You are on page 1of 6

APLIKASI TEKNOLOGI LASERPUNKTUR DALAM

MENINGKATKAN LIBIDO PEJANTAN


DOMBA GARUT (Ovis Aries)
Herdis
Pusat Teknologi Produksi Pertanian Deputi Bidang TAB BPPT
Gd. BPPT II lt. 16 Jl. M.H. Thamrin no. 8 Jakarta Pusat
E-mail: kangherdis@yahoo.co.id.

Abstract
Libido can be measured by the length of time needed by the ram from teasing
ewes to ejaculation. Low libido is one inefficient factor in reproductive process of
sheep. The research was carried out to assess the application of laserpuncture
technology for increasing libido of Garut rams. Results of the research showed
that from three ejaculations observed, the ram which was treated with
laserpuncture was more responsive in its libido than control. At the first
ejaculation, the ram which was treated with laserpuncture needed 20.67 seconds
and more responsive than control 35,40 seconds. At the second ejaculation, the
laserpuncture treated needed 85 seconds to responsif than control 129,2 seconds.
At the third ejaculation, the laserpuncture treated needed 198,6 seconds to
responsif than control 209 seconds. In conclusion, laserpuncture at six acupoints in
Garut rams can improve libido.

Kata kunci: laserpunktur, libido, domba Garut jantan.

1. PENDAHULUAN Menurut Suyadi et al. (2004) secara


sederhana terdapat tiga kriteria yang dapat
Dalam usaha pengembangbiakan ternak, faktor dijadikan pengamatan pengujian pejantan yaitu
pejantan memegang peranan penting karena (1) tingkah laku seksual yang ditandai dengan
kualitas pejantan yang digunakan menentukan kemampuan memancarkan semen melalui
kualitas anak yang dihasilkan. Menurut Wijono ejakulasi; (2) kuantitas semen yang dihasilkan
dan Masum (1997) keberhasilan dalam setiap ejakulasi seperti jumlah volume dan
pengembangbiakan domba perlu ditunjang oleh jumlah konsentrasi spermatozoa; serta (3)
pemilikan pejantan pemacek yang memiliki kualitas semen yang dihasilkan seperti
kemampuan mengawini beberapa induk dalam persentase motil, persentase hidup, persentase
satuan waktu tertentu. membran plasma utuh dan persentase tudung
Menurut Hafez (2000) dewasa kelamin atau akrosom utuh.
keadaan seekor ternak mulai bisa bereproduksi Menurut Wijono dan Masum (1997) libido
berhubungan erat dengan berat badan dan umur. merupakan waktu yang diperlukan sejak
Kondisi ini dapat tercapai bilamana berat badan dilakukan percumbuan dengan betina pemancing
domba mencapai 40-60% dari berat badan saat sampai terjadinya ejakulasi. Libido berperan
dewasa dan produksi spermatozoa semakin sebagai petunjuk peranan pejantan untuk mampu
meningkat seiring dengan bertambahnya umur. melakukan ejakulasi. Rendahnya libido
Menurut Salhab et al. (2001) perkembangan testis merupakan salah satu faktor yang menunjukkan
domba Awassi terjadi sangat pesat antara umur kurang efisiensinya seekor pejantan. Menurut Lin
tujuh bulan sampai sepuluh bulan pada berat et al. (2001) impotensia merupakan masalah yang
badan sekitar 34,6 kg. Lebih lanjut disebutkan umum terjadi pada ternak jantan pemacek yang
tidak terdapat perbedaan yang nyata antara menjadi penghambat keberhasilan dalam
ukuran testis kiri dan testis kanan. program breeding pada ternak.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja Teknologi LASER (Light Amplification by
reproduksi pejantan adalah kinerja seksual Stimulated Emission of Radiation) telah
(sexual performance) yang meliputi kemampuan dikembangkan dalam dunia kesehatan dan
kawin (serving capacity) dan libido (sexual drive) kedokteran sejak tiga dasa warsa terakhir. Laser
(Hastono et al. 1997). Libido dan kemampuan telah dimanfaatkan untuk pembedahan,
kawin ternak jantan berhubungan erat dengan membunuh sel kanker, menghentikan
efisiensi pejantan dalam melakukan perkawinan. perdarahan, menyembuhkan luka, anestesi lokal

