You are on page 1of 14

PENDIDIKAN HUKUM DI ERA TRANSISI DALAM NEGARA

DEMOKRASI MENUJU INDONESIA BARU

Khaidir Anwar*

Abstract

The Higher Law Education was started from senior high school level (Rechsschool), founded in 1908 during
the Dutch colonial occupation. In 1924, law education was upgraded to university level which was called as
"Rechtshogeschool". The paradigm of legal education is influenced by political change in governance
implementation. In the colonial period, law education is intended only for practical purposes to fill certain
positions in the law field. The Old Era continued this "tradition". Fundamental change occurred in the New
Era, where laws serve as "tools of social engineering." In the year 1993, the curriculum of higher law
education also has included "law skills", so that law school graduates "ready-made" to the business world. It
is necessary to built the law education system which places Pancasila as the paradigm of jurisprudence, so
that law education is executed through the integrity of understanding, producing and law implementation in
a process of achieving justice and human happiness. It is time for law education to eliminate the law school
graduates who are only oriented to purely law dogmatic and lacking the ability to abstract the social
phenomena into the rules of law, thus many legal products are not in accordance with the law which life in
society.

Kata kunci: Pendidikan Hukum, EraTransisi, Indonesia Baru

Sistem penyelenggaraan pendidikan termasuk begitu kuat merasuki cara bangsa ini berhukum, maka
pendidikan tinggi hukum merupakan salah satu dirasakan perlu diadakan perubahan pada pendidikan
kebijakan (policy) negara, sehingga kebijakan di hukum di Indonesia. Maka muncul pertanyaan
bidang pendidikan akan bergantung pada kebijakan "Bagaimanakah Pendidikan Tinggi Hukum dalam
pemerintah dalam menjalankan pemerintahan Negara demokrasi pada masa transisi menuju
negara. Rechthogeschool yang didirikan pada masa Indonesia baru harusdilakukan?
kolonial Belanda, tentu mempunyai "wajah" yang
berbeda dengan pendidikan hukum pasca Pendidikan Hukum di Zaman Pemerintahan
kemerdekaan. Pemerintahan pasca kemerdekaan Kolonial Belanda
yang mengalami beberapa kali perubahan paradigma Pendidikan Tinggi Hukum berawal dari
dalam kehidupan politik dan ketatanegaraan juga pendidikan setingkat sekolah lanjutan atas
berpengaruh terhadap pendidikan hukum baik (Rechsschool), yang didirikan pada tahun 1908 pada
langsung maupun tidak langsung. Dampak masa pendudukan kolonial Belanda. Pada tahun
perubahan paradigma itu akan merubah secara 1924, pendidikan hukum ditingkatkan menjadi
mendasar sistem hukum1 yang dianut dan dengan pendidikan setingkat universitas dengan sebutan
adanya perubahan sistem hukum tersebut, maka "Rechtshogeschoof. Pendidikan tinggi hukum hanya
sebagai subsistem dari sistem hukum pendidikan bertujuan untuk memberikan suatu dasar
hukum juga akan mengalami perubahan. pengetahuan akademis yang bersifat umum.
Pengalaman tentang pergantian pemerintahan, Paradigma ini adalah cerminan keadaan negeri
dimana pengaruh positivisme dalam hukum yang Belanda di masa itu, dimana pembinaan keterampilan

* Dr. KhaidirAnwar. SH., M.Hum adalah Dosen FakultasHukumUniversitas Lampung


1 Sistem hukum dimaksud adalah substansi hukum, struktur tiukum, budaya hukum dan aparatur hukum (bandingkan Friedmann, yang hanya memasukkan tiga
subsistem pertama ke dalam pengertian sistem hukum. Subsistem keempat justru merupakan subsistem yang bersifat strategts dalam menentukan efektivitas
penegakan hukum di Indonesia) RomliAtmasasmita, Menata KembaliMasa Depan Pembangunan Hukum Nasional, Bandung, UNISBA, 2005, Hlm.233.

