Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Di dalam menghadapi kasus kriminal yang melibatkan pemakaian senjata api sebagai alat
yang dimaksudkan untuk melukai atau mematikan seseorang, maka dokter sebagai orang
yang melakukan pemeriksaan khususnya atas diri korban, perlu secara hati-hati cermat dan
teliti di dalam menafsirkan hasil yang didapatnya, oleh karena pemakaian senjata api untuk
maksud membunuh atau melukai membawa implikasi yang luas, tidak jarang menimbulkan
keresahan dan kesulitan tersendiri bagi mereka yang terlibat.
Untuk dapat menjelaskan tugas dan fungsi sebagai pemeriksa maka dokter harus menjelaskan
berbagai hal, diantaranya : apakah luka tersebut memang luka tembak, yang mana luka
tembak masuk dan yang mana yang keluar, jenis senjata yang dipakai, jarak tembak, arah
tembakan, perkiraan posisi korban sewaktu ditembak, berapa kali korban ditembak dan luka
tembak mana yang menyebabkan kematian.
Didalam dunia kriminal senjata api yang biasa dipergunakan adalah senjata genggam yang
beralur, sedangkan senjata api dengan laras panjang dan senjata yang biasa dipakai untuk
berburu yang larasnya tidak beralur jarang dipakai untuk maksud-maksud criminal. Harus
selalu ada di dalam benak kita bahwa saat tembakan terjadi, dilepaskan 3 substansi berbeda
dari laras senjata. Yaitu anak peluru, bubuk mesiu yang tidak terbakar, dan gas. 1
1
SKENARIO
Seorang teroris laki-laki dilaporka 30 tahunn meninggal dunia karena ditembak oleh seorang
petugas saat penyergapan di sebuah gubug di kaki gunung. Teroris itu ditembak karena
mencoba menyerang polisi tersebut dengan celurit. Pada pemeriksaan ditemukan luka tembak
dari jarak dekat pada dada korban sebelah kiri. Saat menembak polisi itu menggunakan
senjata api revolver.
Gak lama setelah pelaporan polisi kepada anda di tempat anda praktek, datanglah seorang
ibu-ibu diikuti rombongan orang sedang menangis terisak-isak. Ibu tersebut adalah istri dari
mayat laki-laki itu. Dia mengatakan bahwa suaminya adalah karyawan yang cukup sukses. Ia
juga mengatakan bahwa suaminya tadi pagi pergi ke kantor seperti biasa. Ia meminta anda
untuk melakukan pemeriksaan dengan cermat dan teliti, tidak memihak kepada polisi, dan
membuktikan bahwa suaminya tidak bersalah.
TEORI LUKA
1. Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan
lapisan otot/jaringan.
Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai
untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak tatanan
lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat meluncur
di atas danau.
2
Semakin besarn energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak
energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin besar.
terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga sementara.
Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5 sampai
10 ribu detik saja.
1. Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa
berangsur-angsur meliwati getaran dan kontraksi yang semakin
sebelum hilang sama sekali, meninggalkan bekas luka yang
permanent.
Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang
meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru
senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45
mm).
3
MEKANISME LUKA TEMBAK
Dengan pengecualian efek perlambatan pada luka yang disebabkan pada semua trauma
mekanik seperti pukulan, tusukan, atau tendangan, terjadi karena adanya transfer energi dari
luar menuju ke jaringan. Ini juga terjadi pada luka tembak. Kerusakan yang terjadi pada
jaringan tergantung pada absorpsi energi kinetiknya, yang juga akan menghamburkan panas,
suara serta gangguan mekanik yang lainnya.1
Untuk menjamin transfer energi ke suatu jaringan, beberapa peluru dimodifikasi akan
berhenti atau menurun kecepatannya sesampainya di tubuh. Anak peluru yang lunak didesain
akan segera menjadi pecahan kecil saat ditembakkan. Peluru dumdum banyak digunakan
pada muncung roket yang mempunyai ruang udara pada ujungnya diperuntukkan agar pada
saat benturan akan terjadi pengurangan kecepatan dan terjadi transfer energi yang besar dan
kerusakan jaringan yamg hebat. Ledakan peluru ini juga pernah digunakan saat usaha
pembunuhan presiden Reagen. Lintasan peluru juga dapat menilai besar dan kecepatan dari
energi yang diberikan pada suatu target. 1
Jumlah dari energi kinetik yang terdapat pada proyektil sesuai dari masa dan kecepatan.
Industri militer modern telah mengambil banyak manfaat untuk pengembangan senjata
dengan dasar masa yang rendah dengan kecepatan yang tinggi sehingga menghasilkan energi
kinetic yang maksimum untuk kerusakan jaringan.Rata-rata kecepatan peluru berkisar
340m/s, dimana banyak digunakan pada panah, senapan angin, serta revolver. Dari system
mekanik ini akan mengakibatkan daya dorong peluru ke suatu jaringan sehingga terjadi
laserasi, kerusakan sekunder terjadi kalau adanya rupture pembuluh darah atau struktur
lainnya dan terjadi luka yang sedikit lebih besar dari diameter peluru.Jika kecepatan melebihi
kecepatan udara, lintasan dari peluru yang menembus jaringan akan terjadi gelombang
tekanan yang mengkompresi jika terjadi pada jaringan seperti otak, hati ataupun otot akan
mengakibatkan kerusakan dengan adanya zona-zona disekitar luka. 1
Dengan adanya lesatan peluru dengan kecepatan tinggi akan membentuk rongga disebabkan
gerakan sentrifugal pada peluru sampai keluar dari jaringan dan diameter rongga ini lebih
besar dari diameter peluru, dan rongga ini akan mengecil sesaat setelah peluru berhenti,
dengan ukuran luka tetap sama. Organ dengan konsistensi yang padat tingkat kerusakan lebih
tinggi daripada yang berongga. Pada organ tubuh yang berongga seperti jantung dan kandung
kencing bila terkena tembakan dan kedua organ tersebut sedang terisi penuh (jantung dalam
fase diastole), maka kerusakan yang terjadi akan lebih hebat bila dibandingkan dengan
4
jantung dalam fase systole dan kandung kencing yang kosong. Hal tersebut disebabkan
karena adanya penyebaran tekanan hidrostatik ke seluruh bagian. Efek luka juga berhubungan
dengan gaya gravitasi. Pada pemeriksaan harus dipikirkan adanya kerusakan sekunder seperti
infark atau infeksi.
