You are on page 1of 8

Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No.

3, Desember 2014 159

AKURASI PEMASANGAN NASAL KANUL BERHUBUNGAN DENGAN PERUBAHAN


SATURASI OKSIGEN PADA PASIEN DI ICU
1 2 1
Heri Purnajaya , Maryana , Fredi Erwanto

1
STIKES A.YANI Yogyakarta
2
POLTEKES KEMENKES Yogyakarta

ABSTRACT

Background: Oxygen supply deficit will result in hypoxemia, brain damage, and can threaten a person's life.
Data from Panembahan Senopati regional public hospital in Bantul showed that 433 (20.5%)patients with
impaired oxygenation obtained oxygen therapy through nasal cannulae. Oxygen therapy with nasal cannulae
which administered accurately is expected to maintain the oxygen demand in body tissues, so the oxygen
saturation remains within a normal range.
Objective: This research aimed to investigate the correlation between the accuracy of installing the
oxygenation tools using nasal cannulae and the changes in the oxygen saturation in patients with impaired
oxygenation.
Methods: This research used a descriptive analytic method with a cross-sectional approach. The sampling
technique used was total sampling with 34 samples. Data were collected with a checklist. The analysis
technique used Spearman's Rho.
Results: The accuracy of installing the oxygenation tool using nasal cannulae was mostly categorized as
accurate (52%). The average change in oxygen saturation in patients with impaired oxygenation was 2.86%.
The correlation between the accuracy of installing the oxygenation tool using nasal cannulae and changes in
the oxygen saturation in patients with impaired oxygenation was significant (p=0.016).
Conclusion: There was a significant correlation between the accuracy of installing oxygenation tool using
nasal cannulae and the oxygen saturation changes in patients with impaired oxygenation.

Keywords: Oxygen Therapy, Oxygen Saturation, Impaired Oxygenation.

PENDAHULUAN Hasil penelitian menunjukkan bahwa


Kebutuhan oksigen dalam tubuh harus seluruh perawat tidak patuh terhadap SOP
mendapatkan suplai yang adekuat. oksigenasi yang ada dirumah sakit Dr.
Berkurangnya oksigen dalam tubuh akan Ramelan Surabaya.(2) Ketepatan pemberian
mengakibatkan kerusakan pada otak dan oksigen khususnya dengan alat bantu kanul
apabila kondisi ini berlangsung lama maka nasal diharapkan mampu mempertahankan
dapat menyebabkan kematian jaringan suplai oksigen dalam tubuh yang adekuat.
bahkan mengancam kehidupan seseorang. Pelayanan keperawatan di masa mendatang
Pemberian terapi oksigen dengan diharapkan mampu berdasarkan consumer
menggunakan kanula nasal dengan tepat minded terhadap pelayanan yang diberikan
sesuai standar operasional prosedur (SOP) pada klien. Hal ini didasarkan pada trends
diharapkan mampu memberikan dan perubahan saat ini dan persaingan yang
mempertahankan kebutuhan oksigen dalam semakin ketat. Perawat diharapkan dapat
tubuh sehingga saturasi oksigen pasien tetap menjelaskan, mengimplementasikan, dan
(1)
dalam batas normal. mengukur perbedaan bahwa praktik
160 Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014

