You are on page 1of 55

PANDUAN

PENATALAKSANAAN
HEMOFILIA
WORLD FEDERATION OF HEMOPHILIA
This publication was originally published in English by the World Federation of Hemophilia
(WFH) and has been translated with permission. The WFH is not responsible for the
translation or for any errors or changes to content from the original English edition.

2005 World Federation of Hemophilia

This publication is accessible from the World Federation of Hemophilia's Web site at
www.wfh.org. Additional copies are also available from the WFH at:

World Federation of Hemophilia


1425 Ren Lvesque Boulevard West, Suite 1010
Montral, Qubec H3G 1T7
CANADA
Tel.: (514) 875-7944
Fax: (514) 875-8916
E-mail: wfh@wfh.org
Internet: www.wfh.org

The World Federation of Hemophilia does not endorse particular treatment products or
manufacturers; any reference to a product name is not an endorsement by the WFH. The World
Federation of Hemophilia does not engage in the practice of medicine and under no circumstances
recommends particular treatment for specific individuals. Dose schedules and other treatment
regimes are continually revised and new side-effects recognized. These guidelines are intended to
help develop basic standards of care for the management of hemophilia and do not replace the
advice of a medical advisor and/or product insert information. Any treatment must be designed
according to the needs of the individual and the resources available.

This publication was translated with an unrestricted educational grant from :


PT DIPA PHARMALAB INTERSAINS
PANDUAN PENATALAKSANAAN HEMOFILIA

World Federation of Hemophilia

Alih bahasa:
Dr. Santosa, SpPD

Editor:
Dr. Budi Wijaya
Dr. Friska Anggraini
Dr. M. Abdul Hakam
Dr. Susilo Prihranto

Sub Bagian Hematologi Onkologi Medik


Bagian Penyakit Dalam
Rumah Sakit Dr. Kariadi/Fakultas Kedokteran
Universitas Diponegoro
Semarang Indonesia

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia i


DAFTAR ISI

Penatalaksanaan Umum Hemofilia 3


Apa itu Hemofilia? 3
Diagnosis Hemofilia 3
Manifestasi Perdarahan pada Hemofilia 4
Lokasi Perdarahan 4
Insidensi Berbagai Lokasi Perdarahan 4
Insidensi Perdarahan pada Berbagai Sendi 4
Komplikasi Kronik dari Hemofilia 4
Karier 5
Perawatan Komprehensif 5
Tim Perawatan Komprehensif 6
Fungsi dari Program Perawatan Komprehensif 6
Keluarga 7
Penatalaksanaan Hemofilia 7
Prinsip Perawatan 7
Penatalaksanaan Perdarahan 8
Penatalaksanaan Tambahan 8
Terapi Rumah 9
Profilaksis 9
Pembedahan 10
Inhibitor 10
Penatalaksanaan Perdarahan 11
Reaksi Alergi pada Pasien Hemofilia B dengan Inhibitor 11
Induksi Toleransi Imun 11
Penggantian ke Konsentrat-konsentrat Baru 12
Konseling Genetik/Diagnosis Prenatal 12
Persalinan Bayi dengan Hemofilia atau Diduga Hemofilia 12
Vaksinasi 13
Isu-isu Psikososial 13
Kehidupan Sehari-hari 14
Bagi Orang dengan Hemofilia 14
Bagi Keluarga 14
Bagi Komunitas 15
Perawatan Gigi 15
Monitoring Hasil Terapi 16
Olahraga dan Hemofilia 16

ii Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Diagnosis Laboratorik 17
Pendahuluan 17
Pengetahuan dan Keahlian dalam Pemeriksaan Koagulasi Laboratorik 17
Prinsip-prinsip Diagnosis 17
Aspek-aspek Teknis 17
Persiapan Pasien Sebelum Mengambil Sampel Darah 17
Pengambilan Sampel 17
Titik Akhir Deteksi 18
Tes Skrining 18
Studi-studi Koreksi (Mixing) 19
Pemeriksaan Faktor 19
Staf Terlatih 20
Penggunaan Peralatan dan Reagen yang Benar 20
Peralatan 20
Reagen 20
Jaminan Kualitas 21
External quality assessment scheme (EQAS) 21
Material dan standar rujukan 22

Komplikasi Muskuloskeletal dari Hemofilia 23


Pendahuluan 23
Hemartrosis Akut 23
Aspirasi 24
Hematoma Otot 25
Hemartrosis Kronik 25
Sinovitis Kronik 25
Sinovektomi 26
Artropati Hemofilik Kronik 26
Pseudotumor 27
Fraktur 28

Pemilihan Konsentrat Faktor Pembekuan dan Obat-obat Lain 29


Konsentrat Faktor Pembekuan 29
Pilihan produk untuk terapi penggantian 30
Kemurnian 30
Inaktivasi/eliminasi virus 31
Produk-produk derivat plasma/rekombinan 31
Kriopresipitat 31
Fresh Frozen Plasma dan Plasma Miskin Krio 32
Pilihan-pilihan Farmakologik Lain 32

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia iii


Desmopresin (DDAVP) 32
Asam traneksamat 34
Asam amino kaproat 35

Terapi Perdarahan pada Hemofilia 37


Prinsip-prinsip Dasar Terapi 37
Terapi Hemofilia A (Defisiensi FVIII) 37
Konsentrat FVIII 37
Kriopresipitat/fresh frozen plasma 38
Desmopresin (DDAVP) 38
Terapi Hemofilia B (Defisiensi FIX) 38
Konsentrat FIX 38
Fresh frozen plasma (FFP) 40
Agen antifibrinolitik 40
Terapi untuk Perdarahan Spesifik 40
Perdarahan sendi 40
Perdarahan otot 40
Perdarahan iliopsoas 40
Perdarahan sistim saraf pusat/trauma kepala 41
Perdarahan tenggorok dan leher 41
Perdarahan gastrointestinal (GI) akut 41
Perdarahan akut di abdomen 41
Trauma atau perdarahan mata 42
Perdarahan ginjal 42
Perdarahan mulut 42
Epistaksis 42
Perdarahan jaringan lunak 43
Laserasi dan abrasi 43
Isu-isu Penatalaksanaan Lain 43
Perawatan gigi 43
Pembedahan 44
Prosedur invasif minor 44
Reaksi alergi terhadap produk-produk penggantian faktor pembekuan 44
Tabel: Kadar Faktor Pembekuan dan Durasi Pemberian 45
Daftar Pustaka 47

iv Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


2 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia
KATA PENGANTAR

Meskipun terapi yang efektif untuk hemofilia telah tersedia semenjak 30 tahun yang lalu, namun sampai
dengan saat ini masih banyak persoalan yang belum terpecahkan dalam pengelolaan hemofilia, khususnya
mengenai dosis dan durasi dari terapi faktor pengganti untuk berbagai jenis perdarahan, induksi toleransi
imun, dan profilaksis bedah.

Banyak negara yang sedang mulai membangun perawatan hemofilia tidak memiliki protokol standar untuk
memastikan pengelolaan hemofilia yang tepat. World Federation of Hemophilia (WFH) telah
mengembangkan berbagai program untuk meningkatkan pelayanan bagi perawatan orang dengan hemofilia
di seluruh dunia, semakin banyak permintaan untuk dibuatnya sebuah pedoman standar yang sesuai bagi
negara-negara dengan sumber daya ekonomi terbatas, untuk menjamin terpenuhinya standar tingkat
perawatan dasar.

Sehubungan dengan belum adanya pedoman pengelolaan hemofili yang sesuai dengan pandangan univer-
sal, pada tahun 2003 WFH membentuk sebuah kelompok kerja untuk membuat pedoman tersebut.
Kelompok, yang terdiri dari Paul Giangrande, Poon Man Chiu, Chua Maria, McCraw Angus, Wiedel
Jerome, dan Alok Srivastava (Ketua), telah bekerja untuk mengumpulkan dokumen ini dengan bantuan
editorial Elizabeth Myles di markas besar WFH.

Belum adanya pembuktian ilmiah yang jelas dari penggunaan pedoman baru ini dalam praktek pengelolaan
hemofilia, sehingga informasi yang dicantumkan disini terutama diadaptasi dari konsensus yang diterbitkan
oleh beberapa pusat atau negara, termasuk diantaranya, Hemophilia of Georgia (USA), the Association of
Hemophilia Clinic Directors of Canada, the National Hemophilia Foundation (USA), Italian Association of
Hemophilia Centres, Hemophilia Federation India, dan the South African Hemophilia Foundation. Direksi Pusat
Pelatihan Hemofilia Internasional WFH serta semua pusat yang terlibat dalam WFH Twinning Program
telah dikonsultasikan. Pedoman ini menggabungkan banyak saran dari dari para dokter tersebut, untuk itu
kami sangat berterima kasih dan menyambut komentar lebih lanjut. Jika ada bukti baru menunjukkan
hasil yang berbeda pada manajemen hemofilia, pedoman ini akan diperbarui dan direvisi bilamana perlu.

Tujuan dari panduan ini adalah untuk menyediakan protokol terapi untuk pusat-pusat yang mulai
mendirikan perawatan bagi orang dengan hemofilia. Selain itu juga dapat membantu standarisasi perawatan
yang lebih baik. WFH berharap dapat membantu mereka yang kurang mengenal manajemen penyakit
ini, publikasi ini akan menjadi langkah kecil menuju harmonisasi perawatan orang dengan hemofilia di
dunia sampai tercapainya praktik berbasis bukti.

Alok Srivastava, MD

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 1


PANDUAN PENATALAKSANAAN HEMOFILIA
World Federation of Hemophilia

BAGIAN 1

PENATALAKSANAAN UMUM HEMOFILIA

Apa itu Hemofilia?

l Hemofilia adalah kelainan perdarahan kongenital terkait kromosom X dengan frekuensi kurang
lebih satu per 10.000 kelahiran.
l Hemofilia disebabkan oleh defisiensi faktor koagulasi VIII (FVIII) (Hemofilia A) atau faktor IX
(FIX) (Hemofilia B) yang berkaitan dengan mutasi gen faktor pembekuan.
l Jumlah orang yang terkena di seluruh dunia diperkirakan kurang lebih 400.000.
l Hemofilia A lebih sering dijumpai daripada hemofilia B, yang merupakan 80-85% dari keseluruhan.
l Harapan hidup orang yang lahir dengan hemofilia, yang memiliki akses untuk terapi adekuat,
harusnya mendekati normal dengan terapi yang saat ini tersedia.

Diagnosis Hemofilia

Diagnosis yang akurat penting dan esensial untuk penatalaksanaan efektif. Hemofilia harus dicurigai pada
pasien-pasien dengan riwayat:
l Mudah memar pada masa kanak-kanak;
l Perdarahan spontan (terutama pada sendi dan jaringan lunak); dan
l Perdarahan eksesif setelah trauma atau pembedahan.
Meskipun riwayat perdarahan biasanya dialami sepanjang hidup, beberapa anak dengan hemofilia berat
mungkin tidak mengalami gejala perdarahan sampai usia 1 tahun atau lebih ketika mereka mulai berjalan
dan menjalani kehidupannya. Pasien dengan hemofilia ringan mungkin tidak mengalami perdarahan
berlebihan kecuali mengalami trauma atau menjalani pembedahan.
l Biasanya terdapat riwayat perdarahan pada keluarga . Hemofilia umumnya mengenai jenis kelamin
pria pada pihak ibu. Namun, baik gen FVIII dan IX rentan terhadap mutasi baru, dan sebanyak 1/3
dari seluruh pasien mungkin tidak memiliki riwayat keluarga untuk kelainan ini.
l Tes skrining akan menunjukkan pemanjangan activated partial thromboplastin time (aPTT) pada kasus
berat dan moderat namun bisa tidak ada pemanjangan pada hemofilia ringan. Diagnosis definitif
tergantung pada pemeriksaan faktor untuk menunjukkan adanya defisiensi FVIII atau IX.
l Derajat beratnya manifestasi perdarahan pada hemofilia biasanya berkaitan dengan kadar faktor
pembekuan seperti yang ditunjukkan dalam tabel berikut.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 3


Derajat Kadar faktor pembekuan Episode perdarahan
% aktivitas (IU/ml)
Berat 1% (< 0.01) Perdarahan spontan, predominan pada sendi dan otot
Moderat 1% - 5% (0.01 - 0.05) Perdarahan spontan kadang-kadang. Perdarahan
berat dengan trauma, pembedahan
Ringan 5% - 40% (0.05 - 0.40) Perdarahan berat dengan trauma atau pembedahan
mayor

Manifestasi Perdarahan pada Hemofilia

Lokasi Perdarahan
Serius Mengancam Jiwa
Sendi (hemarthrosis)
l lSistim saraf pusat (SSP)
Otot/jaringan lunak
l lGastrointestinal (GI)
Mulut/gusi/hidung
l lLeher/tenggorok
Hematuria
l lTrauma berat

Insidensi berbagai lokasi perdarahan


Hemarthrosis: 70% - 80%
l

Otot/jaringan lunak: 10% - 20%


l

Perdarahan mayor lain: 5% - 10%


l

Perdarahan sistim saraf pusat (SSP): <5%


l

Insidensi perdarahan pada berbagai sendi


Lutut: 45%
l

Siku: 30%
l

Tumit: 15%
l

Bahu: 3%
l

Pergelangan tangan: 3%
l

Panggul: 2%
l

Lain-lain: 2%
l

Komplikasi Kronik dari Hemofilia

l Komplikasi muskuloskeletal:
- Artropati hemofilik kronik;
o Sinovitis kronik;

4 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


o Artropati yang menyebabkan deformitas;
- Kontraktur;
- Pembentukan pseudotumor (jaringan lunak dan tulang);
- Fraktur;
l Inhibitor terhadap FVIII/ IX;
l Infeksi terkait transfusi pada orang dengan hemofilia:
- Human immunodeficiency virus (HIV)
- Virus Hepatitis B (HBV);
- Virus Hepatitis C (HCV);
- Virus Hepatitis A (HAV);
- Parvovirus B19;
- Lain-lain.

Karier

Karena merupakan kelainan terkait kromosom X, penyakit ini biasanya mengenai laki-laki, sedangkan
perempuan adalah karier.
l Kebanyakan karier bersifat asimptomatik.
l Beberapa karier dapat memiliki kadar faktor pembekuan dalam rentang hemofilia kebanyakan
pada kategori ringan namun pada keadaan yang jarang, karier dapat berada dalam rentang moderat
atau berat inaktivasi kromosom X yang ekstrim.
l Karier dengan kadar faktor dalam rentang hemofilia dapat mengalami manifestasi perdarahan yang
setara dengan derajat defisiensi faktor pembekuannya, terutama selama trauma dan pembedahan.
l Menoragia merupakan manifestasi umum pada mereka dengan kadar faktor yang signifikan rendah
(< 30%). Pil KB dan agen antifibrinolitik berguna untuk mengendalikan gejala.
l Karier hemofilia sebaiknya dikategorikan sebagai hemofilia dengan derajat berat yang sesuai dan
ditatalaksana menurut kategori tersebut.
l Kerabat dekat perempuan (ibu, saudara perempuan, dan anak perempuan) dari seseorang dengan
hemofilia harus diperiksa kadar faktor pembekuannya, terutama sebelum prosedur invasif atau
jika ada gejala.