236
Khaidir Anwar, Pendidikan Hukum Dalam Negara Demokrasi

profesional kurang diperhatikan. Fakultas Hukum tegas dikatakan oleh Presiden Soekarno, "Met
merupakan suatu fakulteit der rechtsgeieerdheid' juristen kan men geen revolutie maken"5 Revolusi
fakultas ilmu-ilmu hukum yang mendidik sarjana akan mati atau tidak berjalan jika bersama para jurist.
hukum.2 Pada masa itu tujuan pendidikan hukum lebih Sekitar awal era ini, perkuliahan hukum dilaksanakan
diarahkan untuk menghasilkan birokrat-birokrat dengan bebas. Mahasiswa tidak terlalu dibebani
hukum (rechtsambtenaren) guna mengisi lowongan untuk mengikuti perkuliahan secara penuh.
yang tersedia bagi penduduk pribumi, seperti hakim Ujian-ujian dilaksanakan secara lisan dan tidak ada
landraad dan petugas hukum di kantor pemerintah. ujian tertulis, serta tidak ada juga keharusan
Kurikulum yang disajikan bertujuan agar para untuk membuat karya tulis atau skripsi sebagai syarat
mahasiswa menguasai kaidah-kaidah hukum, ujian akhir.6 Pendidikan tinggi hukum pada masa ini
terutama perundang-undangan sehingga lulusan seolah "meneruskan tradisi" rechtshogeschool
yang dihasilkan sangat legalistik dan meminggirkan yang berlangsung di zaman kolonial.
kenyataan yang berlaku dalam masyarakat.
Pendidikan Hukum di Zaman Pemerintahan Orde
Pendidikan Hukum di Zaman Pemerintahan Orde Baru
Lama Masa orde baru juga merubah orientasi
Pada masa awal kemerdekaan (masa orde pendidikan tinggi hukum. Pada masa ini pendidikan
lama), sistem pendidikan tinggi hukum diperbahami tinggi hukum diarahkan pada Tri Darma Perguruan
menjadi sistem studi terpimpin dengan merubah Tinggi, yaitu, pengajaran, pendidikan dan pengabdian
ujian-ujian yang sebelumnya dilakukan secara masyarakat. Departemen Pendidikan dan
lisan menjadi ujian tertulis. Sistem ini dikenal Kebudayaan memperkenalkan sistem kurikulum
sebagai sistem gelombang. Bersamaan dengan minimum yang seragam dan harus dilaksanakan oleh
itu, diperkenalkanjuga sistem Baccalaureat Hukum, seluruh fakultas hukum di Indonesia selain beberapa
yang dimaksudkan sebagai pendidikan terminal kurikulum pelengkap. Berbagai perubahan yang
bagi mahasiswa setelah menempuh kuliah selama 3 dilakukan ini, cukup mendasar sifatnya dalam usaha
(tiga) tahun, dan studi tambahan selama 2 (dua) menuju pembaharuan pendidikan hukum nasional.
tahun untuk menuju gelar kesarjanaan penuh Pada Tahun 1973, di Lembang (Jawa Barat),
(sarjana hukum).3 Pada masa ini, studi ifmu-ilmu diadakan pertemuan antara para dekan fakultas
eksakta mengalami keadaan yang lebih diuntungkan hukum seluruh Indonesia dengan Sub Konsorsium
karena tidak terlalu berkaitan dengan kehidupan Ilmu Hukum guna memperkenalkan kurikulum
politik, namun tidak demikian dengan studi-studi ilmu minimum yang bercirikan:
sosial. 1. Menetapkan syarat-syarat minimum yang harus
Usaha-usaha perubahan terhadap pendidikan dipenuhi kurikulum suatu fakultas hukum;
tinggi pada masa ini tidak dilakukan secara mendasar 2. Menetapkan uniformitas antara
dan tidak ditunjang dengan persiapan teknis yang kurikuium-
matang. Pendidikan hukum pada masa ini lebih kurikulum fakultas hukum dalam batas minimum
ditandai oleh sloganisme yang menjurus kepada kurikulum, tanpa menutup kemungkinan variasi
indoktrinasi, hingga tidak mengherankan jika sesuai dengan keadaan dan kemampuan di
pembaharuan pendidikan hukum tidak dapat berjalan berbagai tempat;
secara wajar.4 Pada masa orde lama ini, tujuan 3. Mengadakan suatu permulaan spesialisasi tanpa
pendidikan hukum diarahkan untuk melahirkan para meninggalkan adanya suatu pendidikan dasar
lulusan yang diharapkan dapat melakukan yang bersifat umum sampai di tahun keempat;
terobosan-terobosan agar mampu mengganti seluruh 4. Membuka kemungkinan bagi cara pendekatan
sisa-sisa hukum kolonial yang menurut Presiden multi dan interdisipliner dengan adanya mata-
Soekarno pada saat itu, sebagai hukum formal mata pelajaran pilihan yang tidak hanya diikuti
yang menghambat jalannya roda revolusi. Bahkan pada fakultas hukum saja.7
secara

2 Mochtar KusumaatmacJja, Pembaharuan Pendidikan Hukum dan Pembinaan Profesi, Journal Of Law and Social Science, UNPAD, Bandung, 1974, Hlm.3.
3 lbid.Hlm.5.
4 Ibid, Hlm.6.
5 Satjipto Rahardjo, DiManakah Pendidikan Hukum ?, Dalam Kompas, 8 April 2004.
6 MochtarKusumaatmadja.Pend/ddfanHufrum^^^
7 /Wrf.Hlm.8.
Khaidir Anwar, Pendidikan Hukum Dalam Negara Demokrasi