keperawatan dapat sebagai indikator bulan terakhir mulai dari bulan Januari
terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan sampai Maret pasien yang masuk ruang
pelayanan kesehatan yang profesional di instalasi gawat darurat sebanyak 6333
masa depan. Perawat diharapkan mampu pasien. Pasien yang mendapatkan terapi
memberikan ketrampilannya dalam oksigen menggunakan kanul nasal sebanyak
melakukan tindakan keperawatan salah 433 (20,5 %).
satunya tindakan pemberian terapi oksigen Hasil observasi peneliti terhadap 4 orang
menggunakan kanul nasal dengan teapat perawat didapatkan tiga perawat memberikan
untuk mempertahankan saturasi oksigen terapi oksigen menggunakan kanul nasal
(3)
pasien dengan masalah oksigenasi. tidak sesuai standar operasional prosedur
Saturasi oksigen adalah ukuran rumah sakit, sehingga tidak ada perubahan
banyaknya persentase oksigen yang mampu saturasi oksigen pada pasien. Satu orang
dibawa oleh hemoglobin. Oksimetri nadi perawat memberikan terapi oksigen
merupakan alat non invasif yang digunakan menggunakan kanul nasal dengan tepat dan
untuk mengukur saturasi oksigen darah arteri sesuai standar operasional prosedur rumah
pasien yang dipasang pada ujung jari, ibu sakit terlihat perubahan saturasi oksigen
jari, hidung, daun telinga atau dahi. Oksimetri sekitar 2%-3% pada pasien.
nadi dapat mendeteksi hipoksemia sebelum Tujuan penelitian ini adalah mengetahui
tanda dan gejala klinis muncul. Kisaran hubungan ketepatan pemasangan alat
normal saturasi oksigen adalah >95-100%. oksigenasi menggunakan kanul nasal
Pulse oximetry (oksimetri nadi) merupakan terhadap perubahan saturasi oksigen (SpO2)
alat pemantauan saturasi paling bermanfaat pada pasien dengan gangguan pemenuhan
yang tersedia saat ini, sehingga menjadi kebutuhan oksigenasi di ruang IGD dan ICU
metode pilihan untuk pemantauan oksigenasi RSUD Panembahan Senopati Bantul
darah arteri secara berkesinambungan. Pulse Yogyakarta.
oximetry digunakan sebagai standar untuk
memonitor hipoksemia dan sebagai pedoman BAHAN DAN CARA PENELITIAN
dalam pemberian terapi oksigen pada Jenis penelitian ini deskriptif analitik
(4)
pasien. menggunakan rancangan cross sectional
Berdasarkan hasil studi pendahuluan (potong lintang) dengan pendekatan
yang dilakukan oleh peneliti di RSUD kuantitatif.(5) Penelitian ini dilaksanakan
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta, selama periode Mei sampai Juni 2014 di
didapatkan hasil jumlah pasien keseluruhan ruang IGD dan ICU RSUD Panembahan
tahun 2013 sebanyak 25.336 pasien. Data Senopati Bantul Yogyakarta.
terakhir tahun 2014 yang dihitung dari tiga
Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014 161

Populasi pada penelitian ini adalah mengetahui ketepatan pemasangan alat


pasien yang mengalami gangguan oksigenasi menggunakan kanul nasal dan
pemenuhan kebutuhan oksigenasi dan perubahan saturasi oksigen pada pasien
terpasang alat oksigenasi menggunakan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
kanul nasal. Pengambilan sampel oksigenasi sedangkan analisa bivariat
menggunakan teknik total sampling yaitu menggunakan statistik uji korelasi Pearson-
sebanyak 18 perawat ruang IGD dan 16 Product Moment karena peneliti akan
perawat ruang ICU yang memenuhi kriteria menggunakan nilai mentah dari hasil
inklusi.(6) Kriteria inklusi dalam penelitian ini penelitian peneliti. Nilai mentah tersebut
yaitu perawat yang bekerja dan tidak sedang kemudian akan dikategorikan menjadi skala
dalam keadaan cuti, pasien yang dirawat di rasio untuk masing-masing variabel akan
ruang IGD dan ICU, pasien yang mengalami tetapi sebelum menganalisa hubungan antar
gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi, variabel terlebih dahulu dilakukan uji
pasien yang terpasang kanul nasal dengan normalitas data yaitu dengan uji Kolmogorov
kecepatan aliran 1-6 liter permenit. Smirnov. Apabila data terdistribusi normal
Variabel dalam penelitian ini yaitu maka akan dilakukan uji korelasi Pearson
variabel bebas (independent variable): Product-Moment. Apabila data tidak
ketepatan pemasangan alat oksigenasi terdistribusi normal maka akan dilakukan
menggunakan kanul nasal dan variabel transformasi data lagi dalam upaya
terikat (dependent): perubahan saturasi menormalkan data akan tetapi apabila data
oksigen serta variabel pengganggunya yaitu tetap tidak berdistribusi normal maka akan
pasien yang mengalami hipertensi, pasien dilakukan uji yang sesuai yaitu uji korelasi
banyak bergerak, terjadinya akral dingin pada Spearmen Rho dengan taraf kesalahan
pasien serta pasien perdarahan.(4) ditetapkan 5% (taraf kepercayaan 95%).(8)
Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah HASIL DAN PEMBAHASAN
metode primer dan sekunder.(7) Data primer Analisis Univariabel
diperoleh dari subjek penelitian dengan Karakteristik Responden
menggunakan lembar observasi atau
checklist dan menilai perubahan saturasi Tabel 1. Distribusi Frekuensi Perawat
Berdasarkan Usia (n=34)
oksigen pada pasien yang terpasang kanul Usia F %
nasal. 20-30 tahun 8 23.5
31-40 tahun 21 61,8
Analisa data dalam penelitian ini > 40 tahun 5 14,7
Total 34 100
menggunakan analisa univariat dan
bivariate.(8) Analisa univariat dilakukan untuk
162 Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014