Perawatan Komprehensif

Hemofilia adalah kelainan yang relatif jarang namun kompleks dalam hal diagnosis serta
penatalaksanaannya. Penatalaksanaan yang optimal dari pasien-pasien ini, terutama yang memiliki bentuk
berat, membutuhkan lebih dari sekedar terapi dan pencegahan perdarahan akut.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 5


Kunci untuk perbaikan kesehatan dan kualitas hidup meliputi:
l Pencegahan perdarahan;
l Penatalaksanaan jangka panjang terhadap kerusakan sendi dan otot serta gejala sisa perdarahan
lainnya;
l Penatalaksanaan komplikasi dari terapi termasuk:
- Timbulnya inhibitor; dan
- Infeksi virus yang ditularkan lewat produk darah, yang membutuhkan penatalaksaan jangka panjang.
Tujuan-tujuan dari penatalaksanaan tersebut paling baik dipenuhi oleh suatu tim profesional pelayanan
kesehatan yang memberikan perawatan komprehensif.
Tim perawatan komprehensif
Pasien hemofilia idealnya ditatalaksana dalam pusat perawatan komprehensif dengan anggota personil
tim inti sebagai berikut:
l Ahli hematologi;
l Koordinator perawat;
l Fisioterapis; dan
l Pekerja sosial.
Staf-staf ini harus punya pengalaman dan keahlian dalam menerapi kelainan-kelainan perdarahan. Anggota
tim inti harus punya akses terhadap beberapa sumber pendukung sebagai berikut:
l Laboratorium koagulasi yang mampu memeriksa faktor pembekuan dan deteksi inhibitor;
l Konsentrat faktor pembekuan yang sesuai, baik derivat plasma maupun rekombinan; dan
l Jika konsentrat faktor pembekuan tidak tersedia, bank darah dengan keahlian menyediakan fresh
frozen plasma (FFP) dan kriopresipitat.
Spesialis harus tersedia sebagai konsultan, sesuai kebutuhan, dan harus mencakup, diantara yang lain,
sebagai berikut:
l Ahli bedah ortopedi;
l Physiatrist (dokter yang ahli rehabilitasi dan pengobatan nyeri)/ahli reumatologi;
l Terapis okupasi;
l Dokter gigi;
l Ahli genetika;
l Ahli hepatologi;
l Ahli penyakit infeksi; dan
l Ahli imunologi.
Pada pusat-pusat dimana banyak pasien dengan problem muskuloskeletal kronik akibat perdarahan frekuen,
seorang ahli bedah ortopedi harus menjadi anggota tim inti. Dokter ahli lainnya dapat juga menjadi anggota
tim inti, tergantung pada kebutuhan populasi pasien yang dilayani.
Fungsi dari program perawatan komprehensif
l Untuk menyediakan atau mengkoordinasi perawatan dan pelayanan pada pasien serta keluarga:

6 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


- Pasien harus dilihat oleh semua anggota tim paling tidak setahun sekali (anak-anak tiap 6 bulan)
dan suatu rencana penatalaksanaan yang komprehensif harus dikomunikasikan pada pasien serta
semua pemberi terapi.
- Pusat-pusat yang lebih kecil dan dokter pribadi dapat memberikan perawatan sehari-hari dalam
koordinasi dan konsultasi dengan pusat perawatan komprehensif, terutama bagi pasien-pasien
yang tinggal jauh dari pusat terapi hemofilia. Komunikasi sangatlah penting.
l Untuk memberikan edukasi pada pasien dan anggota keluarga (orang tua, suami/ istri, anak, dan
lainnya), pekerja kesehatan lain, sekolah, serta tempat kerja untuk memastikan bahwa kebutuhan
orang dengan hemofilia tersebut telah terpenuhi.
l Untuk melakukan riset guna memperluas pengetahuan serta meningkatkan penatalaksanaan kondisi
ini. Karena jumlah pasien pada tiap pusat mungkin terbatas, penelitian klinis dapat dilakukan
dalam kolaborasi dengan pusat hemofilia lain.
l Dokumentasi terapi yang diberikan serta pemeriksaan hasil keluaran jangka panjang, terutama
dengan merujuk pada fungsi muskuloskeletal, adalah sangat penting.
Keluarga
Karena hemofilia merupakan penyakit seumur hidup, membutuhkan terapi mahal, dan dapat mengancam
jiwa, kondisi ini secara signifikan mempengaruhi banyak aspek kehidupan keluarga. Oleh karena itu,
penting agar orang tua, suami/ istri, dan anggota keluarga lainnya diberikan pendidikan, dukungan supaya
menjadi partisipan aktif dalam setiap aspek perawatan pasien.
Tim perawatan komprehensif harus memiliki sumber daya untuk menyokong anggota keluarga seseorang
dengan hemofilia. Ini mungkin melibatkan identifikasi sumber daya dan strategi-strategi untuk membantu
mencakup:
l Risiko dan problem kehidupan sehari-hari, terutama penatalaksanaan perdarahan;
l Perubahan-perubahan selama berbagai tahapan pertumbuhan serta perkembangan pasien;
l Isu-isu mengenai sekolah dan pekerjaan; serta
l Risiko terkenanya anak yang lain dan pilihan-pilihan yang tersedia.
Ini dicapai melalui edukasi dan konseling, juga dengan mengidentifikasi serta menggunakan sumber daya
komunitas. Semua anggota keluarga diajak untuk terlibat dalam tim perawatan komprehensif dalam upaya
memenuhi kebutuhan pasien.

Penatalaksaaan Hemofilia

Prinsip Perawatan
Prinsip umum perawatan untuk penatalaksanaan hemofilia meliputi berikut ini:
l Tujuan penatalaksanaan hemolia adalah pencegahan perdarahan.
l Perdarahan akut harus diterapi sedini mungkin (jika mungkin dalam dua jam).
l Terapi di rumah seharusnya digunakan hanya pada kasus perdarahan ringan/moderat yang tidak
disertai komplikasi.
l Semua perdarahan berat harus ditangani di dalam klinik atau rumah sakit.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 7


l Penggantian konsentrat faktor pembekuan atau DDAVP sebaiknya diberikan untuk mencapai kadar
faktor pembekuan yang diinginkan sebelum dilakukan prosedur invasif.
l Sebisa mungkin, pasien harus menghindari trauma dengan menyesuaikan gaya hidupnya.
l Pasien harus dinasehati untuk menghindari penggunaan obat-obatan yang mempengaruhi fungsi
trombosit, terutama asam asetil salisilat (ASA) dan anti inflamasi non steroid (NSAID), kecuali
beberapa inhibitor COX-2. Penggunaan parasetamol/asetaminofen adalah alternatif analgesia yang
aman.
l Injeksi intramuskuler, flebotomi yang sulit, dan pungsi arteri harus dihindari.
l Latihan secara rutin harus dianjurkan untuk meningkatkan kekuatan otot, melindungi sendi, serta
meningkatkan kebugaran.
l Olahraga kontak harus dihindari, namun berenang dan bersepeda dengan pakaian yang sesuai
diperbolehkan.
Penatalaksanaan perdarahan
l Selama episode perdarahan akut, harus dilakukan kajian untuk mengidentifikasi lokasi perdarahan
dan terapi harus diberikan secara dini.
l Pasien biasanya mengenali tanda-tanda awal perdarahan bahkan sebelum manifestasi dari tanda-
tanda fisik - mereka seringkali mengalami aura atau sensasi kesemutan. Tindakan untuk
menghentikan perdarahan lebih dini pada fase ini akan menyebabkan lebih sedikit kerusakan jaringan
dan lebih sedikit menggunakan konsentrat faktor pembekuan.
l Semua pasien harus membawa identitas yang mudah dikenali, yang menunjukkan diagnosis, berat
hemofilia, status inhibitor, tipe produk yang dipakai, serta informasi kontak dari dokter/klinik
pemberi terapi. Ini akan mempermudah penatalaksanaan pada keadaan emergensi dan mencegah
investigasi yang tidak perlu.
l Pada episode perdarahan berat, terutama pada kepala, leher, dada, dan regio abdomen serta gas-
trointestinal yang berpotensi mengancam jiwa, terapi harus dimulai segera, bahkan sebelum kajian
selesai dilakukan.
l Jika perdarahan tidak mereda, meskipun telah diberikan terapi adekuat, kadar faktor pembekuan
harus dimonitor dan inhibitor harus diperiksa jika kadarnya rendah.
l Pemberian desmopresin (DDAVP) dapat meningkatkan kadar FVIII cukup tinggi (2-8 kali kadar
semula) pada pasien-pasien dengan hemofilia A derajat ringan sampai sedang.
Penatalaksanaan tambahan
Strategi-strategi terapi berikut penting, terutama jika konsentrat faktor pembekuan terbatas atau tidak
tersedia, dan dapat mengurangi jumlah produk terapi yang diperlukan.
l RICE (rest, ice, compression, dan elevation) adalah penatalaksanaan tambahan yang penting untuk
perdarahan pada otot dan sendi selain meningkatkan kadar faktor pembekuan dengan konsentrat
faktor pembekuan atau desmopresin pada hemofilia A ringan. Otot dan sendi yang berdarah dapat
diistirahatkan dengan pembebatan, pemasangan gips atau menggunakan kruk (crutch) atau kursi
roda. Pemakaian kantong es atau dingin berguna untuk mengurangi inflamasi, namun es harus
dibungkus handuk dan tidak digunakan secara langsung pada kulit. Direkomendasikan agar es
digunakan selama 20 menit, setiap empat sampai enam jam, sampai bengkak dan nyeri berkurang.
l Obat-obat antifibrinolitik (misalnya asam traneksamat, asam amino kaproat epsilon) selama 5-10
hari efektif sebagai terapi tambahan untuk perdarahan mukosa (misalnya epistaksis, perdarahan
mulut) dan digunakan untuk mengurangi penggunaan produk-produk koagulasi pada tindakan

8 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


ekstraksi gigi. Obat-obat ini harus dihindari pada perdarahan ginjal karena jendalan yang tidak lisis
di dalam pelvis renal dan ureter dapat berakibat seperti batu, menyebabkan kolik ureter dan nefropati
obstruktif. Obat-obat antifibrinolitik sebaiknya tidak digunakan secara bersamaan dengan konsentrat
kompleks protrombin baik yang teraktivasi maupun tidak karena potensi komplikasi trombotik.
(Lihat Bagian 4: Pedoman untuk Pemilihan Konsentrat Faktor Pembekuan dan Obat-obat Lainnya).
l Beberapa inhibitor COX-2 dapat digunakan untuk inflamasi sendi setelah perdarahan akut dan
pada artritis kronik.
Terapi di rumah
Terapi di rumah memungkinkan pasien memperoleh terapi awal yang optimal. Strategi ini idealnya dapat
dicapai dengan penyediaan konsentrat faktor pembekuan atau produk liofilik lain yang aman dan dapat
disimpan di dalam kulkas serta mudah disiapkan. Namun, terapi di rumah dimungkinkan pemberian
kriopresipitat, dengan syarat pasien memiliki lemari pembeku yang sederhana namun dapat diandalkan di
rumah (ini sulit dilakukan). Tetapi konsentrat faktor pembekuan tidak boleh beku.
l Terapi di rumah harus diawasi secara ketat oleh pusat perawatan komprehensif dan dimulai setelah
diberikan pendidikan dan cara penyediaan obat yang adekuat. Sebuah program sertifikasi dapat
dikerjakan dan teknik dimonitor pada kunjungan secara komprehensif.
l Pengajaran harus meliputi pengenalan perdarahan dan komplikasi pada umumnya, perhitungan
dosis, penyediaan obat, penyimpanan serta pemberian faktor pembekuan, teknik aseptik, cara
melakukan pungsi vena (atau akses kateter vena sentral), pencatatan, dan juga penyimpanan yang
sesuai, pembuangan jarum serta penanganan terhadap tumpahan darah.
l Dorongan, dukungan, dan supervisi merupakan kunci untuk keberhasilan terapi rumah dan pengkajian
kembali secara periodik terhadap kebutuhan edukasional, teknik, serta kepatuhan harus dilakukan.
Program resertifikasi periodik dapat dilakukan.
l Pasien atau orang tua harus mencatat kejadian perdarahan yang meliputi tanggal dan lokasi
perdarahan, dosis dan jumlah produk yang dipakai, juga tiap efek samping.
l Perawatan rumah dapat dimulai pada anak-anak muda dengan akses vena adekuat dan anggota
keluarga yang sudah dimotivasi serta menjalani pelatihan adekuat. Anak-anak yang lebih tua dan
remaja dapat belajar menginfus sendiri dengan bantuan keluarga.
l Alat akses vena yang diimplantasi (Port-A-Cath) dapat membuat terapi injeksi jauh lebih mudah,
namun, berkaitan dengan infeksi lokal dan trombosis. Sehingga, risiko dan keuntungan harus
dipertimbangkan dan didiskusikan dengan pasien dan/atau orang tuanya.
Profilaksis
Profilaksis adalah pemberian faktor pembekuan secara teratur untuk mencegah perdarahan dan harus
menjadi tujuan dari semua program perawatan hemophilia.
l Tindakan profilaksis primer diketahui dari pengamatan bahwa pasien hemofilia moderat dengan
kadar faktor pembekuan >1% jarang mengalami perdarahan spontan dan memiliki fungsi sendi
yang jauh lebih baik. Penggantian faktor pembekuan secara profilaktik telah terbukti berguna bahkan
jika kadar faktor tersebut tidak selalu dipertahankan di atas 1%.
l Pada pasien-pasien dengan perdarahan berulang, terutama pada sendi tertentu (sendi target),
profilaksis sekunder jangka pendek selama 4-8 minggu dapat digunakan untuk memutus siklus
perdarahan. Ini dapat dikombinasikan dengan fisioterapi intensif atau sinoviortesis.
l Pemberian konsentrat faktor pembekuan secara profilaktik dianjurkan sebelum melakukan aktivitas
dengan risiko cedera yang lebih besar untuk mencegah perdarahan.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 9


l Saat ini, protokol profilaksis yang paling umum dianjurkan adalah infus 25-40 IU/kg konsentrat
faktor pembekuan tiga kali seminggu untuk hemofilia A dan dua kali seminggu untuk hemofilia B.
Namun, harus diketahui bahwa banyak protokol berbeda diikuti untuk profilaksis, bahkan di dalam
negara yang sama, dan rejimen optimal tetap perlu ditetapkan. Berbagai protokol penggantian
faktor pembekuan untuk profilaksis saat ini sedang dievaluasi.
l Rejimen seperti itu pada anak yang lebih muda seringkali (tidak selalu) membutuhkan pemasangan
alat akses vena yang harus dijaga tetap bersih untuk menghindari komplikasi infeksi dan dibilas
secara adekuat setelah pemberian obat untuk mencegah pembentukan jendalan darah. Risiko dan
morbiditas yang berkaitan dengan alat-alat seperti itu harus dipertimbangkan terhadap keuntungan
dimulainya profilaksis secara lebih awal.
l Profilaksis primer, seperti yang dilakukan sekarang, adalah terapi mahal dan dapat dicapai hanya
jika sumber daya signifikan tersedia di perawatan hemofilia, seperti pada negara-negara maju, dan
bagi beberapa pasien di negara-negara berkembang yang dapat menjangkaunya. Namun, profilaksis
telah terbukti mengurangi perdarahan sendi dengan menjaga fungsi sendi dan meningkatkan kualitas
hidup. Sehingga, bersifat efektif biaya pada jangka panjang karena mengurangi beban biaya tinggi
yang berkaitan dengan penatalaksanaan kerusakan sendi. Studi-studi efikasi biaya dirancang untuk
mengidentifikasi dosis minimum yang dibutuhkan untuk mengurangi biaya perawatan dan
memungkinkan akses terhadap profilaksis secara lebih luas.
Pembedahan
Isu-isu berikut memiliki kepentingan utama ketika melakukan operasi elektif pada seseorang dengan
hemofilia:
l Prosedur bedah harus dilakukan dalam koordinasi dengan tim yang berpengalaman dalam
penatalaksanaan hemofilia.
l Prosedur harus dilakukan di sebuah pusat dengan dukungan laboratorium adekuat untuk monitoring
kadar faktor pembekuan yang andal.
l Kajian preoperatif harus meliputi skrining inhibitor.
l Pembedahan harus dijadwalkan lebih dini pada minggu tersebut dan lebih dini pada hari tersebut
untuk mendapatkan dukungan laboratorium dan bank darah secara optimal jika dibutuhkan.
l Ketersediaan jumlah konsentrat faktor pembekuan har us dipastikan sebelum melakukan
pembedahan mayor untuk hemofilia.
l Dosis dan durasi konsentrat faktor pembekuan tergantung pada tipe operasi yang dilakukan (lihat
Tabel 1, halaman 45).
Inhibitor
Sekitar 10%-15% pasien hemofilia A dan 1%-3% pasien hemofilia B dapat memiliki inhibitor yang persisten
sehingga menyulitkan dalam penggunaan konsentrat faktor pembekuan. Hal-hal berikut harus diperhatikan:
l Mayoritas pasien mengalami pembentukan inhibitor secara dini - dalam 10-20 hari pertama paparan.
l Pasien yang lebih cenderung memiliki inhibitor adalah yang punya defek gen berat seperti delesi
atau inversi gen, nonsense, dan mutasi frameshift.
l Inhibitor mungkin sementara meskipun penggantian faktor spesifik dilakukan terus menerus,
biasanya jika titer rendah (< 5 BU).
l Pasien-pasien yang titer inhibitornya > 5 BU (high responders) cenderung memiliki inhibitor persisten.
Jika tidak diterapi untuk jangka waktu lama, kadar titer dapat turun namun akan ada respon
anamnestik rekuren dalam 3-5 hari ketika dipapar lagi.

