 1of 8

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

EFEK PENGGUNAAN TEPUNG DAUN KELOR (Moringa


oleifera) DALAM PAKAN TERHADAP PENAMPILAN
PRODUKSI AYAM PEDAGING
(Effect of Moringa oleifera Leaf Meal in Feed on Broiler Production
Performance)
OSFAR SJOFJAN

Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya

ABSTRACT

The objective of this research was to investigate the effects of Moringa oleifera leaf meal in feed on
broiler production performance. The materials used were Moringa oleifera leaf meal and 100 one day old
Lohmann broilers chicks. This research has 5 treatments namely P0 = feed with no treatments Moringa
oleifera leaf meal, P1 = feed with 2.5% Moringa oleifera leaf meal, P2 = feed with 5 % Moringa oleifera leaf
meal, P3 = feed with 7.5% Moringa oleifera leaf meal and P4 = feed with 10% Moringa oleifera leaf meal.
Every treatment was repeated 4 times, if there was significant influence, it is followed by Duncans Multiple
Range Test. The result of this research showed that Moringa oleifera leaf meal did not significantly influence
(P > 0.05) feed consumption, body weight, feed conversion ratio, carcass weight, production efficiency factor
and income over feed cost (IOFC). It is concluded that addition of different levels of Moringa oleifera leaf
meal on broiler feed did not give significant effect on broiler production performance.
Key Words: Moringa oleifera Leaf Meal, Feed, Broiler

ABSTRAK

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui efek penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam
pakan terhadap penampilan produksi ayam pedaging. Materi yang digunakan adalah tepung daun kelor
(Moringa oleifera) dan 200 ekor ayam pedaging strain Lohmann. Metode penelitian adalah percobaan lapang
dengan Rancangan Acak Lengkap yaitu penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan
sebanyak 0% (P0); 2,5% (P1); 5,0% (P2); 7,5% (P3) dan 10% (P4)dengan 4 ulangan. Variabel yang diamati
adalah konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup (PBH), konversi pakan, berat karkas, efisiensi produksi
dan Income Over Feed Cost (IOFC). Apabila terdapat perbedaan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
Berganda Duncans. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera)
dalam pakan tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi pakan, PBH,
konversi pakan, berat karkas, efisiensi produksi dan IOFC. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa penggunaan tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam pakan tidak memberikan peningkatan
terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, konversi pakan, berat karkas, faktor efisiensi produksi
dan Income Over Feed Cost (IOFC). Penggunaan hingga 10% tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam
pakan tidak memberikan efek negatif dalam penampilan produksi ayam pedaging.
Kata Kunci: Tepung Daun Kelor, Pakan, Ayam Pedaging

PENDAHULUAN konversi pakan, angka mortalitas, income over


feed cost). Pemilihan bahan pakan yang tepat
Terdapat 3 faktor penting dalam Usaha akan menghasilkan pakan yang mempunyai
peternakan unggas yaitu bibit, pakan dan kualitas yang mampu memenuhi kebutuhan
manajemen. Oleh karena itu, pakan merupakan ternak, khususnya untuk pertumbuhan.
salah satu faktor penting dalam menentukan Efisiensi penggunaan pakan ayam pedaging
penampilan produksi ternak ayam pedaging yang tinggi sangat diperlukan untuk mencapai
(konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, biaya produksi yang rendah. Jika peternak

