Professional Documents
Culture Documents
Muhammad Sumarno
Fakultas Teknik dan Pascasarjana, Universitas Negeri Medan
Email: masno63@yahoo.co.id
ABSTRACT
This research is aimed at revealing and understanding: (1) the effect of innovation information
intensity, working capital, entrepreneurship, and educational level to the level of technological innovation
adoption; (2) the effect of innovation information intensity, amount of working capital, and
entrepreneurship, to the level on the innovation production level through technological innovation adoption
level; (3) the effect of technological innovation adoption level on the innovation production level. The
sampling technique was taken by using Porpusive Random Sampling. The sample size consisted of 45
entrepreneurs, consists of 40 home industry and 5 small scale entrepreneurs. The analysis of data used
multiple regression, and path analysis. The interpretation of data analysis results were done at level of
significance 5%. The findings of the research shows: (1) independent variables of innovation information
intensity, working capital, entrepreneurship, and educational level have a positive impact on the
technological innovation adoption level; innovation information intensity had positive impact on the
technological innovation adoption level with a coefficient effect=0.50; the working capital had a positive
impact=0.35; the entrepreneurship had a positive impact=0,26; and the educational level had a positive
correlation on the technological innovation adoption level with r=0.44; (2) the innovation information
intensity, working capital, and entrepreneurship have indirectly positive impact (through technological
innovation adoption level) on the innovation production level; with coefficient of effects are 0,38; 0,26 and
0,20 respectively. (3) the technological innovation adoption level had a positive impact on the innovation
production level with a coefficient of effect=0,75.
Keywords: adoption, technological innovation
1
2 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 1-10
Kondisi di atas menunjukkan bahwa produk (Tan, 1994). Proses adopsi inovasi teknologi
(barang-barang) yang dihasilkan Sentra Indusri Kecil merupakan suatu proses penerimaan terhadap hal-hal
Kerajinan Gerabah Kasongan (SIKKGK) disamping baru, proses yang terjadi hanya dapat dilihat dari
harus berubah seiring dengan selera masyarakat tingkah laku individu yang bersangkutan (Wiriat-
pengguna yang selalu berubah, juga harus bersaing madja, 1983).
dengan produk sejenis dari industri besar dan sedang. Adopsi inovasi teknologi pada IKKGK dapat
Akibatnya para pengusaha SIKKGK harus mencari dilihat pada kegiatan pengusaha dalam menghasilkan
alternatif untuk menghasilkan produk inovatif, seperti produk baru atau memodifikasi produk supaya
cindera-mata (souvenir), hiasan-hiasan serta produk memenuhi selera pasar, mencakup komponen desain,
lain yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat produk, dan pemasaran.
kota (Soentoro, 1984).
Disamping kendala persaingan pangsa pasar Pentingnya Adopsi Inovasi Bagi Industri Kecil
seperti diutarakan di atas, industri kecil juga meng-
hadapi kendala dan permasalahan yang mencakup: Pengusaha industri kecil dapat dialogkan sebagai
teknologi produksi, pengelolaan usaha, permodalan, wirausahawan. Alat spesifik wirausahawan adalah
kewirausahaan, dan pemasaran yang masing-masing inovasi. Dengan demikian pengusaha IKKGK
saling terkait (Suhardi, 1984), dan yang merupakan sebagai wirausahawan perlu secara sengaja mencari
kendala utama adalah menyangkut keterbasan akses sumber inovasi dan gejala yang menunjukkan adanya
terhadap jaringan pasar dan informasi, keterbatasan peluang bagi usahanya (Drucker, 1991). Menurut
dana, kualitas sumber daya manusia, serta White (Tan, 1994) sebuah produk inovasi akan
keterbatasan pengguasaan teknologi (Ismangil, 1994). memiliki nilai surplus dibandingkan dengan produk
Dari berbagai kendala yang dihadapi industri saingan atau produk substitusinya, dan produk
kecil (seperti dipaparkan di atas), pada penelitian ini inovatif tersebut akan menciptakan segmen pasar
akan diungkap beberapa saja, yang dirumuskan sendiri dan spin off terhadap produk yang sudah tua
sebagai berikut: dan tidak efisien lagi.