10 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


l Bagi anak-anak, inhibitor harus diskrining sekali tiap 3-12 bulan atau tiap 10-20 hari paparan, yang
mana terjadi dulu, dan bagi dewasa sesuai indikasi klinis.
l Inhibitor juga harus diskrining sebelum operasi, dan ketika timbul respon klinis suboptimal terhadap
terapi yang adekuat.
l Inhibitor dengan titer amat rendah mungkin tidak terdeteksi oleh pemeriksaan inhibitor Bethesda,
namun dapat diketahui dengan pemulihan yang buruk dan/ atau pemendekan waktu paruh (T-1/2)
setelah pemberian faktor pembekuan.
Penatalaksanaan perdarahan
l Penatalaksanaan perdarahan pada pasien-pasien dengan inhibitor harus dikonsultasikan dengan pusat
yang berpengalaman dalam penatalaksanaan pasien-pasien seperti itu, dan semua perdarahan serius
harus ditatalaksana di dalam pusat-pusat tersebut.
l Pilihan produk harus didasarkan pada titer inhibitor, catatan respon klinis terhadap produk, dan
lokasi serta sifat perdarahan.
l Pasien-pasien dengan inhibitor yang berespon rendah dapat diterapi menggunakan penggantian
faktor spesifik pada dosis yang jauh lebih besar, jika mungkin, untuk menetralisasi inhibitor dengan
kelebihan aktivitas faktor pembekuan dan menghentikan perdarahan.
l Pasien-pasien dengan riwayat inhibitor berespon tinggi namun titernya rendah dapat diterapi serupa
pada keadaan emergensi, sampai terjadi respon anamnestik, biasanya dalam 3-5 hari, yang kemudian
mencegah terapi lebih lanjut menggunakan produk-produk terapi.
l Dengan kadar inhibitor > 5 BU, agaknya cenderung kurang dimana penggantian faktor spesifik
akan efektif mengatasi inhibitor tanpa pemberian terapi dosis tinggi secara kontinyu.
l Agen-agen alternatif untuk pasien hemofilia dengan inhibitor meliputi agen-agen bypass, seperti
faktor VIIa rekombinan dan konsentrat protrombin kompleks, termasuk yang teraktivasi seperti
FEIBA dan Autoplex.
Reaksi alergi pada pasien hemofilia B dengan inhibitor
Pasien hemofilia B dengan inhibitor memiliki gambaran khusus, karena hingga 50% kasus dapat mengalami
reaksi alergi berat, termasuk anafilaksis terhadap pemberian FIX. Sehingga, pasien hemofilia B yang baru
terdiagnosis, terutama yang dengan riwayat keluarga dan/atau defek genetik yang menjadi predisposisi
untuk munculnya inhibitor, harus diterapi di dalam rumah sakit/klinik yang mampu mengatasi reaksi
alergi berat dalam 10-20 terapi inisial menggunakan konsentrat FIX. Reaksi dapat terjadi lebih lanjut
namun kurang berat.
Induksi toleransi imun
l Pada pasien-pasien dengan hemofilia A dan inhibitor, dimungkinkan eradikasi inhibitor dengan
terapi induksi toleransi imun (ITI). Telah dicoba digunakan berbagai rejimen dengan dosis yang
berbeda, namun masih perlu dicari dosis yang optimal.
l Sebelum terapi ITI, pasien berespon tinggi harus menghindari produk FVIII untuk membuat titer
inhibitor turun dan menghindari peningkatan anamnestik persisten. Beberapa pasien dapat juga
bereaksi terhadap molekul FVIII inaktif di dalam FEIBA.
l Tidak ada persetujuan umum untuk dosis optimal dan frekuensi dosis untuk ITI, sebuah penelitian
internasional sedang berjalan untuk membandingkan 50 IU/kg tiga kali seminggu dengan 200 IU/kg
setiap hari.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 11


l Pengalaman dengan ITI untuk pasien hemofilia B dengan inhibitor sangat terbatas. Prinsip terapi
pada pasien-pasien ini serupa dengan yang disebutkan di atas, namun angka keberhasilan jauh
lebih rendah, terutama pada orang yang inhibitornya berkaitan dengan diatesis alergik. Secara lebih
jauh, pasien hemofilia B dengan inhibitor yang punya riwayat reaksi alergi terhadap FIX dapat
mengalami sindroma nefrotik selama ITI, yang tidak selalu reversibel pada penghentian terapi ITI.
Penggantian ke konsentrat-konsentrat baru
Bagi sebagian besar pasien, penggantian produk tidak menyebabkan timbulnya inhibitor. Namun, pada kejadian
yang jarang, telah terjadi inhibitor dengan pemberian konsentrat FVIII baru pada pasien yang sebelumnya
diterapi. Pada pasien-pasien ini, inhibitor menghilang hanya setelah penarikan produk terkait. Oleh karena itu,
penggantian ke konsentrat faktor yang baru harus selalu dimonitor untuk timbulnya inhibitor.

Konseling Genetik/ Diagnosis Prenatal

l Konseling genetik adalah bagian penting dari perawatan hemofilia untuk membantu orang-orang
dengan hemofilia, karier, dan keluarganya dalam membuat pilihan-pilihan yang lebih jelas mengenai
keinginan memiliki anak dimana ada kemungkinan anaknya menderita hemofilia. Ini melibatkan
sekelompok besar tes untuk diagnosis dan deteksi karier, juga konseling individual.
l Diagnosis prenatal biasanya ditawar kan ketika terminasi kehamilan dipertimbangkan jika janin
yang terkena teridentifikasi. Namun, juga dapat dilakukan untuk membantu keluarga
mempersiapkan dan untuk perencanaan persalinan. Persalinan dengan bantuan harus dihindari jika
janin menderita hemofilia.
l Pengambilan sampel tali pusat (CVS), atau biopsi, adalah metode utama untuk diagnosis prenatal
dan dapat dilakukan pada usia kehamilan 10-11 minggu. Ini sebaiknya tidak dilakukan sebelum
waktu tersebut, karena biopsi yang lebih awal dapat berhubungan dengan abnormalitas anggota
gerak janin.
l Amniosentesis dapat dilakukan pada usia kehamilan 12-15 minggu.
l Semua metode invasif yang digunakan untuk diagnosis prenatal dapat menyebabkan perdarahan
feto-maternal, dan imunoglobulin anti-D harus diberikan jika ibu adalah Rh D negatif.
l Karena prosedur-prosedur ini dilakukan pada awal kehamilan sebelum kadar faktor VIII meningkat
signifikan, sokongan hemostatik mungkin dibutuhkan untuk mencegah perdarahan maternal, jika
kadar maternal berada di bawah 50%.

Persalinan Bayi dengan Hemofilia atau Diduga Hemofilia

l Persalinan bayi dengan hemofilia atau diduga hemofilia harus atraumatik untuk mengurangi risiko
perdarahan. Hindari penggunaan ekstraksi forseps atau vakum pada persalinan pervaginam, dan
prosedur-prosedur invasif pada janin, seperti pengambilan sampel darah kulit kepala serta elektroda
internal pada kulit kepala janin.
l Pada karier dengan kadar faktor yang signifikan rendah (< 50%), penggantian faktor pembekuan
dibutuhkan untuk prosedur bedah atau invasif, termasuk persalinan, meskipun kadar FVIII biasanya
meningkat hingga rentang normal selama trimester kedua dan ketiga. Kebutuhan untuk penggantian
faktor pembekuan harus direncanakan pada periode prenatal.

12 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Vaksinasi

Orang-orang dengan kelainan perdarahan harus divaksinasi, tapi harus mendapat vaksin secara subkutan,
bukan intramuskuler. Poin-poin berikut harus dipertimbangkan:
l Vaksin virus hidup (seperti vaksin polio oral, MMR) harus dihindari pada mereka dengan infeksi
HIV.
l Orang-orang dengan hemofilia yang menderita HIV harus diberi vaksin pneumokokus dan influenza
tahunan.
l Imunisasi terhadap hepatitis B dan A penting untuk setiap orang dengan hemofilia dan dapat
diberikan secara subkutan daripada injeksi intramuskuler.
l Anggota keluarga pasien yang mengelola produk pengobatan juga harus mendapat vaksinasi, namun
hal ini kurang penting bagi mereka yang menggunakan produk-virus tidak aktif.

Isu-isu Psikososial

Seseorang dengan hemofilia dan keluarganya perlu dukungan psikologik serta sosial untuk menerima
suatu penyakit yang bersifat kronik, seringkali menimbulkan nyeri, dan kadangkala mengancam jiwa. Ini
merupakan beban finansial dan membatasi beberapa aspek kehidupan normal.
Berikut ini adalah panduan untuk membantu orang-orang dengan hemofilia dan keluarganya mengatasi
aspek-aspek psikososial dari penyakit tersebut.
l Ketika menyampaikan berita mengenai diagnosis, siapkan pasien untuk berita buruk, bahas dengan
mereka dalam istilah yang lebih sederhana, dan buat mereka dapat mengekspresikan perasaan
mereka mengenai berita tersebut. Apa yang dibutuhkan mereka adalah kepastian bahwa bantuan
dan juga terapi telah tersedia.
l Jika ada kendala, jawab mereka, dan bantu pasien mengatasi emosinya. Berikan perhatian dan
dukung secara sabar.
l Ketika seorang pasien harus menjalani suatu prosedur apapun, jelaskan prosedur tersebut secara
teliti dan dalam istilah yang dipahaminya. Bersikaplah terbuka mengenai nyeri yang terkait dan
kemungkinan komplikasinya. Jawab pertanyaan yang dilontarkan pasien.
l Berhubungan dengan suatu penyakit kronik dapat menyebabkan hilang semangat. Hati-hati terhadap
tanda-tandanya dan bantu pasien melalui periode kehidupannya. Berikan saran dan dukungan untuk
mekanisme penerimaannya.
l Dalam kasus anak, bicaralah pada mereka, bukan hanya pada orangtuanya. Banyak anak dapat
memahami penyakitnya dan dapat bekerjasama dengan dokter jika diberi informasi serta diedukasi
secara benar.
l Jangan abaikan saudara yang sehat.
l Pekerja sosial harus memberikan dukungan untuk pasien dan keluarganya. Jika tidak ada pekerja
sosial, masukkan bantuan organisasi dan kelompok lokal untuk memberikan dukungan yang
dibutuhkan.
l Dokter harus berfungsi sebagai narasumber untuk jaringan penyokong penting ini.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 13


Kehidupan sehari-hari
l Orang-orang dengan hemofilia dapat melakukan tugas-tugas biasanya, sehingga harus disemangati
untuk mengerjakan aktivitas produktif maupun di waktu luang di rumah, tempat kerja maupun
tempat-tempat rekreasi.
l Orang-orang dengan hemofilia harus diyakinkan bahwa mereka mendapat perhatian dan dukungan
moral dari orang lain sehingga tidak menjadi terisolasi serta mengalami depresi.
Berikut ini adalah pedoman dasar untuk berbagai orang/kelompok terkait.
Bagi orang dengan hemofilia
Orang dengan hemofilia harus disemangati untuk:
l Menerima dirinya sebagai orang dengan hemofilia yang dapat berfungsi sempurna dalam lingkungan
meskipun ada kondisi kronik ini.
l Menerima kelebihan dan kekurangannya serta tidak menyalahkan dirinya ataupun orang lain karena
menderita hemofilia.
l Berpikir dan bertingkah laku positif. Melanjutkan tugas-tugas biasanya, memilih aktivitas yang
memiliki risiko cedera lebih kecil.
l Merasa percaya diri ketika menyampaikan perasaan dan pengalaman tentang kondisi kesehatannya
pada anggota keluarga atau teman.
l Selalu memiliki nomer kontak atau alamat orang, klinik, dan pusat-pusat kesehatan yang dapat
memberikan informasi segera serta perhatian medis yang dibutuhkan.
Bagi keluarga
l Pasien dan seluruh anggota keluarga harus mengenali dan mengakui adanya hemofilia di dalam
keluarga.
l Setiap anggota keluarga harus diberi paling tidak informasi dasar mengenai dimensi fisik, psikologik,
dan ekonomik dari hemofilia.
l Anggota keluarga tanpa hemofilia harus ada untuk memberikan dukungan emosional, fisik serta
spiritual, jika dibutuhkan, bagi anggota dengan hemofilia.
l Anggota keluarga harus waspada terhadap perubahan emosional atau tingkah laku dari orang dengan
hemofilia karena dapat mengindikasikan stres yang mungkin berkaitan dengan kejadian perdarahan,
nyeri fisik, atau kesulitan emosional yang mungkin membutuhkan intervensi segera.
l Anggota keluarga, sebagai perawat, har us mencoba tetap tenang ketika perdarahan, nyeri, dan
tanda serta gejala hemofilia lain terjadi pada pasien untuk menunjukkan bahwa kondisi ini dapat
ditatalaksana secara tenang di rumah atau tempat lain.
l Jika dibutuhkan perhatian medis atau hospitalisasi, anggota keluarga harus mampu mengenali
kebutuhan ini dan segera membantu dengan cara apapun untuk menghindari komplikasi lebih
jauh.
l Orang dengan hemofilia harus selalu disemangati untuk bersosialisasi dengan anggota keluarga lain
dan dalam komunitas.
l Aktivitas di dalam atau di luar dengan risiko cedera atau bahaya yang lebih kecil pada orang
dengan hemofilia harus didukung.
l Seorang anak muda aktif dengan hemofilia umumnya memiliki beberapa memar. Orang tua
mungkin secara salah dituduh sebagai penyebab kekerasan pada anak.

14 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Bagi komunitas
l Informasi dasar dan edukasi harus diberikan pada komunitas dimana ada anggota yang teridentifikasi
menderita hemofilia, yang memberikan persetujuan pada pasien/keluarga. Dengan melakukan ini
anggota komunitas akan lebih mau dan memberikan respon terhadap orang dengan kebutuhan
hemofilia. Anggota komunitas harus diberi informasi lengkap bahwa hemofilia bukanlah suatu
penyakit menular, sehingga orang dengan hemofilia harus didukung untuk berpartisipasi di dalam
aktivitas komunitas apapun.

Perawatan gigi

Bagi orang-orang dengan hemofilia, kebersihan mulut yang baik penting untuk mencegah penyakit gusi
serta periodontal.
l Gigi harus disikat paling tidak dua kali sehari untuk pengendalian plak.
l Pasta gigi yang mengandung fluoride sebaiknya dipakai.
l Obat kumur yang mengandung triclosan atau chlorhexidine dapat juga membantu mengurangi plak.
l Dental f loss atau sikat interdental membantu mengurangi plak.
l Orang dengan kelainan perdarahan membutuhkan kerjasama erat antara dokter dan dokter giginya
agar mendapatkan perawatan gigi yang aman dan komprehensif.
Pedoman untuk terapi gigi reguler dari orang dengan kelainan perdarahan adalah sebagai berikut:
l Perjanjian dengan dokter gigi untuk anak-anak dengan kelainan perdarahan, dan juga edukasi
mengenai seluk beluk gigi yang bersifat preventif bagi anak serta perawatnya, harus dimulai ketika
gigi bayi mulai tumbuh.
l Injeksi dalam, prosedur bedah - terutama yang melibatkan tulang (ekstraksi, gigi implan) - atau
blok anestesi lokal regional harus dilakukan hanya setelah kadar faktor pembekuan ditingkatkan
secara tepat.
l Infeksi mulut harus diobati dengan antibiotik sebelum dilakukan prosedur bedah.
l Kajian gigi secara komprehensif dibutuhkan pada usia kira-kira 12 atau 13, untuk merencanakan
di masa mendatang dan untuk memutuskan pencegahan kesulitan-kesulitan yang disebabkan oleh
overcrowding atau misplaced gigi molar ketiga atau gigi lainnya.
l Untuk orang dengan hemofilia ringan atau moderat, terapi gigi non bedah dapat dilakukan dengan
perlindungan antifibrinolitik (asam traneksamat atau asam amino kaproat epsilon), namun harus
dikonsultasikan dengan ahli hematologi sebelum dilakukan prosedur lain.
l Untuk orang dengan hemofilia A ringan (FVIII > 5%), pembersihan karang dan beberapa operasi
minor dapat dilakukan dengan perlindungan desmopresin (DDAVP). (Lihat Bagian 4, Pedoman
untuk Pemilihan Konsentrat Faktor Pembekuan dan Obat-obat Lain).
l Untuk yang dengan hemofilia berat, penggantian faktor pembekuan diperlukan sebelum operasi
atau injeksi blok regional atau pembersihan karang. (Lihat Bagian 5, Terapi Perdarahan pada
Hemofilia untuk detilnya).
l Penggunaan lokal lem fibrin dan obat kumur asam traneksamat sebelum serta setelah ekstraksi
gigi adalah metode yang aman dan murah untuk membantu mengendalikan perdarahan.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 15


l Asam traneksamat digunakan secara topikal untuk mengurangi perdarahan secara signifikan,
direkomendasikan digunakan 10 ml larutan 5% sebagai obat kumur mulut selama dua menit,
empat kali sehari untuk tujuh hari. Ini dapat digunakan bersama dengan tablet asam traneksamat
oral sampai lima hari. (Lihat Bagian 4, Pedoman untuk Pemilihan Konsentrat Faktor Pembekuan
dan Obat-obat Lain).
l Perdarahan dapat diperberat oleh pereda nyeri (analgesik) seperti ASA atau NSAID lain seperti
indometasin. Parasetamol/asetaminofen dan kodein adalah analgesik alternatif yang aman.
l Setelah ekstraksi gigi, diet cairan dingin dan makanan padat halus harus dijalani selama 5-10 hari.
Merokok harus dihindari.
l Setiap pembengkakan, kesulitan menelan (disfagia), atau suara serak harus selalu dilaporkan pada
dokter gigi/ahli hematologi dengan segera.
l Adanya infeksi yang ditularkan lewat darah pada orang dengan hemofilia sebaiknya tidak
mempengaruhi akses ke perawatan gigi.
l Profilaksis antibiotik harus diberikan pada pasien-pasien dengan penggantian sendi prostetik.
l Semua pencegahan, sama seperti untuk tiap prosedur bedah, harus diperhatikan.
Orang dengan hemofilia atau kecenderungan perdarahan kongenital adalah kelompok prioritas untuk
perawatan kesehatan mulut dan gigi, karena perdarahan setelah terapi gigi dapat menyebabkan komplikasi
yang berat bahkan fatal. Perawatan mulut yang sehat dan pencegahan problem gigi memiliki kepentingan
yang besar, tidak hanya untuk kualitas hidup dan nutrisi namun juga untuk menghindari bahaya pembedahan.

Monitoring Hasil Terapi

Pasien harus dievaluasi sekali setiap 6-12 bulan untuk hal-hal berikut:
l Status muskuloskeletal: pengukuran skor klinis tahunan, dan skor radiologik sesuai indikasi;
l Penggunaan konsentrat faktor pembekuan;
l Timbulnya inhibitor: melakukan tes skrining untuk inhibitor seperti yang disebutkan di atas;
l Infeksi-infeksi terkait transfusi (jika perlu): evaluasi infeksi umumnya untuk HIV, HCV, dan HBV,
infeksi lain sesuai indikasi; dan
l Kualitas hidup.

