Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Background: Acute myocardial infarction is the death of heart muscle cells due to prolonged ischemia due to
coronary artery occlusion in. One of the measures for the prevention of myocardial infarction is oxygen
therapy. Oxygen therapy aims to maintain adequate tissue oxygenation fixed and can reduce myocardial
work due to lack of oxygen supply. This study was conducted to determine the effect of oxygen therapy on
the value of oxygen saturation through oximetri examination in patients of acute myocardial infarction (AMI)
in the emergency room in Dr. Moewardi hospital Surakarta.
Method: This study used quantitative research using pre-experimental design with one group pre test-post test design.
Samples involved in this study amounted to 38 respondents using Quota Sampling.
Result: The results showed that prior to oxygen therapy oxygen saturation values obtained all the respondents
were 38 (100%) experienced mild hypoxia, and after being given oxygen therapy obtained a total of 32 (84.2%) of
respondents who experienced an increase in oxygen saturation of mild hypoxia and as many as 6 (15.8%)
respondents remained in mild hypoxia. Results of statistical tests using the Wilcoxon test significance value p =
0.000 (p = <0,05). Making the hypothesis Ho is rejected which means no effect of oxygen therapy to changes in
oxygen saturation values through oximetri examination in patients acute myocardial infarction (AMI).
Suggest: Given the importance of oxygen therapy in patients with acute myocardial infarction, it is expected that
the role of nurses to monitor all the time and consider providing oxygen therapy to a higher concentration of eg
non-rebreathing mask with a mask (NR) to improve the process of ventilation with FiO2 higher.
Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri 139
Pada Pasien Infark Miokard Akut (IMA)
Budi Widiyanto, L. S. Yamin
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
II (oksigen 5 liter per menit), rentang ataupun penyempitan arteri koroner secara
waktunya antara 6 sampai 10 menit dan mendadak yang menyebabkan jaringan
pada kelompok III (oksigen 6 liter per miokard mengalami iskemik, maka dengan
menit) rentang waktunya antara 5 sampai pemberian terapi oksigen dapat mempengaruhi
9 menit. Disimpulkan bahwa dosis oksigen tonus otot arteri sehingga menyebabkan
6 liter per menit memiliki pengaruh yang vasodilatasi dari arteri koroner (sebagaimana
paling cepat untuk menurunkan skala kondisi hipoksia dapat menyebabkan
nyeri dada diantara dua kelompok yang vasokonstriksi arteri koroner), sehingga suplai
lain. Dan diikuti dengan naiknya saturasi darah dan oksigen ke jaringan miokard yang
oksigen 5-10 %. mengalami iskemik dapat kembali baik yang
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori pada akhirnya dapat mempertahankan fungsi
yang dikemukakan oleh Hudak & Gallo (2010) pompa ventrikel dan fungsi sistim
disebutkan bahwa meningkatkan FiO2 kardiovaskuler secara umum sebagai salah
(presentase oksigen yang diberikan) satu sistim transportasi oksigen yang
merupakan metode mudah dan cepat untuk menentukan saturasi oksigen.
mencegah terjadinya hipoksia jaringan, dimana
dengan meningkatkan FiO2 maka juga akan
meningkatkan PO2 yang merupakan faktor KESIMPULAN
yang sangat menentukan saturasi oksigen, 1. Berdasarkan hasil penelitian diketahui
dimana pada PO2 tinggi hemoglobin sebagian besar responden berjenis
membawa lebih banyak oksigen dan pada kelamin laki-laki yaitu 29 (76,3%)
PO2 rendah hemoglobin membawa sedikit responden dan sebanyak 9 (23,7%)
oksigen. Sistem transportasi oksigen terdiri adalah responden perempuan.
dari sistem paru dan kardiovaskuler. 2. Dari 38 responden sebelum diberikan
terapi oksigen binasal kanul, didapatkan
Dari penjelasan diatas maka dapat semua responden yaitu sebanyak 38
disimpulkan bahwa pemberian terapi (100%) mengalami hipoksia ringan
oksigen secara umum harus dengan nilai SaO2 90 - < 95%.
memperhatikan faktor-faktor yang 3. Sebagian besar responden
mempengaruhi sehingga target mengalami peningkatan saturasi
pemenuhan saturasi oksigen tercapai. oksigen kembali normal (SaO2 95 –
3. Pengaruh saturasi oksigen sebelum dan 100%) setelah diberikan terapi
sesudah diberikan terapi oksigen binasal kanul oksigen binasal kanul yaitu sebanyak
pada responden infark miokard akut 32 (84.2 %) responden dan sebanyak
Berdasarkan uji statistik dengan menggunakan 6 (15.8 %) responden tetap dengan
uji Wilcoxon diperoleh nilai p value 0,000 (p < hipoksia ringan (SaO2 90 - < 95%).