Oleh karena terjadi gerakan rotasi dari peluru (pada senjata yang beralur atau rifle bore),
terjadi gesekan antara badan peluru dengan tepi robekan sehingga terjadi kelim lecet. Bila
peluru masuk ke dalam tubuh secara tegak lurus maka kelim lecet yang terbentuk akan sama
lebarnya pada setiap arah. Peluru yang masuk secara membentuk sudut atau serong akan
dapat diketahui dari perangai kelim lecet. Kelim lecet yang paling lebar merupakan petunjuk
bahwa peluru masuk dari arah tersebut, dengan kata lain kelim lecet yang terlebar
menunjukkan arah masuknya peluru. Pada senjata yang dirawat baik, maka pada kelim lecet
akan dijumpai pewarnaan kehitaman akibat minyak pelumas, hal ini disebut kelim kesat atau
kelim lemak (grease ring; grease mark)
Bila peluru masuk pada daerah dimana densitasnya rendah, maka bentuk luka yang terjadi
adalah berbentuk bundar; bila jaringan di bawahnya mempunyai densitas yang besar,
misalnya tulang, maka sebagian tenaga dari peluru yang disertai pula dengan gas yang
terbentuk akan memantul dan mengangkat kulit di atasnya, sehingga robekan yang terjadi
menjadi tidak beraturan atau berbentuk bintang.1
Pada umumnya, luka tembak masuk hanya terdiri dari satu luka saja. Pada pemeriksaan,
penting ditentukan arah masuknya anak peluru yang dapat diketahui dari bentuk kelim lecet
yang terjadi. Jarak penembakan seringkali merupakan hal yang ingin diketahui oelh pihak
penyidik. Dari morfologi luka tembak masuk, dapat dibedakan luka tembak masuk yang
diakibatkan oleh tembakan senjata api yang dilepaskan dari berbagai jarak :
5
Luka tembak jarak dekat
Pada luka tembak jenis ini, gambaran luka ditimulkan oleh kekerasan anak
pelurundan butir-butir mesiu yang tidak habis terbakar, sehingga disamping lubang
luka dan kelim lecet, ditemukan pula kelim tatoo yang merupakan bintik-bintik
berwarn hitam di sekitar lubang luka.
Sedapat mungkin diuat foto yang diambil tegak lurus disertai mistar pengukur,
sehingga kemudian dapat dicetak foto sebesar ukuran luka sebenarnya. Hal ini dapat
digunakan sebagai pembanding sekitarnya oleh ahli balistik dilakukan tembakan
percobaan untuk penentuan jarak tembakan yang lebih tepat.
6
mengakibatkan terjadinya jejas laras pada kulit berupa luka lecet jenis tekan. Saluran
luka sendiri tampak berdinding hitam oleh butir mesiu ang tidak habis terbakar dan
asap. Bila daerah yang mengalami luka tembak tempel mengadung jaringan padat
yang keras di bawah kulit, misalnya pada daerah dahi, maka peregangan yang dialami
oleh kulit dapat sedemikian besarnya dan menimbulkan luka robek, sehingga luka
tembak tempel memberikan gambaran berbentuk bintang.
Luka tembak keluar ini ialah bahwa setelah peluru membuat luka tembak masuk dan saluran
luka tembakan maka akhirnya peluru akan mengenai kulit lagi dari sebelah dalam dan kulit
terdorong ke luar. Kalau batas kekenyalan kulit dilampaui, maka kulit dari dalam menjadi
robek dan akhirnya timbul suatu lubang luka baru lagi, dan luka baru inilah yang dinamakan
luka tembak keluar.1
Luka tembak keluar mempunyai ciri khusus yang sekaligus merupakan perbedaan pokok
dengan luka tembak masuk; ciri tersebut adalah : tidak adanya kelim lecet pada luka tembak
keluar, dengan tidak adanya kelim lecet, kelim-kelim lain juga tentu tidak ditemukan. Ciri
lain dari luka tembak keluar yang dapat dikatakan agak khas, oleh karena hampir semua
lembak keluar memilki ciri ini, adalah : luka tembak keluar pada umumnya lebih besar dari
luka tembak masuk.
Jika sebuah peluru setelah membuat lubang luka tembakan masuk dan mengenai tulang
(benda keras), maka bentuk dari pada peluru tadi menjadi berubah. Tulang-tulang yang kena
peluru tadi akan menjadi patah, pecah atau kadang-kadang remuk. Akibatnya waktu peluru
7
menembus terus dan membuat lubang luka tembak keluar, tidak hanya peluru yang berubah
bentuknya, tapi juga diikuti oleh pecahan-pecahan tulang tadi oleh karena ikut terlempar
karena dorongan dari peluru. Tulang-tulang inipun kadang-kadang mempunyai kekuatan
menembus juga. Kejadian inilah yang mengakibatkan luka tembakan keluar yang besar dan
lebar, sedangkan bentuknya tidak tertentu. Sering kali besar luka tembak keluar berlipat
ganda dari pada besarnya luka tembakan masuk.