___________________________________________________________________________________________________
Aplikasi Teknologi Laserpunktur Dalam...............(Herdis) 25
Diterima 5 Pebruari 2010; terima dalam revisi 9 Maret 2010; layak cetak 5 April 2010
serta memberikan rangsangan pada titik informasi yang bermanfaat dalam usaha
akupunktur. Menurut Adikara (2001) teknologi membantu mengembangkan potensi, populasi
laserpunktur merupakan teknik stimulasi pada titik dan mutu genetik domba Garut melalui aplikasi
akupunktur dengan menggunakan laser sebagai bioteknologi termasuk penerapan teknologi
alat yang mempunyai efek sebagai stimulator. reproduksi dan laserpunktur.
Laser berkekuatan rendah yang digunakan
untuk laserpunktur (5 mW sampai 30 mW) 2. BAHAN DAN METODE
terbukti dapat meningkatkan aktifitas jaringan
2.1. Bahan
seperti peningkatan hormon dan enzim jaringan.
Bahkan beberapa penelitian menunjukkan Hewan percobaan yang digunakan terdiri dari
laserpunktur dapat memperbaiki sistem vaskuler, delapan ekor domba Garut jantan berumur sekitar
endokrin dan berbagai sistem tubuh lainnya empat tahun dengan berat badan sekitar 80 kg.
(Hardjatno, 2001). Menurut Peterman (2003) Domba Garut jantan dikandangkan dalam
dalam Yasa (2003) laserpunktur dalam aksinya kandang individu. Pakan yang diberikan berupa
dapat meningkatkan sirkulasi darah, merangsang hijauan rumput segar dan leguminosa sekitar 8 kg
metabolisme sel, dapat mempercepat per ekor per hari, sedangkan konsentrat diberikan
penyembuhan luka, imflamasi lokal baik akut sekitar 0,8 kg per ekor per hari.
maupun kronis, mempercepat hilangnya Peralatan yang digunakan pada percobaan
kebengkakan, rasa sakit dan gejala imflamasi antara lain laserpunktur 10 mW berkekuatan
lainnya. 50 Hz listrik 220 volt, gas laser Helium-Neon (soft
o
Sinar laser dijadikan alternatif untuk stimulasi laser) dengan panjang gelombang 6328 A,
dalam akupunktur, antara lain karena sinar laser kapasitas sinar 400 jam, stabilizer, stop watch.
mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : 1)
Koheren (mempunyai gelombang yang sama), 2) 2.2. Metode
Monochromatik (berkas cahaya yang keluar
Hewan percobaan dibagi menjadi dua kelompok
hanya memiliki satu panjang gelombang), 3)
Paralel (berkas cahaya yang dihasilkan yakni kelompok tanpa perlakuan laserpunktur
mendekati sejajar, sehingga daya jangkaunya (kontrol) dan kelompok dengan perlakuan
lebih jauh) dan 4) Brightness (berkas cahaya laserpunktur. Perlakuan laserpunktur dilakukan
tiga kali selama tiga hari berturut-turut selang
yang keluar memiliki tingkat kecerahan yang
waktu 24 jam pada enam titik selama 20 detik
tinggi). Dengan sifat-sifat tersebut, maka daya
stimulasi sinar laser terhadap sel-sel pada titik (Schoen, 2001).
akupunktur menjadi kuat (Herdis, 2005). Titik-titik akupunktur yang diberi perlakuan
Menurut Susan et al. (2001) laserpunktur laser adalah (Gambar 1) :
1. Titik Ming-Meng: Lokasi terletak di daerah
merupakan metode terapetik menggunakan
dorsal dari persendian vertebrae lumbalis II
cahaya laser sebagai faktor stimulan yang ditem-
dengan vertebrae lumbalis III. Rangsangan
bakkan pada titik-titik akupunktur. Pada organ
reproduksi, aplikasi laserpunktur merangsang pada titik ini akan meningkatkan libido dan
pengaturan beberapa fungsi reproduksi ternak mengobati infertilitas.
2. Titik Yang Kuang/Gerbang Yang: Lokasi
jantan dan betina.
terletak pada garis tengah tulang punggung
Pada ternak jantan penggunaan teknologi
antara processus spinosus vet. lumbalis IV
laser telah dicoba diaplikasikan untuk
dan V. Rangsangan pada titik ini akan
meningkatkan libido dan mengatasi masalah
impotensia. Menurut Kothbauer dan mengobati infertilitas dan rheumatik.
3. Titik Jui Jing: Dua titik terletak pada dexter
Vanengelenburg (2001) stimulasi titik-titik
dan sinister di tepi cranial antara vertebrae
akupunktur GV 4/ Meng Meng (dorsal persendian
lumbalis VI dengan processus tranversusnya.
proc. spinosus vert. lumbalis 4-5), BL 22 (antara
proc. transv. vert. lumbalis 2-3), BL 23 (antara Rangsangan pada titik ini akan mengobati
proc. transv. vert. lumbalis 3-4), BL 31 (dexter dan infertilitas.
sinester os sacrum) dapat meningkatkan libido 4. Titik Bai Hui: Lokasi terletak pada garis
tengah tulang punggung antara processus
dan mengatasi impotensia sapi jantan.
spinosus vet. lumbalis terakhir dan os
Melihat pentingnya peranan libido pejantan
sacrum. Rangsangan pada titik ini akan
dalam pengembangbiakkan ternak serta
mengobati impotensia dan peningkatan libido.
mengetahui manfaat teknologi laserpunktur untuk
5. Titik Wai Gen: Lokasi terletak pada garis
bidang reproduksi maka dilakukan penelitian
tengah tulang punggung antara processus
pemanfaatan teknologi laserpunktur untuk
spinosus vet. sacrum dengan tulang ekor.
peningkatan libido pejantan domba Garut (Ovis
Aries). Hasil penelitian diharapkan menjadi