fakultas hukum yang disebut dengan laboratorium dari hukum sebagai sarana pembaharuan
hukum. masyarakat di Indonesia lebih luas jangkauan dan
Pada tahun 1994, dengan SK Mendikbud Rl ruang lingkupnya dari tempat kelahirannya sendiri
No.0325/U/1994 tentang Kurikulum yang Berlaku karena hal-hal sebagai berikut:
Secara Nasional Program Sarjana llmu Hukum a. lebih menonjolnya perundang-undangan dalam
sebagai pengganti SK Mendikbud No.017/D/O/l993, proses pembaruan hukum di
maka pada fakultas hukum seluruh Indonesia Indonesia,
ditentukan hanya memiliki satu program studi saja walaupun yurisprudensi juga
yaitu Program Studi llmu Hukum. Materi perkuliahan memegang
terdiri dari kurikulum nasional dan kurikulum lokal peranan. Berebeda dengan yang terjadi
yang ditetapkan oleh masing-masing fakultas hukum, di
sesuai kebutuhan daerah masing-masing.14 Amerika Serikat, teori Pound itu
Pada masa orde baru ini, filosofi hukum ditujukan
sebagai sarana pembangunan menguasai hampir terutama pada peranan pembaharuan putusan
seluruh konsep hukum di Indonesia. Salah seorang pengadilan, khususnya keputusan
ilmuwan hukum Indonesia, Prof. Mochtar Supreme
Kusumaatmadja, seorang guru besar hukum dari Court,
Universitas Padjadjaran mengintrodusir dan b. Sikap yang menunjukkan kepekaan terhadap
mengembangkan konsep hukum sebagai sarana kenyataan masyarakat menolak
pembaharuan masyarakat di Indonesia. Konsep yang aplikasi
diperkenalkan dan dikembangkan tersebut, mechanistis dari konsepsi law as a tool of social
sebenarnya berasal dari pemikiran seorang ilmuwan engineering. Penerapan ini tidak banyak berbeda
hukum yang dapat digolongkan kedalam aliran dari penerapan legisme yang diterapkan Hindia
Pragmatic Legal Realism?5 Berbekal konsep Pound, Belanda telah ditentang dengan keras. Dalam
"law as a tool of social engineering" sebagai landasan pengembangannya di Indonesia,
utama, Mochtar menambahkan bahwa hukum selain konsepsi
sebagai alat, juga dapat dipakai sebagai sarana (teoretis) hukum sebagai alat atau sarana
pembaharuan masyarakat, sebagaimana yang pembangunan ini dipengaruhi pula
dikatakan olehnya sebagai berikut: oleh
"Pendayagunaan hukum sebagai sarana untuk pendekatan-pendekatan filsafat budaya dari
merekayasa masyarakat menuju skenario Northrop dan pendekatan policy oriented dari
kebijaksanaan pemerintah (ekskutif) amatlah LasweldanMc.Dougal.
terasa diperlukan oleh negara-negara c. Indonesia sebenarnya sudah menjalankan asas
berkembang, jauh melebihi kebutuhan hukum sebagai alat pembaharuan jauh sebelum
negara-negara industri maju yang telah mapan, konsepsi ini dirumuskan secara resmi sebagai
karena negara-negara maju telah memiliki landasan kebijaksanaan hukum.
mekanisme hukum yang telah "jalan" untuk Dengan
mengakomodasi perubahan-perubahan di demikian, perumusan resmi itu sesungguhnya
dalam masyarakat, sedangkan negara-negara merupakan perumusan pengalaman masyarakat
berkembang tidaklah demikian."16 dan bangsa Indonesia menurut
sejarah.
Konsep yang awalnya digagas oleh Pound tersebut Perombakan hukum di bidang pertambangan,
telah mengalami modifikasi, dimana konsepsional tindakan-tindakan di bidang hukum
laut,
nasionalisasi perusahaan-perusahaan
milik
Belanda dan tindakan lain di bidang hukum sejak
tahun 1958 dapatdijadikancontohnya.17
Di bidang politik, hukum yang sejatinya untuk
membatasi kekuasaan justru menjadi alat bagi para
penguasa. Hukum menjadi sarana bagi penguasa
untuk meraih apa yang diinginkan, dengan merampas
dan tidak memperhatikan nasib masyarakat banyak,
Alumni, Bandung, 2006, Hlm.83.
16 Mochtar Kusumaatmadja, dalam Soetandyo Wignjosoebroto, 'Dari Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional: Dinamika Sosial Politik dan Perkembangan Hukum di
Indonesia", Rajawali Press, Jakarta, 1994, Hlm.231
17 Mochtar Kusumaatmadja, Konsep-Konsep Hukum Dalam Pembangunan, Bandung, Alumni, 2006, H!m.84.

