You are on page 1of 17

DAFTAR ISI

BAB I STATUS PASIEN ................................................................................................................... 2


I. IDENTITAS PASIEN ......................................................................................................................................... 2
II. ANAMNESIS ........................................................................................................................................................ 2
III. PEMERIKSAAN FISIK ...................................................................................................................................... 4
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG ....................................................................................................................... 5
V. RESUME ............................................................................................................................................................... 5
VI. DIAGNOSIS KERJA............................................................................................................................................ 5
VII. DIAGNOSIS BANDING..................................................................................................................................... 5
VIII. TATALAKSANA ................................................................................................................................................. 5
IX. PROGNOSIS ......................................................................................................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................................... 7


A. DEFINISI............................................................................................................................................................... 7
B. ETIOLOGI ............................................................................................................................................................. 7
C. EPIDEMIOLOGI.................................................................................................................................................. 8
D. PATOFISIOLOGI TENSION TYPE HEADACHE ...................................................................................... 8
E. GAMBARAN KLINIS ...................................................................................................................................... 10
F. DIAGNOSIS ....................................................................................................................................................... 12
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG6 .................................................................................................................. 12
H. PENATALAKSANAAN .................................................................................................................................. 13
I. PROGNOSIS ...................................................................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 17

Laporan Kasus 1
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
BAB I
STATUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien : Ny. W
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 45 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat :Jln. Gelatik
Status : Menikah
Suku bangsa : Jawa
Agama : Islam
Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2017

II. ANAMNESIS
Autoanamnesa, pada 20 Maret 2017, pada pk 10.00

Keluhan Utama :
Pasien mengeluh sakit di seluruh kepala sejak 3 hari sebelum datang ke PKM.

Keluhan Tambahan :
Pasien mengeluh memiliki mual dan lemas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien datang dengan keluhan Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 3 hari sebelum ke
puskesmas. Nyeri dirasakan seperti diikat keras mulai dari dahi hingga kepala bagian
tengah dan terasa terutama di daerah kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan
terus menerus pada seluruh bagian kepala pasien. Nyeri kepala tidak dipengaruhi oleh
konsumsi cokelat, keju, ataupun susu. Pasien mengakui nyeri kepala sedikit berkurang bila
pasien beristirahat.
Tidak ada muntah , dan juga demam. Pasien juga tidak mengeluhkan a d an ya
pandangan ganda, nyeri pada mata, mata yang berair, ataupun silau saat terkena cahaya.
Laporan Kasus 2
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Tidak ada gangguan pada pendengaran, tidak ada telinga berdengung. Pasien sedang
tidak menstruasi dan nyeri kepala tidak berhubungan dengan siklus menstruasi.
Selain itu pasien juga merasakan badannya lemas, mual terkadang bila sedang nyeri
kepala. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini pasien tidak nafsu makan dan susah tidur.
Pasien mengaku sedang memiliki masalah pribadi dan sering mengalami
keluhan serupa jika pasien kelelahan ataupun banyak pikiran. Menurut pengakuan pasien
dalam 6 bulan ini pasien mengalami keluhan serupa 5 kali dan hilang dengan
mengkonsumsi obat penghilang nyeri dari PKM.

Riwayat Penyakit Dahulu :


Pasien mengakui pernah mengalami keluhan yang sama 6 bulan yang lalu, namun
kemudian meminum obat dari PKM dan nyeri hilang. Pasien menyangkal adanya riwayat
pernah menjalani perwatan di RS, memiliki penyakit hipertensi, stroke, diabetes mellitus,
riwayat trauma, ataupun penggunaan obat dalam jangka waktu yang lama.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Pasien menyangkal adanya riwayat anggota keluarganya yang memiliki keluhan yang
serupa, Diabetes Mellitus, Hipertensi, penyakit jantung, stroke , infeksi saluran pernapasan,
riwayat batuk lama atau pengobatan yang lama dan keganasan.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien tinggal bersama suaminya dan dua orang anaknya. Kedua anaknya yang lain
sudah menikah. Pasien bekerja sebagai pencuci baju tetangga-tetangganya. suami pasien saat
ini tidak bekerja.
Riwayat kebiasaan
Pasien menyangkal memiliki kebiasaan merokok serta minum kopi dan alkohol.

