Professional Documents
Culture Documents
, Hendik Kubelaborbir
ABSTRACT
Agroecological Zone
Zone of Keerom District Papua province based on Geographic
Information System (GIS) Approach
The availability of data and information on the agroecological zona would
significantly optimize sustainable land use and agricultural production. Study to
provide database on physical environment and to determine agroecological zona
of Keerom Regency in Papua Province has been done by using interpretation
method and spatial analysis. Primary data was agroecosystem of studied area, type
of vegetation and land use; and secondary data such as general condition of area,
social economic potency and agricultural production, climate as well as several
maps comprised of contour, soil type and land use maps. Collected data were then
organized in the form of spatial and digital data information, and analyzed by
using Geographic Information System. Results showed that Keerom Regency had
an area of 1,017,027.22 ha consisted of 5 agroecological zonas i.e. zona I of 569,258.33
ha with slope of > 40 % for forest , zona II of 150,641.84 ha with 16 %-40 % slope, a
typical land use were for plantation of annual, zona III of 75,063.49 hectares with slope
of 8-15% slope for agroforestry, zona IV of 187,126.93 ha with slope of < 8%, a typical
land use for food crops. and zona V of 34,936.63 ha with slope of < 3%, marsh, a
typical land use was for wet land agriculture as well as freshwater fisheries.
Key Word : Agricultural Land, Agroecosytem Zona, Geografi Information System,
ABSTRAK
77
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
78
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
pengkriteriaan variabel yang digunakan. Karena ekonomi, data potensi dan produksi pertanian
faktor-faktor topografis, tanah dan iklim serta keadaan lapangan melalui pengambilan
mempunyai variabel yang cukup banyak dan gambar dengan menggunakan camera digital.
masing-masing tanaman membutuhkan syarat Data tersebut selanjutnya akan digunakan untuk
ekologi yang berbeda. Faktor ekologi yang menentukan arahan komoditas pertanian
mempengaruhi produktivitas tanaman secara optimal berdasarkan ZAE masing-masing wilayah (Samijan
antara lain masa bertanam (growing period), suhu et al., 2000). Data primer yang dikumpulkan
udara, sifak kimia dan fisik tanah serta topografi meliputi batas wilayah masing-masing distrik,
(Syarifuddin & Las, 1998). Dengan demikian, perlu agroekosistem masing-masing wilayah distrik, jenis
dilakukan pentahapan pewilayahan seperti yang penutu lahan, penggunaan lahan pertanian di
disajikan dalam bentuk diagram alir pada tingkat petani dan pengambilan gambar bentuk
Gambar 1. penggunaan lahan.
Kerangka dasar pemikiran yang dikemuka- Data sekunder diambil dari instansi peme-
kan oleh Las (1989) tidak digunakan seluruhnya, rintah yang terkait dengan kegiatan penelitian.
tetapi disederhanakan yaitu dengan mengintegrasi- Data sekunder yang dikumpulkan adalah:
kan berbagai sifat iklim (data iklim tahun 2007), 1. Data keadaan umum Kabupaten Keerom
topografi (peta kontur tahun 2006) dan tanah (peta (Kantor Bupati Keerom);
tanah tahun 2006) diperoleh peta agroekologi 2. Peta kontur (Kanwil BPN Provinsi Papua);
alamiah. 3. Peta jenis tanah (Kanwil BPN Provinsi Papua);
Pengumpulan data primer dilakukan melalui 4. Peta penggunaan lahan (Kanwil BPN Provinsi
kegiatan survei dan pengamatan langsung di Papua);
lapangan. Kegiatan survei lapangan dilaksanakan
5. Data iklim (Stasiun Klimatologi-Jayapura
untuk mendapatkan informasi data sosial
Provinsi Papua);
79
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
6. Data sosial Kabupaten Keerom (Pemda diperoleh 5 (lima) zona agroekologi (ZAE).
Kabupaten Keerom); Zona agroekologi dengan spesifikasi sistem
7. Data potensi dan produksi pertanian Kabupaten pertanian atau kehutanan (agriculture type)
Keerom. Kabupaten Keerom terperinci sebagai berikut :
Pembagian ZAE berdasarkan perbedaan Zona I : zona dengan lereng > 40%, tipe
iklim dan relief (kelas lereng). Data iklim yang pemanfaatan lahan untuk kehutanan.