649
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

harus memanfaatkan bahan pakan lokal, segi Penelitian tentang pemanfaatan daun kelor
ketersediaan dan kualitas bahan pakannya (Moringa oleifera) sebagai pakan ayam
penting untuk diperhatikan. Salah satu bahan pedaging belum banyak dilakukan. ASTUTI et
pakan lokal dan kandungan nutrisinya tinggi al. (2005) dalam penelitiannya tentang
adalah daun Kelor (Moringa oleifera). substitusi campuran tepung ikan dan bungkil
Tanaman kelor (Moringa oleifera) adalah kedelai dengan tepung daun kelor dalam pakan
tanaman yang tahan tumbuh di daerah kering ayam pedaging melaporkan bahwa tepung
tropis dan mempunyai manfaat yang besar di daun kelor hanya dapat digunakan hingga 5 %
bidang medis dan industri (MAKKAR dan saja dalam pakan. Kendalanya adalah daun
BECKER, 1997). Tanaman ini merupakan salah kelor mengandung antinutrisi sehingga pakan
satu spesies tumbuhan dalam famili tersebut menjadi kurang palatabel dan
Moringaceae. Species ini merupakan salah satu mengakibatkan konsumsi nutrien lebih rendah
tanaman di dunia yang sangat bermanfaat, dibandingkan kontrol. Disamping itu, pakan
karena semua bagian dari tanaman seperti tidak dibuat iso-energi dan iso-protein yang
daun, bunga dan akar dapat dimanfaatkan juga mengakibatkan perbedaan konsumsi
untuk berbagai tujuan diantaranya adalah pakan. Peneliti tersebut juga melaporkan
sebagai bahan makanan dan obat-obatan. bahwa perlakuan ekstraksi daun kelor dengan
Daunnya banyak dikonsumsi sebagai sayuran methanol dapat menurunkan kandungan
hijau dan akarnya bisa digunakan sebagai antinutrisinya sehingga palatabilitas pakan
rempah-rempah (ANONYMOUS, 2007). meningkat dan konsekuensinya dapat
Informasi tentang penggunaan tepung daun memperbaiki konsumsi pakan dan bobot hidup
kelor (Moringa oleifera) dalam pakan ayam jika digunakan pada level 10%.
pedaging menunjukkan bahwa tepung daun Kelemahan dari penelitian diatas adalah
kelor bisa digunakan hingga 5% dalam pakan pakan tidak disusun secara iso-energi dan iso-
untuk mengganti tepung ikan dan bungkil protein. Oleh karena itu, perlu adanya
kedelai. Oleh karena itu diperlukan penelitian penelitian lebih lanjut tentang efek penggunaan
tentang penggunaan tepung daun kelor tepung daun kelor (Moringa oleifera) dalam
(Moringa oleifera) dalam pakan yang disusun pakan yang disusun secara iso-energi dan iso-
secara iso-energi dan iso-protein terhadap protein terhadap penampilan produksi ayam
penampilan produksi ayam pedaging. pedaging yang meliputi konsumsi pakan,
Daun kelor memiliki potensi besar sebagai pertambahan bobot hidup, konversi pakan,
sumber anti bakteri patogen dan antioksidan berat karkas, angka mortalitas dan Income
serta memiliki kandungan asam amino esensial Over Feed Cost (IOFC).
yang seimbang. Antioksidan dapat digunakan Rumusan masalah yang diambil dalam
sebagai upaya pencegahan terhadap penelitian ini adalah bagaimana efek
hepatotoksisitas melalui mekanisme mencegah penggunaan tepung daun kelor (Moringa
peningkatan MDA dan penurunan growth oleifera) dalam pakan terhadap penampilan
Stimulating Hormone (GSH), serta mencegah produksi ayam pedaging.
peningkatan kadar enzim faal hepar
(AST/ALT) dan kerusakan struktur hepar.
Berdasarkan kajian tersebut maka apabila efek MATERI DAN METODE
antimikroba daun kelor dapat menghambat
aktivitas bakteri patogen dan dapat memacu Pada penelitian ini digunakan DOC ayam
pertumbuhan bakteri non patogen serta pedaging sebanyak 200 ekor strain Lohmann
antioksidan, diharapkan penampilan produksi produksi PT Multibreeder Adirama Indonesia
pada ayam pedaging juga meningkat. Hasil yang tidak dibedakan jenis kelaminnya
penelitian sebelumnya tentang manfaat daun (Straight run atau Unsex) dan dipelihara
kelor sebagai pakan ayam pedaging selama 35 hari. Rataan bobot hidup awal
menunjukkan bahwa daun kelor (Moringa sebesar 41,67 3,38 gram dan koefisien
oleifera) dapat digunakan hingga 5% dalam keragaman 6,13%.
pakan sebagai pengganti tepung ikan dan Kandang yang digunakan adalah kandang
bungkil kedelai (ASTUTI et al., 2005). sistem litter berjumlah 20 petak dengan ukuran
tiap petak 70 x 80 x 70 cm yang dilengkapi