239
Khaidir Anwar, Pendidikan Hukum Dalam Negara Demokrasi

adalah manusia yang berpotensi sebagai pemikir, "the turning point', berpendapat bahwa para ilmuwan
perencana dan pelaksana dalam membuat harus memandang sesuatu sebagai suatu kesatuan
produk-produk hukum serta sekaligus dapat yang utuh dan bukan terkotak-kotak.29
melaksanakan segala produk hukum yang dibuat Hukum yang ingin dibangun untuk Indonesia
itu.24 Salah satu penyebab carut-marutnya hukum adalah ilmu hukum yang bernafaskan nilai-nilai dari
adalah telah tertanamnya suatu persepsi bahwa bangsa Indonesia sendiri, yaitu Pancasila yang
tanpa mengikuti perkembangan alur pertumbuhan merupakan grundnorm, way of life, dan falsafah
hukum modern, Indonesia tidak akan menjadi bangsa Indonesia. B. Arief Sidharta berpendapat
Negara dan bangsa yang modern. Pemerintah bahwa hukum yang dijiwai oleh Pancasila adalah
selama ini berpendapat bahwa hukum adat sebagai hukum yang berasaskan semangat kerukunan,
hukum yang hidup (the living law) di tengah sehingga hukum secara langsung diarahkan untuk
masyarakat tidak mampu menjadi sarana untuk mewujudkan keadilan sosial bagi masyarakat. Selain
melakukan pembangunan hukum, karena sifatnya asas kerukunan yang disebutkan di atas, beliau
yang tidak tertulis dan dianggap tidak memberikan menambahkan lagi asas lain yang menjadi ciri dari
kepastian hukum.25 hukum Pancasila yaitu asas kepatutan dan asas
Hukum modern yang berkembang saat ini keselarasan.30
adalah hukum yang berasal dari Eropa, sehingga Ilmu hukum Indonesia adalah ilmu mengenai
mengandung nilai-nilai bangsa Eropa yang ketika tatanan berkehidupan kebangsaan berdasarkan
menyebar keseluruh belahan dunia akan Pancasila, dan ini berarti sistem hukum nasional pada
bersinggungan dengan nilai-nilai lokal yang ada. hakekatnya membangun konsep-konsep tatanan
Keambrukan suatu tatanan sosial pada suatu masa yang berorientasi pada nilai/paradigma Pancasila,
tertentu memberikan jalan bagi tatanan sosial yang yaitu paradigma Ketuhanan (moral religius),
baru dengan tipe hukum yang baru pula.26 Hal ini juga paradigma kemanusiaan, paradigma kebangsaan
terjadi di Indonesia, tidak sedikit kesulitan-kesulitan (persatuan/kepentingan umum), paradigma
yang dihadapi dalam menerapkan hukum yang kerakyatan/demokrasi, dan paradigma keadilan
merupakan " imposed from out side" tersebut27. sosial.31 Lebih lanjut Barda menambahkan, kualitas
Nilai-nilai yang ada dalam hukum modern tidak selalu lulusan yang diharapkan lahir dari lulusan pendidikan
sama dengan nilai-nilai yang ada dalam h u k u m bukan hanya m e m i l i k i k u a l i t a s
masyarakat, sehingga terbukti, apa yang intelektual/pengetahuan (knowledge/ cognitive) dan
dikatakan oleh Tamanaha, bahwa hukum itu kualitas keterampilan (skill/sensor-motor) yang cukup
adalah merupakan cermin nilai-nilai kehidupan sosial tinggi, tetapi justru yang memiliki kualitas
masyarakat atau "a peculiar form of social life".28 sikap/nilai-kejiwaan (attitude/affective), dengan kata
Pendidikan hukum tidak boleh bersikap lain sarjana hukum yang dilahirkan melalui
menutup diri atau sempit (parochialism) dari pendidikan hukum mempunyai
perkembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat di kematangan/kecerdasan
sekitarnya. Pendidikan hukum harus mampu untuk intelektual/rasional (IQ), tetapi juga yang mempunyai
melihat perkembangan ilmu pengetahuan di luar kematangan spiritual (SQ) dan emotional (EG).32
hukum (state ofthe art in science). FritjofCapra dalam Untuk mencapai kesimbangan
antara