Misalnya saja luka tembakan masuk beserta contusio ring sebesar kira-kira 8 mm dan luka
tembakan keluar sebesar uang logam (seringgit). Berdasarkan ukurannya maka ada beberapa
kemungkinan, yaitu, Bila luka tembak keluar ukurannya lebih besar dari luka tembak masuk,
maka biasanya sebelum keluar anak peluru telah mengenai tulang hingga berpecahan dan
beberapa serpihannya ikut keluar. Serpihan tulang ini bisa menjadi peluru baru yang
membuat luka keluar menjadi lebih lebar.Bila luka tembak keluar ukurannya sama dengan
luka tembak masuk, maka hal ini didapatkan bila anak peluru hanya mengenai jaringan lunak
tubuh dan daya tembus waktu keluar dari kulit masih cukup besar.
Senjata api adalah suatu senjata yang menggunakan tenaga hasil perledakan mesiu, dapat
melontarkan proyektil (anak peluru) yang berkecepatan tinggi melalui larasnya. Berikut
adalah jenis-jenis senjata api : 1,2,3
1) Laras pendek.
b) Pistol : peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan menarik picunya.
Pistol otomatis dan semi otomatis, peluru disimpan dalam sebuah magasin, putaran pertama
harus dimasukkan secara manual ke dalam ruang ledaknya
8
Gb. 3. senjata api laras pendek
2) Laras panjang
Senjata ini berkekuatan tinggi dengan daya tembak sampai 3000 m, mempergunakan peluru
yang lebih panjang. Senjata laras panjang dibagi menjadi dua yaitu:
a) Senapan tabur: Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir- butir tabur
ganda lewat larasnya, sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru
tunggal lewat larasnya, moncong senapan halus dan tidak terdapat rifling.
b) Senapan untuk menyerang: Senapan ini mengisi pelurunya sendiri, mampu melakukan
tembakan otomatis sepenuhnya, mempunyai kapasitas magasin yang besar dan
dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang (peluru dengan
kekuatan sedang antara peluru senapan standard dan peluru pistol)
Agar anak peluru dapat berjalan stabil dalam lintasannya, permukaan dalam laras
dibuat beralur spiral dengan diameter yang sedikit lebih kecil dari diameter anak
peluru, sehingga anak peluru yang didorong oleh ledakan mesiu, saat melalui laras,
dipaksa bergerak maju sambil berputar sesuai porosnya, dan ini akan memperoleh
gaya sentripetal sehingga anak peluru tetap dalam posisi ujung depannya di depan
dalam lintasannya setelah lepas laras menuju sasaran. Alur laras ini dibagi menjadi
dua yaitu, arah putaran ke kiri (COLT) dan arah putaran ke kanan (Smith and
Wesson).
9
o Senjata api dengan alur ke kiri
2) Kaliber senjata yang banyak dipakai: kaliber 0.36; 0.38; dan 0.45
3) Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu
adanya goresan dan alur yang memutar ke arah kiri bila dilihat dari basis anak
peluru.
3) Dapat diketahui dari anak peluru yang terdapat pada tubuh korban yaitu adanya
goresan dan alur yang memutar ke arah kanan bila dilihat dari bagian basis anak
peluru.
Senjata api jenis ini dapat melontarkan anak peluru dalam jumlah banyak pada
satu kali tembakan. Contohnya adalah shot gun.
Dalam menangani berbagai kasus yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia, seorang
dokter dapat mempunyai peranan ganda yaitu peranan pertama adalah sebagai ahli klinik
sedangkan peran kedua adalah sebagai ahli forensik yang bertugas membantu proses
peradilan.
10
Kewajiban dokter untuk melakukan pemeriksaan kedokteran forensik ke atas korban
apabila diminta secara resmi oleh penyidik (polisi) dan jika menolak untuk melakukan
pemeriksaan forensik tersebut di atas dapat dikenai pidana penjara, selama-lamanya 9 bulan.4
1. Dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani seorang korban baik
luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak
pidana, ia berwenang mengajukan permintaan keterangan ahli kepada ahli
kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan secara
tertulis, yang dalam surat itu disebutkan dengan tegas untuk pemeriksaan luka atau
pemeriksaan mayat dan atau pemeriksaaan bedah mayat.
3. Mayat yang dikirim kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter pada rumah sakit
harus diperlakukan secara baik dengan penuh penghormatan terhadap mayat tersebut
dan diberi label yang memuat identitas mayat, dilakukan dengan diberi cap jabatan
yang dilekatkan pada ibu jari kaki atau bagian lain badan mayat. 4
2. Keterangan yang diberikan oleh ahli kedokteran kehakiman disebut keterangan ahli,
sedangkan keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran kehakiman
disebut keterangan.4
Dari penjelasan Pasal 133 ayat (2) menimbulkan beberapa masalah antara lain
sebagai berikut : 4
a. Keterangan yang diberikan oleh dokter bukan ahli kedokteran Kehakiman itu alat
bukti sah atau bukan?
Sebab apabila bukan alat buktii yang sah tentunya penidikan mengusahakan alat bukti
lain yang sah dan ini berarti bagi daerah daerah yang belum ada dokter ahli
kedokteran kehakiman akan mengalami kesulitan dan penyidikan dapat terhambat.