650
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

dengan tempat pakan, tempat minum, lampu Tabel 1. Kandungan nutrisi tepung daun kelor
listrik dengan daya 25 watt, serta alas diberi berdasarkan (% BK)
sekam. Pada sisi sekeliling kandang ditutup
Komposisi Kandungan
dengan koran pada saat periode starter,
dimaksudkan agar panas didalam kandang Protein kasar (%) 29,61
tetap terjaga. Lemak kasar (%) 7,48
Daun kelor yang digunakan selama Serat kasar (%) 8,98
penelitian berasal dari kota Bojonegoro Jawa
Abu (%) 10,13
Timur. Tepung daun kelor yang digunakan
dalam penelitian ini adalah hasil giling dari Energi metabolis (Kkal/kg) 1318,20
daun kelor segar yang dikeringkan dibawah
Sumber: Laboratorium Nutrisi dan Makanan
sinar matahari. Adapun kandungan nutrisi Ternak Fakultas Peternakan Universitas
tepung daun kelor berdasarkan (% BK) dapat Brawijaya, Malang
dilihat pada Tabel 1.
Pakan perlakuan yang digunakan adalah Pakan periode starter diberikan mulai DOC
pakan yang disusun sendiri secara iso-energi sampai umur 3 minggu (21 hari), sedangkan
dan iso-protein dan disesuaikan dengan pakan periode finisher diberikan mulai umur 3
kebutuhan nutrisi untuk ayam pedaging minggu (22 hari) sampai 5 minggu (35 hari).
periode starter dan finisher. Pemberian pakan Komposisi bahan penyusun pakan perlakuan
dan air minum diberikan secara ad libitum. periode starter dan analisis proksimat
laboratorium berdasarkan 100% BK dapat
dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi susunan pakan perlakuan periode starter dan analisis proksimat laboratorium
berdasarkan (% BK)

Pakan perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Bahan pakan
Jagung 47,53 46,16 44,76 44,36 41,52
Bungkil kedelai 25,10 23,63 22,18 20,73 21,09
Bekatul 8,00 8,00 8,00 8,00 8,00
Meat bone meal 5,00 5,00 5,00 5,00 4,00
Tepung ikan 8,50 8,50 8,50 8,50 8,00
Bungkil kelapa 3,00 3,00 3,00 3,00 3,00
Tepung daun kelor 0,00 2,50 5,00 7,50 10,00
Minyak kelapa 2,40 2,74 3,09 2,44 3,92
Garam 0,25 0,25 0,25 0,25 0,25
DL metionin 0,22 0,22 0,22 0,22 0,22
Total 100 100 100 100 100
Kandungan zat makanan (% BK)
Protein kasar (%) 20,09 20,26 20,53 20,52 20,73
Lemak kasar (%) 7,58 7,90 8,81 7,95 7,89
Serat kasar (%) 5,44 5,51 5,94 5,67 5,12
Abu (%) 6,66 6,98 8,65 7,65 7,85
Energi metabolis (Kkal/kg) 2028,40 2008,96 2006,65 2008,52 2003,31

P0: Pakan perlakuan tanpa tepung daun kelor; P1: Pakan dengan 2,5% tepung daun kelor; P2: Pakan dengan
5% tepung daun kelor; P3: Pakan dengan 7,5% tepung daun kelor; P4: Pakan dengan 10% tepung daun kelor