Olah Raga dan Hemofilia

l Aktivitas olahraga harus didukung untuk meningkatkan kekuatan otot dan percaya diri. Pilihan olah
raga disesuaikan dengan keinginan, kemampuan, kondisi fisik, budaya lokal, dan sumber daya.
l Aktivitas berdampak kecil seperti berenang dan golf harus didukung. Olahraga kontak seperti
sepak bola, rugby, tinju dan gulat tidak dianjurkan. Pasien harus berkonsultasi dengan dokter sebelum
melakukan aktivitas olahraga untuk membahas kesesuaian, pakaian protektif, serta profilaksis
sebelum aktivitas.
l Pasien harus didorong untuk melakukan kegiatan kegiatan olahraga yang terorganisir dibandingkan
aktivitas yang tidak terstruktur yang tanpa peralatan pelindung dan kurang pengawasan.

16 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


BAGIAN 2

DIAGNOSIS LABORATORIK

Pendahuluan

Beberapa kelainan perdarahan yang berbeda dapat memiliki gejala klinis yang sangat mirip. Untuk bisa
memastikan bahwa seorang pasien mendapat terapi yang benar, diagnosis yang tepat sangat penting.
Bagian ini memberikan pedoman umum untuk diagnosis hemofilia. Untuk informasi detil mengenai aspek-
aspek teknis dan instruksi spesifik mengenai tes skrining serta pemeriksaan faktor pembekuan, silakan
merujuk pada manual laboratorium WFH, Diagnosis Hemofilia dan Kelainan Perdarahan Lain.
Diagnosis yang akurat hanya dapat dibuat dengan dukungan pelayanan laboratorium yang komprehensif
dan akurat. Ini tergantung pada laboratorium yang mengikuti beberapa protokol serta prosedur ketat,
yang memerlukan:
l Pengetahuan dan keahlian dalam pemeriksaan koagulasi laboratorik;
l Penggunaan peralatan dan reagen yang benar; serta
l Jaminan kualitas.

Pengetahuan dan Keahlian dalam Pemeriksaan Koagulasi Laboratorik

Prinsip-prinsip diagnosis

l Pemahaman gambaran klinis hemofilia dan ketepatan diagnosis klinis.


l Menggunakan tes skrining untuk mengidentifikasi penyebab potensial dari perdarahan, sebagai
contoh, hitung trombosit, waktu perdarahan (bleeding time, BT), waktu protrombin (prothrombin
time, PT), activated partial thromboplastin time (aPTT).
l Konfirmasi diagnosis dengan pemeriksaan faktor pembekuan.
Aspek-aspek teknis
Persiapan pasien sebelum mengambil sampel darah
l Pasien harus diberitahu untuk puasa sebelum tes darah. Puasa membuat darah bersih dari kelebihan
lipid, yang dapat mempengaruhi pengukuran protein pada mesin analis otomatis.
l Pasien harus diberitahu untuk menghindari obat-obat yang dapat mempengaruhi hasil tes - seperti
ASA, yang dapat sangat mempengaruhi fungsi trombosit dan memperpanjang waktu perdarahan.
Pengambilan sampel
l Sampel sebaiknya diambil di dekat laboratorium untuk memastikan transpor yang cepat ke
laboratorium. Dalam kondisi keterlambatan transportasi (> 1 jam), sampel harus dikirim di dalam

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 17


es - pada kasus-kasus ini, sampel diambil hanya setelah pasien beristirahat setelah 15-30 menit.
l Pungsi vena harus bersih dan sampel diambil dalam satu menit setelah pemasangan tornikuet
tanpa adanya banyak stasis vena.
l Darah diambil dengan spuit plastik menggunakan jarum pendek kupu-kupu (ukuran standar [SWG]
19-21 untuk dewasa dan SWG 22-23 untuk anak kecil).
l Darah dari kateter yang menetap harus dihindari untuk pemeriksaan koagulasi. Timbulnya busa pada
sampel darah juga harus dihindari. Seringkali dilakukan pembuangan 2 ml darah pertama yang diambil.
l Sampel harus ditaruh dalam tabung sitrat (3.2% aqueous trisodium citrate dehydrate atau 3.8% aque-
ous trisodium citrate pentahydrate merupakan antikoagulan yang cocok) dengan mempertahankan
proporsi darah terhadap sitrat 9 : 1.
l Pencampuran segera dan adekuat dengan larutan sitrat harus dilakukan dengan cara membalik
secara lembut.
l Sampel harus diproses segera. Jika ada keterlambatan dalam melakukan tes, plasma miskin trombosit
(plasma poor platelet,PPP) (lihat bawah) harus disiapkan dan disimpan pada 4C di mana ini dapat
bertahan 2 jam sebelum melakukan pemeriksaan. Jika tes akan dilakukan jauh lebih lambat, plasma
harus segera dibekukan pada -30C di mana bisa disimpan sampai beberapa minggu, atau sampai
6 bulan jika disimpan pada -70C.

Persiapan plasma miskin trombosit (PPP)


l Ini disiapkan dengan sentrifugasi sampel pada 2000 g (3500 rpm pada dudukan sentrifugasi standar)
selama 15 menit (jika mungkin pada 4C).
l PPP dapat disimpan pada suhu kamar (20-25C) untuk pemeriksaan PT dan faktor VII, namun
untuk semua tes lain lebih baik disimpan pada 4C.
l Tes lebih baik dilakukan dalam 2 jam setelah pengambilan sampel; jika tidak PPP harus dibekukan
pada suhu -30C sampai -70C seperti yang telah dijelaskan di atas.

Titik akhir deteksi


Banyak laboratorium saat ini memiliki beberapa bentuk mesin analis koagulasi semi otomatis atau otomatis.
Namun, bagi yang menggunakan teknik manual, deteksi titik akhir pembekuan secara akurat membutuhkan
cukup keahlian, terutama jika waktu pembekuan memanjang dan jendalan darahnya tipis serta ringan.
l Penting untuk menggunakan konvensi seragam yang akan diikuti dalam laboratorium untuk secara
konsisten mendeteksi titik akhir pembekuan.
l Tabung harus dicelupkan dan diangkat dari wadah air dengan sudut tertentu untuk mengamati
jendalan sehingga temperatur dimana terjadi pembekuan tetap konstan (37C).
Tes skrining
l Tes-tes berikut dapat digunakan untuk menyaring seorang pasien yang diduga mengalami kelainan
perdarahan: hitung trombosit, BT, PT, dan aPTT.
l Berdasarkan tes-tes ini, kategori kelainan perdarahan dapat diidentifikasi (lihat tabel di bawah).
l Tes-tes skrining ini mungkin tidak bisa mendeteksi abnormalitas pada pasien-pasien dengan kelainan
perdarahan ringan dan yang dengan defisiensi faktor XIII (FXIII) atau yang dengan aktivitas inhibi-
tor fibrinolitik rendah (alfa 2 antiplasmin, PAI-1).

18 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Kemungkinan kondisi PT aPTT BT Hitung trombosit
Normal Normal Normal Normal Normal
Hemofilia A atau B Normal Memanjang Normal Normal
VWD Normal Normal atau Normal atau Normal atau
memanjang memanjang berkurang
Defek trombosit Normal Normal Normal atau Normal atau
memanjang berkurang

Studi-studi koreksi (mixing)


l Studi koreksi atau mixing menggunakan normal pooled plasma (NPP) akan membantu menetapkan
apakah waktu koagulasi yang memanjang disebabkan oleh defisiensi faktor atau inhibitor
antikoagulan yang beredar. (Untuk detil dari pemeriksaan inhibitor, lihat Manual Laboratorium
WFH).
l Studi koreksi dengan plasma defisien FVIII/ IX dapat digunakan untuk mengidentifikasi defisiensi
tertentu jika pemeriksaan faktor tidak dimungkinkan.
Pemeriksaan faktor
Pemeriksaan faktor dibutuhkan pada situasi-situasi berikut:
l Untuk menentukan diagnosis (Untuk detil teknis, lihat Manual Laboratorium WFH.)
l Untuk memonitor terapi
- Monitoring laboratorik untuk konsentrat faktor pembekuan dimungkinkan dengan melakukan
pemeriksaan kadar faktor pembekuan sebelum dan setelah infusi.
- Jumlah aktual dari faktor pembekuan yang diberikan pada pasien harus memprediksikan kenaikan
di dalam kadar darah. Pendekatan ini terutama penting jika akan dilakukan prosedur bedah. Ini
juga berguna untuk mengetahui hubungan respon dosis.
- Pemulihan yang lebih lambat dari yang diharapkan dapat menjadi indikator awal untuk adanya
inhibitor.
l Untuk menguji kualitas kriopresipitat
- Pengecekan konsentrasi FVIII yang ada di dalam kriopresipitat sebagai bagian dari kontrol kualitas
produk ini sangat membantu. Pedoman dari American Association of Blood Banks saat ini
merekomendasikan kandungan faktor VIII sebesar 80 unit per kantong.
l Untuk mendeteksi karier
- Analisis fenotip atau genetik dari karier hemofilia membutuhkan keahlian yang tidak tersedia
pada banyak laboratorium.
- Dalam kasus analisis fenotip, rasio faktor VIII:C (FVIII:C) terhadap antigen faktor Von Willebrand
(VIII:C/VWF:Ag) normalnya adalah 1.0. Hasil kurang dari 0.7 memberikan kemungkinan 80%
dari seorang wanita menjadi karier. Tes ini harus diulang sebelum diagnosis dipastikan. (Untuk
lebih detil, lihat Manual Laboratorium WFH).
- Karena beberapa karier obligat dapat memiliki rasio FVIII:C/VWF:Ag yang normal, mungkin
tidak bisa mendeteksi karier hemofilia secara fenotip pada semua kasus.
Oleh karena itu, tes genotip merupakan metode yang lebih akurat untuk deteksi karier berdasarkan
analisis linkage atau identifikasi mutasi secara langsung.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 19


Staf terlatih
Tes skrining koagulasi yang paling sederhana sekalipun memiliki sifat yang kompleks. Seorang ahli teknologi
yang tertarik dalam bidang koagulasi membutuhkan pemahaman yang mendalam terhadap tes-tes agar
bisa mencapai hasil akurat. Sangat menguntungkan jika memiliki seorang ahli teknologi yang menjalani
pelatihan lebih lanjut di suatu pusat spesialistik.
l WFH menawarkan beasiswa untuk pelatihan laboratorium yang lebih terspesialisasi, biasanya pada
pusat pelatihan hemofilia internasional.
l Kursus pelatihan bagi para pelatih telah dibuat oleh WFH sehingga ahli teknologi yang terlatih
bisa melatih yang lain, yang kemudian kembali ke negaranya dan melanjutkan proses tersebut.
l Pelatihan laboratorium merupakan bagian kunci dari aktivitas WFH. Tujuan dari pelatihan ini
adalah untuk menunjukkan dan mengajarkan ketrampilan koagulasi praktis, dengan menyampaikan
pesan bahwa hasil yang baik bisa didapat menggunakan peralatan serta teknologi dasar dengan
syarat dilakukan praktek laboratorium yang baik. Ketrampilan ini kemudian dapat dikembangkan
menjadi teknologi yang lebih otomatis.

Penggunaan Peralatan dan Reagen yang Benar

Peralatan dan reagen adalah sarana yang penting bagi tiap laboratorium. Berikut ini adalah kebutuhan
untuk pengujian laboratorium yang akurat.
Peralatan
l Water bath - harus ditaruh di tempat yang cukup terang. Temperatur wadah ini harus 37C 0.5C.
l Sumber penerangan yang baik harus diberikan di dekat water bath agar bisa mengamati pembentukan
jendalan secara akurat.
l Penghitung waktu dibutuhkan untuk mengukur waktu.
l Pipet otomatik (baik dengan volume tetap atau variabel) yang mampu menghantarkan 0.1 ml dan
0.2 ml secara akurat dibutuhkan.
l Tabung tes kaca soda yang bersih (7.5 cm x 1.2 cm) harus digunakan untuk tes pembekuan dan
penggunaan ulang tidak direkomendasikan.
l Secara serupa, penggunaan ulang plastik atau bahan dari kaca harus dihindari sebisa mungkin,
kecuali diikuti pedoman pencucian secara ketat. Bahan-bahan plastik yang dipakai di dalam analiser
koagulasi tidak boleh digunakan ulang.
l Sejumlah koagulometer semi otomatis dan otomatis saat ini telah tersedia. Peralatan ini memiliki
beberapa keuntungan:
- Akurasi pembacaan titik akhir.
- Kemampuan dalam melakukan pemeriksaan berbasis jendalan multipel.
- Reduksi kesalahan observasi. Titik akhir reaksi diukur secara elektromekanik atau foto elektrik.
- Reaksi dilakukan dalam kuvet polistiren (jernih) dan bukan tabung kaca.

20 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Semua peralatan membutuhkan perawatan sehingga bisa berfungsi baik.

l Ketika peralatan dibeli, perhatian harus diberikan dan sarana-sarana di lakukan perawatan secara
rutin oleh seorang ahli produk.
l Pipet harus diperiksa agar bisa berfungsi akurat.
l Water bath, kulkas, dan freezer harus diperiksa temperaturnya secara reguler.
Reagen
l Sebaiknya dipastikan terjaminnya kelangsungan pasokan reagen, dengan selalu memperhatikan
jumlah reagen dan waktu simpan. Hal ini dapat dicapai dengan meminta pemasok untuk mengatur
pengiriman
l Perubahan ke sumber material yang lain tidak direkomendasikan kecuali ada problem suplai atau
karena ada keraguan kualitas dengan hasil tertentu. Berbagai merk mungkin memiliki sensitifitas
yang sangat berbeda dan tidak boleh digunakan secara berdampingan.
l Instruksi yang dilampirkan pada reagen harus diikuti. Sebuah pusat rujukan harus dihubungi jika
ada keraguan.
l Perhatian khusus harus diberikan pada stabilitas reagen. Jika reagen dibentuk kembali atau dicairkan
untuk penggunaan harian, kualitasnya akan sangat menurun, terutama pada temperatur yang tinggi.
l Jika tes dan reagen yang sesuai telah ditetapkan, rentang normal idealnya harus ditetapkan.

Jaminan Kualitas

l Jaminan kualitas (quality assurace, QA) merupakan istilah umum yang digunakan untuk menjelaskan bahwa
semua tindakan telah dilakukan untuk memastikan keandalan pengujian serta pelaporan laboratorium.
l Jaminan kualitas (quality assurace, QA) mencakup semua aspek proses diagnosis dari pengambilan
sampel, separasi dan analisis, serta kontrol kualitas internal (internal quality control, IQC) sampai
pada pelaporan hasil dan memastikan bahwa ini sampai kepada dokter.
l Kontrol kualitas interna (IQC) digunakan untuk menetapkan apakah suatu rangkaian teknik dan
prosedur yang dilakukan konsisten sepanjang waktu. Sampel plasma normal dan abnormal harus
tercakup dalam ini.
l Adalah tanggungjawab setiap orang yang terlibat untuk memastikan bahwa prosedur dilakukan
dengan cara yang benar.
l Partisipasi dalam suatu kajian kualitas eksternal adalah bagian penting dari QA.

External quality assessment scheme (EQAS)

Sangat dianjurkan agar laboratorium berpartisipasi dalam external quality assessment scheme (EQAS). Pada
dasarnya ini adalah suatu pola yang mengaudit efektivitas dari sistim QA internal dalam suatu laboratorium
dan memberikan pengujian terhadap kompetensi laboratorium tersebut.
l EQAS membantu mengidentifikasi derajat persetujuan antara hasil laboratorium dan yang diperoleh
oleh laboratorium lain.
l Partisipasi dalam pola seperti ini membantu membangun kepercayaan antara sebuah laboratorium
dengan penggunanya.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 21


l EQAS WFH/ World Health Organization (WHO) secara spesifik dirancang untuk memenuhi
kebutuhan pusat-pusat terapi hemofilia di seluruh dunia. Pola ini meliputi analisis yang relevan
dengan diagnosis dan penatalaksanaan perdarahan. Detil dari pola ini, yang dikerjakan dari U.K.
National Quality Assessment Scheme di Sheffield, dapat diperoleh dari WFH.
l Pola kajian kualitas nasional dan internasional lain juga tersedia.
Dalam upaya memperoleh keandalan pengujian tingkat tinggi dan untuk berpartisipasi secara sukses di
dalam EQAS, laboratorium harus memiliki akses terhadap material dan standar rujukan internasional
serta harus memastikan pelatihan yang adekuat dan berkesinambungan bagi para stafnya.
Material dan standar rujukan
Material dan standar rujukan penting untuk standarisasi tes serta prosedur pemeriksaan yang digunakan
di laboratorium. Ini memberikan rujukan mudah yang tanpanya hasil akurat tidak bisa dijamin.
l Normal pooled plasma yang sesuai dengan material rujukan internasional WHO dapat digunakan.
Lihat di bawah untuk cara bagaimana menghasilkan normal pool.
l Penting untuk konsisten dan menggunakan standar plasma ketika memeriksa sampel plasma dan
standar konsentrat ketika memeriksa konsentrat.
l Standar dan plasma rujukan tersedia secara komersial dan dapat digunakan untuk mengukur plasma
rujukan lokal, karena sesuai dengan standar internasional WHO.
l Standar internasional WHO tersedia secara langsung dari National Institute for Biological Standards
and Control (NIBSC), yang pusatnya di Inggris.