11
Hal ini tidak menjadi masalah walaupun keterangan dari dokter bukan ahli kedokteran
kehakiman itu bukan sebagai keterangan ahli, tetapi keterangan itu sendiri dapat
merupakan petunjuk dan petunjuk itu adalah alat bukti yang sah, walaupun nilainya
agk rendah,ntetapi diserahkan saja pada Hakim yang menilainya dalam sidang.
b. Dari penjelasan pasal 133 ayat (2) dapat disimpulkan bahwa keterangan ahli itu hanya
bila diberikan oleh dokter ahli kedokteran kehakiman. Bagaimana dengan keterangan
yang diberikan oleh ahli laboratorium, ahli balistik, ahli kardiologi, ahli patologi, ahli
kandungan, psikiater, dan lain-lain, apakah keterangan merkea ini bukan keterangan
ahli. Atau apakah agar mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah, keterangan-
keterangan ahli tersebut harus diketahui/disahkan oleh dokter ahli kedokteran
kehakiman.
Hal ini perlu diserasikan dengan keterangan ahli sebagaimana diatur dalam pasal 1
butir 28, sehingga dengan demikian tidak menimbulkan kesan yang ahli itu hanya
kedokteran kehakiman, melainkan juga psikiater dan lain-lain.
Mengenai keterangan ahli dalam pasal ini pengertiannya adalah khusus yaitu
keterangan ahli untuk pemeriksaan luka atau pemeriksaan mayat atau pemeriksaan
bedah mayat. Sedangkan untuk pengertian ahli lainnya tentunya dikembalikan pada
pengertian umum sebagaimana diatur dalam pasal 1 butir 28.
12
3) Jika pada waktu melakukan kejahatan belum lewat dua tahun sejak adanya
pemidanaan yang menjadi tetap karena kejahatan semacam itu juga, maka pidananya
dapat ditambah sepertiga. 4
13
Peraturan Pemerintah No 10 Tahun 1966 tentang wajib simpan rahasia kedokteran
Pasal 1 PP No 10/1966
Yang dimaksud dengan rahasia kedokteran ialah segala sesuatu yang diketahui oleh
orang-orang tersebut dalam pasal 3 pada waktu atau selama melakukan pekerjaannya
dalam lapangan kedokteran. 4
Pasal 70 UU Kesehatan
(2) Bedah mayat hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian
dan kewenangan untuk itu dan dengan memperhatikan norma yang berlaku dalam
masyarakat.4
14
PEMERIKSAAN MEDIK
Pemeriksaan Luar
1. Lebel mayat
Mayat yang dikirmkan untuk pemeriksaan kedokteran forensic sehatusnya diberi lebel
dari pihak kepolisian, disamping lebel dari kepolisian pada mayat dapat ditemukan
pula identifikasi dari Instalasi Kamar Jenazah Rumah Sakit. Label ini adalah untuk
kepentingan identifikasi di kamar jenazah agar mayat tidak tertukar saat di ambil oleh
keluarga.5
Hasil temuan : terdapat lebel mayat berwarna coklat dengan materai berisi
identitas mayat serta terdapat materai.
2. Tutup mayat
Mayat seringkali dikirimkan pada pemeriksaan dalam keadaan ditutupi oleh sesuatu.
Catatlah jenis/bahan, warna serta corak dari penutup ini bila terdapat pengotoran pada
penutup, catat pula letak pengotoran serta jenis/bahan pengotoran tersebut
3. Bungkus mayat
Mayat kadang kdang dikirimkan pada pemeriksaan dalam keadaan terbungkus.
Bungkus mayat ini harus dicatat jenis/bahannya, warna, corak, serta adanya bahan
yang mengotori. Dicatat pula tali pengikatnya bila ada, baik mengenai jenis/bahan tali
tersebut, maupun cara pengikatan serta letak ikatan tersebut.5
Hasil temuan : mayat terbungkus kain parasut berwarna orange polos
4. Pakaian
Pakaian mayat dicatat dengan teliti, mulai dan pakaian yang dikenakan pada bagian
tubuh atas sampai bawah. Pencatatan meliputi : bahan, warna dasar, warna dan
corak/motif dari tekstil, beentuk/model pakaian, ukuran, merk/penjahit, cap binatu.
Bila terdapat pengotoran atau robekan pada pakaian, maka ini juga harus dicatat
dengan teliti dengan mengukur letaknya yang tepat menggunakan koordinat, serta
ukuran dari pengotoran dan atau robekan yang ditemukan. Pakaian dari korban yang
mati akibat kekerasan atau yang belum dikenal, sebaiknya disimpan untuk barang
bukti.5
15
Hasil temuan : kemeja putih polos lengan panjang, celana panjang bahan
serta celana dan kaus dalam berwarna krem. Pada bagian dada sebelah kiri
terdapat sobekan dari baju karena tembakan.
5. Perhiasan
Perhiasaan yang dipakai oleh mayat harus dicatat pula dengan teliti, meliputi jenis
perhiasaan, bahan, warna, merk, bentuk serta ukiran nama/inisial pada benda
perhiasaan tersebut.5
Hasil temuan : mayat menggunakan arloji di tangan kanannya dan cincin di
jari manis sebelah kanan
7. Tanda kematian
Agar pencatatan terhadap tanda kematian ini bermanfaat, jangan lupa mencatat
waktu/saat dilakukannnya pemeriksaan terhadap tanda kematian ini.
a. Labam mayat
Dilakukan pencatata letak lebam mayat, adanya bagian tertentu di daerah lebam
mayat yang justru tidak menunjukan lebam (karena tertekan pakaian, terbaring diatas
benda keras,dll). Warna dari lebam mayat serta intensitas lebam mayat.
Hasil temuan : lebam mayat ditemukan pada bagian depan tubuh (dada) dan
pucat jika ditekan.
b. Kaku mayat
Catat distribusi kaku mayat serta derajat kekakuan pada beberapa sendi.dengan
menentukan apakah mudah atau sukar dilawan. Apabila ditemukan adanya spasme
kadaverik maka harus dicatat sebaik-baiknya karna dapat menunjukkan apa yang
sedang dilakukan oleh korban saat kematian.