Laporan Kasus 3
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 20 Maret 2017

Status Generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos mentis
Tanda Tanda Vital
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Frekuensi nadi : 74 x/menit, regular, equal, isi cukup
Frekuensi nafas : 18 x/menit, tipe normal, jenis thorakoabdominal
Suhu : 36,30 C per axilla

Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam, distribusi merata


Mata : Konjungtiva tidak pucat, sklera jernih, tidak ada secret.
THT : Mukosa hidung lembab, Faring hiperemis(-), Tonsil T1-T1 tenang.
Mulut : Mukosa lembab, koplik spot negatif, faring normal, vesikel
negatif.
KGB : Tidak teraba pembesaran.
Thorax :
Cor : Bunyi Jantung I-II normal regular, gallop (-),murmur(-)

Pulmo : Suara napas vesikuler, Ronki (-/-), wheezing (-/-) .

Abdomen : Datar, bising usus positif normal, tidak terdapat nyeri tekan, hepar
dan lien tidak teraba.
Ektremitas : Akral teraba hangat, tidak ada edema, perfusi < 2detik.

Laporan Kasus 4
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

V. RESUME
Wanita berusia 45 tahun datang dengan keluhan nyeri Pasien datang dengan keluhan
Nyeri kepala dirasakan pasien sejak 3 hari sebelum ke puskesmas. Nyeri dirasakan seperti
diikat keras mulai dari dahi hingga kepala bagian tengah dan terasa terutama di daerah
kepala bagian belakang dan tengkuk. Nyeri dirasakan terus menerus pada seluruh bagian
kepala pasien. Selain itu pasien juga merasakan badannya lemas, mual terkadang bila
sedang nyeri kepala. Pasien mengaku sudah sejak 3 hari ini pasien tidak nafsu makan dan
susah tidur. Pasien mengakui pernah mengalami keluhan yang sama 6 bulan yang lalu,
namun kemudian meminum obat dari PKM dan nyeri hilang.
Pada pemeriksaan fisik di dapatkan status generalis dalam batas normal

VI. DIAGNOSIS KERJA


TENSION TYPE HEADACHE ( G44.2)

VII. DIAGNOSIS BANDING


o Migraine
o Cluster Headache
o Insomnia

VIII. TATALAKSANA

1. Medikamentosa:
Parasetamol 3x500 mg
Antasida tab 3x1 tab a.c
Vit. B comp 1x1 tab

Laporan Kasus 5
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Non- medikamentosa
Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit tension headache yang
dideritanya
Menjelaskan penyebab dari penyakit tension headache
Menjelaskan bahwa penyakit tension headache dapat timbul dengan faktor
pencetus stres
Edukasi pasien dalam pencegahan dan menurunkan kekambuhan keluhan yang
dialami pasien dengan cara mengurangi stress melalui rutin berolahraga,
bermeditasi, menjalankan aktivitas yang disenangi (hobi)
Perbanyak makan makanan dengan gizi seimbang

IX. PROGNOSIS

Ad vitam : dubia ad bonam


Ad fungsionam : Dubia ad bonam
Ad sanationam : Dubia

Laporan Kasus 6
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TENSION TYPE HEADACHE

A. DEFINISI
Tension Type Headache (TTH) adalah nyeri kepala yang disebabkan oleh
tegangnya otot pada wajah, leher atau kulit kepala. Disebut juga muscle-contraction
headache. TTH merupakan sakit kepala yang paling sering terjadi.3,4
TTH ini timbul karena adanya kontraksi yang terus menerus dari otot-otot kepala,
wajah, kuduk dan bahu. Kontraksi yang terus menerus ini akan menimbulkan nyeri otot
yang di referred ke kepala (muscle contraction headache). Muscle contraction ini
timbul oleh karena adanya ketegangan jiwa anxietas, tension, atau depresi).5
Nyeri kepala itu akan dirasakan oleh si penderita sebagai suatu ikat kepala yang
terlalu menekan. Kepalanya dirasakan berat oleh si penderita, terutama di waktu pagi
hari. Bila penderita dipijat oleh istri atau suaminya, maka nyeri kepala itu dirasakannya
berkurang.5

B. ETIOLOGI
Otot wajah, leher dan kulit kepala menjadi tegang karena:3
Anxietas atau stress
Bertahan pada satu posisi dalam waktu lama
Injury, seperti kecelakaan mobil
Depresi

Nyeri kepala juga dapat dipicu oleh:3


Tidur yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
Makan yang terlalu sedikit atau terlalu banyak
Minum alkohol berlebihan

Laporan Kasus 7
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Bekerja keras indoor atau outdoor
Kondisi medis tertentu