24 Barda NawawieArief, Masalah Penegakan Hukum dan Kebijakan Penanggutangan Kejahatan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, Him. 16. 25" Syahmin AK,
Mengkritisi Pandangan Mochtar Kusumaatmadja Yang Mengintrodusir" Hukum Sebagai Sarana Pembaharuan Masyarakat Di Indonesia", Jumal Hukum Progresif,
Semarang, 2005, Hlm.35.
26 Roberto MangabeiraUnger, Law in Modern Society, N.Y.. The FreePress, 1976dalamSatjiptoRahardjo, UndangUndangDasar T945 Dan TanggungJawab Prates/
Hukum Dalam Menegakkan Hukum Yang Berkeadilan, Makalah disampaikan dalam Seminar UUD 1945 sebagai Hukum Tertinggi dengan Empat kali Perubahan
Sebagai DasarMenuju Mileniumlll, Semarang, 2007, Hlm.5.
27 Satjipto Rahardjo, Undang-Undang Dasar 1945 dan Tanggung Jawab Profesi Hukum Dalam Menegakkan Hukum yang Ben\eadilan, Makalah disampaikan dalam
SeminarUUD 1945sebagai HukumTertinggidenganemapatkali Perubahan Sebagai DasarMenuju Milenium III, Semarang, 2007, Hlm.6.
28 Brian ZTamanaha, A GeneralJurisprudence of Law and Society, Oxford, Oxford University Press, 2006 dalam Satjipto Rahardjo, Senjakala Ilmu Hukum Tradisional
dan Munculnya Ilmu Hukum Baru, UK! Press, Jakarta, 2006, Hlm.75.
29 Fritjof Cappra, Titik Balik Peradaban; Sains,Masyarakat dan Kebangkitan Kebudayan, Terjemahan dari buku The Turning Point, oleh Thoyibi. PT Bentang Pusaka,
Yogyakarta, 2004, Hal 43-44.
30 BemardAriefSidharta, Fi/safefHuJ(umPancas//a, Makalahdisampaikandalamrangkaulangtahunke50Universi(asPancasila,Jakarta, 2006, Hfm.4-5.
31 Barda NawawieArief, Peranan Pendidikan Hukum Dalam Mengembangkan Ilmu Hukum Nasional Dan Meningkatkan Kualitas Penegakan Hukum, Syiar Madani, FH
UNISBA, Bandung, 1999, Hlm.87.
32 Barda NawawieArief, 1999. Ibid, Hlm.92. lihal juga Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum dan Fisiologi Otak, Bacaan Mahasiswa Program Doktor UNDIR Angkatan XII,
2006,Hlm.3-6.

241
Khaidir Anwar, Pendidikan Hukum Dalam Negara Demokrasi

citakan. Prof. Satjipto Rahardjo memberikan saran utuh tentang semesta alam.
agar pendidikan hukum di Indonesia diusahakan 3. Ilmu hukum tidak akan pernah mengurung diri
menuju kearah "pendidikan hukum progresif"39. dalam wilayah indrawi dan realitas fisik saja,
Menurut beliau, pendidikan hukum progresif melainkan juga mengakomodasi realitas-realitas
bercirikan (1) kreatif, (2) responsive, (3) protagonist, adi-indrawi, realitas-realitas spiritual
(4) berwatak pembebasan dan (5) berorientasi yang
kepada Indonesia dan kebutuhan Indonesia. Pada diperoleh melalui wahyu dan intuisi.
masa ini dibutuhkan pelaku-pelaku hukum yang 4. Ilmu hukum tidak akan pernah
bernurani serta berani menerapkannya dalam sekali-kali
perbuatan. Unsur nurani ini, dijabarkan dalam mengabaikan ataupun mengosongkan alam dari
"greget" (compassion), penuh empati terhadap segala tujuan dan muatan spiritual sehingga ia
bangsa serta protagonist.40 Perubahan dan tidak meninggalkan makna bagi hidup
perombakan harus dilakukan secara mendasar, juga dan
melakukan pembebasan dari sifat liberal dan dari segenap penciptaan, melainkan berpandangan
pendidikan sebagai tipe instttusi menara gading.41 luas bahwa alam memiliki makna
llmu hukum yang dibutuhkan pada masa kini adalah yang
ilmu yang secara utuh dan menyeluruh serta merentang melampaui kehidupan manusia dan
mendalam mengenai hukum sebagai ilmu yang sejati bersambung pada "tujuan eksistensi", yaitu Sang
(genuine science).i2 Pencipta.
Agar sistem hukum Pancasila benar-benar 5. Ilmu hukum tidak akan pernah mengembangkan
merupakan refleksi dari nilai-nilai Pancasila, maka kenetralan pada moral dan moralitas, melainkan
dalam penyusunannya hendaknya diawali dengan terintegrasi dengan serangkaian moral religius.
mengurai Pancasila ke dalam postulat hukum" Suatu 6. Ilmu hukum tidak akan mengajarkan pengamalan
hal yang mustahil para mahasiswa dan lulusan ilmu untuk memanipulasi alam, kehidupan dan
fakultas hukum dapat mengurai nilai-nilai Pancasila masyarakat. Ilmu hukum dipersepsikan sebagai
kedalam postulat-postuiat hukum secara benar dan amanat Tuhan Yang Maha Esa yang harus
baik, kemudian menjelmakannya pada sistem hukum, dipergunakan secara bijaksana.44
jika mereka sendiri sangat sedikit sekali mendapat
pembelajaran mengenai nilai-nilai Pancasila. Dengan Sasaran sebagaimana tersebut bertujuan
mengandalkan pengetahuan hukum dan menciptakan tenaga kerja di bidang hukum yang
keterampilan menerapkan hukum positif saja, tidak mampu dan mempunyai kemampuan teknis serta
akan cukup untuk merumuskan sistem hukum mempunyai keterampilan dalam merancang
Pancasila yang diharapkan. Pendidikan hukum dalam peraturan perundang-undangan yang baik dan benar,
negara hukum Pancasila berkaraktertstik sebagai meningkatkan pembinaan sikap para penegak hukum
berikut: ke arah tegaknya hukum, keadilan dan perlindungan
1. Menempatkan Tuhan sebagai Sang pencipta, terhadap Hak-hak Asasi Manusia (HAM).
pemelihara dan bagian dari tatanan alamiah, Meningkatkan kesadaran hukum masyarakat
sehingga ilmu hukum dalam tatanan kehidupan sehingga masyarakat dapat melaksanakan nak dan
manusia senantiasa berporos, berproses dan kewajibannya.
bermuara padaTuhan Yang Maha Esa. Kesimpulan
2. Senantiasa mencari kesatuan yang mendasari Berdasarkan penjabaran diatas, maka dapat
tatanan penciptaan. Ini berarti bahwa ilmu hukum diambil kesimpulan:
merengkuh pandangan yang menyeluruh dan a. Pendidikan hukum di Indonesia sangat
dipengaruhi oleh faktor orientasi pemerintahan
yang sedang berkuasa. Pada masa kolonial
Belanda, pendidikan hukum hanyadiorientasikan
untuk memenuhi jabatan-jabatan hukum untuk