1. Seberapa besar pengaruh intensitas informasi
inovasi, modal usaha, dan tingkat kewirausahaan Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi
yang dimiliki pengusaha SIKKGK terhadap
tingkat adopsi inovasi teknologi? Di Sentra IKKGK konsep produksi hanya
2. Seberapa besar pengaruh intensitas informasi menyangkut pembuatan barang saja. Pada industri
inovasi, modal usaha, dan tingkat kewirausahaan kecil seperti ini faktor-faktor utama produksi (land,
yang dimiliki pengusaha SIKKGK terhadap labour, dan capital) yang digunakan dapat ditun-
tingkat produksi inovasi melalui tingkat adopsi jukan/diidentifikasi secara jelas dan produk yang
inovasi teknologi? dihasilkan juga dapat diidentifikasi dengan mudah,
3. Seberapa besar pengaruh tingkat adopsi inovasi baik kualitas maupun kuantitasnya (Glahe & Lee,
teknologi terhadap tingkat produksi inovasi? 1989; dan Sudarman, 1988).
Dalam menentukan apakah suatu produk/benda
Adopsi Inovasi Teknologi IKKGK termasuk produk inovasi atau bukan dila-
kukan dengan bantuan tenaga kurir yang berasal dari
Sifat dan karakter teknologi berkembang unit pelaksana teknis, dan untuk menentukan tingkat
tergantung pada persepsi seseorang tentang teknologi adopsi inovasi teknologi dilakukan dengan mem-
(DeVore, 1980). Teknologi dapat dipandang sebagai bandingkan antara jumlah produk inovasi dengan
benda (as an object), sebagai proses (as a process), jumlah produk total.
sebagai ilmu pengetahuan (as a knowledge), dan
sebagai control (as a volition) (Mitcham & Mackey, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat
1972). Teknologi memiliki tiga domain, yaitu: tekno- Adopsi Inovasi Teknologi
logi desain (perancangan), teknologi produksi (pem-
buatan), dan teknologi pemasaran (Jenie, 1991). Studi tentang adopsi inovasi dapat dilakukan
Inovasi teknologi merupakan proses kreativitas dengan sudut pandang yang berbeda-beda, baik yang
yang bersumber dari keahlian atau keterampilan, erat bersifat agregasi maupun individual serta dengan cara
hubungannya dengan kegiatan untuk menghasilkan statis maupun dinamis. Kombinasi keempat sudut
produk baru atau memodifikasi produk supaya mem- pandang ini menghasilkan empat pendekatan yang
berikan kegunaan lebih, dan memenuhi selera pasar berbeda (Tabel 1).
Sumarno: Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pengusaha Sentra Industri Kecil 3
Individual I II symbolic
- Personality
constructs
-
-
Internatization
Identification Respon
Resolution
Agregat III IV stimuli - Demographic
- Behavior
-
-
Complience
Ambivalence
pattern - Indefference
Rejection
- Cognitive - Antagonism
social Stages
structure
memungkinan timbulnya tindakan positif terhadap sikap mental, pengetahuan dan kecerdasan termasuk
sesuatu tersebut. Demikian halnya dengan adopsi kreativitas dan daya analisis (Simanjuntak, 1989).
inovasi teknologi yang dilakukan oleh pengusaha Menurut Broudy, berkenaan dengan pekerjaan,
SIKKGK juga tidak terlepas karena adanya informasi pengetahuan yang telah diperoleh selama pendidikan
dari pihak agen pembaharuan. Informasi inovasi mempunyai manfaat asosiatif, replikatif, interpretatif,
tersebut dapat berasal dari pendidikan dan pelatihan, dan aplikatif (Evans, 1971).
melihat kondisi unit usaha sesamanya, menonton tv,
mendengarkan radio, bimbingan dan penyuluhan dari HIPOTESIS
tenaga teknis, atau dari membaca Koran.
Faktor pengusaha (individu) dibedakan menjadi 1. Intensitas informasi inovasi, modal usaha, dan
dua, yaitu: (1) faktor ekonomi dan (2) faktor non tingkat kewirausahaan yang dimiliki pengusaha
ekonomi. Untuk faktor ekonomi dipilih modal usaha; SIKKGK berpengaruh terhadap tingkat adopsi
sedangkan untuk faktor non ekonomi dipilih kewira- inovasi teknologi.
usahaan, dan tingkat pendidikan. 2. Intensitas informasi inovasi, modal usaha, dan
Modal usaha merupakan faktor penting dan tingkat kewirausahaan yang dimiliki pengusaha
sangat menentukan untuk dapat memulai usaha dan SIKKGK berpengaruh terhadap tingkat produksi
mengembangkan usaha. Makin besar model usaha inovasi melalui tingkat adopsi inovasi teknologi;
yang dimiliki, akan makin besar pula kemungkinan baik secara sendiri-sendiri maupun secara
ukura usaha yang dapat dijalankan. Menurut Sudarno bersama-sama
dan Rietveld (1987) skala usaha dapat mempengaruhi 3. Tingkat adopsi inovasi teknologi berpengaruh
keputusan adopsi, karena adopsi menuntut adanya terhadap tingkat produksi inovasi.
ketersediaan modal yang cukup besar. faktor non
ekonomi dipilih kewirausahaan, dan tingkat pendi- PARADIGMA PENELITIAN
dikan.
