You are on page 1of 65

ARGUMENTASI

HUKUM
Disampaikan oleh :
Abdul Haris Semendawai, SH, LL.M
Dalam PKPA yang diselenggarakan
oleh :
PBHI PERADI
Tanggal : 4 11 Agustus 2008

DEFINISI
ARGUMENTASI
HUKUM
Merupakan keterampilan
ilmiah (arc)
dalam rangka pemecahan
masalahmasalah
hukum (legal problem
solving).
Example : tdk mungkin Surat
gugatan atau
putusan tanpa didasari legal
opinion
LEGAL OPINION
In law, (particularly in North
America) an
opinion is usually a written
explanation by a
judge that accompanies their
ruling in a
case, laying out the rationale
and legal
principles that led them to rule
as they did.
Opinions are usually
published at the
direction of the court, and to
the extent they
contain pronouncements about
what the law
is and how it should be
interpreted, they
reinforce, change, establish, or
overturn
legal precedent. If a court
decides that an
LANJUTAN
Another kind of legal opinion is
written by
attorneys. It is a formal written
statement an
attorney prepares for a client,
stating the lawyer's
reasoned belief about what the
law is, how a
court would interpret it, or how it
applies to
specific circumstances posed by
the client.
In the United Kingdom and other
common law
countries, a legal opinion normally
refers to
written legal advice on a point of
law issued by
either a barrister (often referred to
as "counsel's
opinion") or occasionally a senior
government
law officer, such as the Attorney
General. The
LANJUTAN
Several areas of commercial
practice call
for formal legal opinions of
counsel. The
Legal Aid scheme in the
United Kingdom
requires a legal opinion
showing
reasonable prospects for
success before
the Legal Aid board will fund
any claim.
Insurance policies for
professional
negligence will frequently
require an
opinion of counsel before the
insurer is
required to pay out on any
putative claim
(sometimes called a QC
clause, when it
KWALITAS PRAKTISI
HUKUM
Pada komunitas praktisi
hukum,
penguasaan dan
implementasi yang baik
terhadap argumentasi hukum
dalam setiap
aktivitas profesinya dapat
digunakan
sebagai parameter: mana
praktisi hukum
yang berdebat yuridis dan
mana praktisi
hukum yang berdebat kusir.
HUKUM SBG ILMU
PENGETAHUAN
Untuk mendapatkan pengertian
AH secara
kontekstual, terlebih dahulu harus
memahami
hukum sebagai ilmu pengetahuan.
Dalam tradisi ilmu pengetahuan
untuk
memudahkan pemahaman
mengenai ilmu, maka
dibuatlah cabang pengelompokan
cabang pohon
ilmu, dan apakah Ilmu hukum
masuk dalam
kelompok Kelompok cabang
pohon ilmu. Dan
apakah ilmu hukum masuk dalam
kelimpok IPA,
IPS atau humaniora ? Belum ada
jawaban yang
dapat memuaskan karena
ternyata ilmu hukum
itu memiliki karakteristik sendiri.
dapat dilihat dari ciri khas
ilmu hukum yang
bersifat normatif.
dikembangkan ilmu hukum
menggunakan
DARI SEGI
OBJEKNYA
Ilmu hukum dapat dibedakan atas : Ilmu Hukum
Normatif & Ilmu
Hukum Empiris.
Sejarah ilmu hukum bermula dari Filsafat Hukum
dengan sifat
yang sangat spekulatif kemudian diikuti oleh
Dogmatik hukum
(ius constitutum) yang sangat teknis, dan karena
perbedaan sifat
yang begitu tajam sehingga muncul Teori Hukum
yang berasal
dari Algemeine Rechtsleer dengan cirinya yang
mendalami
tentang nilai-nilai umum dari berbagai sistem
hukum.
Untuk menghilangkan kesenjangan Law in book
dgn Law in
action, maka dogma hukum, teori hukum dan
filsafat hukum
harus difokuskan untuk kebutuhan praktek hukum
baik dalam
rangka membentuk hukum maupun menerapkan
hukum.
Sebagai contoh:
Untuk memberikan kepastian hukum subjek
hukum perjanjian
(filosofi Hukum Perikatan) maka (dibuatlah) Pasal
1320
KUHPerdata sebagai syarat sah perjanjian (konsep
teknis) yang
harus dipraktekan melalui pemahaman