Tabel 1. menunjukkan bahwa Tabel 5. Distribusi Frekuensi Ketepatan


pemasangan Kanul Nasal Sesuai SOP
karakteristik perawat berdasarkan usia Ketepatan pemasangan N %
sebagian besar usia 31-40 tahun yaitu alat oksigenasi

61,8%.
Baik 53 52
Tabel 2. Distribusi Perawat Berdasar Jenis Cukup 48 47
Kelamin (n=34).
Kurang 1 1
Jenis kelamin f %
Laki-laki 15 44,1 Total 102 100
Perempuan 19 55,9
Total 34 100
Tabel 5. menunjukkan ketepatan
pemasangan alat oksigenasi menggunakan
Tabel 2. menunjukkan karakteristik
kanul nasal sesuai standar operasional
perawat berdasarkan jenis kelamin sebagian
prosedur (SOP) sebagian besar kategori baik
besar perempuan yaitu 55,9%.
yaitu 52% dan kategori kurang sebesar 1%.

Tabel 3. Distribusi Frekuensi Perawat


Berdasarkan Pendidikan (n=34) Tabel 6. Statistik Deskriptif
Pendidikan f % Perubahan Saturasi Oksigen
SPK 0 0 Variabel N Min Max Mean SD
DIII Keperawatan 29 85,3 Perub. 102 -1,0 7,0 2,19 1,447
2
SI Keperawatan 4 11,8 SpO
SI Keperawatan dan 1 2,9
Ners
Total 34 100 Tabel 6. menunjukkan perubahan SpO2
rata-rata sebesar 2,19%.
Tabel 3. menunjukkan karakteristik
perawat berdasarkan pendidikan sebagian Tabel 7. Klasifikasi kenaikan saturasi oksigen
besar adalah D III Keperawatan yaitu 85,3 % pada pasien
2
Perubahan SpO Frekuensi %
dan sebagian kecil S1 Keperawatan dan Ners -1,0 1 1,0
0,0 8 7,8
yaitu 2,9 %. 1,0 18 17,6
2,0 44 43,1
3,0 19 18,6
Tabel 4. Distribusi Frekuensi Perawat 4,0 7 6,9
Berdasarkan Masa Kerja (n=34) 5,0 1 1,0
Masa kerja F % 7,0 4 3,9
1-5 tahun 11 32,4 Total 102 100,0
5-10 tahun 10 29,4
> 10 tahun 13 38,2
Total 34 100 Tabel 7. menunjukkan klasifikasi
kenaikan saturasi oksigen (SpO2) pada
Tabel 4. menunjukkan karakteristik
pasien dengan gangguan pemenuhan
perawat berdasarkan masa kerja sebagian
kebutuhan oksigenasi yaitu paling banyak
besar memiliki masa kerja >10 tahun yaitu
naik sebesar 2 % dan paling rendah sebesar
38,2 % dan sebagian kecil 5-10 tahun yaitu
-1%.
29,4 %.
Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014 163