___________________________________________________________________________________________________
26 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 1, April 2010 Hlm.25-30
Diterima 5 Pebruari 2010; terima dalam revisi 9 Maret 2010; layak cetak 5 April 2010
Rangsangan pada titik ini akan mengobati 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
impotensia.
Tingkah laku pejantan dalam kopulasi atau libido
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
kinerja reproduksi seekor pejantan. Apabila
seekor pejantan mempunyai libido yang rendah
maka pejantan tersebut mempunyai kinerja
reproduksi yang kurang efisien. Libido ditunjukkan
dengan waktu yang diperlukan sejak dimulai
percumbuan dengan betina pemancing sampai
terjadinya ejakulasi.
Menurut Hastono et al. (1997) beragamnya
libido seekor pejantan sangat dipengaruhi oleh
beragamnya umur ternak, kesehatan, tingkat
kegemukkan serta rangsangan yang dikeluarkan
oleh betina berahi seperti urin atau bau dari alat
kelamin betina. Beberapa penelitian menunjukkan
terdapat korelasi yang positif antara libido dengan
kualitas dan kuantitas semen segar yang
Gambar 1. Titik reproduksi domba jantan dihasilkan.
Hasil penelitian menunjukkan, respon libido
Pengamatan tingkah laku pejantan dalam pada ejakulasi pertama dari domba-domba
kopulasi guna melihat libido pejantan yang kelompok kontrol (35,40 detik) dan kelompok
menjadi objek penelitian dilakukan selama tiga perlakuan laserpunktur (20,67 detik) termasuk
kali ejakulasi yakni : kedalam kelompok ternak domba yang
mempunyai libido baik. Penelitian Wijono dan
Waktu pertama mencumbu betina. Masum (1997) menunjukkan domba ekor gemuk
Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk memerlukan waktu 3559 detik untuk terjadinya
memulai mencumbu atau mencium betina ejakulasi pertama.
sejak pertama kali didekatkan dengan betina Menurut Hastono et al. (1997) kambing
pemancing. peranakan etawah (PE) yang berumur 3348
Frekwensi atau jumlah mencumbu betina. bulan mulai menaiki betina 0,30 0,16 menit
Evaluasi dilakukan dengan melihat sejak bertemu betina, sedangkan ejakulasi
berapa kali pejantan mencumbu betina pertama terjadi setelah 3,98 menit dengan rata-
sebelum ejakulasi. rata ejakulasi sebanyak 2,58 0,97 kali.
Waktu timbul flehmen. Kambing PE yang berumur lebih dari 54 bulan
Waktu yang dibutuhkan penjatan untuk mulai menaiki ternak betina 0,90 menit sejak
memulai flehmen yaitu kelakuan khas bertemu betina sedangkan ejakulasi pertama kali
pejantan apabila terangsang dengan terjadi setelah 2,29 menit. Penelitian pengaruh
memperlihatkan tanda mengangkat bibir dan pakan terhadap libido domba ekor gemuk
kepala ke atas. menunjukkan aktivitas libido paling cepat terjadi
Frekwensi atau jumlah flehmen. 40,25 detik pada perlakuan pakan total digestible
Evaluasi dilakukan dengan melihat nutrient (TDN) 65% berbeda nyata dibandingkan
berapa kali pejantan memperlihatkan tanda perlakuan pakan TDN 55% (71,39 detik) dan
terangsang berupa flehmen. TDN 75% (77,05 detik) (Hastono et al. 1997).
Waktu pertama kali menaiki betina. Hasil penelitian menunjukkan pada ejakulasi
Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk pertama waktu yang diperlukan oleh pejantan
menaiki betina pemancing untuk pertama kali, untuk mulai mencumbu atau mencium betina
tetapi belum melakukan kopulasi dan pada kelompok kontrol (2,11 detik) tidak berbeda
ejakulasi. dengan kelompok perlakuan laserpunktur (2,33
Waktu melakukan ejakulasi. detik). Namun saat mulai menaiki betina, jantan
Waktu yang dibutuhkan pejantan untuk yang diberi perlakuan laserpunktur terlihat lebih
melakukan ejakulasi sejak didekatkan dengan cepat dan responsif (14 detik)
betina pemancing. dibandingkan perlakuan kontrol (26,75
detik). Begitu pula saat evaluasi mulai ejakulasi,
terlihat jantan yang diberi perlakuan laserpunktur
terlihat lebih cepat dan responsif (20,67 detik)
dibandingkan perlakuan kontrol (35,4 detik).