39 Satjipto Rahardjo, Op.cft. 2004.


40 Satjipto Rahardjo. Ibid.
41 Satjipto Rahardjo, tod
42 Tim Peneliti Fakultas Hukum UGM dan Fakultas Hukum Universitas Pancasila, Pokok-Pokok hasil Penelitian tentang Nilai-Nilai Pancasila Sebagai Nilai Dasar
Pengembangan Ilmu Hukum, Jakarta, 2006. lihat juga Satjipto Rahardjo, Mengajarkan Keteraturan Menemukan Ketidakteraturan (Teaching Order Finding Disorder),
Pidato EmiritusGuru Besar, UNDIP, Semarang, 2000, Hlm.8dst.
43 Satjipto Rahardjo, Pancasila sebagailandasan Teori Hukum Indonesia, B.P. Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta, tanpatahun, Hlm.112.
44 TimPenelitiFakultasHukumUGMdanUniversitasPancasila,2006,lbid,Hlm.15-16.
243
Khaidir Anwar, Pendidikan Hukum Dalam Negara Demokrasi

Order Finding Disorder), Pidato Emiritus Siswomihardjo, Koento Wibisono, Aktualisasi Nilai-
Guru Besar, UNDIP, Semarang, 2000. Niiai Pancasila dalam Pendidikan Hukum,
Rahardjo, Satjipto, Pancasila sebagai landasan Teori Yogyakarta, tanpatahun. Sudjito, Etika
Hukum Indonesia, B.P. Kedaulatan Rakyat, dan Moralitas Pancasila dalam
Yogyakarta, tanpatahun. Pendidikan llmu Hukum, Yogyakarta, tanpa
Rahardjo, Satjipto, Senjakala llmu Hukum tahun. Tamanaha, Brian Z, A General
Tradisional dan Munculnya llmu Hukum Jurisprudence of Law
Baru, UK! Press, Jakarta, 2006. and Society, Oxford, Oxford University Press,
Rahardjo, Satjipto, "Paradoks" Pendidikan Doktor 2006. Unger, Roberto Mangabeira, Law in
Hukum, Bahan Bacaan PDIH UNDIP Modern Society,
Angkatan XII, Semarang, 2006. N.Y., The Free Press, 1976. Wignjosoebroto,
Rahardjo, Satjipto, Di Manakah Pendidikan Hukum ?, Soetandyo, Vari Hukum Kolonial Ke
Dalam Kompas, 8 April 2004. Hukum Nasional: Dinamika Sosial Politik dan
Rahardjo, Satjipto, Undang Undang Dasar 1945 Dan Perkembangan Hukum di
Tanggung Jawab Profesi Hukum Dalam Indonesia",
Menegakkan Hukum Yang Berkeadilan, Rajawali Press, Jakarta, 1994. Tim Peneliti
Makalah disampaikan dalam Seminar UUD Fakultas Hukum UGM dan Fakultas
1945 sebagai Hukum Tertinggi dengan Hukum Universitas Pancasila, Pokok-Pokok
Empat kali Perubahan Sebagai Dasar hasil Penelitian tentang Nilai-Niiai Pancasila
Menuju Milenium III, Semarang, 2007. Sebagai Niiai Dasar Pengembangan llmu
Reksodiputro, Mardjono, Laboratorium Hukum Hukum, Jakarta, 2006. Jurnal Hukum Bisnis,
Sebagai Wadah "Pendidikan Kemahiran Jakarta, 2005. SK Menteri P dan K N0.0124/U/1979
Hukum", "Pendidikan Hukum Dengan tanggal 8 Juni
Pendekatan Terapan" Dan "Penulisan 1979. SK Menteri P dan K No. 0211/U/1982
Hukum". Hukum dan Pembangunan, tanggal. 26 Juni
Jakarta, 1994. 1982.
Sidharta, Bernard Arief, Filsafat Hukum Pancasila, SK Mendikbud Rl No. 0325/U/1994.
Makalah disampaikan dalam rangka ulang Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
tahun ke 50 Universitas Pancasila, Jakarta, Sistem Pendidikan Nasional.
2006.