0,05) maka disimpulkan bahwa ada pengaruh 4. Berdasarkan uji statistik dengan
perubahan saturasi oksigen yang sangat menggunakan uji Wilcoxon diperoleh nilai
signifikan sebelum pemberian terapi oksigen p value 0,000 (p < 0,05) maka
dengan setelah pemberian terapi oksigen disimpulkan bahwa ada pengaruh
pada pasien infark miokard akut RSUD Dr. perubahan saturasi oksigen yang sangat
Moewardi signifikan sebelum pemberian terapi
di Surakarta. oksigen dengan setelah pemberian terapi
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa oksigen pada pasien infark miokard akut
dengan terapi oksigen binasal kanul dapat RSUD Dr. Moewardi di Surakarta.
mengembalikan saturasi oksigen dari kondisi
hipoksia ringan ke kondisi normal secara SARAN
bermakna. Dimana pada pasien dengan infark 1. Perawat
miokard terjadi sumbatan
Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri 141
Pada Pasien Infark Miokard Akut (IMA)
Budi Widiyanto, L. S. Yamin
PROSIDING KONFERENSI NASIONAL II PPNI JAWA TENGAH 2014
Martono, N. (2007). Pulse Oxymetri: alat Purnomo, Heri Dwi. (2011). Terapi
bantu untuk perawat. Diambil dari Oksigen. Surakarta: Bagian SMF
Nurmartono’s.blogspot.com Anestesiologi dan Terapi Intensif
Fakultas Kedokteran Universitas
Minnock, Caitriona. (2007). Chest Pain Negeri Surakarta.
Advances in Assessment: Continuing
Education. Journal of Dublin Rupii. (2005). Kumpulan makalah PPGD
Cardiology, Vol. 15 (Iss 4), 41-42. bagi perawat. RSUP Dr Kariadi
Semarang.
Muttaqin, Arif. (2009). Buku Ajar Asuhan
Keperawatan Klien dengan Gangguan Rekam Medik RSUD Dr. Moewardi
Sistem Kardiovaskular dan Surakarta. (2013). Surakarta.
Hematologi. Jakarta: Salemba Medika.
Ridwan, 2007. Rumusan dan data Dalam Analisa
Notoatmodjo, S. (2005). Metodelogi Statistika. Bandung : Alfabeta.
Penelitian Kesehatan. Jakarta
:Penerbit rineka cipta. Lily Ismudiati Rilantoro, 2004. Buku Ajar
Kardiologi. Jakarta : Balai Penerbit
Nugroho, Dhamang Aryo. (2010). Pengaruh FKUI.
Tindakan Kolaboratif Pemberian
Terapi Oksigen Terhadap Status Samsu Ridjal Djauzi, Serangan jantung pada
Hemodinamik dan Frekuensi perempuan.
Pernafasan pada Pasien Gagal (www.health.kompas.com). 29
Jantung Kongestif di Ruang UPJ Juli
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Skripsi 2013.
tidak dipublikasikan. Program Studi
Diploma IV Keperawatan Medikal Sargowo, Djanggan. (2008). Management
Bedah Poltekkes Kemenkes of Acute Coronary Syndrome. Malang:
Semarang. Fakultas Kedokteran Universitas
Brawijaya Malang.
Nursalam. (2003). Konsep & Penerapan
Metodologi Penelitian Ilmu Sargowo, Djanggan. (2012). Stem Cell dalam
Keperawatan Konsep, Proses dan Terapi Penyakit Kardiovaskular.
Praktek. Edisi 4. Jakarta : ECG. Surabaya: Fakultas Kedokteran
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya.
Patria, Yudha Nur. (2012). Terapi Oksigen
Aplikasi Klinis. Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C & Brenda G. Bare.
Potter, A.G & Perry, P.A. (2006). (2002). Buku Ajar Keperawatan
Fundamental of nursing : concepts, Medikal-Bedah Brunner & Suddarth,
process and practice alih bahasa : Edisi 8, vol.2. Terjemahan oleh H.Y.
Asih Y. Fundamental keperawatan Kuncara. Jakarta: EGC.
edisi 4 volume 2. Jakarta : EGC
Sri Utami. (2008). Pengaruh Pemberian
Price, Sylvia A & Lorraine M. Wilson. 2003. Terapi Oksigen Terhadap Perubahan
Patofisiologi, Konsep Klinis Proses- Status Hemodinamik dan Respiratory
Rate pada Pasien dengan Infark
Terapi Oksigen Terhadap Perubahan Saturasi Oksigen Melalui Pemeriksaan Oksimetri 143
Pada Pasien Infark Miokard Akut (IMA)
Budi Widiyanto, L. S. Yamin