Tabel 8. Distribusi Kenaikan Saturasi Oksigen Tabel 10. menunjukkan hasil setelah
dengan kecepatan aliran 3 dan 4 liter per menit
Kecepatan Std. Std. dilakukan upaya transformasi data
Aliran N Mean Deviation Error didapatkan hasil dengan nilai p pada kedua
oksigen Mean
(Lpm) variabel yaitu <0,05, berarti data tetap tidak
3 75 1,77 0,99 0,12
4 27 3,33 1,86 0,36 terdistribusi normal.
Tabel 8. menunjukkan pasien yang Berdasarkan uji normalitas tersebut
terpasang kanul nasal dengan kecepatan maka uji hubungan ketepatan pemasangan
aliran 3 lpm dapat meningkatkan saturasi alat oksigenasi menggunakan kanul nasal
oksigen rata-rata 1,77% sedangkan terhadap perubahan saturasi oksigen
pemberian terapi oksigen dengan kecepatan menggunakan uji korelasi Spearmans Rho.
aliran 4 lpm dapat menaikkan saturasi Tabel 11. Hasil Uji Spearmans Rho.
oksigen rata-rata mencapai 3,33%. Log Perubah
ketepatan an
pemasang saturasi
an alat oksigen
Analisa Bivariabel oksigenasi
Spearman Log Correlati
s rho ketepatan on 1,000 0,238
Hasil uji normalitas menggunakan uji pemasang Coefficie . 0,016
an alat nt 102 102
Kolmogorov-Smirnov disajikan pada tabel oksigenasi Sig. (2-
tailed)
berikut: N
Perubahan Correlati 0,238 1,000
Tabel 9. Hasil Uji Normalitas
saturasi on 0,016 .
Variabel Statistik P oksigen^2 Coefficie 102 102
nt
value Sig. (2-
Ketepatan 1,72 0,000 tailed)
pemasangan alat Berdasarkan Tabel 11. diperoleh p-value
oksigenasi
Perubahan saturasi 2,50 0,000 sebesar 0,016 < (0,05) dengan kekuatan
oksigen
korelasi rendah. Berdasarkan nilai p-value
Tabel 9. Menunjukkan hasil bahwa
tersebut maka dapat disimpulkan bahwa
kedua variabel data tidak terdistribusi normal.
terdapat hubungan antara ketepatan
Data yang tidak terdistribusi normal tersebut
pemasangan alat oksigenasi menggunakan
selanjutnya akan dilakukan upaya
kanul nasal terhadap perubahan saturasi
transformasi data dengan menggunakan
oksigen pada pasien dengan gangguan
metode logaritma dan kuadrat. Hasil uji
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
normalitas setelah dilakukan transformasi
data disajikan pada tabel berikut:
Ketepatan Pemasangan Alat Oksigenasi
Tabel 10. Hasil Uji Normalitas Setelah
Transformasi Data Menggunakan Kanul Nasal
Variabel Statistic P
value Hasil penelitian menunjukkan ketepatan
Log ketepatan pemasangan 1,797 0,003 pemasangan alat oksigenasi menggunakan
alat oksigenasi
kanula nasal sesuai standar operasional
Perubahan saturasi oksigen 3,149 0,000
164 Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014