digunakan ialah kelembaban dan suhu udara. Zona II : zona dengan lereng 16-40%, tipe
Kelembaban suatu wilayah dibedakan berdasarkan pemanfaatan lahan untuk perkebunan
jumlah bulan kering dalam satu tahun, yaitu suatu (tanaman tahunan
bulan yang mempunyai curah hujan rata-rata < 60 Zona III : zona lereng 8-15%, tipe pemanfaatan
mm, dengan pembagian zona iklim menurut lahan untuk wanatani.
Agussalim et al. (2000). Zona IV : zona lereng < 8%, tipe pemanfaatan
Data/informasi sumberdaya lahan yang berupa lahan pertanian lahan kering.
layer digital yang terdiri dari tiga sub zona, yaitu sub Zona V : zona lereng < 3 % dengan jenis lahan
zona kelerengan dan tanah, sub zona suhu, dan sub rawa atau gambut, tipe pemanfaatan
zona kelembaban, selanjutnya di-overlay-kan untuk lahan untuk pertanian lahan basah dan
mendapatkan sel kombinasi data yang memiliki perikanan.
karakteristik fisik yang relatif homogen dengan Zona I
menggunakan teknologi SIG. Tahap analisis Zona I merupakan zona dengan tipe pemanfaatan
selanjutnya adalah penyusunan peta ZAE yang lahan untuk kawasan lindung (konservasi). Kawasan
dilakukan melalui proses editing dan reklasifikasi ini meliputi daerah dataran rendah hingga
data tabel. Peta digital yang digunakan dalam pegunungan dengan ketinggian 1550 m dpl,
penyusunan ZAE adalah peta kelas lerang, peta memiliki luas 569.258,33 atau 55,97 hektar dari total
penggunaan lahan (land use), peta jenis tanah, peta luas wilayah Kabupaten Keerom. Zona I terbagi atas
elevasi serta digunakan pula data iklim. dua subzona yaitu subzona dengan ketinggian
tempat > 1250 m dpl diberi simbol Ibz meliputi areal
Parameter dan skor dalam penentuan zona seluas 343,11 hektar terdapat di Distrik Web. Zona
agroekologi ini bersuhu sedang dan kelembaban lembab, jenis
Penentuan ZAE berbasis SIG hanya menggunakan tanah aluvial dengan drainase baik. sedangkan kelas
data dan informasi fisiografi tanah dan iklim. Data lereng > 40 % merupakan lahan dengan lereng
sosial ekonomi budaya diintegrasikan ke dalam curam. Subzona Icz meliputi daerah dataran rendah
sistem komputer sebagai basis data yang menjadi sampai dataran tinggi 1250 m dpl dengan luas areal
informasi penting dalam kebijakan dan keputusan 568.915,22 hektar dan terdapat pada seluruh wilayah
arahan pemanfaatan sumberdaya lahan. distrik. Subzona ini memiliki suhu tinggi dan
Proses klasifikasi lahan untuk penentuan kelembaban lembab.