EXPERTISE
KNOWLEDGE
Penyelesaian masalah
hukum diperlukan
expertise knowledge yang
harus dimiliki
oleh para ahli hukum
(Advokat) dalam
melaksanakan tugas profesi.
Argumentasi Hukum yang
pada dasarnya
adalah to give a reason dalam
pelaksanan
tugas profesi advokat, dalam
bidang:
- preventif (Non Litigation
Area misal:
Legal Consultation, Legal
Negotiation
termasuk membuat Legal
opinion), dan
- repressif (Litigation Area
penanganan
perkara : Gugatan,
permohonan, pledoi,
LOGIKA &
ARGUMENTASI
HUKUM
Untuk memahami logika,
org hrs
mempunyai pengertian yg
jelas
mengenai penalaran.
Penalaran adalah suatu
bentuk
pemikiran.
Bentuk pemikiran yg
paling
sederhana :
pengertian (concept),
pernyataan
(proposisi/statement)
PENALARAN
Etimologis
Dari kata Nalar yang
berarti :
1. Pertimbangan ttg Baik, Buruk
dsb : akal budi;
misal : setiap keputusan harus
didasarkan ~
yang sehat
2. Aktivitas yang memungkinkan
seseorang
berpikir yg logis; jangkauan pikir
dan
kekuatan pikir
Cara (hal) menggunakan
nalar, pemikiran
atau cara berpikir logis
PENALARAN
SEBAGAI
METODE
Metode/Cara Mendapatkan
Kebenaran :
Penalaran :
Usaha memperoleh
kebenaran/proses
berpikir untuk menemukan
kebenaran dgn
menggunakan nalar (akal pikiran
yg logis).
Non Penalaran ;
Usaha memperoleh kebenaran
dgn tdk
mempergunakan nalar atau akal
pikiran yang
logis
PENALARAN
HUKUM
Cara (hal) : Berpikir,
menggunakan,
mengembangkan atau
mengendalikan
sesuatu masalah (dibidang)
hukum dgn
nalar
Apa arti hukum itu ?
Dalam teori hukum dikenal banyak
konsep
tentang arti hukum (keberagaman
konsep
hukum)
Hukum adalah asas-asas kebenaran
dan
keadilan yg bersifat kondrati & berlaku
universal
Filsafat Hukum
Hukum adalah Norma-norma positif
dalam
sistem perundang-undangan hukum
nasional
METODE DALAM
MENALAR
(DEDUKTIF DAN
INDUKTIF)
Deduktif
Jika dalam penalaran konklusi
lebih sempit
dari premisnya maka penalaran
tersebut
disebut dengan deduktif.
Metode yang digunakan dalam
berpikir
dengan bertolak dari hal-hal yang
umum ke
khusus
Premis Mayor Premis Minor =
Kesimpulan
Induktif
Bertolak dari hal-hal khusus ke
umum
Hukum yang disimpulkan di
fenomena yang
diselidiki berlaku bagi fenomena
sejenis yg
belum diteliti
LOGIKA
Sebagai metode untuk
menilai ketepatan
penalaran yang digunakan
untuk
menyampaikan sebuah
argumentasi.
Teori argumentasi adalah
cara untuk
mengkaji bagaimana
menganalisis dan
merumuskan suatu
argumentasi scr jelas
dan rasional dengan cara
mengembangkan kriteria
universal dan
kriteria yuridis untuk
digunakan sebagai
landasan rasionalitas
argumentasi hukum.
ANALISIS
ARGUMENTASI
HUKUM
menggunakan logika formal.
Untuk menganalisis
rasionalitas proposisi
menggunakan logika
sillogistik, logika
proposisi, dan logika predikat.
Logika merupakan alur
pemikiran yg
mempertautkan sebuah
pernyataan
tentang suatu konsep dengan
memberikan
penalaran melalui
argumentasi yg
berperan dlm proses
rasionalitas
argumentasi.
Sebuah argumentasi hukum
yang tidak
DALAM
ARGUMENTASI
HUKUM TIDAK
DOMINAN
Mac Cormick, Perelmen dan
Toulmin:
menyatakan bahwa peran logika
formal dalam
argumentasi hukum tidak dominan
dan sangat
terbatas bahkan tidak penting
dalam
pengambilan kesimpulan dan
keputusan.
Pernyataan ini ditanggapi oleh
para ahli sebagai
sebuah kesalah pahaman
terhadap peran logika
yg menurut persepsi mereka al
adalah:
a.Dalam setiap AH selalu
memakai pendekatan
dgn mengandalkan bentuk
silogisme
b.proses pengambilan putusan
oleh hakim dengan
pertimbangan yg tidak selalu logis,
c.Dalam Argumentasi Hukum
logika tidak terkait
FALLACY /
KESESATAN
(PENALARAN YANG
KELIRU)
Penalaran yang tidak valid
adalah
penalaran yang keliru dan
dapat terjadi
karena pengingkaran
terhadap kaidahkaidah
logika yaitu tidak ada
hubungan
yang logis antara premis
dengan konklusi
sebagai kekeliruan relevansi.
Seorang dengan daya nalar
yg tidak
masuk akal, tetapi orang tsb
tidak juga
memahami kekeliruannya
dalam
memberikan penalarannya,
org tsb adalah
Paralogis, dan apabila
kekeliruan tsb
secara sengaja dipahami dan
digunakan
KEKELIRUAN
PENALARAN
HUKUM
Ada beberapa jenis kekeliruan
dalam penalaran
sebagai sebuah kekeliruan
penalaran hukum,
artinyya penalaran keliru tsb jika
diterapkan dlm
bidang hukum bukan merupakan
sebuah
kesalahan, yaitu:
Argumentum ad ignorantiam
(AAI):
Kesesatan terjadi bila org
berargumen: proposisi
sebagai benar karena tidak
terbukti salah atau
suatu proposisi salah karena tidak
terbukti salah.
Dalam bidang hukum, Argumen
ini dapat
dilakukan, jika dimungkinkan oleh
hukum acara.
- Asas pembuktian hkm Perdata
(psl 1865
KUHPer: penggugat hrs
membuktikan
kebenaran dalilnya, shg jika tdk
dpt
membuktikan gugatan dpt ditolak.
LANJUTAN
Argumentum ad
Verecundiam (AAV):
Menolak atau menerima
argumentasi tidak
didasarkan pd nilai
penalarannya,
melainkan lebih didasarkan
pada
kebesaran nama dan
kewibawaan,
kekuasaan, keahlian siapa
yang
mengajukan argumentasi
tersebut
(bertentangan dgn pepatah:
nilai wibawa
hanya setinggi & senilai
argumentasinya).
Dalam bidang hukum,
Argumen ini tidak
sesat, jika suatu Yurisprodensi
menjadi
LANJUTAN
Argumentum ad Hominem (AAH):
Menolak / menerima argumen tidak
didasarkan pd buruknya
penalaran, tapi lebih disebabkan keadaan
pribadi yg
menyampaikan argumentasi.
Dalam bidang hukum Argumen ini bukan
kesesatan, jika
digunakan menolak saksi palsu / tidak
mengetahui kejadiannya.
Argumentum ad Misericordiam (AAM)
Argumentasi yg bertujuan menimbulkan
empati dan belas
kasihan.
Dalam bidang hukum Argumentasi ini tidak
sesat jika digunakan
u/ meminta keringanan hukuman (Klementia
dlm Pledooi), tetapi
jika digunakan u/ pembuktian tdk bersalah,
hal ini merupakan
kesesatan
Argumentum ad baculum (AAB)
Menerima/menolak argumentasi hanya krn
ancaman dan
menimbulkan perasaan takut.