Kewirausahaan juga merupakan variabel yang Penelitian ini merupakan penelitian dependent
sangat menentukan keputusan inovasi, karena adopsi yang bersifat ex post facto, dengan demikian ubahan-
inovasi merupakan suatu keputusan yang mengan- ubahan yang diteliti tidak dikendalikan atau
dung resiko, berorientasi ke masa depan yang dimanipulasi oleh peneliti, tetapi fakta diungkap
memerlukan pemikiran yang matang sebelum kepu- berdasarkan pengukuran gejala yang terjadi/dimiliki
tusan tersebut diambil. Dengan demikian seorang oleh pengusaha SIKKGK. Penelitian seperti ini
pengusaha SIKKGK harus memiliki jiwa wirausaha dimaksudkan untuk menjelaskan seberapa besar
(kewirausahaan) yang mencakup: tekat bulat dan kaitan ubahan terikat atas perubahan bebas.
kemampuan yang tinggi untuk merealisasikan ga- Pada penelitian ini dikonstruksi enam ubahan
gasan yang dianggapnya benar, berani mengambil yang dilibatkan dalam model hubungan antar ubahan,
inisiatif dan resiko, jeli, teliti, tekun serta ulet, mau yaitu: intensitas informasi inovasi teknologi (X1),
modal usaha (X2), kewirausahaan (X3), pendidikan
bekerja ekstra keras, tidak cepat menyerah dan merasa
(X4), tingkat adopsi inovasi teknologi (X5), dan
puas, jujur dan adaptif (Dibsono, 1992).
tingkat produksi (Y). Ubahan-ubahan ini dapat dike-
Disamping itu adopsi inovasi teknologi juga
lompokkan menjadi empat kelompok yaitu:
memerlukan kemampuan, sikap, dan berbagai bentuk
1. Ubahan bebas (independent variable)
tingkah laku yang berkenaan dengan nilai kehidupan.
a. Intensitas informasi inovasi teknologi (X1)
Untuk memperoleh semua itu diperlukan pendidikan,
b. Modal usaha (X2)
karena pendidikan merupakan usaha pemberian c. Kewirausahaan (X3)
informasi dan pembentukan keterampilan yang dapat 2. Ubahan antara (intervening variable)
mewujudkan keinginan, kebutuhan dan kemampuan a. Tingkat adopsi inovasi teknologi (X5)
individu sehingga tercapai pola hidup pribadi dan 3. Ubahan moderator
sosial yang memuaskan (Crow & Crow, 1987); serta a. Tingkat pendidikan (X4)
pendidikan dapat meningkatkan kemampuan individu 4. Ubahan tergantung (dependent variable)
dalam menanggulangi dan efisensi dalam beradaptasi a. Tingkat produksi inovasi (Y)
terhadap perubahan yang terus menerus (Toffler,
1987). Pendidikan formal sangat efektif untuk pem- Model hubungan antar ubahan pada penelitian ini
bentukan dan pengembangan kepribadian, bakat, digambarkan sebagai berikut:
Sumarno: Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pengusaha Sentra Industri Kecil 5
masing-masing ubahan bebas dalam memasuki X5 berbanding lurus, yang berarti bila ubahan bebas
proses regresi ganda. Determinasi yang dipakai yaitu mengalami kenaikan, maka akan diikuti naiknya
determinasi perubahan (R square change). Hasil ubahan terikat. Sedangkan konstanta tidak signifikan,
analisis tersebut dirangkum dalam Tabel 3. sehingga nilai konstanta tidak ada (0).
Tabel 3. Rangkuman Hasil Determinasi Ubahan Tabel 4. Rangkuman Hasil Koefisien Regresi
Bebas (X1, X2, dan X3) Terhadap Ubahan Bebas Terhadap Ubahan
Ubahan Terikat (X5) Terikat (X5)
R Harga F Koefisien Harga T
Ubahan
Ubahan Square Keterangan Regresi Keterangan
F hit. F sig. Bebas T hit. T sig.