Persiapan normal pooled plasma (NPP)


l Minimal 20 sampel darah (masing-masing 10-20 ml) dari subjek sehat diambil dalam sitrat dan
diputar segera pada kecepatan 2000 g selama 15 menit (jika mungkin pada 4C).
l Plasma dari semua sampel dikumpulkan secara bersama-sama dan 500 ul aliquot darinya dibekukan
segera pada suhu -70C. Perhatian diberikan agar tidak menimbulkan busa ketika mencampur.
l Pada tiap pemeriksaan, satu aliquot bisa dilepas, dicairkan pada suhu 37C kemudian dicampur
secara lembut dan disimpan segera di dalam es. Ketika sudah dicairkan, ini tidak boleh dibekukan
dan digunakan ulang.
l Pengocokan kuat terhadap sampel plasma harus dihindari.

22 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


BAGIAN 3

KOMPLIKASI MUSKULOSKELETAL DARI HEMOFILIA

Pendahuluan

Lokasi perdarahan paling sering pada seseorang dengan hemofilia adalah sendi dan otot ekstremitas.
Tergantung pada derajat beratnya penyakit, berdasarkan kadar faktor pembekuan, episode perdarahan
cukup sering terjadi dan spontan pada hemofilia berat (< 1%) atau terjadi paling sering setelah trauma
minor pada hemofilia moderat (1-5%). Pada seseorang dengan hemofilia ringan (5-40%) perdarahan biasanya
terjadi dengan trauma atau pembedahan mayor.
Komplikasi-komplikasi ortopedik umum dari hemofilia dijelaskan di bawah ini.

Hemartrosis Akut

l Pada anak dengan hemofilia berat, hemartrosis spontan pertama kali biasanya terjadi sebelum usia
2 tahun, namun bisa terjadi belakangan.
l Jika tidak diterapi adekuat, perdarahan berulang akan menyebabkan penurunan progresif dari fungsi
sendi dan otot.
l Ini akan menyebabkan hilangnya fungsi secara berat akibat deformitas sendi, kurangnya gerak,
atropi otot, dan kontraktur dalam 1-2 dekade pertama kehidupan.
l Asal mula perdarahan adalah sinovium. Ini adalah jaringan yang amat tipis dan sangat vaskuler,
yang membatasi dan melubrikasi ruang sendi.
l Perdarahan yang sangat dini pada sendi dapat dikenali oleh orang yang mengalaminya sebagai rasa
kesemutan dan kencang di dalam sendi. Aura ini mendahului kejadian sesungguhnya dari gambaran
klinis hemartrosis akut - nyeri, bengkak, dan keterbatasan gerak.
l Jika darah mengisi ruang sendi, sendi akan tampak bengkak dan teraba hangat serta lunak. Ini
akan menyebabkan sendi mencari posisi paling nyaman, yaitu fleksi. Setiap upaya untuk mengubah
posisi akan menyebabkan lebih nyeri, sehingga membatasi gerak. Spasme otot sekunder terjadi
karena pasien mencoba mencegah tiap gerakan.
l Tujuan terapi hemartrosis akut adalah menghentikan perdarahan sesegera mungkin. Idealnya, ini
dimulai ketika orang tersebut mengenali aura.
l Langkah awal paling penting dalam penatalaksanaan hemartrosis akut adalah penggantian faktor
pembekuan sesegera mungkin pada kadar yang cukup tinggi untuk menghentikan perdarahan. (Lihat
Tabel 1, halaman 45).
l Metode paling efektif untuk memberikan penggantian faktor pembekuan segera adalah program
terapi rumah yang memungkinkan pasien dengan hemofilia (atau anggota keluarganya) memberikan
faktor tersebut pada waktu yang tepat. Perdarahan sendi yang tidak berespon dalam 12-24 jam harus
dievaluasi oleh pemberi pelayanan kesehatan.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 23


l Tindakan-tindakan lain untuk membantu mengendalikan perdarahan dan meredakan nyeri adalah
sebagai berikut:
- Istirahat dalam posisi yang nyaman.
- Imobilisasi (parsial dan temporer) dengan bantal, kruk (crutch), splint, sling tergantung sendi yang
terkena.
- Kantong es dapat digunakan segera dan dilanjutkan minimal untuk 12 jam pertama. Es tidak
boleh kontak langsung dengan kulit.
- Elevasi sendi yang terkena.
- Dapat digunakan balut tekan yang dapat diterima.
- Penggunaan narkotik sebagai analgesik harus diawasi secara seksama, namun kalau bisa dihindari
karena sifat kronik dari episode perdarahan dan risiko ketergantungan.
- Obat anti inflamasi non steroid (NSAID) dan yang mengandung ASA merupakan kontraindikasi
selama episode perdarahan akut. Namun, beberapa NSAID inhibitor COX-2 tertentu dapat
digunakan secara hati-hati.
l Fisioterapi harus ditekankan sebagai bagian aktif dari penatalaksanaan episode perdarahan sendi
akut.
- Segera setelah nyeri dan bengkak mulai berkurang, pasien harus mencoba mengubah posisi sendi
yang terkena dari posisi nyaman ke posisi fungsi.
- Ini berarti secara bertahap mengurangi fleksi sendi dan berupaya ekstensi sempurna.
- Untuk mencapai ekstensi meliputi peregangan lembut, pasif dan yang lebih penting, kontraksi
otot aktif.
- Lebih cepat sendi berada pada posisi fungsi, lebih cepat pula terjadi pengendalian otot aktif dan
ini pada gilirannya akan mencegah atropi otot serta hilangnya pergerakan sendi.
Aspirasi
Pada suatu hemartrosis akut, aspirasi (pengeluaran darah dari sendi) dapat dipertimbangkan. Jika ada
akumulasi darah dalam jumlah banyak di dalam sendi, pengeluaran darah secara dini dapat menyebabkan
peredaan nyeri secara cepat dan secara teoritik mengurangi efek kerusakan terhadap kartilago artikuler.
Tapi, aspirasi sendi biasanya tidak praktis karena idealnya dilakukan sangat awal setelah episode perdarahan
(< 12 jam) dan harus dilakukan di dalam fasilitas kesehatan oleh seorang dokter.
l Situasi-situasi dimana aspirasi sendi dapat dipertimbangkan meliputi:
l Tidak boleh dilakukan aspirasi jika ada infeksi kulit di atasnya.
l Adanya inhibitor juga harus dipertimbangkan sebagai penyebab untuk persistensi perdarahan
meskipun telah diberikan penggantian faktor secara adekuat dan ini harus disingkirkan sebelum
aspirasi dicoba.
l Ketika dilakukan aspirasi, ini harus dalam keadaan kadar faktor pembekuan paling tidak 30%-50%
selama 48-72 jam. Aspirasi sendi tidak boleh dilakukan dalam kondisi-kondisi dimana penggantian faktor
pembekuan tidak tersedia.
l Sebaiknya digunakan jarum ukuran besar, paling tidak ukuran 16.
l Sendi harus diimobilisasi secara sempurna selama satu jam setelah aspirasi.

24 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Hematoma Otot

Lokasi perdarahan jaringan lunak dan otot yang membutuhkan penatalaksanaan segera adalah yang
mengenai kelompok otot fleksor di lengan serta tungkai. Lokasi perdarahan paling penting adalah yang
punya risiko mengganggu fungsi neurovaskuler. Ini meliputi:
l Otot iliopsoas yang dapat menyebabkan palsi saraf femoralis;
l Otot gastrocnemius yang dapat menyebabkan cedera saraf tibialis posterior dan kontraktur otot
yang menyebabkan deformitas equinus; serta
l Kelompok fleksor otot lengan bawah yang menyebabkan kontraktur iskemik Volkmann.
Penatalaksanaan perdarahan-perdarahan tersebut meliputi sebagai berikut:
l Perdarahan otot ini membutuhkan evaluasi klinis lengkap dan monitoring.
l Penggantian faktor pembekuan harus dimulai segera.
l Perdarahan berat pada lokasi-lokasi kritis ini memerlukan penggantian faktor pembekuan dengan
kadar yang lebih besar dan durasi yang lebih lama. (lihat Tabel 1, halaman 45).
l Tindakan-tindakan lain seperti yang telah dibahas di atas untuk perdarahan sendi akut, seperti
elevasi ekstremitas yang terkena dan fisioterapi, juga harus diikutkan dalam penatalaksanaan
perdarahan otot akut.

Hemartrosis Kronik

Jika ada episode perdarahan berulang pada suatu sendi (sendi target), terjadilah perubahan kronik.
Perubahan-perubahan ini mempengaruhi semua jaringan di dalam dan di sekitar sendi tersebut; sinovium
dan kartilago, kapsul dan ligamen, otot dan tulang.
l Sinovitis kronik biasanya dijumpai pada dekade pertama dan kedua kehidupan.
l Penatalaksanaan artropati hemofilik kronik tergantung pada tahapan dimana ini dijumpai.
Sinovitis kronik
Dengan adanya perdarahan berulang pada suatu sendi, sinovium mengalami inflamasi kronik dan pada
akhirnya hipertropi, menyebabkan sendi yang tampak sangat bengkak. Pembengkakan ini biasanya tidak
tegang ataupun nyeri sekali. Atropi otot seringkali dijumpai meskipun masih ada lingkup gerak sendi
yang relatif masih baik.
Diagnosis dibuat dengan melakukan pemeriksaan fisik secara detil terhadap sendi tersebut. Adanya hipertropi
sinovial dapat dikonfirmasi melalui ultrasonografi dan MRI. Foto polos dan terutama MRI akan membantu
menetapkan perluasan per ubahan ar tikuler. Tujuan terapi adalah mengendalikan sinovitis dan
mempertahankan fungsi sendi yang baik. Pilihan-pilihan terapi meliputi:
l Latihan tiap hari untuk meningkatkan kekuatan otot dan mempertahankan gerakan sendi merupakan
hal yang penting. Penggantian faktor pembekuan idealnya diberikan dengan frekuensi dan tingkat
dosis yang cukup untuk mencegah perdarahan berulang.
l Jika tersedia konsentrat dalam dosis yang cukup, pemberian terapi profilaksis sekunder jangka
pendek (6-8 minggu) dengan fisioterapi intensif sangat menguntungkan.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 25


l NSAID (inhibitor COX-2).
l Injeksi steroid kerja lama secara intra artikuler.
Sinovektomi
Sinovektomi sebaiknya dipertimbangkan jika sinovitis kronik menetap dengan perdarahan rekuren sering
yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain. Pilihan-pilihan untuk sinovektomi meliputi sinoviortesis
kimiawi atau radioisotop dan sinovektomi artroskopik atau secara bedah terbuka.
l Sinovektomi bedah, baik terbuka atau artroskopik, membutuhkan sumber daya yang sangat banyak
dari suatu tim berpengalaman, di suatu pusat terapi hemofilia yang telah ditetapkan, dan penyediaan
faktor pembekuan yang banyak. Sinovektomi bedah jarang dibutuhkan saat ini dan hanya
dipertimbangkan jika prosedur kurang invasif dan sama efektif lain gagal.
l Sinovektomi non bedah harus menjadi prosedur pilihan untuk menerapi sinovitis hemofilik kronik.
Secara jelas, sinovektomi radioisotop menggunakan emitter beta murni (phosphorus-32 atau yttrium-90)
merupakan yang paling efektif dan paling tidak invasif. Cara ini mempunyai efek samping paling
sedikit dan dilakukan pada keadaan rawat jalan secara sederhana. Cara ini juga membutuhkan fisioterapi
lanjutan yang minimal. Hanya dibutuhkan faktor pembekuan dosis tunggal pada isotop dosis tunggal.
l Jika tidak ada radioisotop maka sinovektomi kimiawi merupakan alternatif yang tepat. Baik
rifampisin maupun oksitetrasiklin dapat digunakan. Sinovektomi kimiawi membutuhkan injeksi
mingguan sampai sinovitis terkontrol. Injeksi yang menimbulkan nyeri ini membutuhkan obat,
dan dosis faktor pembekuan dibutuhkan untuk tiap injeksi. Biaya yang murah dari agen kimiawi
ini diimbangi dengan perlunya injeksi multipel.
Artropati hemofilik kronik
Hal ini dapat timbul pada dekade kedua kehidupan, kadangkala lebih awal, tergantung pada derajat beratnya
perdarahan dan terapinya. Ini disebabkan oleh sinovitis kronik persisten dan hemartrosis rekuren yang
menyebabkan kerusakan ireversibel pada kartilago sendi.
l Dengan hilangnya kartilago yang semakin berat, suatu kondisi artritis progresif timbul bersamaan
dengan kontraktur jaringan lunak sekunder, atropi otot serta deformitas anguler.
l Dengan bertambahnya kronisitas artropati, terjadi pengurangan pembengkakan akibat fibrosis
progresif sinovium dan kapsul.
l Hilangnya gerak umum terjadi pada kontraktur fleksi yang menyebabkan kehilangan fungsi paling
signifikan.
l Nyeri bisa muncul bisa tidak.
Gambaran radiografik dari artropati hemofilik kronik tergantung pada tahapan keterlibatan.
l Perubahan-perubahan awal akan menunjukkan pembengkakan jaringan lunak, pertumbuhan
berlebihan dari epifisis, dan osteoporosis.
l Penyempitan ruang kartilago bervariasi dari minimal hingga hilang sama sekali.
l Erosi tulang dan kista tulang subkondral akan muncul, menyebabkan permukaan tulang artikuler
yang ireguler, yang dapat menyebabkan deformitas anguler.
l Ankilosis tulang/fibrosa dapat terjadi.
Tujuan terapi adalah memperbaiki fungsi sendi dan meredakan nyeri. Pilihan-pilihan terapi untuk artropati
hemofilik kronik akan tergantung pada:
l Tahapan kondisi tersebut;

26 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


l Gejala pasien; dan
l Ketersediaan sumber daya
Fisioterapi dengan pengawasan merupakan bagian paling penting dari penatalaksanaan tahapan ini.
Penggantian faktor pembekuan diperlukan jika terjadi perdarahan berulang selama fisioterapi. Nyeri harus
dikendalikan dengan analgesik yang sesuai.
l Narkotika harus dihindari sebisa mungkin.
l NSAID (inhibitor COX-2) dapat digunakan untuk mengurangi nyeri artritis.
Teknik-teknik penatalaksanaan konservatif meliputi:
l Pemasangan gips serial untuk membantu mengoreksi deformitas; dan
l Pemasangan brace dan ortotik untuk menyokong sendi yang nyeri dan tidak stabil.
Jika tindakan-tindakan konservatif ini gagal memberikan peredaan nyeri dan perbaikan fungsi yang
memuaskan, intervensi bedah dapat dipertimbangkan. Sumber daya yang adekuat, termasuk kecukupan
konsentrat faktor pembekuan, harus tersedia dalam upaya melanjutkan tiap prosedur pembedahan.
Prosedur-prosedur bedah, yang tergantung pada kondisi spesifik yang membutuhkan koreksi, dapat meliputi:
l Sinoviortesis radionukleotida;
l Pembebasan jaringan lunak ekstra artikuler untuk mengatasi kontraktur;
l Artroskopi untuk membebaskan adesi intra artikuler dan memperbaiki tumpang tindih;
l Sinovektomi siku dengan eksisi kaput radius;
l Osteotomi untuk mengoreksi deformitas anguler;
l Penggantian sendi prostetik untuk penyakit berat ya ng melibatkan sendi mayor (lutut, panggul,
bahu); dan
l Artrodesis tumit yang memberikan peredaan nyeri secara baik dan koreksi deformitas dengan
perbaikan fungsi secara nyata.
Pseudotumor
Suatu kondisi yang berpotensi mengancam jiwa dan keselamatan ekstremitas khas untuk hemofilia adalah
pseudotumor. Ini paling sering dijumpai pada tulang panjang atau pelvis. Ini terjadi akibat terapi perdarahan
jaringan lunak yang tidak adekuat, biasanya pada otot di dekat tulang, yang terkena secara sekunder. Jika
tidak diterapi, pseudotumor dapat mencapai ukuran amat besar sehingga menyebabkan penekanan pada
struktur neurovaskuler dan fraktur patologik. Suatu fistula dapat muncul menembus kulit di atasnya.
l Diagnosis dibuat dengan penemuan massa terlokalisir secara fisik.
l Temuan-temuan radiografik meliputi suatu massa jaringan lunak dengan destruksi tulang sekitarnya.
l Evaluasi pseudotumor yang lebih detil dan akurat dapat diperoleh melalui CT scan serta MRI.
Penatalaksanaan tergantung pada lokasi, ukuran, kecepatan tumbuh, dan efek terhadap struktur sekitarnya.
Meskipun beberapa pseudotumor yang sangat kecil dapat dimonitor sambil digunakan terapi penggantian
faktor pembekuan, kebanyakan pseudotumor membutuhkan operasi.
l Eksisi bedah, termasuk amputasi, mungkin dibutuhkan untuk tumor-tumor besar.
l Pembedahan dapat melibatkan aspirasi diikuti injeksi lem fibrin pada beberapa lesi yang terletak
lebih perifer dan dalam posisi yang terlokalisir baik.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 27


Fraktur
Fraktur sering terjadi pada orang dengan hemofilia dan paling sering timbul di sekitar lutut serta panggul.
Orang dengan hemofilia berisiko terkena fraktur di sekitar sendi yang mengalami kehilangan gerak secara
signifikan dan pada tulang yang osteoporotik. Terapi suatu fraktur pada hemofilia membutuhkan penggantian
konsentrat faktor pembekuan segera.
l Kadar minimal 50% harus dicapai pada awalnya dan dipertahankan selama 3-5 hari.
l Kadar yang lebih rendah dapat dipertahankan selama 10-14 hari ketika fraktur distabilisasi.
l Penatalaksanaan aktual terhadap fraktur harus dilakukan dengan cara tepat untuk fraktur spesifik
dan ini meliputi terapi operatif di bawah kendali konsentrat faktor pembekuan yang tepat.
l Perhatian harus diberikan untuk menghindari imobilisasi lama yang dapat menyebabkan keterbatasan
lingkup gerak sendi di dekatnya secara signifikan.
l Fisioterapi harus dimulai segera setelah fraktur dapat distabilkan.