651
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Komposisi bahan pakan penyusun pakan Variabel yang diamati dalam penelitian ini
perlakuan periode finisher dan analisis adalah penampilan produksi ayam pedaging
proksimat laboratorium berdasarkan 100 % BK yang meliputi:
dapat dilihat pada Tabel 3. 1. Konsumsi pakan adalah banyaknya pakan
Metode penelitian ini adalah metode yang diberikan dikurangi sisa pakan atau
percobaan lapang dengan Rancangan Acak angka yang menunjukkan rata-rata jumlah
Lengkap (RAL). Perlakuan yang diberikan pakan yang dapat dikonsumsi seekor ayam
adalah 5 perlakuan dengan 4 kali ulangan. sesuai dengan periode pemeliharaan
Perlakuan yang diberikan: (SCOTT et al., 1992).
P0 : Pakan perlakuan tanpa tepung daun kelor 2. Konsumsi pakan (g/ekor) = pakan
P1 : Pakan dengan 2,5% tepung daun kelor pemberian-pakan sisa.
P2 : Pakan dengan 5,0% tepung daun kelor 3. Pertambahan bobot hidup adalah selisih
P3 : Pakan dengan 7,5% tepung daun kelor bobot hidup pada saat akhir tertentu dengan
P4 : Pakan dengan 10% tepung daun kelor bobot hidup semula (RASYAF, 1995).
Setiap ulangan terdiri dari 10 ekor ayam PBH = BB akhir minggu - BB awal minggu
pada akhir penelitian setiap kelompok diambil
PBH = Pertambahan Bobot hidup
secara acak 2 ekor ayam sebagai sampel. BB akhir minggu = Bobot hidup pada akhir minggu
Jumlah semua ayam yang digunakan sebagai BB awal minggu = Bobot hidup pada awal minggu
sampel sebanyak 200 ekor.

Tabel 3. Komposisi susunan pakan perlakuan periode finisher dan analisis proksimat laboratorium
berdasarkan (% BK)

Pakan perlakuan
P0 P1 P2 P3 P4
Bahan pakan
Jagung 54,19 52,81 51,39 51,83 52,58
Bungkil kedelai 19,41 17,95 16,51 15,56 14,15
Bekatul 8,00 8,00 8,00 8,00 6,00
MBM 5,00 5,00 5,00 5,00 5,00
Tepung ikan 8,50 8,50 8,50 8,50 8,50
Bungkil kelapa 2,00 2,00 2,00 0,00 0,00
Tepung daun kelor 0,00 2,50 5,00 7,50 10,00
Minyak kelapa 2,69 3,03 3,39 3,40 3,56
Garam 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
DL metionin 0,06 0,06 0,06 0,06 0,06
Total 100 100 100 100 100
Kandungan zat makanan (% BK)
Protein kasar (%) 20,08 20,42 20,66 20,79 20,85
Lemak kasar (%) 6,92 7,48 7,98 6,92 7,69
Serat Kasar (%) 4,59 4,43 5,99 5,91 5,41
Abu (%) 7,18 6,60 6,64 6,72 6,12
Energi Metabolis (Kkal/kg) 2253,41 2277,38 2281,66 2209, 2270,24
20
P0: Pakan perlakuan tanpa tepung daun kelor; P1: Pakan dengan 2,5% tepung daun kelor; P2: Pakan dengan
5% tepung daun kelor; P3: Pakan dengan 7,5% tepung daun kelor; P4: Pakan dengan 10% tepung daun kelor