245
MMH,Jiiid40 No. 2 April 2011

Dunia pendidikan hukum sebagai penghubung pendidikan perlu disajikan dalam program yang lebih
kesenjangan antara ide atau teori hukum dan beragam dan luwes, sehingga terdapat lebih banyak
kehidupan hukum, berfungsi untuk membangun kemungkinan pilihan yang lebih sesuai dengan minat
kualitas personil pembentuk dan penyelenggara dan bakat anak didik.
hukum, penyelenggara penelitian dalam rangka Pendidikan hukum dibagi menjadi dua
pembentukan dan pengembangan hukum, program, yaitu program gelardan program non gelar.
penyelenggara pembangunan teori, dan Tujuan umum program gelar adalah memberikan
8
konsep-konsep hukum. Tujuan pendidikan hukum pengalaman belajarmenuju suatu keahlian akademik
tidakdapat dilepaskan dari keinginan pemerintah dan dalam suatu bidang ilmu pengetahuan, teknologi dan
situasi kondisi Negara. Soetandyo menyatakan: seni (Pasal 2 ayat (2) SK Menteri P dan K
"pendidikan hukum bukan suatu proses yang No.0211/U/1982), sedangkan program non gelar
otonom, melainkan suatu proses yang tertuntut bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar
secara fungsional mengikuti perkembangan menuju pembentukan keahlian profesional dalam
politik, khususnya politik yang bersangkut paut suatu ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Pasal 2
dengan kebijakan dan upaya pemerintah untuk ayat (3) SK Menteri P dan K No. 0211/U/1982).11
mendayakan hukum guna meraih tujuan-tujuan Penyederhanaan struktur lembaga pendidikan
yang tak selamanya berada di ranah hukum dilakukan, antara lain dengan menetapkan satu
dan/atau ranah keadilan".9 lembaga penelitian pada tiap-tiap universitas dan
untuk iembaga-lembaga penelitian yang terlanjur ada,
Pada saat orde baru, pendidikan hukum dituntut untuk diubah menjadi pusat-pusat penelitian. Usaha-usaha
menghasilkan para lulusan yang dapat menunjang untuk mencapai penyeragaman, baik dalam bidang
proses pembangunan. Hukum dipakai sebagai "a tool organisasi maupun struktur dilakukan dengan tidak
of social engineering". Sebagai sarana rekayasa memperhatikan adanya perbedaan-perbedaan yang
sosial. Pada tahun 1979, dengan Surat Keputusan mendasar pada ilmu-ilmu yang ada. Selanjutnya
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik otonomi universitas yang dianggap terlalu luas
Indonesia, No.0124/U/1979 tentang Jenjang Program dikurangi dengan memasukan universitas dalam
Pendidikan Tinggi dan Program Akta Mengajar dalam bagian dari birokrasi Depertemen Pdan K.
Lingkungan Depertemen Pendidikan dan Kurikutum pendidikan tinggi hukum tahun 1993
Kebudayaan, maka s i s t e m p e n d i d i k a n tidak sekadardiarahkan untuk memahami teori tetapi
dikelompokkan menjadi dua, yaitu jenjang profesi juga menguasai keterampilan hukum (aplikatif).
pendidikan dan jenjang profesi non kependidikan . Seolah-olah pendidikan hukum akademis dan profesi
Tujuan pengelompokan pendidikan ini adalah hendak disatukan dalam satu kurikulum.12 Para
menciptakan lulusan yang profesional dalam mahasiswa pada masa ini diperkenalkan dengan
berbagai bidang keahlian guna menunjang program pembahasan hukum positif dan studi-studi kasus
pemerintah dalam pembangunan.10 Pada saat itu disamping teori-teori hukum yang lain. Inilah yang
diperkenalkan sistem satuan kredit semester (SKS) akan membedakan antara sarjana yang hanya
dengan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan mempunyai wawasan ilmu pengetahuan hukum,
Kebudayaan Republik Indonesia No.0211/U/1982. dengan mereka yang dapat mempergunakan
Tujuan perubahan sistem pendidikan ini guna wawasan ini secara profesional-analitis dalam
menciptakan, membangun, manusia Indonesia kasus-kasus atau praktek di masyarakat. Kritik
seutuhnya dan membangun seluruh masyarakat masyarakat tentang kurang siap kerjanya para
Indonesia serta menjawab tuntutan perkembangan sarjana hukum berintikan perbedaan ini13. Kurikulum
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Dasar berdasarkan SK Mendikbud 1993 tersebut
pertimbangan lain dari pemerintah adalah bahwa dilakukan dengan membentuk suatu wadah
khusus dalam lembaga