___________________________________________________________________________________________________
Aplikasi Teknologi Laserpunktur Dalam...............(Herdis) 27
Diterima 5 Pebruari 2010; terima dalam revisi 9 Maret 2010; layak cetak 5 April 2010
Pada parameter tingkah laku nyengir atau kontrol berturut-turut 52,8 detik; 117,8 detik dan
flehmen, domba pada kelompok kontrol 129,2 detik.
memperlihatkan satu kali flehmen yang terjadi Sedangkan pada parameter frekwensi
12,75 detik setelah domba jantan bertemu domba mencium betina dan flehmen, penelitian
betina, sedangkan pada perlakuan laserpunktur menunjukkan jumlah mencium betina dan
tidak menunjukkan tingkah laku flehmen, karena flehmen pada perlakuan kontrol berturut-turut 2
setelah mencumbu bagian belakang betina kali dan 1,75 kali lebih banyak dibandingkan
domba-domba tersebut langsung menaiki betina perlakuan laserpunktur berturut-turut 1,71 kali
dan terjadi ejakulasi (Gambar 2). Pada ejakulasi dan 1,33 kali. Hasil ini menunjukkan domba-
kedua, penelitian menunjukkan waktu mulai domba pejantan pada perlakuan laserpunktur
mencium pertama kali, waktu mulai menaiki mempunyai keinginan untuk kawin lebih banyak
betina dan waktu mulai ejakulasi pejantan atau lebih agresif dibandingkan perlakuan kontrol
dengan perlakuan laserpunktur berturut-turut 31,4 (Gambar 3).
detik; 72 detik dan 85 detik lebih cepat dan
responsif dibandingkan pejantan perlakuan
40

3 5 .4
35

30
2 6 .7 5
aktu(detik) Jumlah(kali)

25

2 0 .6 7
Tanpa Perlakuan
20
Laserpunktur

15 14
12 .7 5
W

10

5
2 .11 2 .3 3 2 .11 1.7 1
1

0
Mulai mencium Jumlah mencium Mulai f lecmen Jumlah f lecmen Mulai menaiki Mulai ejakulasi
betina (kali) (kali) betina

Parameter libido

Gambar 2. Libido pejantan pada ejakulasi pertama

140
12 9 .2

120 117 .8

100
lah(kali)