Change (B)
X1 X5 0,52687 47,8848 0,01* signifikan X1 0,42711 5,057 0,01* signifikan
X2 X5 0,28849 17,4349 0,01* signifikan X2 0,76416 3,899 0,01* signifikan
X3 X5 0,28626 17,2463 0,01* signifikan X3 0,30606 2,735 0,01* signifikan
X4 X5 0,18970 10,0669 0,01* signifikan Constant - 5,823 - 0,545 0,5885 tidak signifikan
*
* T sig. < 0,01
F sig. < 0,01
Dengan memasukan koefisien regresi (B) dari
R square change dari masuknya ubahan ketiga ubahan bebas ke dalam persamaan regeresi,
intensitas informasi inovasi (X1) dalam regresi ganda akan diperoleh persamaan regeresi sebagai berikut:
menunjukkan angka 0,52687 dengan signifikansi
<0,05. Besaran ini menunjukkan bahwa sumbangan Y = 0 + 0,427 X1 + 0,764 X2 + 0,306 X3
efektif intensitas informasi (X1) terhadap tingkat Bentuk persamaan regresi ganda tersebut
adopsi inovasi teknologi dinyatakan berarti, dengan menunjukkan bahwa setiap kenaikan sepuluh sekor
sumbangan efektif sebesar 52,69%. X1 ditambah kenaikan sepuluh sekor X2, dan ditam-
R square change dari masuknya ubahan modal bah kenaikan sepuluh sekor X3, akan mengakibatkan
usaha (X2) dalam regresi ganda menunjukkan angka kenaikan rata-rata sekor Y (dalam hal ini X5) sebesar
0,28849 dengan signifikansi <0,05. Besaran ini 14,97.
menunjukkan bahwa sumbangan modal usaha (X2) Pengujian hipotesis kedua dan ketiga dilakukan
terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi dinyatakan dengan mencermati koefisien jalur seperti ditunjuk-
berarti, dengan sumbangan efektif sebesar 28,85%. kan pada Tabel 5 berikut ini.
R square change dari masuknya ubahan
kewirausahaan (X3) dalam regresi ganda menunjuk- Tabel 5. Koefisien Jalur Hasil Regresi Ganda
kan angka 0,28626 dengan signifikansi<0,05. Besaran Ubahan Koefisien Jalur Determinasi
ini menunjuk-kan bahwa sumbangan efektif Beta () T sig. (R2)
kewirausahaan (X3) terhadap tingkat adopsi inovasi X1 X5 0,50455 0,01*
teknologi dinyatakan berarti, dengan sumbangan X2 X5 0,35166 0,01* 0,69581
X3 X5 0,26297 0,01*
efektif sebesar 28,63%. X1 Y 0,11467 0,5353
R square change dari masuknya uabahan X2 Y 0,06089 0,6915 0,38262
moderator tingkat pendidikan (X4) dalam regresi X3 Y 0,04647 0,7569
ganda menunjukkan angka 0,18970 dengan X5 Y 0,75217 0,01*
signifikansi <0,05. Besaran ini menunjukkan bahwa
sumbangan tingkat pendidikan (X4) terhadap tingkat Berdasarkan Tabel 5 di atas dapat diketahui
adopsi inovasi teknologi dinyatakan berarti, dengan bahwa koefisien jalur ubahan bebas X1, X2, dan X3
sumbangan efektif sebesar 18,97%. terhadap X5 signifikan pada T<0,05. Hubungan
Bentuk persamaan regresi dari ketiga ubahan langsung ubahan bebas X1, X2, dan X3 terhadap
bebas (X1, X2, dan X3) didasarkan pada koefisien ubahan terikat tingkat produksi inovasi (Y) tidak
regresi (B) dari masing-masing ubahan tersebut signifikan pada taraf signifikansi 0,05. Dengan
terhadap ubahan terikat (X5). Rangkuman hasil demikian jalur langsung ubahan X1, X2, dan X3
regresi ganda dan koefisien regresi (B) dari masing- terhadap Y tidak diikutkan dalam analisis jalur.
masing ubahan bebas X1, X2, dan X3 terhadap X5 Selanjutnya untuk menentukan koefisien efek
disajikan pada Tabel 4. tidak langsung antar ubahan penelitian, dilakukan
Koefisien regresi ubahan X1, X2, dan X3 dengan dekomposisi koefisien jalur () sebagai
menunjukkan nilai positif. Hal ini berarti bahwa berikut:
ij = jk . ik
pengaruh ketiga ubahan bebas terhadap ubahan terikat
Sumarno: Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pengusaha Sentra Industri Kecil 7
Untuk menentukan kesalahan (e) pada ubahan Berdasarkan Tabel 6 dan Gambar 3 dapat
antara tingkat adopsi inovasi teknologi (X5) dan diketahui bahwa pengaruh tidak langsung intensitas
ubahan terikat tingkat produksi (Y) digunakan informasi inovasi (X1) melalui tingkat adopsi inovasi
persamaan: teknologi (X5) terhadap produksi inovasi (Y) sebesar
37,9%. Demikian seterusnya dengan ubahan yang
e5= 1R 2 5.321 = e5 = 1 0,69581 = 0,5515 lainnya.