KEKHUSUSAN
LOGIKA
HUKUM
Argumentasi Hukum (AH) merupakan
argumentasi yang khusus, karena
didasarkan pada hkm positif & kerangka
prosedural.
- Hukum Positif: AH selalu dimulai dari hukum
positif, yg tdk statis, tetapi
merupakan suatu perkembangan berlanjut. Dari
sini yurisprodensi akan
menentukan norma-norma baru.
- Kerangka prosedural: argumentasi rasional dan
diskusi rasional.
Tiga Struktur dalam Argumenasi Hukum yg
rasional:
1. Struktur Logika:
Alur premis menuju pada konklusi dari suatu
argumentasi harus logis.
Penalaran yg digunakan bisa berupa penalaran
deduksi pendekatan UU
pendekatan precedence (Hkm berisi norma
proposisi yg terdiri dari
konsep pelanggaran Psl 1365 oleh penguasa
apakah sama dgn
menyalahi prosedur ?)
2. Struktur Dialektika:
Agar argumentasi tidak monoton, maka hrs
diberikan sentuhan
dialektika,
dan didalam dialektika itu suatu argumentasi diuji,
terutama pada
argumentasi prokontra ( Wanprestasi atau
Onrechtmatigdaad?
3. Struktur Prosedural:
Dalam pemeriksaan pengadilan diatur oleh hukum
formal yg sekaligus
merupakan rule of law dalam proses argumentasi
dalam penanganan