C. EPIDEMIOLOGI

Frekuensi : Di Amerika Serikat, TTH merupakan sindrom nyeri kepala


primer yang paling sering
Internasional : Rasmussen et al melaporkan prevalensi seumur hidup TTH 69%
laki-laki dan 88% perempuan pada populasi Danish. Pasien memiliki pengalaman
lebih dari satu sindrom nyeri kepala primer. Pada satu studi oleh Ulrich et al,
prevalensi 1 tahun TTH adalah sama diantara individu dengan dan tanpa migraine.
Jenis Kelamin : Perempuan lebih sering daripada laki-laki. Ratio TTH perempuan
dan laki-laki sekitar 1,4:1. Pada Chronic type tension headache 1,9:1.
Usia : TTH dapat terjadi pada semua usia, tetapi onset remaja hingga
dewasa muda lebih sering.

D. PATOFISIOLOGI TENSION TYPE HEADACHE


Pada penderita TTH didapati gejala yang menonjol yaitu nyeri tekan yang
bertambah pada palpasi jaringan miofascial perikranial. Impuls nosiseptif dari otot
perikranial yang menjalar ke kepala mengakibatkan timbulnya nyeri kepala dan nyeri
yang bertambah pada daerah otot maupun tendon tempat insersinya.
TTH adalah kondisi stress mental, non-physiological motor stress, dan miofasial
lokal yang melepaskan zat iritatif ataupun kombinasi dari ke tiganya yang menstimuli
perifer kemudian berlanjut mengaktivasi struktur persepsi supraspinal pain, kemudian
berlanjut lagi ke sentral modulasi yang masing-masing individu mempunyai sifat self
limiting yang berbeda-beda dalam hal intensitas nyeri kepalanya.
Pengukuran tekanan palpasi terhadap otot perikranial dilakukan dengan alat
palporneter (yang diketemukan oleh Atkins, 1992) sehingga dapat mendapatkan skor
nyeri tekan terhadap otot tersebut.
Langemark & Olesen tahun 1987 (yang dikutip oleh Bendtsen) telah
menemukan metode palpasi manual untuk penelitian nyeri kepala dengan cara palpasi
Laporan Kasus 8
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
secara cepat bilateral dengan cara memutar jari ke 2 dan ke 3 ke otot yang diperiksa,
nyeri tekan yang terinduksi dinilai dengan skor Total Tenderness Scoring system. Yaitu
suatu sistem skor dengan 4 point penilaian kombinasi antara reaksibehaviour dengan
reaksi verbal dari penderita.
Pada penelitian Bendtsen tahun 1996 terhadap penderita chronic tension type
headache (yang dikutip oleh Bendtsen) ternyata otot yang mempunyai nilai Local
tenderness score tertinggi adalah otot Trapezeus, insersi otot leher dan otot
sternocleidomastoid. Nyeri tekan otot perikranial secara signifikan berkorelasi dengan
intensitas maupun frekwensi serangan tension type headache kronik. Belum diketahui
secara jelas apakah nyeri tekan otot tersebut mendahului atau sebab akibat daripada nyeri
kepala, atau nyeri kepala yang timbul dahulu baru timbul nyeri tekan otot. Pada migren
dapat juga terjadi nyeri tekan otot, akan tetapi tidak selalu berkorelasi dengan intensitas
maupun frekwensi serangan migren.
Nyeri miofascial adalah suatu nyeri pada otot bergaris termasuk juga struktur
fascia dan tendonnya. Dalam keadaan normal nyeri miofascial di mediasi oleh serabut
kecil bermyelin (Aoc) dan serabut tak bermyelin (C), sedangkan serabut tebal yang
bermyelin (A dan A) dalam keadaan normal mengantarkan sensasi yang ringan / tidak
merusak (inocuous). Pada rangsang noxious dan inocuous event, seperti misalnya proses
iskemik, stimuli mekanik, maka mediator kimiawi terangsang dan timbul proses
sensitisasi serabut A dan serabut C yang berperan menambah rasa nyeri tekan pada
tension type headache.
Pada zaman dekade sebelum ini dianggap bahwa kontraksi dari otot kepala dan
leher yang dapat menimbulkan iskemik otot sangatlah berperan penting dalam tension
type headache sehingga pada masa itu sering juga disebut muscle contraction headache.
Akan tetapi pada akhir-akhir ini pada beberapa penelitian yang menggunakan EMG
(elektromiografi) pada penderita tension type headache ternyata hanya menunjukkan
sedikit sekali terjadi aktifitas otot, yang tidak mengakibatkan iskemik otot, jika meskipun
terjadi kenaikan aktifitas otot maka akan terjadi pula adaptasi protektif terhadap nyeri.
Peninggian aktifitas otot itupun bisa juga terjadi tanpa adanya nyeri kepala.
Nyeri myofascial dapat di dideteksi dengan EMG jarum pada miofascial trigger point
yang berukuran kecil beberapa milimeter saja (tidak terdapat pada semua otot)
Laporan Kasus 9
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Mediator kimiawi substansi endogen seperti serotonin (dilepas dari platelet), bradikinin
(dilepas dari belahan precursor plasma molekul kallin) dan Kalium (yang dilepas dari sel
otot), SP dan CGRP dari aferens otot berperan sebagai stimulant sensitisasi terhadap
nosiseptor otot skelet. Jadi dianggap yang lebih sahih pada saat ini adalah peran
miofascial terhadap timbulnya tension type headache.
Untuk jenis TTH episodik biasanya terjadi sensitisasi perifer terhadap
nosiseptor, sedang yang jenis kronik berlaku sensitisasi sentral. Proses kontraksi otot
sefalik secara involunter, berkurangnya supraspinal descending pain inhibitory activity,
dan hipersensitivitas supraspinal terhadap stimuli nosiseptif amat berperan terhadap
timbulnya nyeri pada Tension type Headache. Semua nilai ambang pressure pain
detection, thermal & electrical detection stimuli akan menurun di sefalik maupun
ekstrasefalik.
Stress dan depresi pada umumnya berperan sebagai faktor pencetus (87%),
exacerbasi maupun mempertahankan lamanya nyeri kepala. Prevalensi life time depresi
pada penduduk adalah sekitar 17%. Pada penderita depresi dijumpai adanya defisit kadar
serotonin dan noradrenalin di otaknya.
Pada suatu penelitian dengan PET Scan, ternyata membuktikan bahwa kecepatan
biosintesa serotonin pada pria jauh lebih cepat 52% dibandingkan dengan wanita. Dengan
bukti tersebut di asumsikan bahwa memang terbukti bahwa angka kejadian depresi pada
wanita lebih tinggi 2- 3 kali dari pria.