Koefisien efek ubahan intensitas informasi ino-
e y = 1R 2 Y .321 = e5 = 1 0,38262 = 0,7857 vasi terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi sebesar
0,504 atau sebesar 50,4%. Gambaran temuan peneli-
tian ini menunjukkan bahwa informasi inovasi sangat
Hasil perhitungan dekomposisi koefisien jalur diperlukan untuk mengubah sikap pengusaha agar
ditunjukkan pada Tabel 6. Hasil dekomposisi di atas mau melakukan inovasi. Temuan ini menguatkan
menunjukkan bahwa hipotesis yang menyatakan pendapat Noesjirwan dan Abdullah (1981) yang
intensitas informasi inovasi (X1), modal usaha (X2), menyatakan bahwa informasi sangat berperan dalam
dan tingkat kewirausahaan yang dimiliki pengusaha mempengaruh pembentukan perubahan sikap sese-
SIKKGK (X3) berpengaruh terhadap tingkat produksi orang terhadap sesuatu objek. Informasi sangat
inovasi (Y) melalui tingkat adopsi inovasi teknologi diperlukan untuk memantapkan sikap seseorang ter-
(X5); baik secara sendiri-sendiri maupun bersama- hadap suatu alternative. Makin tinggi intensitas
sama; diterima. Sehingga model penelitian yang informasi inovasi yang diperoleh seseorang akan
diajukan sebelumnya ditunjukkan dengan besaran- makin mantap sikap seseorang terhadap suatu pilihan,
besaran sebagai berikut ini. dan akan menghilangkan ketidakpastian. Dengan
hilangnya ketidakpastian akan timbul sikap positif
Tabel 6. Hasil Dekomposisi Koefisien Jalur terhadap sesuatu tersebut. Demikian halnya dengan
Koefisien Jalur adopsi inovasi teknologi yang dilakukan oleh
Ubahan Efek Total
EL ETL U S pengusaha SIKKGK juga tidak terlepas karena
X1 X5 0,504 - - - 0,504 adanya informasi dari pihak agen pembaruan atau
X2 X5 0,352 - - - 0,352 karena atas usahanya sendiri untuk mendapatkan
X3 X5 0,263 - - - 0,263 informasi tersebut.
X1 Y - 0,379 - - 0,379 Salah satu bentuk informasi yang berasal dari
X2 Y - 0,264 - - 0,264 pihak agen pembaruan adalah bimbingan dan
X3 Y - 0,198 - - 0,198
penyuluhan. Dengan bimbingan dan penyuluhan
X5 Y 0,752 - - - 0,752
yang dibarengi dengan pemberian kredit lunak oleh
Keterangan:
pemerintah, pengembangan industri kecil dengan
EL : Efek Langsung
teknologi yang lebih baik masih mungkin dikem-
ETL : Efek Tidak Langsung
bangkan (Ibrahim, 1976).
U : Komponen tak ternalisis
Uraian di atas menunjukkan bahwa peran penting
S : Komponen Semu
informasi dalam upaya pengembangan industri kecil
tidak dapat diabaikan. Salah satu temuan Zamroni,
Sukamto, dan Suyanto (1993) menyatakan bahwa ada
e5 = 0,551 eY = 0,786
X1 pengaruh positif penguasaan informasi dengan
r = 0,293 0,504 0,379
perilaku dalam melaksanakan pembaruan lewat sikap
0,264 dan kemampuan diri. Hasil Penelitian Wiyono (1991)
0,752 Y
r =0,444
X2 0,352 X5 juga menunjukkan adanya hubungan positif antara
0,522
pemanfaatan media massa dengan tingkat adopsi
r = 0,135 0,263 0,198 inovasi teknologi dengan korelasi murni 0,293.