prosedur (SOP) oleh perawat di ruang IGD Perubahan Saturasi Oksigen (Spo2) Pada
dan ICU RSUD Panembahan Senopati Pasien Dengan Gangguan Pemenuhan
Bantul sebagian besar adalah kategori baik Kebutuhan Oksigenasi
yaitu sebesar 52%. Banyaknya perawat yang Perubahan saturasi oksigen dibawah
melakukan pemasangan alat oksigenasi normal akan mengakibatkan pasien
dengan tepat menggunakan kanul nasal mengalami hipoksemia atau bahkan
kategori baik pada penelitian ini paling hipoksia. Hipoksia adalah kekurangan
banyak pada responden usia 31-40 tahun oksigen di dalam jaringan dan sel sedangkan
atau sebesar 61,8 %. Puncak karir bisa hipoksemia merupakan kekurangan oksigen
dicapai di usia dewasa muda akhir yaitu di dalam darah. Hipoksemia ringan
sekitar usia 40 tahun. Berdasarkan rentang dinyatakan pada keadaan PaO2 60-79 mmhg
usia tersebut, seseorang dianggap telah dan SpO2 90-94%, hipoksemia sedang jika
cukup matang, bijaksana dan secara PaO2 40-60 mmhg dan SpO2 75%-89%,
psikososial kerap kali dianggap lebih mampu hipoksemia berat bila PaO2 kurang dari 40
menyelesaikan tugas-tugas sosial serta lebih mmhg dan SpO2 kurang dari 75%.(12)
bertanggung jawab terhadap pekerjaannya.(9) Hasil penelitian menunjukkan perubahan
Pendidikan perawat dalam penelitian ini saturasi oksigen (SpO2) pada pasien dengan
sebagian besar adalah D III Keperawatan gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi
atau sebanyak 85,3 %. Proses pendidikan di ruang IGD dan ICU RSUD Panembahan
merupakan suatu pengalaman yang Senopati Bantul Yogyakarta rata-rata terjadi
berfungsi untuk mengembangkan perubahan yaitu sebesar 2,19%.
kemampuan dan kualitas kepribadian Berdasarkan klasifikasi kenaikan saturasi
seseorang, dimana semakin tinggi tingkat oksigen diatas juga terlihat bahwa perubahan
pendidikan maka akan semakin besar saturasi paling banyak naik sebesar 2,0
motivasinya untuk memanfaatkan dengan frekuensi 44 sedangkan kenaikan
(10)
pengetahuan dan keterampilannya. saturasi paling rendah sebesar -1,0 dengan
Masa kerja perawat dalam penelitian ini frekuensi 1.
adalah sebagian besar lebih dari 10 tahun Hasil uji korelasi Spearmans Rho
sekitar 38,2 %. Semakin lama seseorang menunjukkan bahwa terdapat hubungan
bekerja maka akan semakin terampil dan antara ketepatan pemasangan alat
semakin berpengalaman pula dalam oksigenasi menggunakan kanul nasal
melaksanakan pekerjaannya.(11) terhadap perubahan saturasi oksigen pada
pasien dengan gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi dengan p-value 0,016.
Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014
165