DASAR DASAR
ARGUMENTASI
Teori argumentasi
berkembang sejak
Aristotales yg dimulai dgn
studi sistematis
tentang logika yg intinya
logical sequence
yg konsisten dalam premis
sampai
kesimpulan. Aristotles
mengembangkan
logika kearah Dialektika sbg
ajaran
berdebat dan berlanjut pd
kemampuan
Retorika (kemampuan
meyakinkan)
Dalam logika tradisional
lazimnya
menggunakan metode
Deduksi.
Argumentasi Deduksi, yaitu
Penerapan
CONTOH
Norma : Pencuri harus
dihukum (Psl 362
KUHP) (Premis Mayor)
Fakta : Johan adalah Pencuri.
(Premis
Minor)
Kesimpulan: maka Johan
harus dihukum
(Konklusi).
Jenis Argumentasi ini populer
dlm Civil law
system (Argumentation based
on
rules).
Dalam Common Law System,
argumentasi
beranjak dari cases tertentu
(Principal
LANGKAH-
LANGKAH
LOGIKA/PENALARA
N
INDUKSI DALAM
HUKUM:
A. MERUMUSKAN FAKTA:
merangkum semua
fakta (peristiwa, perbuatan atau
keadaan) fakta
yuridis in concreto.
B. MENCARI HUBUNGAN
CAUSALITAS (sebab
akibat):
Causalitas selau tergantung pd
jenis hukumnya
: Pidana, Perdata, Adminstrasi
Negara, Tata
Usaha Negara dll.
- Causalitas dlm Hukum Pidana:
hubungan Causal Delik Formil
tidak jelas, tetapi
hub causalitas sangat erat
hubungannya dan
manfaatnya dengan DELIK
MATERIIL (Psl 338,
Psl 351 ) contoh: perbuatan
(sebab) kematian
(akibat).
Apakah suatu perbuatan tertentu
menimbulkan
LANJUTAN
Causalitas dlm Hkm
Perdata:
Contoh: PMH (sebab)
kerugian (akibat)
Dalam hkm Perdata dikenal
teori hub
kausal: Conditio cinequa non,
causa
proxima, teori adequat (dapat
diduga
menimbulkan akibat).
Causalitas dalam Hkm
Administrasi
Negara (sengketa TUN)
contoh: Keputusan TUN
(sebab) kerugian
(akibat)
Teori yang digunakan dalam
hukum
LANJUTAN
C.PROBABILITAS :
merupakan konsep
sentral dalam
penalaran induktif;
Probabilitas dlm hukum
tergantung standar
pembuktian
(alat bukti& beban
pembuktian)
Perdata: dalil & bukti,
Pidana:
Keyakinan Hakim &
bukti.
PENDEKATAN
FORMAL
LOGIS
Tradisi yang sdh lama
dalam tradisi
hukum adalah pendekatan
formal
logis.
Untuk analisa
rasionalitas proposisi
dikembangkan 3 model
logika
Logika Silogistis
Logika proposisi
Logika predikat
Untuk analisa penalaran
dikembangkan logika
diontis
MASALAH HUKUM
DAN
LEGAL OPINION
Struktur Argumentasi Hukum
3 lapisan argumentasi hukum yg
rasional
adalah :
1.Lapisan logika : Struktur intern
argumentasi
2.Lapisan dialektik perbandingan
pro-kontra
(prokon) argumentasi
3.Lapisan prosedur
LAPISAN LOGIKA
Masuk wilayah logika
tradisional.
Isu utama : alur premis
konklusi : Logis.
Langkah penalaran :
deduksi, analogi,
abduksi dan induksi menjadi
fokus.
Dengan langkah deduksi
pendekatan UU
dgn preseden berbeda
Pendekatan UU FH
ketentuan hukum
yg relevan pasal yg berisi
norma.
Norma dalam logika
merupakan suatu
proposisi (normatif).
diawali dgn
LANJUTAN
Contoh : Konsep
penyalahgunaan
wewenang.
Org yg tdk memahami
hukum administrasi
mengartikan penyalahgunaan
wewenang =
menyalahi prosedur
Ex falso quolibet (dari yg
sesat
kesimpulannya keliru)
Ex vero nonnisi verum
dari yg benar
kesimpulannya benar
LAPISAN DIALEKTIK
Argumentasi tdk monoton,
diuji dgn
argumentasi pro-kontra.
Proses dialektik dalam adu
argumentasi
menguji kekuatan nalar suatu
argumentasi,
kekuatan nalar terletak dlm
kekuatan logika.
Dialektik berkaitan dgn logika
Contoh : dalam kasus TUN,
pengumuman
suatu surat penolakan program
penjaminan
oleh BI digugat (yg digugat
pengumumannya, bukan
surat).
Pertanyaan : Apakah futuristik
merupakan
LAPISAN
PROSEDUR
Hukum Acara merupakan
aturan main
dalam proses argumentasi
dalam
penanganan perkara di
pengadilan.
Dengan demikian prosedur
dialektik di
pengadilan diatur oleh hukum
acara
Contoh beban pembuktian.
Siapa yg harus
membuktikan? Tergantung
Hukum Acara
PERSIAPAN
PEMBUATAN
ANALISIS HUKUM
Pelajari Kasus atau
Transaksi dengan
sebaik-baiknya
Cari dan Pelajari Dasar
Hukumnya
Cari dan Pelajari Landasan
Teoritiknya
(PEMECAHAN
MASALAH
HUKUM)
1. Pengumpulan Fakta
2. Klasifikasi Hakekat
Permasalahan
Hukum
3. Identifikasi dan Pemilihan
Isu Hukum yg
Relevan
4. Pedoman Hukum yang
Berkaitan dengan
Isu Hukum
5. Penerapan Hukum
1. PENGUMPULAN
FAKTA
(DUDUK PERKARA)
Analisis Hukum terletak
pada Penerapan
hukum pada fakta
Duduk Perkara akan
memperkenalkan
masalah hukum dgn
mengatakan apa yg
telah terjadi
Fakta dimaksudkan untuk
menyatakan
apa yg telah terjadi
2. KLASIFIKASI
HAKEKAT
PERMASALAHAN
HUKUM
Pembagian Hukum Positif
Hukum Publik dan Hukum
Privat
Hukum Publik
Hukum Tata Negara
Hukum Administrasi
Hukum Internasional Publik
Hukum Privat
Hukum Dagang
Hukum Perdata
Hakekat permasalahan hukum
dalam sistem
peradilan kita berkaitan dengan
lingkungan
PEMILIHAN ISU
HUKUM
YANG RELEVAN
Isu Hukum pertanyaan
tentang fakta
dan hukum
Fakta menyimpulkan fakta
hukum yg
sebenarnya yg didukung oleh alat-
alat bukti.
Hukum civil law system
statute approach
konseptual approach
Contoh : Malpraktek
Wanprestasi atau
PMH
Isu Hukum Konsep
Wanprestasi
LANJUTAN
Analisis pada dasarnya
mengandung
makna pemilahan unsur-unsur
yang lebih
kecil.
Adakah hubungan kontraktual dlm
hubungan
dengan pasien?
Adakah cacat prestasi
Untuk isu PMH pertanyaannya :
Apakah tindakan dokter
merupakan suatu
perbuatan hukum ?
Apakah tindakan dokter
merupakan suatu
perbuatan melanggar hukum ?
Apa kriteria melanggar hukum ?
Apa kerugian yg diderita pasien?
BERKAITAN
DENGAN ISU
HUKUM
Civil Law hukum
utamanya
legislasi
Reasoning base on rules