zona agroekologi dalam penelitian ini digunakan Kondisi lahan dengan kelerengan sangat
metode parametrik. Pada metode parametrik, sifat- curam dan curah hujan tinggi sehingga sangat rawan
sifat lahan yang menentukan kualitas lahan diberi terhadap erosi yang dapat berakibat degradasi
nilai atau skor dari 10 hingga 100, kemudian setiap kualitas lahan dan kerusakan lingkungan. Menurut
nilai digabung dengan jalan penambahan dan BPS (2006), di kawasan hutan ini terdapat spesies
ditentukan selang nilai untuk tiap kelas. Nilai satwa dilindungi antara lain burung cenderawasih
tertinggi untuk kelas terbaik dan nilai terendah untuk (Paradisaea apoda), burung kakatua raja (Probosciger
kelas terburuk (Luthfi, 2007). aterrimus), serta kakatua besar jambul kuning
(Cacatua galerita) kakatua-besar jambul-kuning
HASIL DAN PEMBAHASAN (Cacatua galerita). Dengan mempertimbangkan
tingkat kerawanan degradasi lingkungan yang cukup
Penentuan zona agroekologi dilaksanakan dengan tinggi serta keberadaan satwa liar yang dilindungi,
terlebih dahulu membuat skoring terhadap masing- maka pemanfaatan lahan pada Zona I harus
masing komponen lingkungan fisik tersebut. diarahkan sebagai kawasan lindung sebagaimana
Berdasarkan hasil overlay peta sumberdaya lahan, diamanatkan dalam UU Kehutanan No. 41 Tahun
iklim dan penggunaan lahan kabupaten Keerom, 1999.
80
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
81
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
jenis ini adalah sistem pertanian lahan basah. Di akan cepat menurun dan ekosistem terancam
Kabupaten Keerom hanya terdapat 1 subzona yaitu kerusakan. Penggunaan lahan yang tepat selain
sub zona Vcz yang berada pada ketinggian < 500 m menjamin bahwa lahan dan alam ini memberikan
dpl, rejim suhu dan kelembaban tinggi dan drainase manfaat untuk pemakai masa kini, juga menjamin
terhambat, didominasi jenis tanah organosol dan bahwa sumberdaya alam ini bermanfaat untuk
hanya terdapat di Distrik Senggi, Arso dan Web generasi penerus di masa mendatang.
dengan luas areal 34,936.63 hektar atau 3,44 % dari Menurut Reijntjes et al. (1999), pertanian
total luas wilayah Kabupaten Keerom. berkelanjutan adalah pengelolaan sumberdaya yang
Alternatif arahan komoditasnya adalah untuk berhasil untuk usaha pertanian guna membantu
pengembangan padi sawah, sawi, kangkung, bawang kebutuhan manusia yang berubah sekaligus
merah, bawang putih dan perikanan darat. Apabila mempertahankan atau meningkatkan kualitas
hendak dimanfaatkan untuk pengembangan padi lingkungan dan melestarikan sumberdaya alam.
sawah, maka perlu dibangun infrastruktur irigasi yang Apabila pengembangan pertanian dilaksanakan
memadai, shingga nantinya pengairan tidak menjadi dengan memperhatikan zona agroekologi, maka kita
penghambat pertumbuhan dan produksi tanaman. akan mempertahan kualitas lahan untuk kepentingan
Hamparan sagu yang mulai berkurang populasinya masa depan. Kegiatan pertanian dikatakan
ditemukan pada wilayah ini. Perlu dilakukan berkelanjutan apabila mencakup hal-hal sebagai
pengutuhan vegetasi melalui budidaya tanaman sagu, berikut :
sebagai salah satu upaya penguatan ketahanan pangan 1. Mantap secara ekologis, yang berarti bahwa
bagi masyarakat lokal yang umumnya masih kualitas sumber daya alam dipertahankan dan
menggunakan sagu sebagai bahan makanan pokok. kemampuan agroekosistem secara keseluruhan
Bentuk lahan ini juga sangat potensial untuk dari manusia, tanaman, dan hewan sampai
pengembangan perikanan darat. organisme tanah ditingkatkan. Kedua hal ini
Berdasarkan karakteristik lahan, alternatif akan terpenuhi jika tanah dikelola dan ke-
pengembangan komoditas pada masing-masing zona sehatan tanaman, hewan serta masyarakat
agroekologi adalah: dipertahankan melalui proses biologis (regulasi
a) Matoa, kayu besi, linggua, lebani, sukun, aren sendiri).