28 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


BAGIAN 4

PEMILIHAN KONSENTRAT FAKTOR PEMBEKUAN DAN OBAT-OBAT LAIN

Konsentrat Faktor Pembekuan

FVIII dan FIX liofilik saat ini tersedia dalam berbagai merk dagang yang dikomersialkan. Semua produk
ini telah menjalani atenuasi viral. Pada bab ini akan dibahas detil dari semua konsentrat faktor koagulasi
yang tersedia. Informasi ini tersedia dalam Registry of Clotting Factor Concentrates oleh Dr. Carol Kasper
dan Dr. Meirione Costa e Silva, yang aslinya dirancang oleh Factor VIII and IX Subcommittee of the Interna-
tional Society on Thrombosis and Haemostatis (ISTH) pada tahun 1997. Register ini di-update secara tahunan
dan tersedia dalam bentuk cetakan maupun situs web dari WFH. Register ini meliputi informasi mengenai:
l Donor (kewarganegaraan, dibayar atau tidak dibayar);
l Metode pengambilan plasma;
l Tes serologik terhadap donor;
l Pengujian mini-pool untuk virus menggunakan amplifikasi reaksi rantai polimerase (PCR);
l Lokasi fasilitas fraksionasi;
l Metode fraksionasi;
l Metode inaktivasi virus atau filtrasi;
l Tingkat purifikasi;
l Identitas distributor dan pabrik; serta
l Area distribusi yang dikehendaki (domestik atau ekspor)
WFH juga telah mempublikasi Guide for the Assessment of Clotting Factor Concentrates. Pedoman ini memuat
prinsip-prinsip penting yang terkait dalam pemilihan produk-produk yang cocok untuk terapi hemofilia
dan juga tersedia melalui situs web WFH. Ketika memilih produk, perhatian perlu diberikan terhadap
kualitas plasma dan juga proses pembuatannya. Poin-poin penting dapat dirangkum sebagai berikut:
l Produk plasma terfraksionasi memiliki riwayat menularkan virus-virus yang ditularkan lewat darah
(HBV, HCV, dan HIV).
l Konsentrat derivat plasma yang diproduksi menggunakan proses terbaru dan cara-cara pembuatan
yang baik (GMP) berada di antara produk-produk terapeutik berisiko paling kecil yang digunakan
saat ini.
l Keamanan produk merupakan hasil dari upaya-upaya pada beberapa hal:
- Perbaikan seleksi donor (eksklusi donor-donor yang berisiko);
- Perbaikan tes skrining untuk donasi, termasuk tes asam nukleat (NAT);
- Tipe dan jumlah inaktivasi virus dalam proses dan/atau langkah-langkah pembuangan.
l Inaktivasi virus dalam proses merupakan kontributor tunggal terbesar terhadap keamanan produk.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 29


l Tipe plasma dibedakan berdasarkan:
- Status remunerasi donor (dibayar atau tidak dibayar), yang ketika diregulasikan ke standar
sekarang, serupa dengan keamanan produk buatan; dan
- Metode pengumpulan.
l Dalam praktek, semua sumber darah yang di-skrining secara benar akan memberikan produk yang
aman dan efektif jika prosesnya dioptimalisasi secara tepat dan GMP diobservasi.
l Dalam proses fraksionasi penting untuk memasukkan satu atau lebih langkah-langkah dengan
kemampuan tervalidasi untuk menginaktivasi atau membuang virus-virus relevan, terutama virus-
virus dengan envelope seperti HIV, HBV, serta HCV. Ini menghasilkan produk plasma yang pada
dasarnya bebas dari risiko virus-virus tersebut. Inaktivasi dan proses pembuangan kurang efektif
untuk virus-virus tanpa envelope (terutama HAV dan parvovirus B19).
l Saat ini, tidak ada tes skrining untuk penyakit varian Creutzfeldt-Jakob (vCJD), dan tidak ada
langkah pembuatan yang jelas untuk menginaktivasi agen tersebut. vCJD pada populasi donor
Inggris membuat perlunya mengeksklusi plasma untuk fraksionasi dari donor-donor Inggris dan
menyebabkan eksklusi donor-donor berisiko dari populasi donor lainnya.
l Tidak ada kejelasan mengenai risiko transmisi vCJD melalui produk-produk plasma.
Pilihan produk untuk terapi penggantian
Dua hal membutuhkan perhatian khusus:
l Kemurnian produk;
l Inaktivasi/eliminasi virus.
Kemurnian
Kemurnian merujuk pada persentase isi yang diinginkan dalam konsentrat (misalnya FVIII), secara relatif
terhadap kandungan lainnya. Tidak ada persetujuan universal mengenai klasifikasi produk berdasarkan
kemurnian, tapi dapat dibuat generalisasi sebagai berikut:
l Kemurnian derajat rendah adalah kurang dari 10 IU per mg protein.
l Kemurnian derajat sedang adalah 10-100 IU per mg protein.
l Kemurnian derajat tinggi adalah 100-1000 IU per mg protein.
l Kemurnian derajat sangat tinggi adalah lebih dari 1000 IU per mg protein.
l Konsentrat di pasaran memiliki tingkat kemurnian yang berbeda-beda. Beberapa produk mungkin
punya derajat kemurnian yang tinggi atau sangat tinggi pada salah satu tahapan proses produksi
namun selanjutnya akan distabilisasi oleh albumin, yang mengurangi tingkat kemurnian akhir. Secara
umum, produk-produk dengan derajat kemurnian yang lebih tinggi cenderung berkaitan dengan
hasil produksi yang rendah. Ini sebagian karena persentase faktor von Willebrand yang lebih rendah
(protein karier alamiah untuk FVIII). Oleh karena itu, konsentrat-konsentrat ini lebih mahal.
l Pada beberapa produk, kemurnian yang lebih tinggi menghasilkan keuntungan klinis. Sebagai contoh,
konsentrat FIX dengan derajat kemurnian tinggi yang kurang mengandung faktor II, VII, dan X
lebih disukai untuk terapi hemofilia B daripada yang disebut konsentrat protrombin kompleks,
yang dibuat dari campuran faktor-faktor tersebut. Risiko komplikasi tromboemboli berkurang
dengan produk-produk yang mengandung kemurnian tinggi.
l Kemurnian konsentrat FVIII belum secara meyakinkan terbukti meningkatkan keamanan produk-
produk tersebut, selama tindakan-tindakan reduksi virus yang adekuat dilakukan.

30 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Inaktivasi/ eliminasi virus
Ada perkembangan tendensi untuk menggabungkan dua langkah reduksi virus spesifik dalam proses
pembuatan konsentrat.
l Heat treatment biasanya efektif untuk sebagian besar virus, baik dengan envelope lipid maupun yang
tidak dengan envelope lipid, termasuk HIV, HAV, dan HCV.
l Solvent/detergent treatment efektif terhadap HCV maupun HIV, tapi tidak menginaktivasi virus-virus
tanpa envelope, seperti HAV.
Beberapa virus (seperti human parvovirus B19) relatif resisten terhadap kedua jenis proses dan saat ini
tidak ada metode yang dapat menginaktivasi prion. Filtrasi nano (ultra filtrasi) dapat digunakan untuk
membuang virus-virus kecil seperti parvovirus.
Ketika memilih sebuah produk, kualitas plasma dan pengujian harus menjadi perhatian utama. Suatu
produk yang dibuat melalui suatu proses yang menggabungkan dua langkah reduksi virus tidak secara
otomatis dianggap sebagai produk yang lebih baik daripada yang hanya melalui satu langkah inaktivasi
virus spesifik. Jika hanya digunakan satu langkah, lebih disukai langkah tersebut menginaktivasi kedua
virus dengan dan tanpa envelope lipid.
Produk-produk derivat plasma/rekombinan
WFH tidak menunjukkan preferensi untuk konsentrat rekombinan daripada derivat plasma dan pilihan
akhir antara kedua kelas produk tersebut dibuat berdasarkan kriteria lokal.

Kriopresipitat

l Kriopresipitat dibuat dengan mencairkan fresh frozen plasma (FFP) secara lambat pada suhu 4C
selama 10-24 jam.
l Ketika kriopresipitat muncul sebagai suatu presipitat tidak larut dan dipisahkan secara sentrifugasi, ini
mengandung sejumlah signifikan FVIII (sekitar 5 IU/ml), faktor von Willebrand (vWF), fibrinogen,
dan FXIII (bukan FIX atau XI). Supernatan akhir disebut plasma miskin krio dan mengandung
faktor-faktor koagulasi lain seperti faktor VII, IX, X, serta XI.
Ada beberapa perhatian mengenai kriopresipitat:
l Kandungan faktor koagulasi dalam tiap kantong bervariasi dan biasanya tidak terkontrol.
l Kriopresipitat tidak menjalani prosedur inaktivasi virus (seperti heat atau solvent/detergent treatment)
dan ini tentu saja mengandung risiko penularan virus patogen, yang tidak bisa diabaikan dengan
paparan berulang. Oleh karena itu, penggunaan produk ini untuk terapi kelainan perdarahan
kongenital dapat dibenarkan pada situasi dimana konsentrat faktor pembekuan tidak tersedia.
WFH lebih mendukung penggunaan konsentrat faktor koagulasi daripada kriopresipitat. Namun, WFH
menyadari kenyataan bahwa kriopresipitat donor tunggal masih digunakan secara luas di beberapa negara
di dunia dimana ini merupakan satu-satunya pilihan terapi yang dapat dijangkau.
Beberapa langkah tertentu paling tidak dapat dilakukan untuk meminimalkan risiko transmisi virus patogen.
Ini meliputi:
l Melakukan karantina plasma sampai donor dites ulang untuk antibodi terhadap HIV dan hepatitis
C serta HBsAg - suatu tindakan yang sulit dilakukan di negara-negara di mana proporsi donor
ulang rendah;

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 31


l Tes polymerase chain reaction (PCR) untuk HIV, HBV dan/atau HCV - suatu teknologi yang
berpotensi punya relevansi jauh lebih besar untuk produksi kriopresipitat daripada konsentrat, karena
yang terakhir ini menjalani langkah-langkah untuk inaktivasi virus; dan
l Kebijakan kualitas, yang melibatkan monitoring kandungan FVIII.

Fresh Frozen Plasma dan Plasma Miskin Krio

Apa yang dijelaskan mengenai kriopresipitat juga berlaku untuk penggunaan fresh frozen plasma (FFP),
yang merupakan sumber dari semua faktor koagulasi, atau untuk penggunaan plasma miskin krio.
l Karena FFP dan plasma miskin krio mengandung FIX, ini juga masih digunakan untuk terapi
hemofilia B pada beberapa negara yang tidak mampu menjangkau konsentrat FIX derivat plasma.
l FFP juga dapat digunakan untuk terapi perdarahan pada pasien-pasien dengan beberapa kelainan koagulasi
kongenital yang lebih jarang dimana konsentrat spesifik tidak selalu tersedia (misalnya faktor V).
l FFP dan plasma miskin krio juga dapat digunakan untuk terapi pasien dengan defisiensi faktor XI
(FXI) ringan jika tidak tersedia konsentrat spesifik atau ketika penggunaannya menjadi
kontraindikasi karena potensi trombogenisitas.
l Dimungkinkan untuk menggunakan beberapa bentuk terapi virusidal untuk kantong FFP (termasuk
solvent/detergent treatment) dan penggunaan kantong-kantong yang telah diterapi direkomendasikan.
Namun, terapi virusidal mungkin memberikan beberapa dampak terhadap faktor koagulasi.
Pemrosesan industrial dari plasma yang mengalami solvent/detergent treatment terbukti mengurangi
proporsi multimer vWF yang paling besar.
WFH mendukung penggunaan konsentrat faktor koagulasi lebih daripada FFP atau plasma miskin krio.
Namun, WFH menyadari kenyataan bahwa FFP dan plasma miskin krio masih digunakan di beberapa
negara di dunia di mana ini merupakan satu-satunya pilihan terapi yang masih dapat dijangkau.

Pilihan-pilihan Farmakologik Lain

Selain konsentrat faktor koagulasi konvensional, ada agen-agen lain yang dapat berguna untuk suatu proporsi
kasus yang signifikan. Ini meliputi:
l Desmopresin;
l Asam traneksamat; dan
l Asam amino kaproat epsilon.
Desmopresin (DDAVP)
Desmopresin (1-deamino-8-D-arginine vasopressin, juga dikenal sebagai DDAVP) merupakan analog sintetik
dari hormon anti diuretik (ADH). Senyawa ini meningkatkan kadar plasma dari FVIII dan vWF setelah
pemberian. Hal-hal berikut harus diperhatikan:
l Cara pemberian paling umum adalah secara infus intravena, namun dapat juga diberikan secara
injeksi subkutan.
l Infus intravena tunggal dengan dosis 0.3 mikrogram/kgBB dapat diharapkan meningkatkan kadar
FVIII sebesar tiga hingga enam kali lipat.

32 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


l Respon puncak terlihat kira-kira 90 menit setelah infus selesai.
l Penggunaan berulang DDAVP dengan jarak pendek dapat menyebabkan pengurangan respon
(takifilaksis) setelah 1-2 hari sehingga konsentrat faktor pembekuan mungkin diperlukan ketika
kadar faktor yang lebih tinggi dibutuhkan untuk periode yang lebih lama.
l Sebelum digunakan untuk terapi, lebih disukai menguji respon pasien karena ada kemungkinan
terjadi perbedaan signifikan dalam respon individual.
l Senyawa ini tidak efektif pada pasien-pasien dengan hemofilia A berat.
l Desmopresin tidak mempengaruhi kadar FIX sehingga tidak berguna untuk hemofilia B.
l Pilihan untuk menggunakan DDAVP harus didasarkan pada konsentrasi dasar FVIII dan sifat dari
prosedur yang akan di lakukan. Sebagai contoh, tidak baik untuk melakukan gastrektomi pada
pasien dengan kadar FVIII dasar 10% atau kurang. Kadar post infus yang diharapkan sebesar 30-
40% tidak akan cukup untuk memastikan hemostasis dan respon terhadap dosis-dosis selanjutnya
akan lebih kecil. Di lain pihak, pasien yang sama mungkin dapat menjalani suatu ekstraksi gigi
setelah pemberian desmopresin.
l Desmopresin terutama berguna untuk terapi perdarahan pada wanita karier hemofilia.
l Keuntungan yang jelas dari DDAVP dibandingkan produk plasma adalah biaya yang jauh lebih
murah dan tidak adanya risiko penularan infeksi virus.
l Banyak pusat pelayanan kesehatan memberikan infus percobaan dengan desmopresin pada pasien-
pasien yang cocok, sehingga nilai potensial dapat dikaji untuk kemungkinan penggunaan di masa
mendatang.
Pemberian:
l DDAVP biasanya diencerkan minimal dalam 50-100 ml salin fisiologik dan diberikan secara infus
intravena lambat selama 20-30 menit.
l Infus cepat akan menyebabkan takikardi, flushing, tremor, serta ketidaknyamanan di perut
l Retensi air dan hiponatremia biasanya bukan masalah pada dewasa, meskipun pemberian bersama
dengan diuretik dapat mencetuskan risiko tersebut. Namun, anak kurang dari 2 tahun dan wanita
post partum agaknya berisiko untuk terjadinya hiponatremia sehingga dapat mencetuskan kejang.
l Ada konsensus bahwa DDAVP sebaiknya tidak diberikan pada anak kurang dari dua tahun.
l Anjuran pabrik untuk melarang penggunaan DDAVP pada kehamilan meskipun saat ini ada
pengalaman yang semakin berkembang, namun belum dipublikasi, bahwa DDAVP ini aman untuk
digunakan pada kehamilan.
l Ada laporan kasus trombosis (termasuk infark miokard) setelah pemberian DDAVP. Oleh karena
itu, desmopresin harus digunakan secara hati-hati pada pasien lansia dan pasien lain dengan bukti
penyakit arterial.
l DDAVP juga dapat berguna untuk mengendalikan perdarahan dan mengurangi pemanjangan waktu
perdarahan yang berkaitan dengan gangguan hemostasis yang didapat, termasuk gagal ginjal kronik
dan penyakit hepar serta beberapa kelainan trombosit.
l Semprot hidung konsentrat saat ini telah tersedia dan dosis semprot pada seorang dewasa sebesar
300 mikrogram setara dengan dosis intravena standar sebesar 0.3 mikrogram per kg. Telah dianjurkan
dosis sebesar 300 mikrogram untuk yang punya berat badan di atas 50 kg dan 150 mikrogram
untuk yang berat badannya 50 kg atau kurang. Preparat ini tidak boleh dikacaukan dengan preparat
desmopresin yang lebih encer, yang digunakan untuk terapi diabetes insipidus, karena tidak punya
kegunaan pada terapi gangguan hemostatik.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 33