Hasil temuan : terdapat kaku mayat sukar dilawan pada daerah ekstremitas
16
c. Suhu tubuh
Sekalipun perkiraan saat kematian menggunakan criteria penurunan suhu tidak dapat
memberikan hasil yang memuaskan, namun pencatatan suhu tubuh mayat kadang
masih dapat membantu dalam hal perkiraan saat kematian.3
8. Identifikasi umum
Catat jenis kelamin, bangsa atau ras, warna kulit, keadaan gizi, tinggi dan berat badan,
keadaan zakar yang disirkumsisi, adanya striae albicantes pada dinding perut.5
Hasil temuan : laki laki, berkebangsaan Indonesia, warna kulit sawo
matang, tinggi 160 cm, berat badan 70 cm, sudah disunat.
9. Identifikasi Khusus
Catat segala sesuatu yang dapat digunakan untuk penentuan identitas secara khusus.5
a. Rajah/tatto
Tentukan letak, bentuk, warna serta tulisan tatto yang ditemukan. Bila perlu buat
dokumentasi foto.
b. Jaringan parut
Catat seteliti mungkin jaringan parut yang ditemukan, baik yang timbul akibat
penyembuhan luka maupun yang terjadi akibat tindakan bedah.
c. Kapalan (Callus)
Dengan mencatat distrubusi callus, kadangkala dapat diperoleh keterangan berharga
mengenai pekerjaan mayat yang diperiksa semasa hidupnya.
d. Kelainan pada kulit
Adanya kutil, angioma, bercak hiper atau hipopigmentasi, eksema, dan kelainan lain
seringkali dapat membantu penentuan identitas.
e. Anomali dan cacat pada tubuh
Kelainan anatomis pada tubuh perlu dicatat dengan seksama dan teliti.
17
11. Pemeriksaa Mata
Periksa kelopak mata terbuka/tertutup, adanya tanda-tanda kekerasan serta kelainan
lain yang ditimbulkan oleh penyakit dan sebagainya. Periksa keadaan selaput lendir
kelopak mata (warna, kekeruhan, pembuluh darah yang melebar, bintik perdarahan,
bercak perdarahan).
Pemeriksaan bola mata (tanda kekerasan, kelainan seperti pysis bulbi, pemakaian
mata palsu dan sebagainya). Pemeriksaan selaput lendir bola mata (adanya pelebaran
pembuluh darah, bintik perdarahan atau kelainan lain).
Pemeriksaan kornea/selaput bening mata (jernih/tidak, kelainan fisiologis (ptysis
bulbi) atau patologis (leucoma).
Pemeriksaan iris/tirai mata (warnanya, kelainan yang ditemukan)
Pemeriksaa pupil/teleng mata (ukurannya, besar ukuran pada kanan dan kiri,
kelainan).
Hasil temuan : mata keadaan tertutup, pupil midriasis 4 cm dan tidak ada
kelaianan lain.
18
atau sebab lain. Pada mayat wanita, periksa keadaan selaput dara dan komisura
posterior akan kemungkinan adanya tanda kekerasan.
Hasil temuan : tidak terdapat kelainan.
15. Lain-lain
Perlu diperhatian akan kemungkinan terdapatnya :
a. Tanda perbendungan, ikterus, warna kebiru-biruan pada kuku/ ujung-ujung jari (pada
sianosis) atau adanya edema/sembab.
b. Bekas pengobatan berupa bekas kerokan, tracheotomi, suntikan, pungsi lumbal, dan
lain-lain.
c. Terdapatnya bercak lumpur atau pengotoran lain pada tubuh, kepingan, atau serpihan
cat, pecahan kaca, lumuran aspal, dan lain-lain.
Hasil temuan : tidak terdapat kelainan
19
Dasar luka berupa jaringan bawah kulit atau otot, atau bahkan merupakan rongga
badan.
h. Sekitar luka
Lihat terdapat adanya pengotoran, terdapat luka/tanda kekerasan lain sekitar luka.
i. Ukuran luka
Diukur dengan teliti, pada luka terbuka diukur juga setelah luka dirapatkan.
j. Saluran luka
Dilakukan secara in situ. Termukan perjalanan luka, serta panjang luka. Penentuan ini
baru dapat dilakukan pada saat pembedahan mayat.
k. Lain-lain
Pada luka lecet jenis serut, pemeriksaan teliti terhadap pemukaan luka terhadap pola
penumpukan kulit ari yang terserut dapat mengungkapkan arah kekerasan yang
menyebabkan luka tersebut.
Hasil temuan : ditemukan adanya luka terbuka bebentuk bulat pada dada kiri
20 cm dari bahu, 10cm ke kiri dari gari tengah tubuh. Arah luka tegak lurus,
tepi luka rata dengan diameter 1cm.
Pemeriksaan dalam
Dimulai dari lidah, esophagus, trachea, dst sampai seluruh alat tubuh. Otak biasanya
diperiksa terakhir.2,5
1. Lidah
Diperhatikan permukaan lidah, adakah bekas gigitan, baik baru maupun lama. Bekas
gigitan dapat pula terlihat pada penampang lidah.
20
2. Tonsil
Perhatikan permukaan maupun penampang tonsil, adakah selaput, gambaran infeksi,
nanah, dsb. Ditemukan tonsilektomi kadang membantu dalam identifikasi.
3. Kelenjar gondok
Perhatikan ukuran dan beratnya. Periksa apakah permukaannya rata, catat warnanya,
adakah perdarahan berbintik atau resapan darah. Lakukan pengirisan di bagian lateral
pada kedua baga kelenjar gondok dan catat perangai penampang kelenjar ini.