serta tanaman-tanaman spesifik lokal untuk 2. Bisa berlanjut secara ekonomis, yang berarti
kegiatan konservasi jika ada kerusakan hutan bahwa petani bisa cukup menghasilkan untuk
untuk Zona I. pemenuhan kebutuhan dan/atau pendapatan
b) Karet, aren, kopi, kakao, vanili, kapuk, lebani, sendiri, serta mendapatkan penghasilan yang
linggua, dan matoa untuk Zone II mencukupi untuk mengembalikan tenaga dan
c) Linggua, matoa dan aren atau tanaman budidaya biaya yang dikeluarkan.
seperti vanili, karet, kakao, kopi, apukat, 3. Adil, yang berarti bahwa sumber, daya dan
mangga, kelapa sawit dan kelapa dan tanaman kekuasaan didistribusikan sedemikian rupa
palawija (padi gogo, jagung, kacang tanah, sehingga kebutuhan dasar semua anggota
kacang hijau, kedelai, ubi kayu, ubi jalar, talas) masyarakat terpenuhi dan hak-hak mereka
atau tanaman sayuran (terong, mentimun, cabe, dalam penggunaan lahan, modal yang memadai,
buncis, kacang panjang, tomat) untuk Zone III bantuan teknis serta peluang pemasaran
d) Jagung, padi gogo, ubi kayu, ubi jalar, kacang terjamin.
tanah, kacang hijau, kedelai, cabe, tomat, 4. Manusiawi, yang berarti bahwa semua bentuk
mentimun, jahe dan nilam. Sub zona dengan kehidupan (tanaman, hewan, dan manusia)
kelembaban basah dengan kondisi drainase dihargai. Martabat dasar semua makhluk
terhambat diperuntukan bagi pengembangan hidup dihormati.
padi sawah, sagu dan perikanan darat untuk 5. Luwes, yang berarti bahwa masyarakat
Zone IV pedesaan mampu menyesuaikan diri dengan
perubahan kondisi usaha tani yang berlangsung
Agroekologi dan Pertanian Berkelanjutan
terus.
Sistem pertanian berkelanjutan akan terwujud hanya
Penerapan konsep pembangunan pertanian
apabila lahan digunakan untuk sistem pertanian yang
hendaknya selalu memper-timbangkan keadaan
tepat dengan cara pengelolaan yang sesuai. Apabila
agroekologi, penggunaan lahan berupa sistem
lahan tidak digunakan dengan tepat, produktivitas
82
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
produksi dan pilihan-pilihan tanaman yang tepat tanah dan Agroklimat. Balitbangtanak,
dapat ditentukan. Bentuk wilayah atau fisiografi Bogor.
merupakan faktor utama penentuan sistem produksi Amien, I. 2000. Analisis Zona Agroekologi Untuk
di samping sifat-sifat tanah. Pembangunan Pertanian, Pusat Penelitian
Tanah dan Agroklimat. Badan Litbang
SIMPULAN DAN SARAN Pertanian. Bogor.
Aronoff, S. 1995. Geographic Information System.
Simpulan A Management Perspective. Ottawa Canada.
Sesuai dengan hasil analisis spasial dan pembahasan Balitbangtanak, 1991. Zona Agroekologi dan
mengenai pendekatan Sistem Informasi Geografis Alternatif Pengembangan Pertanian Pulau
dalam penentuan zona agroekologi Kabupaten Sumatera, Pusat Penelitian dan
Keerom, maka dapat disimpulkan bahwa luas Pengembangan Tanah dan Agroklimat,
Kabupaten Keerom adalah 1.017.027,22 ha dengan Bogor.
lima kawasan zona agroekologi yaitu Zona I untuk Balitbangtanak, 2004. Laporan Optimasi Lahan
kawasan lindung seluas 569.258,33 ha, Zona II untuk Kritis di Provinsi Nusa Tenggara Timur,
perkebunan (budidaya tanaman tahunan) seluas Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanah
150.641,84 ha, Zona III, untuk wanatani seluas dan Agroklimat, Bogor.