Semprotan hidung ini agaknya terbukti berguna terutama untuk terapi di rumah pada problem
perdarahan yang relatif minor.
Asam traneksamat
Asam traneksamat adalah suatu agen antifibrinolitik yang secara kompetitif menghambat aktivasi plas-
minogen menjadi plasmin. Agen ini memacu stabilitas jendalan darah dan berguna sebagai terapi tambahan
pada hemofilia serta beberapa kelainan perdarahan lainnya. Asam traneksamat juga berguna pada defisiensi
FIX, dimana kegunaannya yang berkaitan dengan pembedahan gigi, ginekologi, atau urologi pada pasien
defisien FIX dapat menyingkirkan kebutuhan terapi pengganti dengan konsentrat atau plasma.
Penelitian-penelitian beberapa dekade lalu menetapkan bahwa terapi reguler dengan asam traneksamat
saja tidak berguna dalam pencegahan hemartrosis pada hemofilia. Namun, ini tentu saja berguna dalam
mengendalikan perdarahan permukaan mukosa (misalnya perdarahan mulut, epistaksis, menoragia) pada
hemofilia dan terutama berguna pada pembedahan gigi.
Pemberian:
l Asam traneksamat biasanya diberikan dalam bentuk tablet dengan dosis umum 3 atau 4 gram
(dalam dosis terbagi) per hari untuk dewasa dan biasanya ditoleransi dengan baik.
l Efek samping gangguan gastrointestinal (mual, muntah dan diare) jarang terjadi , namun gejala-
gejala ini menghilang jika dosis dikurangi. Obat ini juga dapat diberikan secara injeksi intravena,
namun harus diinfuskan secara lambat karena injeksi cepat dapat menyebabkan rasa pusing dan
hipotensi.
l Formulasi sirup juga tersedia untuk penggunaan pada anak-anak: sirup mengandung 500 mg asam
traneksamat per 5 ml, dan dosis umum untuk anak adalah 25 mg/kg hingga 3 kali sehari. Jika
sediaan ini tidak tersedia, tablet 500 mg dapat dihancurkan dan dilarutkan dalam air bersih untuk
penggunaan topikal pada lesi perdarahan mukosa.
l Obat tersebut terutama berguna untuk mengendalikan perdarahan mulut yang berkaitan dengan
erupsi gigi.
l Eksresi obat melalui ginjal dan dosis harus dikurangi jika ada gangguan ginjal untuk menghindari
akumulasi toksik.
l Penggunaan asam traneksamat dikontraindikasikan untuk terapi hematuria pada hemofilia berat,
karena terapi dapat mencetuskan kolik akibat jendalan darah dan bahkan obstruksi saluran keluar
dari pelvis ginjal.
l Obat tersebut dikontraindikasikan pada keadaan operasi thoraks, dimana dapat menyebabkan
timbulnya hematoma yang tidak dapat larut.
l Asam traneksamat dapat diberikan secara tunggal atau bersama dengan dosis standar konsentrat
faktor koagulasi. Harus dicatat bahwa:
- Ini tidak boleh diberikan pada pasien dengan inhibitor antibodi yang mendapatkan konsentrat
faktor protrombin teraktivasi (activated prothrombin concentrate complex, APCC) (seperti FEIBA
atau Autoplex) karena dapat mencetuskan risiko tromboemboli.
- Jika terapi dengan kedua agen sangat diperlukan, direkomendasikan ada jarak paling tidak 4-6
jam antara dosis terakhir APCC dengan pemberian asam traneksamat.
- Sebaliknya, asam traneksamat mungkin dapat digunakan dalam kombinasi dengan faktor VIIa
rekombinan untuk meningkatkan hemostasis.

34 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


Asam amino kaproat
Asam amino kaproat epsilon (epsilon amino caproat acid, EACA) adalah suatu obat yang mirip dengan
asam traneksamat tapi lebih sedikit digunakan saat ini karena punya waktu paruh plasma yang lebih
pendek, kurang poten, dan lebih toksik.
Pemberian:
l EACA biasanya diberikan pada dewasa dengan dosis berikut: 5 gram segera diikuti 1 gram tiap
jam selama 8 jam atau sampai perdarahan berhenti. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan
injeksi. Formulasi sirup 250 mg/ml telah tersedia dan dosis pediatrik yang umum dipakai adalah
50-100 mg/kg (maksimal 5 gram) PO atau IV setiap 6-8 jam.
l Miopati adalah efek samping jarang yang dilaporkan secara spesifik dalam kaitan dengan terapi
asam amino kaproat (bukan asam traneksamat), biasanya terjadi setelah pemberian dosis tinggi
selama beberapa minggu.
l Miopati seringkali nyeri, dan berhubungan dengan peningkatan kadar kreatin kinase bahkan
mioglobulinuria.
l Resolusi sempurna dapat diharapkan ketika terapi obat dihentikan.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 35


36 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia
BAGIAN 5

TERAPI PERDARAHAN PADA HEMOFILIA

Prinsip-prinsip Dasar Terapi

l Perdarahan harus diterapi dengan terapi penggantian faktor pembekuan sedini mungkin, kalau bisa
dalam dua jam setelah onset gejala. Jangan menunggu timbulnya gejala fisik.
- Pasien, bahkan anak muda sekalipun, biasanya dapat mengatakan ketika perdarahan sendi mulai
terjadi. Terapi pada tahap awal ini akan seringkali menghentikan perdarahan sebelum terjadi
kerusakan jaringan. Selain itu, akan dibutuhkan lebih sedikit konsentrat faktor pembekuan dan
pasien akan membaik lebih cepat.
- Jika ragu-ragu, terapi. Jika seseorang dengan hemofilia mengalami cedera atau berpikir ia
mengalami perdarahan, sedapat mungkin obati dia dengan terapi penggantian faktor pembekuan.
l Vena harus dikelola dengan baik. Ini adalah jalur kehidupan bagi seseorang dengan hemofilia!
- Direkomendasikan jarum kupu-kupu berukuran 23 atau 25.
- Jangan pernah memotong vena, kecuali dalam kasus kegawatan, karena hal ini akan
menghancurkan vena tersebut.
- Setelah pungsi vena, berikan tekanan selama 3-5 menit dengan satu atau dua jari.
l Semua produk yang menyebabkan disfungsi trombosit, terutama yang mengandung ASA, harus
dihindari. Gunakan obat anti inflamasi non steroid (NSAID) secara hati-hati. Parasetamol/asetaminofen,
dengan atau tanpa analog narkotika, biasanya efektif untuk mengendalikan nyeri.
l Hindari injeksi intramuskuler.
l Dukung terapi rumah dengan konsentrat faktor pembekuan. Terapi rumah biasanya dimulai ketika
anak berusia dua hingga tiga tahun.
l Komunikasi antara pasien, dokter, pusat terapi hemofilia, dan komunitas penting untuk
penatalaksanaan optimal.

Terapi Hemofilia A (Defisiensi FVIII)

Konsentrat FVIII
FVIII liofilik saat ini tersedia dalam berbagai merk dagang yang dikomersialkan. Semua produk yang
berasal dari plasma telah menjalani atenuasi viral. Lihat panduan produk untuk instruksi spesifik.
Dosis
l Tiap vial konsentrat faktor tersedia dalam dosis yang memiliki rentang dari kurang lebih 250
sampai 2000 unit.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 37


l Tiap unit FVIII per kilogram berat badan yang diinfuskan secara intravena akan meningkatkan
kadar FVIII plasma kira-kira 2%. Waktu paruhnya kira-kira 8-12 jam. Pastikan perkiraan dosis
dengan memeriksa kadar faktor pembekuan pasien.
l Hitung dosis dengan mengalikan berat badan pasien dalam kilogram dengan kadar faktor yang
diharapkan dikalikan dengan 0.5. Ini akan menunjukkan jumlah kebutuhan unit faktor.
Contoh: (50 kg x 40 (% kadar yang dikehendaki) x 0.5 = 1000 unit FVIII).
Lihat Tabel 1 pada untuk anjuran kadar faktor dan durasi penggantian yang dibutuhkan berdasarkan
tipe perdarahan.
l Berikan infus FVIII secara IV lambat dengan kecepatan tidak melebihi 3 ml per menit pada dewasa dan
100 unit per menit pada anak yang lebih muda.
l Paling baik menggunakan semua isi vial FVIII ketika sudah diberikan, meskipun banyak produk
telah terbukti tetap memiliki stabilitas setelah digunakan.
l Infus kontinyu akan membantu menghindari kadar yang berubah-ubah dan dianggap lebih aman
serta biaya lebih efektif. Ini akan secara signifikan mengurangi jumlah total konsentrat faktor yang
digunakan untuk menerapi perdarahan atau selama profilaksis setelah pembedahan. Dosis diatur
menurut beberapa pemeriksaan faktor dan perhitungan klirens. Karena konsentrat FVIII dengan
kemurnian yang amat tinggi bersifat stabil dalam larutan IV selama paling tidak 24-48 jam pada
suhu kamar dengan hilangnya potensi kurang dari 10%, infus kontinyu selama jumlah jam yang
sama dimungkinkan. Konsentrat dapat disiapkan oleh farmasi atau bank darah dalam kondisi steril,
dan diberikan tanpa mengkhawatirkan inaktivasi proteolitik, degradasi, atau kontaminasi bakterial.
Kriopresipitat/ fresh frozen plasma
l Gunakan kriopresipitat hanya jika tidak tersedia k onsentrat faktor. Kriopresipitat paling baik
disiapkan dari donor yang dites berulang dan bebas virus.
l Kandungan FVIII per kantong kriopresipitat adalah 60-100 unit (rata-rata 80 unit) dalam volume
30-40 ml.
l Fresh frozen plasma juga dapat digunakan jika konsentrat faktor tidak tersedia. Direkomendasikan
bahwa untuk FFP dilakukan prosedur reduksi virus.
l 1 ml fresh frozen plasma mengandung 1 unit aktivitas faktor.
Desmopresin (DDAVP)
l DDAVP berguna dalam terapi orang dengan hemofilia ringan yang memiliki kadar FVIII 5% atau
lebih dan yang terbukti respon pada pre tes.

Terapi Hemofilia B (Defisiensi FIX)

Konsentrat FIX
l Konsentrat FIX liofilik saat ini tersedia dalam berbagai merk dagang yang dikomersialkan. Semua
produk derivat plasma telah menjalani atenuasi viral. Konsentrat FIX terbagi menjadi dua kelas:
- Produk koagulasi FIX murni, dan
- Konsentrat protrombin kompleks (Prothrombine complex concentrate, PCC).
Lihat panduan produk untuk instruksi spesifik.

38 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


l Produk-produk FIX yang dimurnikan sangat bebas risiko yang dapat membuat pasien mengalami
trombosis atau koagulasi intravaskuler diseminata (DIC), yang dapat terjadi pada pemberian PCC
dosis besar dengan kemurnian sedang.
l Kapanpun dimungkinkan, penggunaan konsentrat FIX murni lebih disukai dan terutama dianjurkan
pada beberapa keadaan berikut:
- Pembedahan;
- Penyakit hepar;
- Terapi dosis tinggi dalam jangka waktu lama;
- Riwayat trombosis atau diketahui ada kecenderungan trombosis;
- Koagulasi intravaskuler diseminata (DIC);
- Penggunaan obat yang diketahui memiliki potensi trombogenik secara bersama-sama, termasuk
agen antifibrinolitik.
Dosis
l Tiap vial konsentrat FIX tersedia dalam dosis yang memiliki rentang dari kurang lebih 300 sampai
1200 unit.
l Tiap unit FIX per kilogram BB yang diinfuskan secara intravena akan meningkatkan kadar FIX
plasma kira-kira 1%. Waktu paruhnya kira-kira 18-24 jam. Pastikan perkiraan dosis dengan
memeriksa kadar faktor pembekuan pasien.
l FIX rekombinan (rFIX; BeneFIX, Wyeth) memiliki pemulihan yang lebih lambat, dan tiap unit
FIX per kg BB yang diinfuskan akan meningkatkan aktivitas FIX sebesar kira-kira 0.8% pada
dewasa dan 0.7% pada anak-anak berusia < 15 tahun. Alasan untuk lambatnya pemulihan dari
rFIX masih belum sepenuhnya jelas.
l Untuk menghitung dosis, kalikan berat badan pasien dalam kilogram dengan kadar faktor yang
dikehendaki. Ini akan menunjukkan jumlah unit faktor yang dibutuhkan.
Contoh: 50 kg x 40 (% kadar yang dikehendaki) = 2000 unit FIX derivat plasma. Untuk rFIX,
dosisnya adalah 2000 0.8 (atau 2000 x 1.25) = 2500 unit untuk dewasa, dan 2000 0.7 (atau
2000 x 1.43) = 2860 unit untuk anak-anak.
Lihat Tabel 1, halaman 70, pada akhir bagian ini, untuk anjuran kadar faktor pembekuan dan
durasi terapi penggantian berdasarkan tipe perdarahan.
l Berikan infus FIX secara IV lambat dengan kecepatan tidak melebihi 3 ml volume per menit pada dewasa
dan 100 unit per menit pada anak yang lebih muda. PCC dan APCC harus diinfuskan dengan kecepatan
kali kecepatan ini.
l Infus kontinyu akan membantu menghindari kadar yang berubah-ubah dan dianggap lebih aman
serta lebih efektif biaya. Ini akan secara signifikan mengurangi jumlah total konsentrat faktor yang
digunakan untuk terapi perdarahan atau selama profilaksis setelah pembedahan. Dosis diatur
menurut beberapa pemeriksaan faktor dan perhitungan klirens. Karena konsentrat FIX dengan
kemurnian yang amat tinggi bersifat stabil dalam larutan IV selama paling tidak 24-48 jam pada
suhu kamar dengan hilangnya potensi kurang dari 10%, infus kontinyu selama jumlah jam yang
sama dimungkinkan. Konsentrat dapat disiapkan oleh farmasi atau bank darah dalam kondisi steril,
dan diberikan tanpa mengkhawatirkan inaktivasi proteolitik, degradasi, atau kontaminasi bakterial.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 39


Fresh frozen plasma (FFP)

l Untuk pasien-pasien hemofilia B, fresh frozen plasma hanya digunakan jika konsentrat FIX tidak tersedia.
l Kadar FIX di atas 25% sulit untuk dicapai. Dosis awal yang dapat diterima adalah 15-20 ml/kg.
FFP yang telah dilakukan solvent/detergent treatment telah tersedia di beberapa negara.
Agen antifibrinolitik
l Karena peningkatan risiko untuk terjadinya trombosis, agen antifibrinolitik, baik sebagai terapi
primer maupun tambahan, tidak direkomendasikan untuk terapi pasien-pasien dengan defisiensi
FIX yang telah mendapatkan konsentrat protrombin kompleks dosis besar. (Lihat Pilihan Produk,
halaman 45).

Terapi untuk Perdarahan Spesifik

Perdarahan sendi
l Pertama, berikan konsentrat faktor dengan dosis tepat kemudian evaluasi pasien. X-ray biasanya
tidak diindikasikan.
l Tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45) pada munculnya tanda pertama dari
gejala atau setelah trauma.
l Jika gejala menetap, mungkin dibutuhkan infus kedua. Jika demikian, ulangi dosis dalam 12 jam
(hemofilia A) atau 24 jam (hemofilia B).
l Sendi harus dimobilisasi segera setelah nyeri mereda.
l Perawatan tambahan meliputi penggunaan es secara lokal, istirahat sementara, dan elevasi sendi
yang terkena.
l Evaluasi lebih lanjut dibutuhkan jika gejala pasien berlanjut lebih dari tiga hari. Yang perlu
dipertimbangkan jika gejala dan temuan menetap adalah adanya inhibitor, artritis septik, atau fraktur.
l Kendalikan nyeri dengan analgesik adekuat.
Perdarahan otot
l Pertama, berikan konsentrat faktor dengan dosis yang tepat kemudian evaluasi pasien.
l Tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45) pada munculnya tanda pertama dari
gejala atau setelah trauma.
l Infus ulang seringkali dibutuhkan selama 2-3 hari. Monitor pasien untuk terjadinya gangguan
neurovaskuler.
Perdarahan iliopsoas
l Jenis perdarahan otot ini memiliki gambaran unik. Tandanya dapat meliputi nyeri di abdomen
bagian bawah, selangkangan, dan/atau pinggang serta nyeri saat ekstensi, tapi tidak saat rotasi dari
persendian panggul. Mungkin ada parestesi pada aspek medial paha atau tanda lain dari kompresi
saraf femoralis. Gejala-gejala ini dapat menyerupai apendiksitis akut.
l Segera tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45). Pertahankan kadar tersebut
(lihat Tabel 1) selama 48-96 jam, dengan petunjuk gejala.