4. Kerongkongan (esophagus)
Perhatikan adanya benda-benda asing, keadaan selaput lendir, dll (misalnya striktur,
varices)
6. Tulang lidah (os hyoid), rawan gondok (cartilago thyroidea) dan rawan cincin
(cartilago cricoidea)
Tulang lidah kadang ditemukan patah unilateral pada kasus pencekikan. Perhatikan
adanya patah tulang, resapan darah. Rawan gondok dan rawan cincin seringkali juga
menunjukkan resapan darah pada kasus dengan kekerasan pada daerah leher
(pencekikan, penjeratan, gantung).
21
7. Arteri carotis interna
Arteri carotis communis dan interna biasanya tertinggal melekat pada permukaan
dekat ruas tulang leher. Perhartikan tanda kekerasan sekitar arteri ini. Bila kekerasan
pada daerah leher mengenai arteri ini, kadang dapat ditemukan kerusakan pada intima
di samping terdapatnya resapan darah.
9. Paru-paru
Kedua paru masing-masing diperiksa tersendiri. Tentukan permukaan paru. Pada paru
yang mengalami emphysema dapat ditemukan cekungan bekas penekanan iga.
Perhatikan warnanya, serta bintik perdarahan, bercak perdarahan akibat aspirasi darah
ke dalam alveoli (tampak pada permukaan paru sebagai bercak berwarna merah-hitam
dengan batas tegas), resapan darah, luka, bulla, dsb.Perabaan paru yang normal teraba
seperti spons. Pada paru dengan proses peradangan, perabaan dapat menjadi padat
atau keras. Penampang paru diperiksa setelah melakukan pengirisan paru mulai apex
sampai ke basal, dengan tangan kiri memegang paru pada daerah hilus. Pada
penampang paru ditentukan warnanya serta dicatat kelainan yang mungkin
ditemukan.
10. Jantung
Perhatikan besarnya jantung, bandingkan dengan kepalan tinju kanan mayat.
Perhatikan adanya resapan darah, luka, atau bintik-bintik perdarahan. Pada otopsi
jantung, ikuti sistematika pemotongan dinding jantung yang dilakukan dengan
mengikuti aliran darah di dalam jantung.
Hasil temuan : terdapat luka berbentuk bundar dengan kelim lecet bertepi
rata dengan diameter 1cm.
22
11. Aorta thoracalis
Perhatikan kemungkinan terdapatnya deposit kapur, ateroma atau pembentukan
aneurisma. Kadang-kadang pada aorta dapat ditemukan tanda kekerasan merupakan
resapan darah atau luka. Pada kasus kematian bunuh diri dengan jalan menjatuhkan
diri dari tempat yang tinggi, bila korban mendarat dengan kedua kaki terlebih dahulu,
seringkali ditemukan robekan melintang pada aorta thoracalis.
23
14. Ginjal, ureter dan kandung kencing
Kedua ginjal masing diliputi oleh jaringan lemak yang dikenal sebagai capsula
adipose renis. Adanya trauma yang mengenai daerah ginjal seringkali menyebabkan
resapan darah pada capsula ini. Pada penampang ginjal, perhatikan gambaran korteks
dan medula ginjal. Juga perhatikan pelvis renis akan kemungkinan terdapatnya batu
ginjal, tanda peradangan, nanah dan sebagainya. Ureter dibuka dengan meneruskan
pembukaan pada pelvis renis, terus mencapai vesika urinaria. Perhatikan
kemungkinan terdapatnya batu, ukuran penampang, isi saluran serta keadaan mukosa.
Kandung kencing dibuka dengan jalan menggunting dinding depannya mengikuti
bentuk huruf T. perhatikan isi serta selaput lendirnya.
24
dalam lumen serta kemungkinan terdapatnya kelainan bersifat ulcerative, polip dan
lain-lain.
25
diperlukannya potongan jaringan guna pemeriksaan histopatologik atau diperlukannya
organ guna pemeriksaan toksologik.
Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan darah
Berfungsi untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut dengan
membandingkan bercak darah yang di temukan di TKP pada obyek obyek tertentu
(barang bukti, manusia dan pakaiannya dengan darah korban atau darah tersangka.
2. Pemeriksaan mikroskopik
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologik sel sel darah merah.
3. Pemeriksaan kimiawi
Pemeriksaan ini terdiri dari tes penyaring darah dan tes penentuan darah. Pemeriksaan
kimiawi ini berfungsi untuk menentukan bercak yang ditemukan pada saat kejadiaan
adalah darah atau bukan.
4. Pemeriksaan spekstroskopik
Pemeriksaan ini memastikkan bahan yang diperiksa adalah darah bila dijumpai pita
pita absorbsi yang khas dari hemoglobin atau turunannya.
5. Pemeriksaan serologic
Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu
dibutuhkan antisera terhadap protein manusia serta terhadap protein hewan dan juga
antisera terhadap golongan darah terntentu. Dengan prinsip pemeriksaan adalah reaksi
aglutinasi.
6. Penentuan golongan darah
INTERPRETASI TEMUAN
Luka berbentuk bundar dengan kelim lecet. Disekitar luka juga terdapat daerah yang
berwarna merah atau hangus terbakar. Tertembak dari jarak lebih dari 100 cm, luka terdapat
pada dada linea midclavicula kiri IC 5. Kelim lecet yang terbentuk sama letaknya pada sikap
arah yang menandakan korban tertembak dengan sudut tembak tegak lurus terhadap tubuh
26
korban dengan diameter anak peluru 8 mm. Penembakan peluru di dapatkan anak peluru
lurus licin yang digunakan pada senjata api berlaras pendek jenis revolver.