75.063,49 ha, Zona IV untuk tanaman pangan BKSDA, 2006. Jenis-jenis Satwa Endemik Papua
seluas 187.126,93 ha dan Zona V bertanah rawa atau yang Dilindungi. Balai Konservasi
gambut untuk pertanian lahan basah dan perikanan Sumberdaya Alam (BKSDA) Wilayah XIV,
darat seluas 34.936,63 ha. Papua.
Ketersediaan lahan bagi pengembangan Bhermana, A, R Massinai dan R Ramli. 2004.
pertanian di Kabupaten Keerom adalah seluas Aplikasi sistem informasi geografis untuk
420.794,06 hektar atau 41,37 % dari luas wilayah penvusunan dan analisis pewilayahan
Kabupaten Keerom. Pengembangan komoditas komoditas (Studi kasus: Daerah Kandui,
untuk masing-masing zone telah ditentukan Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah).
berdasarkan karakteristik lahan. Hal. 291-303 dalam Prosiding Seminar
Saran Nasional Inovasi Teknologi Sumberdaya
Perlu dilakukan penelitian lanjutan secara lebih Tanah dan Iklim, (K. Subagyono, E.
detail dengan menggunakan skala peta 1:50.000 atau Runtunuwu, D. Setyorini, N. Sutrisno,
lebih besar, untuk mendapatkan hasil penelitian Wahyunto, S. Saraswati dan B Kartiwa,
dengan tingkat kesalahan yang lebih kecil. Eds).
Penelitian dalam skala mikro untuk pengkajian sifat BPS, 2007. Keerom dalam Angka. Kerjasama
fisik dan kimia masing-masing wilayah distrik sangat Badan Pusat Statistik dengan BAPPEDA
disarankan, sehingga diperoleh kelas-kelas Kabupaten Keerom.
kesesuaian lahan yang lebih terperinci untuk lebih Shivakumar, MKV and C Valentin. 1997.
memudahkan penentuan kesesuaian dan Agroecological zones and the assessment of
pewilayahan komoditas masing-masing wilayah crop production potential. Phil. Trans. R. Soc.
distrik. Lond. B, 352:907-916
Las, I, AK Makarim, A Syarifuddin dan I Manwan.
DAFTAR PUSTAKA 1989. Konsepsi Pewilayahan Agroekologi
Puslitbangtan. Mimeograf. Rapat kerja Pusat
Agussalim, A, BL Ishak, R Djamaluddin, Asmin, Z Penelitian dan Pengembangan Tanaman
Abidin dan G Kartono. 2000. Karakterisasi Pangan, Sukamandi, 11-13 Januari 1989.
Zona Agroekologi Kawasan Gulumas Las, I, AK Makarim, A Syarifuddin dan I Manwan.
(Sulawesi Tenggara) Hal. 12-22 dalam 1991. Peta Agroekologi Utama Tanaman
Prosiding Pemberdayaan Potensi Regional Pangan di Indonesia, Pusat Penelitian dan
melalui Pendekatan Zona Agroekologi Pengembangan Tanaman Pangan.
Menuju Gema Prima. (Triutomo, S, Balitbangtan Departemen Pertanian, Bogor.
Subiyanto, Sobowo, E Husen dan W Adhy,
Eds), Pusat Penelitian dan Pengembangan
83
Jurnal Agrikultura 2010, 21(1): 77-84 Zona Agroekologi Kabupaten Keerom Provinsi Papua ..., Hendik Kubelaborbir
Luthfi, RM. 2007. Metode Inventarisasi Rahim, SE. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam
Sumberdaya Lahan. Penerbit Andi Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup, Bumi
Yogyakarta. Aksara, Jakarta.
Nurwadjedi, B Mulyanto dan Suwardi. 2009. The Reijntjes, C, B Haverkort dan A Waters-Bayer. 1999.
assessment of the rice field sustainability in Pertanian Masa Depan, Pengantar Untuk
Java base on regional spatial use planning Pertanian Berkelanjutan dengan Input
(RSUP). Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan Rendah (Di terjemahkan oleh Y. Sukoco),
9:80-87. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Sitorus, SRP. 1998. Evaluasi Sumber Daya Lahan,
Penerbit Transito Bandung.
84