652
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

4. Konversi pakan adalah pembagian antara perlakuan maka dilanjutkan dengan Uji Jarak
jumlah pakan yang konsumsi pada minggu Berganda Duncans (STEEL dan TORRIE, 1992).
tertentu dengan pertambahan bobot hidup
yang dicapai pada minggu itu pula (JULL, HASIL DAN PEMBAHASAN
1982).
Konsumsi pakan (g) Secara lengkap data yang diperoleh selama
Konversi pakan = -------------------------- penelitian untuk masing-masing perlakuan
PBH (g) dapat dilihat pada Tabel 4.
5. Berat karkas adalah berat bagian tubuh
hasil pemotongan ayam setelah dipisahkan Pengaruh perlakuan terhadap konsumsi
dari darah, bulu, kaki, kepala dan organ pakan
dalam kecuali jantung, hati dan rempela
(RASYAF, 1995). Konsumsi pakan merupakan aspek
6. Faktor efisiensi produksi adalah terpenting dalam melakukan evaluasi nutrisi
parameter untuk melihat efisiensi bahan pakan, karena keragaman penampilan
produksi ayam pedaging (ARIFIEN, 1997) sangat dipengaruhi oleh konsumsi pakan. Pada
dengan rumus: Tabel 4 dapat dilihat bahwa konsumsi pakan
dari yang tertinggi selama penelitian secara
Bobot hidup (kg) x % hidup berurutan adalah perlakuan P2 (2666,60 g), P4
FEP = --------------------------------------------- x 100%
(2641,60 g), P1 (2634,05 g), P3 (2628,80 g) dan
Konversi pakan x lama pemeliharaan
P0 (2600,30 g). Hasil analisis statistik
7. Income Over Feed Cost (IOFC) menunjukkan bahwa penggunaan tepung daun
merupakan pendapatan kotor yang kelor dalam pakan menunjukkan perbedaan
dihitung dengan cara mengurangi yang tidak nyata (P > 0,05) terhadap konsumsi
pendapatan dari penjualan ayam hidup pakan. Hal ini membuktikan bahwa pakan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk perlakuan yang mengandung tepung daun kelor
pakan (RASYAF, 1995). hingga 10%, dimana pakan tersebut
mempunyai kandungan protein dan energi
IOFC = (BB x harga ayam/kg hidup)
( konsumsi pakan x biaya pakan/kg) yang hampir sama tidak berpengaruh terhadap
konsumsi pakan. Hasil ini berbeda dari
Data yang didapat dari penelitian ini penelitian ASTUTI et. al. (2005) yang
dianalisis menggunakan analisis Varian melaporkan dalam pakan perlakuan yang tidak
(ANOVA) dari Rancangan Acak Lengkap iso-protein dan iso-energi, 10% daun kelor
(RAL) dengan 5 perlakuan dan 4 ulangan. menurunkan konsumsi pakan.
Apabila ada perbedaan pengaruh diantara

Tabel 4. Rataan konsumsi pakan, pertambahan bobot hidup, konversi pakan, berat karkas, faktor efisiensi
produksi dan IOFC pada setiap perlakuan selama penelitian

Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3 P4
Konsumsi 2600,30 47,47 2634,05 6,37 2666,60 61,27 2628,80 7,15 2641,60 4,58
pakan (g/ekor)
PBH (g/ekor) 1285,08 234,82 1429,73 33,48 1455,70 119,75 1376,55 85,43 1449,86 124,13
Konversi pakan 1,91 0,10 1,85 0,04 1,83 0,14 2,13 0,37 1,82 0,17
Berat karkas 836,00 65,37 914,50 87,38 991,75 127,37 839,50 75,19 925,50 113,12
(g/ekor)
Faktor efisiensi 199,02 10,35 228,11 20,85 233,46 54,26 185,87 42,71 234,90 49,95
produksi
IOFC (Rp/ekor) 4869,22 691,99 5718,55 357,59 6111,96 1336,83 4252,02 2455,33 6317,521395,89

653
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Pengaruh perlakuan terhadap pertambahan tingkat konsumsi pakan dan pertambahan