penelusuran peraturan per-


undangundangan
UU No. 10/2004 (Pasal
1
angka 2) : produk hukum
tertulis yang
dibuat oleh lembaga
negara atau
pejabat yang berwenang,
yang isinya
mengikat umum
langkah pertama :
Statute approach
Langkah kedua :
mengidentifikasi
norma. Rumusan norma
merupakan
MEWAJIBKAN YG
MENIMBULKAN
KERUGIAN ITU UNTUK
MEMBAYAR GANTI
KERUGIAN
Dalam norma tsb konsep-
konsep utama yg
harus dijelaskan adalah :
Konsep Perbuatan
Contoh gempa bumi, perbuatan siapa
dan siapa yg
bertanggung-jawab
Konsep Melanggar Hukum
Yurisprudensi perdata
Melanggar hak orang lain
Bertentangan dengan kewajiban hukum
Melanggar kesusilaan
Konsep Kerugian
Unsur-unsur kerugian meliputi :
Schade : kerusakan yang diderita
RECHTSVINDING
2 tekhnik
1. Interpretasi
2. Kontruksi hukum yg meliputi :
analogi,
penghalusan atau penyempitan
hukum dan
argumentasi a contrario
PENERAPAN
HUKUM
Setelah menemukan norma
kongkrit
penerapan norma pada fakta
hukum.
LEGAL OPINION
Prinsip
Bentuk Susunan
PRINSIP-PRINSIP
LO
A. Umum
1. Peranan Tanggal
2. Hukum Nasional Penyusunnya
3. Asumsi dan Kwalifikasi
4. Dokumen yg diteliti
5. Investigasi dan tanda-tangan
B. Khusus
1. Tugas dan Tj Penegak hukum
2. Evaluasi identitas dan Integritas
korban
3. Ruang-lingkup LO
4. Penggunaan Kata-kata yg
bersifat teknis
MENULIS LEGAL
OPINION
Bentuk Susunan
Summary
Fakta Hukum
Isu Hukum (legal issue)
Analisis isu hukum
Kesimpulan (conclusion/opinion)
SUMMARY
Ditempatkan di awal, max : 1
hal
Memuat
a. Rumusan singkat fakta hukum
(Exp.
PEMDA melakukan kerja-sama
dgn )
b. Daftar isu hukum
Exp. PEMDA Propinsi Riau berniat
menggungat
PT X sehubungan dengan kontrak oleh
PT X.
Isu Hukum antara-lain :
1. Apa kerugian PEMDA akibat pembatalan
kontrak ?
2. Apakah ada unsur wanprestasi ?
c. Summary legal opinion
RUMUSAN FAKTA
Fakta harus dirumuskan
secara lengkap
tetapi tdk terlalu panjang.
ISU HUKUM
Isu hukum dirumuskan scr
lengkap dan
diberi nomor.
Pendekatan konseptual
merupakan yg
paling sering digunakan.
Setiap isu hukum diikuti
pertanyaan
hukum.
Contoh :
Isu Pertama : Wan-Prestasi
1. Pertanyaan hukum : adakah
hubungan
kontraktual antara para pihak?
2. Apa cacat prestasi?
ANALISIS ISU
HUKUM
Mulai dari isu satu
Pada setiap isu telusuri
ketentuan hukum,
yurisprudensi, pendapat akademis
Tuliskan ketentuan hukum dan
yurisprudensi
yang ditemukan
Identifikasi problematik hukum
Berikan pendapat dan bagaimana
ketentuan hukum
tersebut diterapkan dlm kasus tersebut.
KESIMPULAN
Rumuskan pendapat hukum
yg berkenaan
dgn fakta hukum tersebut.
Catatan : semua kasus
(yurisprudensi),
ketentuan hukum yg
digunakan dalam
kasus tersebut harus disusun
dalam daftar
secara tepat dan lengkap
HASIL ANALISIS
HUKUM
Dituangkan dalam bentuk
legal memo atau
legal opinion
Bentuk LM atau LO beragam
Kuncinya terletak pada isu
hukum yg
dirumuskan dan pertanyaan
hukum yg
relevan.
DAFTAR
REFERENSI
Penalaran Hukum : Antara
Nalar Deduktif
dan Nalar Induktif : R.
Herlambang
Perdana Wiratraman
Argumentasi Hukum (Legal
Reasoning-
Penalaran Hukum) : M. Arief
Setiawan
Legal Memoranda dan Legal
Opinion :
Ridwan Khairandy
Argumentasi Hukum :
Philipus M Hadjon,
Tatiek Sri Djatmiati
Penelitian Hukum : Prof. Dr.
Mahmud

Dasar-Dasar Logika
Logika berasal dari kata Yunani kuno (logos) yang berarti hasil pertimbangan akal
pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika adalah salah
satu cabang filsafat.