r = 0,435 Pola pembinaan di SIKKGK terkotak-kotak,
X3 X4 dalam arti masing-masing lembaga/instansi pembina
industri kecil menekankan pada sektor atau bidang
Keterangan: binaannya sendiri-sendiri. Hal ini terlihat dari peran
= pengaruh tidak langsung (melalui X5) UPT (di bawah dinas perindustrian) hanya
= pengaruh langsung menekankan pada peningkatan kemampuan produksi
saja. Sedangkan lembaga yang berkenaan dengan
Gambar 3. Model Penelitian Setelah Diuji Dengan permodalan menekankan pada permodalan saja. Pada
Analisis Jalur hakikatnya mengadopsi inovasi teknologi berarti
8 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 1-10
menerima ranah teknologi (teknologi desain, tekno- Ubahan tingkat pendidikan sebagai ubahan
logi produksi, teknologi marketing, dan sosial moderator tidak dianalisis dengan regresi ganda dan
ekonomi) secara utuh dengan tidak terpisah-pisah analisis jalur, karena ubahan tingkat pendidikan data
(terkotak-kotak). Dengan demikian pola pembinaan berupa data kategorik (nominal). Sehingga analisis
yang terkotak-kotak atau sektor sentris akan meng- yang digunakan adalah analisis korelasi sederhana.
akibatkan ketidakefektifan. Kurang berhasilnya Hasil analisis ini menunjukkan bahwa tingkat
lembaga/instansi pembinaan Sentra Industri Kecil ini pendidikan mempunyai hubungan positif dan berarti
terutama karena: (1) masing-masing lembaga pem- dengan tingkat adopsi inovasi teknologi dengan
binaan mengejar tujuan dan sasaran dengan kriteria koefisien korelasi 0,435; dan koefisien determinasi
sendiri-sendiri yang satu dengan lainnya berbeda, dan 0,189. Temuan ini memang tidak mengherankan
(2) persaingan masing-masing organisasi/lembaga karena keputusan adopsi merupakan hal yang
pembinaan dalam mengejar target sasaran masing- delimatis dan membutuhkan referensi teoritis
masing (Assauri, 1993). (Sudarno dan Rietvield, 1987), sehingga cukup
Koefisien efek modal usaha terhadap tingkat beralasan apabila bekal yang mereka dapatkan di
adopsi inovasi sebesar 0,352 dengan signifikansi bangku sekolah juga memberi sumbangan dalam
<0,05, mengidikasikan bahwa modal usaha ber- menentukan pilihan adopsi inovasi teknologi.
pengaruh terhadap tingkat adopsi inovasi teknologi. Penemuan ini menguatkan penelitian yang telah
Menurut Sudarno dan Rietveld (1987) makin besar dilakukan sebelumnya oleh Darsawati (1986),
modal usaha yang dimiliki pengusaha makin besar Sudarno dan Rietvield (1987), Wiyono (1991), serta
pula kemungkinan usaha yang dapat dijalankan. Skala Suryadarma dan Subali (1993) yang menyatakan
usaha memberi indikasi kemampuan finasial dari bahwa tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap
suatu unit usaha, dan di dalamnya terkandung pula tingkat adopsi inovasi teknologi.
keberanian mengambil resiko serta jangkauan pema- Walaupun tingkat pendidikan mempunyai
saran. Skala usaha dapat mempengaruhi keputusan sumbangan efektif terkecil dibandingkan dengan
adopsi, karena adopsi menuntut adanya ketersediaan ubahan yang lainnya, tetapi ubahan ini tidak dapat
modal yang cukup besar. diabaikan karena pendidikan formal mempunyai
Kebutuhan modal untuk mengembangkan sektor peran yang sangat efektif untuk pembentukan dan
industri memang tidak dapat ditawar lagi (Ibrahim, pengembangan kepribadian, bakat, sikpat mental,
1976). Dengan demikian upaya membantu golongan pengetahuan dan kecerdasan termasuk kreativitas dan
ekonomi lemah jangat dikaitkan dengan liku-liku daya analisis (Simanjuntak, 1989). Kita ambil contoh
perbankan. Bila upaya ini dikaitkan dengan liku-liku adopsi inovasi teknologi yang berkaitan dengan ranah
perbankan sudah jelas sedikit sekali pengusaha kecil pemasaran (marketing), bagi pengusaha yang tidak
yang memenuhi syarat perbankan (Ranuwihardjo, pernah mengenyam pendidikan akan mengalami
1976). Pada bagian lain juga dijelaskan, bahwa kalau kesulitan dalam mengadopsi hal-hal yang berkenaan
mau membantu pengusaha kecil mestinya ada dana dengan transaksi jual beli, karena membutuhkan
langsung dari RAPBN, tidak perlu lewat saluran kemampuan baca tulis dan analisis.