bobot hidup bobot hidup yang dicapai pada masing-masing
perlakuan hampir sama. Angka konversi pakan
Pertambahan bobot hidup merupakan salah dipengaruhi oleh beberapa hal. Menurut
satu parameter yang dapat digunakan sebagai RASYAF (1995) faktor yang mempengaruhi
standart produksi ayam pedaging. Tabel 4. konversi pakan antara lain strain atau bangsa
menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup ayam, mutu pakan, keadaan kandang, dan jenis
tertinggi selama penelitian secara berurutan kelamin. Umumnya strain dengan genetik yang
yaitu perlakuan P2 (1455,70 g), P4 (1449,86 g), kurang baik, mutu pakan yang buruk, keadaan
P1 (1429,73 g), P3 (1376,86 g) dan P0 (1285,08 kandang yang kurang baik, dan ayam dengan
g). Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa jenis kelamin betina akan menghasilkan
penggunaan tepung daun kelor dalam pakan konversi pakan yang lebih besar, dan
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > mengurangi nilai keefektifan penggunaan
0,05) terhadap pertambahan bobot hidup. pakan.
Tidak adanya perbedaan pengaruh yang nyata
ini disebabkan kandungan makanan terutama
Pengaruh perlakuan terhadap berat karkas
energi dan protein dalam pakan yang diberikan
hampir sama sehingga menghasilkan
pertambahan bobot hidup yang relatif sama Berat karkas ayam merupakan berat hasil
pemotongan ayam setelah dipisahkan dari
pula. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian
ASTUTI et. al (2005) yang tidak menggunakan darah, bulu, kaki, kepala dan organ dalam
pakan iso-energi dan iso-protein, melaporkan kecuali jantung, hati dan rempela. Pada Tabel 4
dapat dilihat bahwa berat karkas dari yang
bahwa pertambahan bobot hidup ayam
pedaging akan menurun jika tepung daun kelo tertinggi selama penelitian secara berurutan
diberikan diatas 5 %. Diduga dalam penelitian adalah perlakuan P2 (991,75 g), P4 (925,50 g),
P1 (914,50 g), P3 (839,50 g) dan P0 (836,00 g).
ASTUTI et. al. (2005) perbedaan pertambahan
bobot hidup juga disebabkan oleh konsumsi zat Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa
makanan. penggunaan tepung daun kelor dalam pakan
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P >
0,05) terhadap berat karkas. Tidak adanya
Pengaruh Perlakuan Terhadap Konversi perbedaan yang nyata ini disebabkan oleh
Pakan bobot akhir ayam yang hampir seragam antar
perlakuan sehingga berat karkas yang
Konversi pakan merupakan salah satu didapatkan hampir sama. Karkas ayam
standar dalam berproduksi yang dapat merupakan hasil pemotongan ayam setelah
digunakan sebagai pedoman untuk mengetahui dipisahkan dari darah, bulu, kaki, kepala dan
efisiensi penggunaan pakan oleh ternak. organ dalam kecuali ginjal, jantung, hati dan
Semakin rendah angka konversi pakan, maka gizzard. Hasil penelitian ini menunjukkan
semakin tinggi keberhasilan pemeliharaan bahwa level penggunaan tepung daun kelor
ayam pedaging dan peternak akan yang memberikan pengaruh paling baik
mendapatkan keuntungan yang semakin besar. terhadap berat karkas adalah sebesar 10%,
Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa konversi begitu juga dengan level penggunaan tepung
pakan dari yang tertinggi secara berurutan daun kelor 10% memberikan pengaruh paling
selama penelitian adalah perlakuan P3 (2,13), baik terhadap pertumbuhan bobot hidup.
P0 (1,91), P1 (1,85), P2 (1,83) dan P4 (1,82). Semakin berat ayam yang dipotong, maka
Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa karkasnya akan semakin tinggi pula. Hasil
penggunaan tepung daun kelor dalam pakan penelitian ini memiliki implikasi bahwa jika
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > ayam dipasarkan dalam bentuk karkas
0,05) terhadap konversi pakan. Tidak adanya disarankan dipilih ayam yang memiliki berat
perbedaan pengaruh yang nyata ini disebabkan lebih.