Sebagai ilmu, logika disebut dengan logike episteme (Latin: logica scientia) atau ilmu
logika (ilmu pengetahuan) yang mempelajari kecakapan untuk berpikir secara lurus,
tepat, dan teratur.

Ilmu disini mengacu pada kemampuan rasional untuk mengetahui dan kecakapan
mengacu pada kesanggupan akal budi untuk mewujudkan pengetahuan ke dalam
tindakan. Kata logis yang dipergunakan tersebut bisa juga diartikan dengan masuk akal.

Logika sebagai ilmu pengetahuan


Logika merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir
(khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah
berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya.

Logika sebagai cabang filsafat


Logika adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat
dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk
memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno
tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan kesesatan
penalarannya.

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk


inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai
cabang filosofi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika. logika tidak bisa
dihindarkan dalam proses hidup mencari kebenaran

Dasar-dasar Logika

Konsep bentuk logis adalah inti dari logika. Konsep itu menyatakan bahwa kesahihan
(validitas) sebuah argumen ditentukan oleh bentuk logisnya, bukan oleh isinya. Dalam
hal ini logika menjadi alat untuk menganalisis argumen, yakni hubungan antara
kesimpulan dan bukti atau bukti-bukti yang diberikan (premis). Logika silogistik
tradisional Aristoteles dan logika simbolik modern adalah contoh-contoh dari logika
formal.

Dasar penalaran dalam logika ada dua, yakni deduktif dan induktif. Penalaran deduktif
kadang disebut logika deduktifadalah penalaran yang membangun atau mengevaluasi
argumen deduktif. Argumen dinyatakan deduktif jika kebenaran dari kesimpulan ditarik
atau merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya. Argumen deduktif dinyatakan
valid atau tidak valid, bukan benar atau salah. Sebuah argumen deduktif dinyatakan valid
jika dan hanya jika kesimpulannya merupakan konsekuensi logis dari premis-premisnya.

Contoh argumen deduktif:

1. Setiap mamalia punya sebuah jantung


2. Semua kuda adalah mamalia
3. Setiap kuda punya sebuah jantung

Penalaran induktifkadang disebut logika induktifadalah penalaran yang berangkat


dari serangkaian fakta-fakta khusus untuk mencapai kesimpulan umum.

Contoh argumen induktif:


1. Kuda Sumba punya sebuah jantung
2. Kuda Australia punya sebuah jantung
3. Kuda Amerika punya sebuah jantung
4. Kuda Inggris punya sebuah jantung
5.
6. Setiap kuda punya sebuah jantung

Tabel di bawah ini menunjukkan beberapa ciri utama yang membedakan penalaran
induktif dan deduktif.

Deduktif Induktif
Jika premis benar,
Jika semua premis benar
kesimpulan mungkin
maka kesimpulan pasti
benar, tapi tak pasti
benar
benar.
Semua informasi atau fakta Kesimpulan memuat
pada kesimpulan sudah ada, informasi yang tak ada,
sekurangnya secara bahkan secara implisit,
implisit, dalam premis. dalam premis.

Sejarah Logika
Masa Yunani Kuno

Logika dimulai sejak Thales (624 SM 548 SM), filsuf Yunani pertama yang
meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling
kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta.

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama
alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif.

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica
scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah
arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu.

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles
disimpulkan dari:

Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati)


Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia
Air jugalah uap
Air jugalah es

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta.
Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai
dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347 SM) juga telah merintis dan
memberikan saran-saran dalam bidang ini.

Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus
meneliti berbagai argumentasi yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika
yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih
diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme.

Buku Aristoteles to Oraganon (alat) berjumlah enam, yaitu:

1. Categoriae menguraikan pengertian-pengertian


2. De interpretatione tentang keputusan-keputusan
3. Analytica Posteriora tentang pembuktian.
4. Analytica Priora tentang Silogisme.
5. Topica tentang argumentasi dan metode berdebat.
6. De sohisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir.

Pada 370 SM 288 SM Theophrastus, murid Aristoteles yang menjadi pemimpin


Lyceum, melanjutkan pengembangn logika.

Istilah logika untuk pertama kalinya dikenalkan oleh Zeno dari Citium 334 SM 226 SM
pelopor Kaum Stoa. Sistematisasi logika terjadi pada masa Galenus (130 M 201 M) dan
Sextus Empiricus 200 M, dua orang dokter medis yang mengembangkan logika dengan
menerapkan metode geometri.