Pemeriksaan Dalam : luka tembus lurus berbentuk bulat dengan diameter 1 cm. Dalam
jantung terdapat darah sebanyak 350ml. Terdapat anak peluru bersarang pada luka dengan
diameter anak peluru sembilan milimeter bertuliskan Kaliber 0,38 dengan alur kiri.
27
Bagian Ilmu Kedokteran Forensik
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Arjuna Utara no.6 Jakarta Barat
PROJUSTITIA
Visum Et Repertum
No : 102008135
Yang bertanda tangan dibawah ini, Nisia Pratama, dokter ahli kedokteran forensik
pada Bagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida
Wacana Jakarta, menerangkan bahwa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi
Jakarta Barat No.Pol.:B/789/VR/XII/95/Serse tertanggal 3 Januari 2011 , maka pada tanggal
tiga januari dua ribu sebelas, pukul Sembilan lewat dua puluh menit Waktu Indonesia Bagian
Barat, bertempat di ruang bedah jenazah Bagian Forensik Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana telah melakukan pemeriksaan atas jenazah yang menurut surat
permintaan tersebut adalah:
Nama : Tn. Indra
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 30 tahun
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Karyawan Swasta
Alamat : Tj. Duren, Jakarta Barat
Mayat telah diidentifikasikan dengan sehelai label berwarna coklat, dengan materai, terikat
pada ibu jari kaki kanan.
28
Hasil Pemeriksaan
I. Pemeriksaan Luar
1. Mayat terbungkus kain parasut berwarna orange
2. Mayat berpakaian sebagai berikut :
a. kemeja lengan panjang putih polos, merk Excecutive ukuran L, 2 saku kosong
kanan dan kiri. Kemeja berlumuran darah pada bagian dada sebelah kiri. Pada
dada sebelah kiri, 2 cm di bawah saku kiri terdapat bolongan bulat diameter 8
mm dengan serat kain masuk ke dalam.
b. celana panjang bahan, berwarna hitam merk The Executive, dua buah saku
di belakang dan satu buah saku masing-masing pada sisi kanan dan kiri, saku
kanan terdapat sapu tangan coklat polos.
c. celana dalam berbahan kaus, berwarna krem, dengan karet warna
hitam bertuliskan crocodile.
3. Jari manis tangan kanan terdapat cincin emas.
4. Kaku mayat sukar dilawan pada di daerah ekstremitas, lebam mayat di daerah depan
tubuh dan merah kebiruan, pucat bila ditekan.
5. Mayat adalah seorang laki-laki bangsa Indonesia, umur tiga puluh tahun,
kulit berwarna sawo matang, gizi baik, panjang badan seratus enam puluh
sentimeter, dan berat badan tujuh puluh kilogram dan telah disunat.
6. Identifikasi khusus: Terdapat tanda lahir berukuran 2 cm x 3cm di daerah dada kanan
3 cm di atas puting susu. Terdapat tatoo di tangan sebelah kanan.
7. Rambut halus bergelombang, alis berwarna hitam, tumbuh lebat. Bulu mata berwarna
hitam, tumbuh lurus, panjang
8. Kedua mata tertutup rapat, selaput mata jernih, selaput bola mata dan selaput kelopak
mata kanan dan kiri berwarna putih, tidak terdapat perdarahan maupun pelebaran
pembuluh darah mata.
9. Kedua daun telinga berbentuk biasa, hidung mancung.
10. Mulut tertutup, kedua bibir tebal, gigi-geligi lengkap.
11. Alat kelamin berbentuk biasa tidak ada kelainan. Lubang dubur berbentuk biasa tidak
ada kelainan.
12. Pada dada kiri, 10 cm garis pertengahan depan, 20 cm di bawah puncak bahu, sela
iga 5, terdapat luka berbentuk bundar dengan kelim lecet, bertepi rata dengan
diameter 1 cm.
29
II. Pemeriksaan dalam (bedah jenazah )
1. Jaringan lemak bawah kulit daerah dada dan perut berwarna kuning kecoklatan, tebal
di daerah dada enam millimeter sedangkan di daerah perut dua belas sentimeter. Otot
otot berwarna coklat dan cukup tebal.
2. Sekat rongga badan sebelah kanan setinggi sela iga keempat dan yang kiri setinggi
sela iga kelima.
3. Pada sela iga keempat kiri, sepuluh sentimeter dari garis pertengahan depan dan dua
puluh lima sentimeter dari bahu terdapat luka terbuka berbentuk lubang dengan tepi
rata berdiameter satu sentimeter. Iga lain serta tulang dada tidak menunjukkan adanya
kelainan.
4. Jaringan bawah kulit daerah leher dan otot leher dalam batas normal dan tidak
menunjukkan adanya kelainan.
5. Kandung jantung tampak tiga jari di antara kedua tepi paru. Pada kandung sebelah kiri
depan terdapat luka terbeku berbentuk lubang dengan tepi rata berdiameter satu
sentimeter. Dalam kandung jantung terdapat darah sebanyak dua ratus lima puluh
sentimeter kubik. Rongga dada sebelah kiri terdapat darah dan bekuan darah dan
bekuan darah sebanyak empat ratus tiga puluh sentimeter kubik. Paru kanan dan kiri
dalam batas normal dan tidak menunjukkan kelainan.
6. Dinding rongga perut, berwarna kelabu mengkilat. Dalam rongga perut tidak terdapat
darah maupun cairan. Tirai usus tampak menutupi sebagian besar usus.
7. Lidah berwarna kelabu, perabaan lemas, tidak terdapat bekas tergigit maupun resapan
darah. Tonsil tidak membesar dan penempangnya tidak menunjukkan kelainan, berat
delapan belas gram.
8. Batang tenggorok dan cabangnya dalam batas normal. Selaput lendirnya berwarna
putih kemerahan dan tidak menunjukkan kelainan.