perbankan, kredit investasi kecil (KIK), kredit modal Hipotesis yang menyatakan tingkat adopsi ino-
kerja permanen (KMKP), dan sebagainya. vasi teknologi berpengaruh terhadap tingkat produksi
Koefisien efek ubahan kewirausahaan terhadap inovasi diterima dengan koefisien jalur 0,752. Sejalan
tingkat adopsi inovasi teknologi sebesar 0,263 atau dengan temuan ini, Tan (1994) yang menyatakan
sebesar 26,3%. Temuan ini menunjukkan bahwa bahwa dengan adopsi inovasi akan: (1) mendorong
untuk mengadopsi inovasi teknologi diperlukan terciptanya kebutuhan dan permintaan baru, karena
syarat-syarat sebagaimana tercermin pada sikap produk inovasi memiliki nilai surplus, (2) meningka-
seorang wirausahawan. Seorang pengusaha SIKKG tkan daya guna dan daya saing, karena produk inovasi
Kasongan sebagai wirausahawan harus memiliki mengacu pada peningkatan nilai produk.
sikap yang bulat dan kemauan yang tinggi untuk Pada teori ekonomi tentang siklus kehidupan
merealisasikan gagasan yang dianggapnya benar, barang (product life cyrcle) ditunjukkan adanya
berani mengambil inisiatif dan resiko, jeli dan teliti, pengaruh adopsi inovasi terhadap tingkat produksi,
tekun dan ulet, mau bekerja ekstra keras, tidak cepat yaitu pada tahap kejenuhan. Pada tahap kejenuhan
menyerah atau merasa puas, jujur dan adaptif walaupun unit usaha selalu mengadakan kegiatan
(Dibsono, 1992). Dengan demikian kewirausahaan promosi untuk penjualan produk, namun penjualan
yang dimiliki merupakan bagian dari modal dasar produk sangat sukar untuk dilaksanakan. Bagi pengu-
yang potensial untuk mengembangkan unit usaha saha yang tidak menginginkan perkembangan unit
yang sudah ada. usahanya berhenti, mereka harus segera memper-
Sumarno: Tingkat Adopsi Inovasi Teknologi Pengusaha Sentra Industri Kecil 9
kenalkan produk baru atau pengembangan produk Crow, D. L. and Crow, A., 1987, Psikologi
kepada konsusmen. Apabila pengusaha hanya tergan- Pendidikan. Terjemahan: Kasijan. Surabaya:
tung pada produk yang sudah ada yang sudah menga- Bina Ilmu.
lami kejenuhan, maka bila tidak merencanakan Darswati, Ken., 1986, Pengaruh pendapatan dan
(mendesain) produk baru dan kemudian mem- pendidikan formal terhadap adopsi teknologi
perkenalkan produk baru maka unit usaha tersebut tepat guna di kalangan pengrajin di Kabupa-
akan mengalami penurunan penjualan produk terus- ten Jember. Laporan Penelitian. Jakarta: Direk-
menerus, dan akhirnya akan mati. torat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pendidikan
dan Kebudyaan.
KESIMPULAN DAN SARAN
De Vore, P. W., 1980, Technology, An introduction.
1. Intensitas informasi inovasi, modal usaha, dan Massachusetts: Davis Publishing, Inc.
tingkat kewirausahaan yang dimiliki pengusaha Dibsono, 1992, Pengembangan pemasaran usaha
SIKKGK berpengaruh terhadap tingkat adopsi mandiri. Jakarta: Departemen Tenaga Kerja
inovasi teknologi. Persamaan regresi yang Republik Indonesia.
terbentuk Y = 0 + 0,427 X1 + 0,764 X2 + 0,306 X3
2. Intensitas informasi inovasi, modal usaha, dan Drucker, Peter F., 1991, Inovasi dan kewiraswastaan.
tingkat kewirausahaan yang dimiliki pengusaha Terjemahan: Rusjdi Naib. Jakarta: Erlangga.
SIKKGK berpengaruh terhadap tingkat produksi Evans, R.N., 1971. Foundation of vocational
inovasi melalui tingkat adopsi inovasi teknologi; education. Columbus, OH: Charless. E.
baik secara sendiri-sendiri maupun secara Merrill Publishing, Co.
bersama-sama.
3. Tingkat adopsi inovasi teknologi berpengaruh Glahe, Fred, R dan Lee, Dwight R., 1989,
terhadap tingkat produksi inovasi, dengan Microeconomics theory and applications. New
koefisien efek 0,752. York: Harcourt Brach Javanovich Publishers.