Porohyus (232 305) membuat suatu pengantar (eisagoge) pada Categoriae, salah satu
buku Aristoteles.

Boethius (480-524) menerjemahkan Eisagoge Porphyrius ke dalam bahasa Latin dan


menambahkan komentar- komentarnya.

Johanes Damascenus (674 749) menerbitkan Fons Scienteae.

Abad pertengahan dan logika modern

Pada abad 9 hingga abad 15, buku-buku Aristoteles seperti De Interpretatione, Eisagoge
oleh Porphyus dan karya Boethius masih digunakan.

Thomas Aquinas 1224-1274 dan kawan-kawannya berusaha mengadakan sistematisasi


logika.

Lahirlah logika modern dengan tokoh-tokoh seperti:

Petrus Hispanus (1210 1278)


Roger Bacon (1214-1292)
Raymundus Lullus (1232 -1315) yang menemukan metode logika baru yang
dinamakan Ars Magna, yang merupakan semacam aljabar pengertian.
William Ocham (1295 1349)

Pengembangan dan penggunaan logika Aristoteles secara murni diteruskan oleh Thomas
Hobbes (1588 1679) dengan karyanya Leviatan dan John Locke (1632-1704) dalam
An Essay Concerning Human Understanding

Francis Bacon (1561 1626) mengembangkan logika induktif yang diperkenalkan dalam
bukunya Novum Organum Scientiarum.

J.S. Mills (1806 1873) melanjutkan logika yang menekankan pada pemikiran induksi
dalam bukunya System of Logic

Lalu logika diperkaya dengan hadirnya pelopor-pelopor logika simbolik seperti:

Gottfried Wilhelm Leibniz (1646-1716) menyusun logika aljabar berdasarkan Ars


Magna dari Raymundus Lullus. Logika ini bertujuan menyederhanakan pekerjaan
akal budi dan lebih mempertajam kepastian.
George Boole (1815-1864)
John Venn (1834-1923)
Gottlob Frege (1848 1925)

Lalu Chares Sanders Peirce (1839-1914), seorang filsuf Amerika Serikat yang pernah
mengajar di John Hopkins University,melengkapi logika simbolik dengan karya-karya
tulisnya. Ia memperkenalkan dalil Peirce (Peirces Law) yang menafsirkan logika selaku
teori umum mengenai tanda (general theory of signs)

Puncak kejayaan logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya
Principia Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead
(1861 1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 1970).

Logika simbolik lalu diteruskan oleh Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Rudolf Carnap
(1891-1970), Kurt Godel (1906-1978), dan lain-lain.

Logika sebagai matematika murni


Logika masuk kedalam kategori matematika murni karena matematika adalah logika
yang tersistematisasi. Matematika adalah pendekatan logika kepada metode ilmu ukur
yang menggunakan tanda-tanda atau simbol-simbol matematik (logika simbolik). Logika
tersistematisasi dikenalkan oleh dua orang dokter medis, Galenus (130-201 M) dan
Sextus Empiricus (sekitar 200 M) yang mengembangkan logika dengan menerapkan
metode geometri.
Puncak logika simbolik terjadi pada tahun 1910-1913 dengan terbitnya Principia
Mathematica tiga jilid yang merupakan karya bersama Alfred North Whitehead (1861
1914) dan Bertrand Arthur William Russel (1872 1970).

Kegunaan logika
1. Membantu setiap orang yang mempelajari logika untuk berpikir secara rasional,
kritis, lurus, tetap, tertib, metodis dan koheren.
2. Meningkatkan kemampuan berpikir secara abstrak, cermat, dan objektif.
3. Menambah kecerdasan dan meningkatkan kemampuan berpikir secara tajam dan
mandiri.
4. Memaksa dan mendorong orang untuk berpikir sendiri dengan menggunakan
asas-asas sistematis
5. Meningkatkan cinta akan kebenaran dan menghindari kesalahan-kesalahan
berpkir, kekeliruan serta kesesatan.
6. Mampu melakukan analisis terhadap suatu kejadian.
7. Terhindar dari klenik , gugon-tuhon ( bahasa Jawa )
8. Apabila sudah mampu berpikir rasional,kritis ,lurus,metodis dan analitis
sebagaimana tersebut pada butir pertama maka akan meningkatkan citra diri
seseorang.

Macam-macam logika
Logika alamiah

Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus
sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang
subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir.

Logika ilmiah

Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal budi.

Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati
dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja
dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan
untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi.

