Professional Documents
Culture Documents
U. Kaswiyan A.
Department of Anesthesiology and Reanimation
Faculty of Medicine Padjadjaran University / Hasan Sadikin General Hospital Bandung
ABSTRACT
Laparoscopic procedure in gynaecological surgery grow up since 1960. Now most of gynaecological
surgery in the United States done by laparoscopic procedure.
Patient benefits include reduction in postoperativepain, better cosmetic result and quicker return to
normal activities. Hospital stay is shortened resulting in a reduction in overall medical cost. From medical
aspects, intraoperative problems could occur due to gas insufflation to create pneumoperitoneum, typical
gas insufflator (CO2) and changes in patient position, those would interfere cardiopulmonal, renal and
metabolic system. Due to patient safety, intraabdominal pressure must not exceed 14-15 mmHg and patient
positions must not too extreme.
Concern with morbidity and mortality, patient with certain physical condition and related medical
problems must be selected. Optimalized patients condition before surgery.
General anesthesia is the most common technique for laparoscopic gynaecological surgery. For short
procedure, regional anesthesia is preferred, although there are inconvenience especially for the surgeon.
Considerations in general anesthesia for laparoscopic gynaecogical surgery are:
General anesthesia with endotracheal intubation or laryngeal mask airway (LMA), controlled
ventilation (IPPV) with precautions: during induction, gastric decompression and bladder
catheterization, avoid drugs that can induce arrhythmia and emesis, secure of ETT or LMA during gas
insufflation and Trendelenburg position, PONV prevention and therapy. N 2O usage is controversial
issues.
Close monitoring with standard non invasive monitor, capnograph and nerve stimulator. Invasive
monitoring as indicated.
ABSTRAK
Prosedur laparoskopi di bidang ginekologi berkembang pesat sejak tahun 1960. Hampir sebagian
besar pembedahan ginekologi di Amerika Serikat dilakukan dengan prosedur laparoskopi.
Bagi pasien pembedahan dengan prosedur laparoskopi sangat menguntungkan karena nyeri
pascabedah relatif ringan, luka operasi secara kosmetik sangat baik, dan masa pemulihan lebih pendek.
Dari segi medikal, permasalahan intraoperatif akan timbul akibat kebutuhan untuk kelancaran prosedur
laparoskopi, yaitu insuflasi gas untuk menciptakan pneumoperitoneum, jenis gas insuflator (CO 2), dan
perubahan posisi pasien. Kesemuanya ini akan mengganggu fungsi sistem kardiopulmonal, renal, dan
metabolisme. Demi keamanan tekanan intraabdominal tidak boleh melebihi 14-15 mmHg dan pasien tidak
boleh diposisikan terlalu ekstrim.
Untuk menekan angka morbiditas dan mortalitas pasien harus diseleksi ketat mengenai kondisi atau
penyakit yang dideritanya dan dipersiapkan sampai optimal.
Teknik anestesia umum merupakan teknik anestesia yang sering dipilih untuk bedah ginekologi per
laparaskopik. Untuk tindakan atau pembedahan pendek dipilih anestesia regional / lokal, tetapi untuk
pasien / ahli bedah menjadi kurang nyaman karena adanya keterbatasan.
Penatalaksanaan anestesia umum untuk bedah ginekologi dengan prosedur laparoskopi adalah :
Anestesia umum dengan pemasangan pipa endotrakhea atau LMA, ventilasi kendali (IPPV)
dengan beberapa hal khusus yang harus diperhatikan: saat induksi, dekompresi lambung, dan
pengosongan kandung kencing, hindari obat anestetika bersifat aritmogenik dan emetogenik, kontroversi
N2O, amankan posisi ETT/LMA saat insuflasi gas dan posisi Trendelenburg, cegah dan terapi PONV.
Monitoring ketat dengan monitor non invasif standar ditambah kapnograf dan nerve stimulator.
Monitor invasif atas indikasi.
Gas CO2 sulit larut tanpa adanya sel-sel darah merah. Oleh sebab
itu, maka kemungkinan besar dengan masih adanya gas yang tersisa dalam rongga
peritoneum setelah laparoskopi selesai, dapat mengakibatkan sakit bahu yang dikenal
dengan istilah referred shoulder pain.3,7,9
Kelarutan gas CO2 akan menurun bila digabung dengan gas N2O.3
Posisi Pasien3,7,10
Pada prosedur laparoskopi pasien diposisikan sedemikian rupa dimana bagian
yang akan mengalami pembedahan lebih tinggi agar manipulasi menjadi lebih mudah
karena organ tubuh lainnya dan darah berkumpul di daerah yang lebih rendah sesuai
PENATALAKSANAAN ANESTESIA
Ada dua faktor utama yang perlu diperhatikan dan dipahami oleh seorang
anesthesiologist dalam penatalaksanaan anestesia untuk bedah laparoskopik di bidang
ginekologi, yaitu :
1. Kemampuan mengakomodasi apa yang dibutuhkan oleh ahli bedah saat
melaksanakan tindakan/pembedahan dan resiko akibat teknik pembedahan.
2. Cara mengatasi masalah yang timbul sebagai akibat dari prosedur laparoskopi
seperti insuflasi gas, jenis gas insuflator dan perubahan posisi pasien intraoperatif.
Teknik anestesia yang biasa dilakukan untuk prosedur laparoskopi adalah teknik
anestesia umum, anestesia regional/blok, dan anestesia infiltrasi lokal. Pilihan teknik
anestesia sebaiknya berdasarkan pertimbangan faktor-faktor dibawah ini2 :
1. Keadaan pasien dan lamanya pembedahan/tindakan.
2. Komplikasi medis yang mungkin timbul.
3. Pengalaman dan keterampilan ahli bedah.
4. Pilihan pasien.
Anestesia Umum1,2
Pra Anestesia
Pemeriksaan dan evaluasi pasien seperti biasa, sesuai dengan standar
pemeriksaan dan evaluasi pada sistem kardiopulmonal, harus dilakukan dengan cermat
dan seksama.
Pasien dipersiapkan seoptimal mungkin, dipuasakan yang cukup, dan bila perlu
diberikan premedikasi.
Pascabedah
KOMPLIKASI
KEPUSTAKAAN
1. Hurd WW, Duke JM. Gynecologic laparoscopy. Copyright 2003, eMedicine Com Inc
2002.
2. Osborn K, Simmons S. Anaesthesia for gynaecological surgery. In: Russell R.
Anaesthesia for obstetrics and gynaecology. BMJ Publishing Group 2000; 303-41.
3. Chui PT, Gin T, Oh TE. Anaesthesia for laparoscopic general surgery. Anaesth Intensive
Care 1993; 21: 163-71.
4. MacIntyre P. General surgery. In: Allman KG, Wilson IH. Oxford handbook of
anaesthesia. Oxford University Press 2001; 289-92.
5. Cunningham AJ, Dowd N. Anesthesia for minimally invasive procedures. In: Barash PG,
Bruce F, Cullen, Stoelting RK. Clinical anesthesia. Lippincott Williams & Wilkins,
Philadelphia 2001; 1055-62.
-.o0 UK 0o.-