E. GAMBARAN KLINIS

Onset nyeri dari TTH dapat memberikan gambaran seperti berdenyut dan
terkadang seperti gambaran klinis dari migren. Kombinasi dari migren dan TTH dapat
memberikan durasi nyeri yang lebih lama, menetap dan lebih berat.

HIS (The International Headache Society) kriteria diagnostik dari TTH adalah 2 dari
4 point di bawah ini :
o Ditekan atau seperti di ikat
o Lokasi Frontal-occipital
Laporan Kasus 10
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
o Bilateral intensitas yang ringan atau sedang
o Tidak bertambah berat dengan aktivitas fisik

Anamnesa pada TTH sering ditemukan:


o Durasi 30 menit sampai 7 hari
o Tidak ada mual muntah (kadang terjadi anorexia)
o Photophobia dan phonophobia
o Minimal 10 kali muncul sakit kepala dalam sekali serangan; dan serangan sakit kepala
terjadi lebih dari 180 kali per tahun
o Bilateral dan occipitonuchal atau nyeri bifrontal
o Dengan gambaran nyeri seperti "fullness," "tightness/squeezing," "pressure," or
"bandlike/viselike"
o Kadang disertai stress emosional dan rasa cemas berlebihan
o Insomnia
o Setelah serangan kadang perasaan seperti keatas ataupun ke bawah
o Otot tegang dan seperti terikat pada region leher, occipital serta frontal
o Terdapat pada 75% pasien yang mengalami nyeri kepala kronis selama 5 tahun
o Sulit berkonsentrasi
o Tidak ada gejala prodormal

Onset nyeri kepala yang baru pada pasien usia muda dapat dipikirkan penyebabnya
adalah TTH

Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik sulit ditemukan penyebab dari nyeri kepala dari TTH.
Vital sign normal
Pemeriksaan neurologis normal
Otot tegang dan nyeri pada daerah perikranial atau leher (tidak selalu)
Nyeri pada penekanan arteri temporalis dan daerah trigger zone (tidak selalu)
Nyeri bertambah dengan fleksi leher dan pergangan dari otot leher.