Ketepatan pemasangan alat oksigenasi perawat sebagai pemberi pelayanan


menggunakan kanul nasal sesuai standar kesehatan dapat memberikan terapi oksigen
operasional prosedur (SOP) sebagian besar sesuai standar operasional prosedur
dalam kategori baik sehingga dapat oksigenasi. Apabila perawat dalam
menaikkan saturasi oksigen rata-rata sebesar memberikan terapi oksigen menggunakan
2,19%. kanul nasal tidak dilakukan sesuai dengan
Terapi oksigen menggunakan kanul SOP oksigenasi maka akan mengakibatkan
nasal dapat meningkatkan konsentrasi pasien sesak, sianosis, pucat, pusing dan
oksigen dalam tubuh. Setiap satu liter keletihan.(12)
pemberian terapi oksigen menggunakan
kanul nasal dapat meningkatkan fraksi KESIMPULAN
oksigen sebesar 4%.(4) Perubahan saturasi Ketepatan pemasangan alat oksigenasi
oksigen pada pasien dengan gangguan menggunakan kanul nasal sesuai standar
pemenuhan kebutuhan oksigenasi yang operasional prosedur (SOP) oleh perawat
menggunakan kanul nasal dengan dosis 3 sebagian besar dalam kategori baik (52%).
dan 4 liter per menit yaitu pemberian terapi Perubahan saturasi oksigen pada pasien
oksigen menggunakan kanul nasal dengan dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
kecepatan aliran 3lpm dapat meningkatkan oksigenasi menggunakan kanul nasal dengan
saturasi oksigen rata-rata 1,77% sedangkan kecepatan aliran 3 dan 4lpm rata-rata
pemberian terapi oksigen dengan kecepatan sebesar 2,19%. Terdapat hubungan antara
aliran 4lpm dapat meningkatkan saturasi ketepatan pemasangan alat oksigenasi
oksigen rata-rata mencapai 3,33%. Ada menggunakan kanula nasal terhadap
pengaruh pemberian kecepatan aliran perubahan saturasi oksigen pada pasien
oksigen terhadap perubahan saturasi oksigen dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
pada pasien dengan stroke dengan p-value oksigenasi di ruang IGD dan ICU RSUD
0,001. Pemberian terapi oksigen Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
menggunakan kanul nasal dengan kecepatan Manajerial dan atau kepala bidang
aliran 2lpm dapat meningkatkan saturasi keperawatan rumah sakit Panembahan
oksigen sebesar 2,2% dan kecepatan aliran Senopati Bantul Yogyakarta diharapkan terus
3lpm dapat meningkatkan saturasi oksigen melakukan upaya perbaikan dan evaluasi
sebesar 2,9%.(13) terhadap perawat khususnya dalam
Ketepatan pemberian oksigen khususnya melakukan setiap tindakan sesuai dengan
dengan alat bantu kanul nasal diharapkan SOP yang sudah disepakati bersama.
mampu mempertahankan suplai oksigen
dalam tubuh yang adekuat. Oleh karena itu,
166 Media Ilmu Kesehatan Vol. 3, No. 3, Desember 2014

KEPUSTAKAAN 7. Sugiyono. (2009). Metode Penelitian


1. Hidayat, A. (2006). Pengantar Kebutuhan Kuantitatif Kualitatif. Bandung: Afabeta.
Dasar Manusia Aplikasi Konsep dan 8. Riwidikdo. (2010). Statistik Untuk
Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Penelitian Kesehatan Dengan Aplikasi
Medika. Program SPSS. Yogyakarta: Pustaka
2. Widayanti, D. (2009). Studi Tingkat Rihama.
Kepatuhan Perawat dalam Pemberian 9. Dariyo, A. (2003). Psikologi
Oksigen Melalui Nasal Kanul Sesuai Perkembangan Dewasa Muda (20-40
Standar Operasional Prosedur Tahun). Jakarta: PT. Gramedia Widia
Oksigenasi di Ruang Rawat Inap Sarana Indonesia.
Rumkital Dr. Ramelan Surabaya. Jurnal 10. Hasibuan, M. (2007). Manajemen Sumber
Ilmiah Keperawatan Vol 1 No. 1 Hlm. 1- Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.
76 Surabaya Juni 2009. 11. Kreitner, B, dan Kinicki, K. (2008).
3. Depkes RI. (2010). Sub Direktorat Organizational Behavior, Ed. 8. Mic Graw
Penyakit Kronis Degeneratif Lainnya. Hill International Ediition. Jakarta: PT.
Jakarta: Depkes RI. Indeks.
4. Berman et al. (2009). Buku Ajar Praktik 12. Djojodibroto, D. (2007). Respirology
Keperawatan Klinis, Ed. 5. Jakarta: EGC. (Respirotory Medicine). Jakarta: EGC.
5. Notoatmodjo, S. (2010). Metode 13. Khalid, M. A. (2005). The Effect Of
Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Different Doses Oxygen Administration
Cipta. On Oxygen Saturation On Patients With
6. Isgiyanto, A. (2009). Teknik Pengambilan Stroke. Springfield Unit, University
Sampel pada Penelitian Non- Hospital Of North Staffordshire, UK.
Eksperimental. Yogyakarta: Mitra
Cendika Press.

You might also like