40 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


l Rawat inap pasien untuk observasi dan pengendalian nyeri.
l Jika ada keraguan, pastikan diagnosis dengan pemeriksaan imejing (ultrasonografi, CT scan).
l Hidrokortison (100 mg IV) dapat mengurangi edema otot dan tekanan pada saraf femoralis.
l Batasi aktivitas pasien sampai nyeri mereda. Fisioterapi merupakan kunci untuk mengembalikan
aktivitas secara penuh.
Perdarahan sistim saraf pusat/ trauma kepala
l Ini merupakan kegawatan medis. Obati dulu sebelum evaluasi. Semua cedera kepala post traumatik,
baik dikonfirmasi maupun diduga, dan sakit kepala signifikan harus diterapi sebagai perdarahan
intrakranial. Jangan tunggu munculnya gejala lebih lanjut atau evaluasi laboratorik maupun
radiologik. Segera tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45) ketika terjadi trauma
signifikan atau muncul gejala. Dosis lebih lanjut akan tergantung pada hasil imejing. Pertahankan
kadar faktor (lihat Tabel 1) sampai etiologi ditetapkan. Jika dipastikan ada perdarahan, pertahankan
kadar faktor secara tepat selama 2-3 minggu.
l Dibutuhkan evaluasi medis dan rawat inap segera. CT scan atau MRI otak harus dilakukan.
l Sakit kepala berat dapat merupakan manifestasi dari meningitis pada pasien dengan penurunan
kekebalan.
Perdarahan tenggorok dan leher
l Ini merupakan kegawatan medis. Obati dulu sebelum evaluasi. Segera tingkatkan kadar faktor pasien
(lihat Tabel 1, halaman 45) ketika terjadi trauma signifikan atau muncul gejala. Pertahankan kadar
faktor (lihat Tabel 1) sampai gejala mereda.
l Rawat inap dan evaluasi oleh seorang spesialis sangat penting.
l Untuk mencegah perdarahan pada pasien-pasien dengan tonsilitis berat, terapi dengan faktor
pembekuan dapat diindikasikan, sebagai tambahan terhadap kultur dan terapi antibiotik.
Perdarahan gastrointestinal (GI) akut
l Pertama, berikan konsentrat faktor dengan dosis yang tepat kemudian evaluasi.
Segera tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45). Pertahankan kadar faktor (lihat
Tabel 1) sampai etiologi ditetapkan.
l Untuk tanda-tanda perdarahan GI dan/atau abdomen akut, diperlukan evaluasi medis dan
kemungkinan rawat inap.
l Atasi anemia atau syok sesuai kebutuhan.
l Atasi penyebab perdarahan sesuai indikasi.
l EACA atau asam traneksamat dapat digunakan sebagai terapi tambahan untuk pasien-pasien dengan
defisiensi FVIII dan yang dengan defisiensi faktor IX yang tidak diterapi menggunakan konsentrat
protrombin kompleks.
Perdarahan akut di abdomen
l Suatu perdarahan abdomen akut dapat salah dianggap sebagai sejumlah kondisi infeksi dan mungkin
diperlukan pemeriksaan radiologik yang sesuai. Singkirkan perdarahan iliopsoas.
l Segera tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45). Pertahankan kadar faktor (lihat
Tabel 1) sampai etiologi dapat ditetapkan, kemudian terapi secara sesuai dengan konsultasi ke
seorang spesialis.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 41


Trauma atau perdarahan mata
l Pertama, berikan konsentrat faktor dengan dosis yang sesuai kemudian evaluasi.
Segera tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45). Pertahankan kadar faktor sesuai
indikasi.
l Segera buat agar pasien dievaluasi oleh seorang ahli mata.
Perdarahan ginjal
l Jangan gunakan agen antifibrinolitik.
l Atasi hematuria yang tidak nyeri dengan tirah baring total dan hidrasi cukup (3 liter/m 2, luas
permukaan tubuh) selama 48 jam.
l Tingkatkan kadar faktor pasien (lihat Tabel 1, halaman 45) jika ada nyeri atau gross hematuria
persisten.
l Evaluasi oleh seorang ahli urologi penting jika hematuria (gross maupun mikroskopik) menetap
atau ada episode berulang.
Perdarahan mulut
l Hindari penggunaan agen antifibrinolitik secara sistematik untuk pasien-pasien dengan defisiensi
FIX yang diterapi menggunakan konsentrat protrombin kompleks dosis besar.
l Perdarahan dapat dikendalikan pada pasien-pasien dengan defisiensi FVIII menggunakan EACA
atau asam traneksamat saja, atau dengan menggunakan faktor koagulasi ditambah EACA atau
asam traneksamat, jika perdarahan lama, signifikan, atau sulit dikontrol. EACA atau asam
traneksamat dapat digunakan dalam bentuk obat kumur.
l Katakan pada pasien agar tidak menelan darah.
l Evaluasi pasien dan atasi anemia sesuai indikasi.
l Pemakaian agen topikal pada membran mukosa yang berdarah seperti tambalan trombin/ fibrin
mungkin efektif. Es dalam bentuk popsicles (air beku dengan rasa tertentu) mungkin juga efektif.
Direkomendasikan diet lunak.
l Konsultasi dengan dokter gigi/ahli otolaring mungkin diperlukan.
Epistaksis
l Pembentukan sumbat trombosit seringkali adekuat sehingga terapi penggantian faktor koagulasi
biasanya tidak perlu kecuali perdarahan berat atau rekuren.
l Tempatkan kepala pasien pada posisi ke depan untuk menghindari penelanan darah dan minta dia
secara lembut mengeluarkan jendalan darah yang lunak. Tekanan kuat menggunakan kasa yang
direndam dalam air es harus diberikan ke bagian lunak hidung selama paling tidak 20 menit.
l Anhistamin dan dekongestan berguna untuk perdarahan spesifik yang berkaitan dengan alergi,
infeksi saluran napas atas, atau perubahan musim.
l Jika perdarahan berlangsung lama atau sering terjadi, perhatikan tanda-tanda anemia dan atasi
secara sesuai.
l Konsultasi dengan seorang ahli otolaring jika perdarahan menetap atau berulang. Tampon nasal
anterior atau posterior mungkin diperlukan untuk mengontrol perdarahan.
l EACA atau asam traneksamat sangat membantu.

42 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


l Perdarahan hidung seringkali dapat dicegah dengan meningkatkan kelembaban lingkungan,
pemakaian gel (misalnya Vaseline atau saline drops/gel) pada mukosa hidung untuk menjaga
kelembaban, atau menggunakan semprotan salin ke lubang hidung.
Perdarahan jaringan lunak
l Untuk sebagian besar perdarahan jaringan lunak, terapi penggantian faktor pembekuan tidak
diperlukan. Tekanan kuat dan es mungkin membantu.
l Evaluasi pasien untuk derajat beratnya perdarahan dan kemungkinan keterlibatan otot atau
neurovaskuler. Singkirkan kemungkinan trauma pada rongga-rongga yang berisi organ vital, seperti
kepala atau abdomen. Perdarahan kompartemen terbuka, seperti pada rongga retroperitoneal,
skrotum, bokong atau paha dapat menyebabkan kehilangan darah ekstensif. Atasi dengan faktor
pembekuan segera jika diduga terjadi situasi ini.
Laserasi dan abrasi
l Atasi laserasi superfisial dengan membersihkan luka, kemudian berikan tekanan dan kassa steril.
l Atasi abrasi dengan pembersihan dan tekanan.
l Untuk laserasi dalam, tingkatkan kadar faktor pembekuan (lihat Tabel 1, halaman 45), kemudian
jahit. Pelepasan jahitan kadangkala membutuhkan infus faktor pembekuan.

Isu-isu Penatalaksanaan Lain

Perawatan gigi
l Secara umum, pemeriksaan dan pembersihan rutin dapat dilakukan tanpa meningkatkan kadar
faktor pembekuan. Pastikan bahwa perlindungan adekuat (yaitu konsentrat faktor, DDAVP, atau
terapi antifibrinolitik) diberikan sebelum dan mungkin sesudah terapi gigi untuk pasien-pasien yang
perlu pembersihan dalam atau mempunyai plak yang tebal dan/atau akumulasi kalkulus dimana
pembersihan karang dapat menginduksi perdarahan. Jika ada indikasi untuk anestesi blok lokal,
faktor pembekuan harus selalu diberikan sebelum prosedur gigi. Jika hanya akan digunakan anestesi
infiltrasi lokal untuk pasien hemofilia ringan dan beberapa pasien hemofilia moderat, maka infus
faktor pembekuan mungkin tidak dibutuhkan sebelum tindakan restoratif.
l DDAVP dapat digunakan untuk mencapai hemostasis pada orang-orang dengan hemofilia moderat
atau ringan. (Lihat Bagian 4: Pemilihan Konsentrat Faktor Pembekuan dan Obat-obat Lain.)
l Untuk hemofilia A, tingkatkan kadar faktor sampai 50% dan untuk hemofilia B sampai 40%
sebelum melakukan blok mandibula. Anestesi lokal tidak dikontraindikasikan pada pasien-pasien
hemofilia. Selain anestesi lokal, dapat digunakan nitrous oxide dan/atau analgesi IV.
l Untuk ekstraksi gigi, pastikan pasien sebelumnya mendapat infus konsentrat faktor pembekuan
yang meningkatkan kadar faktor pembekuan secara sesuai (lihat Tabel 1, halaman 45). EACA
atau asam traneksamat dapat dimulai sebelum pemberian faktor pembekuan. Dosis EACA, yang
sebaiknya dimulai malam atau pagi sebelum prosedur, adalah 50-100 mg/kg tiap 4-6 jam selama
5-10 hari (maksimum 24 gram per 24 jam). Dosis untuk asam traneksamat adalah 25-50 mg/kg
per oral setiap 6-8 jam selama 10 hari. Preparat cair untuk obat-obat ini dapat digunakan sebagai
obat kumur.
l Prosedur-prosedur ekstensif - sebagai contoh, yang membutuhkan jahitan atau ekstraksi multipel -
mungkin memerlukan rawat inap untuk penatalaksanaan gigi/medis secara benar.

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 43


l Perdarahan dapat terjadi ketika gigi primer mengelupas. Berikan tekanan dan es sebagai upaya
pertama untuk mengendalikan perdarahan. Jika ini tidak efektif, obat-obat antifibrinolitik dapat
digunakan (sesuai yang diungkapkan di atas). Pada kasus-kasus jarang, mungkin perlu diberikan
faktor pembekuan. Pasien-pasien dengan riwayat perdarahan yang lama mungkin harus menjalani
ekstraksi gigi dengan perlindungan faktor pembekuan yang sesuai.
Pembedahan
l Pasien bedah paling baik ditatalaksana di pusat terapi hemofilia. Pusat dimana pembedahan akan
dilakukan harus mampu memberikan pemeriksaan faktor inhibitor dan pemeriksaan factor ini di
lakukan secara serial.
l Jika defek koagulasi telah dikoreksi dengan infus faktor pembekuan, prosedur operatif maupun
invasif dapat dilakukan. Dibutuhkan konsultasi dengan ahli hematologi yang berpengalaman dalam
operasi hemofilia.
l Catat respon pasien terhadap material pengganti sebelum operasi. Singkirkan kemungkinan inhibitor
jika pasien tidak berespon secara adekuat. (Lihat bagian mengenai inhibitor faktor, halaman 10).
l Segera sebelum prosedur, kadar faktor pembekuan harus ditingkatkan hingga kadar yang dibutuhkan
untuk hemostasis (lihat Tabel 1, halaman 45).
l Kadar faktor yang sesuai harus dipertahankan selama 5-7 hari atau sampai penyembuhan luka
terjadi setelah operasi minor, dan selama 10-14 hari setelah operasi mayor (lihat Tabel 1, halaman
45). Setelah beberapa prosedur ortopedik, kadar faktor pembekuan mungkin perlu dipertahankan
sampai periode waktu yang lebih lama.
Prosedur invasif minor
l Dilakukan infus konsentrat faktor pembekuan sebelum prosedur diagnostik invasif. Prosedur-prosedur
ini meliputi pungsi lumbal, penentuan analisa gas darah arteri, bronkoskopi dengan sikatan atau
biopsi, serta endoskopi gastrointestinal dengan biopsi.
Reaksi alergi terhadap produk-produk penggantian faktor pembekuan
l Gunakan filter yang termasuk di dalam paket faktor untuk menghindari kemungkinan reaksi.
l Untuk mencegah atau mengurangi gejala, gunakan antihistamin.
l Perubahan merk konsentrat faktor pembekuan kadangkala mengurangi gejala.

44 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


BAGIAN 6

KADAR FAKTOR PEMBEKUAN DAN DURASI PEMBERIAN


Tabel 1A dan 1B menunjukkan kadar faktor plasma dan durasi penggantian yang umumnya
direkomendasikan, yang mencerminkan berbagai praktek di beberapa negara dimana tidak ada hambatan
sumber daya yang signifikan (1A) dan beberapa negara dimana produk terapi terbatas (1B).

TABEL 1A Kadar Faktor Plasma dan Durasi Pemberian yang Direkomendasikan Jika Tidak Ada
Hambatan Sumber Daya yang Signifikan

Jenis perdarahan Hemofilia A Hemofilia B


Kadar yang diinginkan Durasi (hari) Kadar yang diinginkan Durasi (hari)
Sendi 40%-60% 1-2, mungkin lebih 40%-60% 1-2, mungkin lebih
lama jika respon lama jika respon
tidak adekuat tidak dekuat
Otot (kecuali iliopsoas) 40%-60% 2-3, kadangkala lebih 40%-60% 2-3,kadangkala lebih
lama jika respon lama jika respon
tidak adekuat tidak adekuat
Iliopsoas
l Awal 80%-100% 1-2 60%-80% 1-2
l Pemeliharaan 30%-60% 3-5, kadangkala lebih 30%-60% 3-5,kadangkala lebih
lama sebagai profilaksis lama sebagai
sekunder selama profilaksis sekunder
fisioterapi selama fisioterapi
SSP/ kepala
l Awal 80%-100% 1-7 60%-80% 1-7
l Pemeliharaan 50% 8-21 30% 8-21
Tenggorok dan leher
l Awal 0%-100% 1-7 60%-80% 1-7
l Pemeliharaan 850% 8-14 30% 8-14
Gastrointestinal
l Awal 80%-100% 1-6 60%-80% 1-6
l Pemeliharaan 50% 7-14 30% 7-14
Ginjal 50% 3-5 40% 3-5
Laserasi dalam 50% 5-7 40% 5-7
Pembedahan (mayor)
l Pre-op 80%-100% 60%-80%
l Post-op 60%-80% 1-3 40%-60% 1-3
40%-60% 4-6 30%-50% 4-6
30%-50% 7-14 20%-40% 7-14

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 45


TABEL 1B Kadar Faktor Plasma dan Durasi Pemberian yang Direkomendasikan Jika Ada Hambatan Sumber
Daya Signifikan.

Jenis perdarahan Hemofilia A Hemofilia B


Kadar yang diinginkan Durasi (hari) Kadar yang diinginkan Durasi (hari)
Sendi 10%-20% 1-2, mungkin lebih 10%-20% 1-2, mungkin lebih
lama jika respon lama jika respon
tidak adekuat tidak adekuat
Otot (kecuali iliopsoas) 10%-20% 2-3, kadangkala lebih 10%-20% 2-3,kadangkala lebih
lama jika respon lama jika respon
tidak adekuat tidak adekuat
Iliopsoas
l Awal 20%-40% 1-2 15%-30% 1-2
l Pemeliharaan 10%-20% 3-5, kadangkala lebih 10%-20% 3-5, kadangkala lebih
lama sebagai profilaksis lama sebagai
sekunder selama profilaksis sekunder
fisioterapi selama fisioterapi
SSP/ kepala
l Awal 50%-80% 1-3 50%-80% 1-3
l Pemeliharaan 30%-50% 4-7 30%-50% 4-7
20%-40% 8-14 (atau 21 jika ada 20%-40% 8-14 (atau 21 jika
indikasi) ada indikasi)
Tenggorok dan leher
l Awal 30%-50% 1-3 30%-50% 1-3
l Pemeliharaan 10%-20% 4-7 10%-20% 4-7
Gastrointestinal
l Awal 30%-50% 1-3 30%-50% 1-3
l Pemeliharaan 10%-20% 4-7 10%-20% 4-7
Ginjal 20%-40% 3-5 15%-30% 3-5
Laserasi dalam 20%-40% 5-7 15%-30% 5-7
Pembedahan (mayor)
l Pre-op 60%-80% 50%-70%
l Post-op 30%-40% 1-3 30%-40% 1-3
20%-30% 4-6 20%-30% 4-6
10%-20% 7-14 10%-20% 7-14

46 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia


DAFTAR PUSTAKA

Association of Hemophilia Clinic Directors of Canada. Clinical practice guidelines: Hemophilia and von
Willebrands disease: 2. Management. Edition 2, Update 2. 1999.
Association of Hemophilia Clinic Directors of Canada. Hemophilia and von Willebrands disease:
1. Diagnosis, comprehensive care and assessment. Edition 2, Update 2. 1999.
Farrugia, A. Guide for the assessment of clotting factor concentrates for the treatment of hemophilia. World
Federation of Hemophilia. 2003.
Hemophilia of Georgia. Protocols for the treatment of hemophilia and von Willebrand disease. 2004.
Kitchen, S. and Angus McCraw. Diagnosis of hemophilia and other bleeding disorders: A laboratory manual.
World Federation of Hemophilia. 2000.
Karabus, C., ed. Treatment guidelines for hemophilia in South Africa. South African Hemophilia Founda-
tion.
Kasper, C.K., and Meirione Costa e Silva. Registry of clotting factor concentrates. Fifth edition. World
Federation of Hemophilia. 2004.
National Hemophilia Foundation. Standards and criteria for the care of persons with congenital bleeding
disorders. 2002.
Santagostino, E., P.M. Mannucci, and A. Bianchi Bonomi. Guidelines for replacement therapy for
hemophilia and inherited coagulation disorders in Italy. Hemophilia. 2000. 6:1-10.
Srivastava, A., ed. Guidelines for management of hemophilia in India. Hemophilia Federation (India).

Panduan Penatalaksanaan Hemofilia 47


48 Panduan Penatalaksanaan Hemofilia

You might also like