85

80
aktu(detik) Jum

72
Tanpa Perlakuan
67
Laserpunktur
60
5 2 .8
W

40 37
3 1.4

20

2 1.7 1 1.7 5 1.3 3


0
Mulai mencium Jumlah mencium Mulai f lecmen Jumlah f lecmen Mulai menaiki Mulai ejakulasi
betina (kali) (kali) betina

Parameter libido

Gambar 3. Libido pejantan pada ejakulasi kedua

___________________________________________________________________________________________________
28 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 1, April 2010 Hlm.25-30
Diterima 5 Pebruari 2010; terima dalam revisi 9 Maret 2010; layak cetak 5 April 2010
Pada perlakuan kontrol lamanya waktu yang sepuluh kali perlakuan dengan interval waktu
diperlukan untuk sampai terjadinya ejakulasi 2 sampai 7 hari dapat meningkatkan libido dan
disebabkan karena pejantan kontrol mengatasi impotensia sapi jantan. Menurut Lin et
memperlihatkan beberapa kali flehmen dan al. (2001) aplikasi akupunktur selama 5 sampai
mencumbu betina lebih banyak sebelum 10 hari pada titik-titik akupunktur Bai Hui dan Wai
terjadinya ejakulasi dibandingkan perlakuan Gen dapat mengatasi masalah impotensia.
laserpunktur. Menurut Adikara (1995) mekanisme
Pada ejakulasi ketiga, seperti dua ejakulasi rangsangan titik akupuntur sampai ke target
sebelumnya, pejantan pada kelompok perlakuan organ berkaitan erat dengan titik akupunktur
laserpunktur memperlihatkan agresifitas dalam sebagai kumpulan sel aktif listrik yang mudah
tingkah laku kopulasi lebih baik dibandingkan berubah pola listriknya dengan rangsangan yang
kelompok kontrol. Waktu yang diperlukan untuk relatif minimal. sketsa dan mekanisme
mulai mencumbu dan menaiki betina pada rangsangan pada titik akupunktur adalah :
kelompok perlakuan laserpunktur berturut-turut 1. Rangsangan awal berupa penembakan laser
10,5,17 detik dan 176,6 detik lebih cepat pada lokasi titik akupunktur sebagai
dibandingkan perlakuan control berturut-turut sekelompok sel aktif listrik, akan
138,5 detik dan 185,67 detik (Gambar 4). menimbulkan aktivitas yang khusus bagi
Saat terjadinya ejakulasi ketiga, pejantan pada kumpulan sel tersebut berupa depolarisasi
perlakuan laserpunktur memerlukan waktu sekitar ion, stimulasi rRNA, aktivasi mRNA dan
198,60 detik lebih cepat, namun tidak berbeda proses sintesa protein berlangsung.
dibandingkan dengan kelompok perlakuan kontrol 2. Kemudian terjadi mekanisme komunikasi
209 detik. Keadaan ini diduga disebabkan antar sel melalui sistim transformasi dan
karena pada ejakulasi ketiga semua domba informasi dengan C-AMP atau dengan
sudah menunjukkan penurunan stamina transfer desmosom melalui jembatan antar
dibandingkan ejakulasi sebelumnya, sehingga sel sehingga terbentuk jalur komunikasi antar
libido yang dihasilkan pada ejakulasi ketiga tidak sel yang disebut meridian (jalur seluler
terlalu berbeda nyata. spesifik).
Dari semua parameter libido pada ketiga 3. Jalur seluler spesifik menghubungkan satu
ejakulasi yang diamati menunjukkan bahwa titik akupunktur dengan titik yang lain
perlakuan laserpunktur menyebabkan libido atau sehingga menuju terminal akhir yaitu organ
agresifitas pejantan dalam kopulasi lebih yang terkait. Dikatakan spesifik karena
responsif dibandingkan pejantan kontrol. Hasil ini mempunyai ciri yang khusus misalnya titik
menunjukkan bahwa perlakuan laserpunktur pada reproduksi akan berkomunikasi pada organ
enam titik reproduksi pejantan mampu reproduksi.
meningkatkan libido pejantan domba Garut. 4. Rangsangan yang diberikan ternyata mampu
Hasil ini sesuai dengan hasil yang diperoleh meningkatkan aktivitas dan dinamika sel,
Kothbauer dan Vanengelenburg (2001) yang jaringan bahkan organ sehingga tubuh
menyimpulkan rangsangan pada titik-titik terpacu untuk mengoptimalkan segala
reproduksi akupunktur sapi jantan yakni : GV 4/ aktivitasnya mencapai keseimbangan energi
Meng Meng , BL 22, BL 23, BL 31 sebanyak yang ideal untuk berproduksi lebih optimal.
220
209

19 8 . 6
200
18 5 .6 7
17 7 .6 7 17 6 .6
180

160
lah(kali)

13 8 .5
140
12 6 .3 3
aktu(detik)Jum

120
Tanpa Perlakuan
10 5 .17
Laserpunktur
100

80
W

60

40

20
2 .5 7 2 .4 4 1.2 1.3 3
0
Mulai mencium Jumlah mencium Mulai f lecmen Jumlah f lecmen Mulai menaiki Mulai ejakulasi
betina (kali) (kali) betina