Laporan Kasus 11
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
F. DIAGNOSIS

Diagnosis Primer
Dua dari point di bawah ini :
o Nyeri bilateral
o nyeri seperti di tekan
o nyeri ringan atau sedang
o nyeri tidak berhubungan dengan aktivitas fisik
Satu atau lebih dari gejala di bawah ini :
o Sensitif terhadap cahaya
o Sensitif terhadap suara
Terkadang tidak disertai gejala :
o Nausea
o Vomitus
Durasi nyeri 30 menit 7 hari

Berdasarkan waktu terjadinya, Episodic (<15 hari/bulan) atau kronis (>15 hari/bulan selama
> 6 bulan) Dalam menegakan diagnosis tidak semua gejala dan pemeriksaan fisik di
dapatkan kelainan, yang penting adalah keriteria dari IHS. Kadang nyeri kepala TTH ini
tidak berdiri sendiri, tapi juga sering disertai dengan nyeri kepala tipe yang lain (migren)

G. PEMERIKSAAN PENUNJANG6
Laboratorium
Diagnosis tension headache adalah dari klinis. Seperti nyeri kepala primer
lainnya, tidak ada test diagnostik spesifik untuk tension headache.
Studi Imaging
Studi neuroimaging penting untuk mengesampingkan penyebab sekunder
nyeri kepala, termasuk neoplasma dan cerebral hemorrhage.
MRI imaging menunjukkan struktur cerebral yang detail dan khususnya dalam
mengevaluasi fossa posterior
CT scan dengan kontras merupakan alternatif lain tetapi lebih rendah daripada
Laporan Kasus 12
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
MRI dalam memperlihatkan struktur fosa posterior.
Indikasi neuroimaging jika nyeri kepala atipikal atau berhubungan dengan
abnormalitas pada pemeriksaan neurologis.

H. PENATALAKSANAAN

Prinsip pengobatan adalah pedekatan psiklogik (psikoterapi), fisiologik (relaksasi)


dan farmakologik (analgesik, sedativa dan minor transquilizers). Dalam praktek,
diperlukan penjelasan yang cukup mengenai latar belakang munculnya nyeri agar
penderita mengerti tentang permasalahan yang selama ini kurang atau tidak disadarinya.
Penjelasan tentang berbagai macam pemeriksaan tambahan yang perlu dan yang tidak
perlu akan sangat bermanfaat bagi penderita.1
Analgesik seperti aspirin atau acetaminophen atau NSAID lain yang sangat
membantu, tetapi hanya untuk waktu yang singkat. Tension headache memberi respon
terbaik terhadap penggunaan hati-hati salah satu dari beberapa obat yang mengurangi
kecemasan atau depresi, ketika gejala terakhir timbul.10
Beberapa pasien memberi respon terhadap ancillary measure seperti massase,
meditasi dan teknik biofeedback. Pengobatan analgesik yang lebih kuat
sebaiknya dihindari. Raski melaporkan berhasilnya terapi dengan calcium
channel blocker, phenelzine atau cyproheptadine. Ergotamin dan propanolol tidak
efektif kecuali jika terdapat gejala migren dan tension headache. Teknik relaksasi
sangat menolong pasien
bagaimana cara menghadapi anxietas dan stress.10
Penanganan3 :
Istirahat dengan tenang, ruangan gelap hingga gejala berkurang dan hilang.
Konsumsi obat nyeri seperti aspirin, acetaminophen, ibuprofen.
Pijat leher, bahu dan punggung. Letakkan heat, an ice pack, or a cold
washcloth pada area yang nyeri.
Laporan Kasus 13
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Segera ke dokter bila:
o Sakit kepala yang lebih sakit dari biasanya
o Muntah berulang.
o Numbness or tingling wajah, lengan atau kaki.
o Lengan dan kaki lemah.
o Perubahan visual yang tidak segera hilang

Terapi Farmakologik:
Drugs effective in the treatment of tension type headache11

Drug Trade name Dosage

Nonsteroidal Anti Inflammatory Agents


Acetaminophen Tylenol, generic 650 mg PO q4-6h

Aspirin Generic 650 mg PO q4-6h

Combination Analgesics
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Phrenilin, generic 1-2 tablets; max 6 per day
Diclofenac Cataflam, generic 50-100 mg q4-6h (max
50 mg
Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital, 200mg/dl)
Phrenilin Forte 1 tablet; max 6 per day
50 mg
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital, Fiocert; Esgic, generic 1-2 tablets; max 6 per day
Ibuprofen Advil, Motrin, Nuprin, 400 mg PO q3-4h
50 mg, plus caffeine, 40 mg generic