1. Pengertian dan Ruang Lingkup Studi


Pengertian sebagai istilah berarti suatu metode / teknik yang diciptakanuntuk meneliti
ketepatan penilaian.
Logika juga merupakan suatu aktivitas pikiran yang pada awalnya dapat dimulai melalui
pengalaman indera atau observasi empiris sehingga terjadi pembentukan pengertian.
Namun tepat tidaknya pengertian itu tergantung dari tepat tidaknya cara melakukan
observasi empiric sehingga terjadi pembentukan pengertian. Namun tepat tidaknya
pengertian itu tergantung dari tepat tidaknya cara melakukan observasi dan ini masalah
fisik, masalah indera buakn masalah pikiran.
Misalnya : Hercules itu kuat.
2. Term, proposisi dan penalaran.
Term ialah kata sebagai fungsi dari pengertian ( bagian dari suatu kalimat yang berfungsi
sebagai subyek dan predikat ). Bersamaan dengan terjadinya observasi empiric didalam
pikiran tidak hanya terbentuk pengertian, akan tetapi juga terjadi perangkaian dari term-
term itu. Tidak pernah ada term yang berdiri sendiri didalam pikiran. Rangkaian itulah
yang disebut proposisi dan pengertian hanya dalam proposisi. Dalam proses
pembentukan proposisi itu terjadi dua hal :
- Proses pembentukan proposisi terjadi begitu rupa, sehingga ada pengertian yang
menerangkan tentang pengertian lain.
Misalnya : Anak kecil itu menangis.
Menangis menerangkan anak kecil, pengertian yang menerangkan disebut predikat,
sedang yang diterangkan disebut subyek, sedang kata itu diberi tanda = (S=P). Apabila
terjadi pengingkaran maka proposisi ingkar menjadi S ? P.
? Proses pembentukan propisi itu sekaligus terjadi pengakuan bahwa anak kecil itu
memang menangis.

Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika, itu tidak berarti bahwa sebelum dia tidak
ada logika. Segala orang ilmiah dan ahli filosofi sebelum Aristoteles

Berita Kota 29 Maret 2011 | BPFH Unud Gelar Lokakarya Argumentasi HukumDenpasar
(Bali Post) -

Fakultas Hukum Universitas Udayana (FH Unud) Denpasar menggelar Lokakarya


Argumentasi Hukum dengan tema ''Workshop on Legal Reasoning, Legal Research,
Legal Writing and Publication''. Kegiatan ini menghadirkan Hayyan ul Haq dari Center
for Intellectual Property Molengraaff Institute for Private Law Utrecht University, diikuti
30 peserta dari seluruh Indonesia.

Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana Prof. Dr. IGN Wairocana, S.H., M.H. di
sela lokakarya di Hotel Inna Bali, Denpasar mengatakan, tema yang diangkat dalam
lokakarya merupakan materi yang sangat penting di dalam dunia hukum, baik dunia
pendidikan maupun dunia praktik. ''Kami berharap kegiatan tersebut menghasilkan output
dalam penambahan kompetensi dalam penalaran hukum, penelitian hukum dan
kompetensi di dalam penulisan bagi ahli hukum terutama di lingkungan Unud,'' ujar
Wairocana, Senin (28/3) kemarin.

Dikatakannya, argumentasi hukum atau legal reasoning berkaitan erat dengan bagaimana
mengkaji, menganalisis dan merumuskan suatu argumentasi hukum secara tepat.
Kesalahan di dalam mengonstruksi legal reasoning akan menimbulkan persoalan-
persoalan hukum yang berkelanjutan.

''Carut-marutnya penegakan hukum di Indonesia saat ini merupakan salah satu dari
kesalahan penegak hukum dalam konstruksi argumentasi hukum. Seperti adanya
kekurangan tuntutan jaksa dan ketidakadilan yang dirasakan masyarakat terhadap
putusan-putusan hakim,'' ungkapnya.

Menurutnya, argumentasi hukum yang jelas dan rasional akan menimbulkan keputusan
yang benar, adil dan diterima akal sehat, sehingga bisa memberikan kepuasan kepada
masyarakat. Pembentukan argumentasi hukum sangat dipengaruhi oleh sudut pandang
dari subjek-subjek yang melakukan kegiatan penalaran.

Hayyan ul Haq dalam makalahnya menyatakan, argumentasi hukum memiliki posisi


sentral yang sangat penting bagi hakim dalam menafsirkan hukum. Bahkan, argumentasi
hukum merupakan roh dari setiap upaya penafsiran hukum yang dilakukan oleh hakim
hingga menghasilkan suatu putusan.

''Argumentasi hukum memiliki posisi sentral yang sangat penting bagi semua penggelut
dunia hukum yang difungsikan dalam menafsirkan hukum. Ini dapat berupa sebagai ilmu
pengetahuan serta sebagai media dalam melakukan legal writing,'' sebutnya.

Dijelaskannya, argumentasi hukum pada prinsipnya berkaitan erat dengan bagaimana


hakim mengkaji, menganalisis dan merumuskan suatu argumentasi hukum secara tepat.
Dengan demikian, argumentasi hukum tidak dapat dilepaskan dari upaya
mengembangkan kriteria yang dijadikan dasar hukum yang jelas dan rasional.

''Rasionalitas merupakan bahan utama untuk meracik legal reasoning, maka dengan kata
lain legal reasoning sulit dilepaskan dari unsur rasionalitas dan logika,'' tandasnya. (par)

You might also like