Para me te r libido

Gambar 4. Libido pejantan pada ejakulasi ketiga

___________________________________________________________________________________________________
Aplikasi Teknologi Laserpunktur Dalam...............(Herdis) 29
Diterima 5 Pebruari 2010; terima dalam revisi 9 Maret 2010; layak cetak 5 April 2010
4. KESIMPULAN Kothbauer, O dan G.D. Vanengelenburg. 2001.
Acupuncture in Cattle. Di dalam : Schoen
Dari penelitian yang dilakukan disimpulkan bahwa A.M. Veterinary Acupuncture, Ancient Art to
pada ejakulasi pertama waktu mulai ejakulasi Modern Medicine. Ed ke-2. St Louis : Mosby.
pada pejantan yang diberi perlakuan laserpunktur hlm 565-573.
(20,67 detik) lebih cepat dibandingkan perlakuan
kontrol (35,40 detik). Pada ejakulasi kedua waktu Lin J., W.W. Chan, L.S. Wu. 2001. Acupunctur for
mulai ejakulasi pada pejantan yang diberi Reproduction. Di dalam : Schoen A.M.
perlakuan laserpunktur (85 detik) lebih cepat Veterinary Acupuncture, Ancient Art to Modern
dibandingkan perlakuan kontrol (129,2 detik). Medicine. Ed ke-2. St Louis : Mosby. hlm
Sedangkan pada ejakulasi ketiga waktu mulai 261-267.
ejakulasi pada pejantan yang diberi perlakuan
laserpunktur (198,6 detik) lebih cepat Salhab, S.A., M. Zarkawi, M.F. Wardeh, M.R. Al
dibandingkan perlakuan kontrol (209 detik). Masri, R. Kasem. 2001. Development of
Terbukti perlakuan penembakan laserpunktur testiscular dimensions and size and their
pada titik-titik reproduksi pejantan domba Garut relationship to age, body weight and parental
dapat meningkatkan libido pejantan domba Garut. size in growing Awassi ram lambs. Small
Ruminant Research 40: 187-191.

DAFTAR PUSTAKA Schoen, A.M. 2001. Veterinary Acupuncture


Ancient Art to Modern Medicine. London.
Adikara, RTS. 1995. Akupunktur Veteriner. Mosby.
Kelompok Studi Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Akupunktur Veteriner Fakultas Susan G. et al. 2001. Global Acupuncture
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Research : Previously Ultranslated Studies. Di
Surabaya. dalam : Schoen A.M. Veterinary Acupuncture,
Ancient Art to Modern Medicine. Ed ke-2. St
Adikara, RTS. 2001. Teknologi Laserpunktur Louis : Mosby. hlm 53 - 78.
pada Ternak. Pusat Penelitian Bioenergi
Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Suyadi, T. Susilawati, N. Isnaini. 2004. Uji Coba
Surabaya. Produksi Semen Beku Kambing Boer.
Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya.
Hafez ESE, Hafez B. 2000. Reproduction in Malang.
th
Farm Animals, 7 Edition. Baltimore: Lippicott
Williams & Wilkins. Wijono, D.B., K. Masum. 1997. Efisiensi
penggunaan jantan pemacek domba ekor
Hardjatno, T. 2001. Dasar-dasar Laserpunktur. gemuk sebagai sumber bibit. Prosiding
Seminar Persatuan Akupunkturis Seluruh Seminar Teknologi Peternakan dan Veteriner.
Indonesia (PAKSI) 9 10 Juni 2001. Jakarta. Balai Penelitian Ternak, Bogor. 463-468.

Hastono, IGM. Budiarsa, RSG. Sianturi, U. Adiati, Yasa, R. 2003. Penggunaan laserpunktur untuk
IK. Sutama. 1997. Pengaruh umur terhadap sinkronisasi estrus pada fase luteal pada
kinerja seksual pada kambing jantan kambing peranakan Peranakan Etawah (PE).
peranakan etawah. Prosiding Seminar Thesis. Yogyakarta. Program Pascasarjana.
Teknologi Peternakan dan Veteriner. Balai Universitas Gajah Mada.
Penelitian Ternak, Bogor. 385-390.

Herdis. 2005. Optimalisasi Inseminasi Buatan


Melalui Aplikasi Teknologi Laserpunktur pada
Domba Garut (Ovis aries). Disertasi. Bogor:
Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian
Bogor.

___________________________________________________________________________________________________
30 Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia Vol. 12, No. 1, April 2010 Hlm.25-30
Diterima 5 Pebruari 2010; terima dalam revisi 9 Maret 2010; layak cetak 5 April 2010

You might also like