Acetaminophen, 500 mg, plus butalbital,


Esgic-plus 1-2 tablets; max 6 per day
Aleve, Anaprox, generic
50 mg, plus caffeine, 40 mg
Acetaminophen, 325 mg, plus butalbital,
Naproxen sodium 220-550 mg bid
Fiorinal 1-2 tablets; max 6 per day
50 mg, plus caffeine, 40 mg
Acetaminophen, 650 mg, plus butalbital, Axotal 1 tablet q4h; max 6 per day

50 mg

Laporan Kasus 14
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Prophylactic Medications

Amitriptyline Elavil, generic 10-50 mg at bedtime

Doxepin Sinequan, generic 10-75 mg at bedtime

Nortriptyline Pamelor, generic 25-75 mg at bedtime

Terapi non-farmakologik9
Regulasi lifestyle
o mengatur dan tidur yang cukup
o makan terapi dan diet yang baik
o mengetahui dan menghindari makanan yang dapat memicu nyeri
kepala berolahraga teratur (seperti aerobik)
Hindari Stres
o Menghindari lingkungan sosial yang dapat menyebabkan stress
o Meditasi
o melakukan hobi, rekreasi
o relaksasi otot (dengan latihan-latihan)
o psikoterapi
Fisioterapi
o panas, dingin, ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (tens)
o Pijat dan traksi leher
o peregangan otot-otot leher
Manipulasi osteopathic atau chiropractic
Terapi alternatif
o Akupuntur
o Acupressure
o Therapeutic touch
o Aromatherapy (contoh : peppermint, green apple)
salep topikal (contoh : salicylic acid, piroxicam [Feldene], ketoprofen [Orudis,
Laporan Kasus 15
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
Oruvail])

I. PROGNOSIS
TTH merupakan nyeri kepala yang selalu kambuh, akan tetapi nyeri kepala
ini tidak berbahaya. Terapinya hanya bersifat simptomatis tetapi kadang juga dapat
hilang total. TTH dapat sembuh sempurna bila penyebabnya di hilangkan. Pengunaan
obat TTH yang lama dapat menyebabkan nyeri kepala bertambah berat atau rebound
headache.1

Laporan Kasus 16
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017
DAFTAR PUSTAKA

1. Harsono. Buku ajar Neurologi Klinis. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf


Indonesia. Jakarta: Gajah Mada University Press; 2005: pp. 285-8

2. World Health Organization. Headache Disorder. (Online) 2004. Available from:


http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs277/en/ (Accessed: 20 januari
2015)

3. Adult Health Advisor. Tension Headache. University of Michigan Health


System. McKesson Corporation. (Online) 2005.Available from:
http://www.medumich edu (Accessed: 20 januari 2015)
4. Friedman H. Problem Oriented Medical Diagosis. Sixth edition. USA:
Little, Brown and Company; 1996: pp. 398-9.
5. Ngoerah G. Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Syaraf. Denpasar: Airlangga
University Press; 1990: pp. 203.
6. Singh MK. Muscle Contraction Tension Headache. Department of
Neurology, Pain Management, Medical College of Pennsylvania, Hahnemann
University.(Online) 2007. Available from: http://www.emedicine.com
(Accessed: 20 januari 2015)
7. Gilroy J. Basic Neurology. Third edition. USA: McGraw Hill companies;
2000: pp. 124-138
8. Sjahrir H. Mekanisme Terjadinya Nyeri Kepala Primer dan Prospek
Pengobatannya. USU Digital Library. Medan : Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara; 2004.
9. Mueller L. Tension-type, The Forgotten Headache How to Recognize This
Common but Undertreated Condition. Postgraduate Medicine, Vol. III No. 4.
(Online) 2002. Available from:
http://www.postgradmed.com/issues/2002/04_02/mueller.htm (Accessed: 20
januari 2015)
10. Victor M, Ropper AH. Principles of Neurology seventh edition. USA:
McGraw-Hill; 2001: pp. 175-181
11. Hauser SL. Harrisons Neurology in Clinical Medicine. USA: McGraw
Hill; 2006: pp. 57
12. National Headache Foundation. Tension Type Headache, The Complete
Guide to Headache. (Online) 2005. Available from:
http://www.headaches.org/consumer/educationalmodules/completeguide/tens
iontype.html). (Accessed :20 januari 2015)

Laporan Kasus 17
Program Internsip UPT Puskesmas Kampung Sawah 2017

You might also like