9. Kerongkongan kosong, selaput lendirnya berwarna putih.
10. Paru kanan terdiri dari tiga baga, berwarna kelabu kemerahan, perabaan agak kenyal,
dan tidak menunjukkan kelainan dengan berat tiga ratus gram. Paru kiri terdiri dari
dua baga, berwarna kelabu kemerahan, perabaan agak kenyal, dan tidak menunjukkan
kelainan dengan berat dua ratus lima puluh gram.
11. Jantung tampak sebesar tinju kanan mayat. Selaput luar jantung tampak licin, terdapat
bintik perdarahan. Pada dinding depan bilik kiri, satu sentimeter sebelah kiri sekat
jantung terdapat luka terbuka berbentuk lubang dengan tepi rata berdiameter satu
30
sentimeter. Terdapat anak peluru bersarang pada luka dengan diameter anak peluru
sembilan milimeter bertuliskan Kaliber 0,38 dengan alur kiri. Katup jantung tidak
menunjukan kelainan. Lingkaran katup serambi bilik kanan sebelas sentimeter
sedangkan yang kiri sepuluh sentimeter. Lingkaran katup nadi paru sepanjang enam
setengah sentimeter dan katup batang nadi sepanjang enam sentimeter. Tebal otot
bilik jantung kanan tiga millimeter dan yang kiri duabelas millimeter. Pembuluh nadi
jantung tidak tersumbat dan dindingnya tidak menebal. Sekat jantung tidak
menunjukan kelainan. Berat jantung tiga ratus lima puluh gram.
12. Hati berwarna coklat, permukaannya rata, tepinya tajam, dan perabaan kenyal padat.
Penampang hati berwarna merah coklat dan gambaran hati tampak jelas. Berat hati
adalah seribu dua ratus gram.
13. Kandung empedu berisi cairan berwarna hijau coklat, selaput lendirnya berwarna
hijau seperti beludru. Saluran empedu tidak menunjukan penyumbatan.
14. Limpa berwarna ungu kelabu, permukaannya keriput dan perabaan lembek.
Penampangnya berwarna merah hitam dengan gambaran limpa jelas. Berat limpa
seratus sepuluh gram.
15. Kelenjar liur perut berwarna putih kekuningan, permukaan menunjukan belah-belah
dan penampangnya tidak menunjukan kelainan. Berat kelenjar liur perut delapan
puluh lima gram.
16. Lambung berisi makanan yang setengah terema terdiri dari nasi dan sayur. Selaput
lendirnya berwarna putih dan menunjukan lipatan yang biasa, tidak terdapat kelainan.
Usus dua belas jari, usus halus dan usus besar tidak menunjukan kelainan.
17. Anak ginjal kanan berbentuk trapezium dna yang kiri berbentuk bulan sabit.
Gambaran kulit dan sumsum jelas, tidak menunjukan kelainan. Berat anak ginjal
kanan Sembilan gram dan yang kiri sepuluh gram.
18. Ginjal kanan dan kiri bersimpai lemak tipis. Simpai ginjal kanan dan kiri tampak rata
dan licin, berwarna coklat dan mudah dilepas. Berat ginjal kanan Sembilan puluh
gram dan yang kiri seratus gram. Penampang ginjal menunjukan gambaran yang jelas,
pada ginjal dan saluran kemih tidak menunjukan kelainan.
19. Kandung kencing berisi cairan berwarna kekuningan dan selaput lendirnya berwarna
putih, tidak menunjukan kelainan.
20. Kulit kepala bagian dalam bersih, kecuali pada daerah dahi kiri menunjukan resapan
darah berukuran tiga sentimeter kali dua sentimeter. Tulang tengkorak utuh. Selaput
keras otak tidak menunjukan kelainan. Tidak terdapat perdarahan di atas maupun di
31
bawah selaput keras otak. Permukaan otak besar menunjukan gambaran lekuk otak
yang biasa, tidak terdapat perdarahan. Penampang otak besar tidak menunjukan
kelainan. Otak kecil dan batang otak tidak menunjukan perdarahan baik pada
permukaan maupun penampangnya.
21. Selanjutnya dapat ditentukan saluran luka pada dada sebelah kiri yang berjalan dari
kiri depan ke belakang agak ke kanan, menembus kulit, jaringan bawah kulit, otot
dada kiri, iga kelima kiri, rongga dada kiri, kandung jantung dan bilik jantung sebelah
kiri, panjang dan saluran luka dua belas sentimeter.
Kesimpulan
Pada mayat laki-laki berumur 30 tahun ini ditemukan luka terbuka pada dada
kiri akibat tembakan peluru kaliber 0,38 dengan alur kiri dengan anak peluru berdiameter 9
mm. Penembakan peluru di dapatkan anak peluru yang digunakan berlaras pendek jenis
revolver. Penyebab kematian orang ini adalah tembakan peluru pada dada kiri yang
menembus dinding dada dan mengenai jantung. Mekanisme kematian orang ini adalah luka
tembak yang menembus jantung dan anak peluru bersarang di jantung menyebabkan henti
jantung sehingga impuls elektrik yang menggerakan otot jantung untuk memompa darah ke
seluruh tubuh berhenti tiba-tiba, bukan oleh karena gangguan aliran darah di otot jantung,
tapi oleh karena traumatik langsung dari otot jantung itu sendiri. Cara mati orang ini tidak
wajar.
Demikianlah Visum et Repertum ini dibuat dengan sebenar-benarnya berdasarkan keilmuan saya yang
sebaik-baiknya mengingat sumpah sesuai dengan Kitab Undang-Undang Hukum Acara
Pidana.
Dokter pemeriksa,
dr. Nisia
32
DAFTAR PUSTAKA
33