Hajar, M. Said, 1991, Pembinaan dan pengembangan
Dengan mencermati temuan penelitian dimana industry kecil di Kabupaten Sleman pada
intensitas informasi inovasi mempunyai koefisien Pelita V. Makalah. Disampaikan pada pembe-
efek tesebesar (0,504), modal usaha 0,352; dan kalan calon mahasiswa KKN tahun akademik
kewirausahaan 0,263 terhadap inovasi teknologi; 1991/1992. Yogyakarta: PPM IKIP Yogya-
pendidikan mempunyai korelasi 0,435 dengan inovasi karta.
teknologi; besaran lainnya yang ditunjukkan pada
Gambar 3; adanya kecenderungan komposisi tingkat Ibrahim, 1988, Inovasi pendidikan. Jakarta: Departe-
pendidikan yang berubah ke tingkat pendidikan yang men Pendidikan dan Kebudayaan.
lebih tinggi; serta kewirausahaan yang dilandasi oleh Ibrahim, Moh. Anwar, 1976, Pertumbuhan industri
keterampilan (skills) yang diperoleh secara turun- Indonesia tinjauan sektoral. Prisma. Nomor
temurun, maka usaha pembinaan dan pengembangan 12. Desember, halaman 3.
SIKKGK masih sangat mungkin untuk ditingkatkan.
Usaha ini akan membuahkan hasil yang memuaskan Ismangil, Wagiono, 1994, APEC, sisi lain bagi
apabila pembinaannya dilakukan secara koordinatif pengusaha kecil dan menengah. Kedaulatan
antar instansi terkait, terarah, tidak terkotak-kotak dan Rakyat. Nopember 15, halaman 4.
sepadan dengan pola pikir pengusaha SIKKGK. Jenie, Said D., 1991, Pentahapan teknologi: studi
Selain itu perlu adanya industri besar untuk menjalin kasus alih teknologi kedirgantaraan.
kemitraan dengan SIKKGK, seperti bapak-angkat, Prospektif. Nomor 4, April, halaman 303-318.
sub-kontrak; dan lain-lain yang pada prinsipnya kerja
sama yang mendukung SIKKGK untuk lebih Mitcham, C. dan Mackey, R., 1972, Philosophy and
berkembang. technology: Reading in the philosophical
problem of technology. New York: Free Press.
DAFTAR PUSTAKA Noersjirwan dan Abdullah, 1981, Psikologi Sosial.
Bandung: CV. Diponegero.
Abler, Adam R.Y. dan Gould, P., 1972, Spatial
organization. London: Prentice. Ranupandojo, Hidjrahman, 1976, Kaitan industry
besar dan kecil menuju menejemen payung.
Assauri, Sofjan, 1993, Interorganizational proses Prisma. Nomor 12, Desmber, halaman 19-22.
dalam pembinaan pengusaha ekonomi lemah.
Manajemen dan Usahawan Indonesia. Nomor Soentoro, 1984, Penyerapan tenaga kerja luar sector
06, Juni, halaman. 21- 26. pertanian di pedesaan. Jakarta: Obor.
10 JURNAL MANAJEMEN DAN KEWIRAUSAHAAN, VOL.12, NO. 1, MARET 2010: 1-10
Simanjuntak, Payaman, 1989, Kebijakan ketenaga- Tan, Firman, 1994, Industrialisasi berbasis inovasi
kerjaan dalam Pelita V. Prisma. Nomor V. teknologi. Prisma. (1) Januari, halaman 3 12.
Jakarta: LP3ES.
Toffler, A., 1987, Kejutan masa depan. Jakarta:
Sudarman, 1988, Teori ekonomi mikro. Yogyakarta: Panca Simpati.
BPFE. Universitas Gajah Mada.
Wiriatmadja, Sukandar, 1983, Penyuluhan pertanian.
Sudarno dan Rietveld, 1987, Adopsi inovasi pada Jakarta: Departemen Pendidikan dan
industri kecil. Prisma. Nomor 4, April, Kebudayaan.
halaman 57 66.
Wiyono, Mardi, 1991, Tingkat kemampuan
Suryadarma, IGP. dan Subali, Bambang, 1993,
pengusaha industri kecil dalam mengadopsi
Pengaruh beberapa faktor terhadap serapan
teknologi tepat guna di Kabupaten dan
teknologi dalam sektor pertanian dan
peternakan pada Desa Binaan. Jurnal Kotamadya Blitar. Tesis. Jakarta: Program
Kependidikan. (2) tahun XXIII. Yogyakarta: Pascasarjana IKIP Jakarta.
IKIP Yogyakarta. Zamroni, Sukamtor, dan Suyanto, 1993, Mengapa
Suhardi, dkk., 1990, Evaluasi hasil pembinaan guru enggan melakukan pembaharuan.
industri. Surakarta: Kerjasama Kanwil Makalah. Disampaikan pada Seminar Regional,
Perindustrian dan UNS. Dies Natalis IKIP Yogyakarta.