654
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

Pengaruh perlakuan terhadap efisiensi yang tertinggi secara berurutan selama


produksi penelitian yaitu P4 (Rp. 6371,52), P2 (Rp.
6111,96), P1 (Rp. 5718,55), P0 (Rp. 4869,22)
Salah satu parameter untuk menilai apakah dan P3 (Rp. 4252,02). Hasil penelitian ini
suatu usaha peternakan efisien dalam menunjukkan bahwa IOFC yang paling baik
pemeliharaannya adalah dengan penghitungan dicapai pada pakan perlakuan P4 yang
faktor efisiensi produksi. Tabel 4 menunjukkan merupakan pakan perlakuan dengan
bahwa faktor efisiensi produksi dari yang menggunakan tepung daun kelor pada level
tertinggi secara berurutan selama penelitian 10%. Hasil analisis statistik menunjukkan
adalah perlakuan P4 (234,95), P2 (233,45), P1 bahwa penggunaan tepung daun kelor dalam
(228,11), P0 (199,02) dan P3 (185,87). Hasil pakan menunjukkan perbedaan yang tidak
analisa statistik menunjukkan bahwa nyata (P > 0,05) terhadap IOFC. IOFC yang
penggunaan tepung daun kelor dalam pakan didapatkan selama penelitian berkisar antara
menunjukkan perbedaan yang tidak nyata (P > Rp. 4252,02 Rp. 6371,52. Tinggi rendahnya
0,05) terhadap faktor efisiensi produksi. Tidak nilai IOFC disebabkan oleh adanya selisih
terdapat perbedaan ini diduga karena perlakuan yang semakin besar atau kecil pada penjualan
level yang digunakan antara 2,5 dan 10% ayam dengan biaya pakan yang harus
mempunayai selisih yang sedikit sehingga dikeluarkan selama periode pemeliharaan.
dilihat dari faktor keefisienan tidak berbeda
jauh. Faktor efisiensi produksi digunakan
sebagai acuan karena selain mempertimbangkan KESIMPULAN
bobot hidup dan konversi pakan, juga
mempertimbangkan presentase kematian dan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat
lama pemeliharaan dan dari perlakuan ini disimpulkan bahwa penggunaan tepung daun
tergolong efisien. Hal ini sesuai dengan kelor (Moringa oleifera) sebanyak 10 % dalam
pendapat ARIFIEN (1997) yang pakan tidak memberikan efek negatif terhadap
mengklasifikasikan nilai faktor efisiensi penampilan produksi ayam pedaging.
produksi selama pemeliharaan enam minggu Berdasarkan hasil penelitian yang ada dapat
adalah sebagai berikut: disarankan bahwa perlu dilakukan uji coba
lebih lanjut penggunaan tepung daun kelor
< 160 : tidak efisien (Moringa oleifera) dengan kandungan lebih
: efisien sedang dari 10 % dalam pakan terhadap penampilan
: cukup efisien produksi ayam pedaging
>201 : efisien
Menurut klasifikasi tersebut diatas, maka DAFTAR PUSTAKA
penelitian ayam pedaging dalam penelitian ini
yaitu perlakuan P4, P2 dan P1 masuk dalam ANONYMOUS. 2007a. Moringa oleifera Lam.
kategori efisien. Sedangkan pada perlakuan P0 www.mobot.org/plantscience/ gradstudents/
dan P3 masuk dalam kategori cukup efisien. olson/ oleifera.htm. (26 Februari 2007).
Hal ini dikarenakan pada perlakuan P0 dan P3 ARIFIEN, M. 1997. Kiat Menekan Konversi Pakan
bobot hidup yang dicapai rendah serta konversi pada Ayam Broiler. Poultry Indonesia. Edisi
pakan yang tinggi. 2003. Jakarta
ASTUTI, D.A., D.R. EKASTUTI dan FIRDAUS. 2005.
Pengaruh perlakuan terhadap Income Over Manfaat daun kelor (Moringa oleifera)
Feed Cost (IOFC) sebagai pakan ayam pedaging. Pros. Seminar
Nasional Pengembangan Usaha Peternakan
Berdaya Saing di Lahan Kering. Fakultas
IOFC merupakan pendapatan kotor yang Peternakan Universitas Gadjah Mada,
dihitung dengan cara mengurangi pendapatan Yogyakarta.
dari hasil penjualan ayam hidup dengan total
biaya yang dikeluarkan untuk pakan selama MAKKAR, H.P.S. and K. BEKKER. 1997. Nutrient and
Antiquality Factors in Different
periode penelitian. Pada Tabel 4 dapat dilihat
Morphological parts of Moringa oleifera tree.
bahwa nilai income over feed cost (IOFC) dari J. Agric. Sci. 128: 311 322.

655
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2008

RASYAF, M. 1995, Beternak Ayam Pedaging. STEEL, R.G.D dan J.H. TORRIE. 1992. Prinsip dan
Penebar Swadaya. Jakarta. Prosedur Statistika, suatu Pendekatan
Biometri. PT. Gramedia. Jakarta

656

You might also like