8 SunarjatiHartono,/n Search of NewLega/Principles, Binacipta, Bandung, 1982. Hlm.35.


9 SoetandyoWignjosoebroto, Perkembangan Hukum Nasionaldan Pendidikan Hukum di Indonesia pada Era Pascakolonial" Dalam Hikmahanto Juwana, "Reformasi
Pendidikan Hukum di Indonesia', Teropong, MaPPI-FHUI, 2005.Hlm.62.
10 LihatKonsideran SKMenteriPdanKN0.0124/U/1979tanggal8Juni1979.
11 UntuklebihjelasnyalihatSKMenteriPdanKNo.0211/U/1982tanggal.26Juni1982.
12 Hikmahanto Juwana, Refonvasi Pendidikan Hukum di Indonesia, Teropong, MaPPI-FHUI. Jakarta, 2005. Hfm.64.

238
MMH,Jiiid40 No. 2 April 2011

engineering" secara positif yang terjadi melainkan yang dihasilkan cenderung legalistik dan tidak
sudahmengarahkepada"c/ar/(ensf/neer//?g".18 berbeda dengan lulusan pada masa pemerintahan
kolonial, bahkan cenderung tidak dapat memenuhi
Pendidikan Hukum di Era Transisi berbagai tujuan pendidikan hukum pasca Indonesia
Pasca Soeharto "lengser" dari tampuk merdeka.21 Lebih lanjut Hikmahanto mengemukakan
pemerintahan, semakin deras tuntutan masyarakat alasan-alasan mengapa para lulusan pendidikan
terhadap perubahan di segala bidang termasuk tinggi hukum tidak mempunyai perbedaan yang
bidang pendidikan. Pada tanggal 8 Juli 2003 Undang- mencolok pada lulusan yang dihasilkan, antara lain
Undang Sistem Pendidikan Nasional ditetapkan untuk dinyatakan beliau sebagai berikut:
menggantikan Undang-Undang Sistem Pendidikan 1. kurikulum inti pendidikan hukum yang berlaku
Nasional No.2 Tahun 1989 yang dirasakan tidak sejak masa pemerintahan kolonial
memadai lagi dan perlu diadakan penyempurnaan hingga
sesuai dengan amanat perubahan UUDNRI 1945. sekarang masih berlaku.
Perubahan ini bertujuan agar sistem pendidikan 2. substansi mata kuliah dalam kurikulum inti dan
nasional dapat menjamin pemerataan kesempatan metode pengajaran tidak berubah
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan secara
efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi mendasar,
tantangan sesuai dengan tuntutan 3. pelanggengan juga terjadi karena
perubahan sistem
kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu rekrutmen pengajar. Pengajar baru
dilakukan pembaharuan pendidikan direkrut
secara dengan menjadikan mereka asisten
19
terencana, terarah dan berkesinambungan. Dalam teriebih
UU No. 20 Tahun 2003, pada dinyatakan: dahulu.
Pasal4ayat(1) : "Pendidikan dilaksanakan 4. mayoritas pengguna lulusan fakultas hukum
secara cenderung menginginkan tipe lulusan yang tahu
demokratis dan berkeadilan serta peraturan perundang-undangan, bukan yang tahu
tidak diskriminatif dengan hukum dalam pengertian yang luas.
menjunjung tinggi hak asasi 5. masyarakat men-stereotip-kan lulusan fakultas
manusia, nilai keagamaan, nilai hukum sebagai sangat legalistik.
kultural dan kemajemukan Akhirnya
bangsa" penyelenggara pendidikan hukum, para pengajar
Pasal4ayat(2) : "Pendidikan diselenggarakan maupun mahasiswa tidak mempunyai pilihan
sebagai satu kesatuan yang selain ikut dengan stereotip yang dipersepsikan
sistemik dengan sistem terbuka masyarakat.22
dan multimakna. Pendidikan hukum sangat dibutuhkan karena
D u n i a p e n d i d i k a n h a r u s mewujudkan berkaitan erat dengan pembinaan hukum nasional
penyelenggaraan pendidikan yang bersih dan efektif yang sedang menyelaraskan hukum dengan
serta eftsien ditengarai dengan adanya transparanst kebutuhan masyarakat, antara lain dengan jalan
dalam menjalankan roda birokrasi, memiliki menetapkan ketentuan-ketentuan baru dalam suatu
akuntabilitas di mata masyarakat, memperlihatkan tata hukum nasional yang bersifat modern dan tidak
responsibilitas yang tinggi terhadap pelayanan publik, menutup diri terhadap perubahan pada masa transisi
memiliki independensi dalam menetapkan dan saat ini.23 Agar menghasilkan SDM berkualitas,
melaksanakan kebijakan.20 pendidikan hukum dituntut untuk merevaluasi,
Pendidikan hukum juga harus terus berbenah. reorientasi dan reformasi di bidang hukum pada
Pendidikan hukum telah mengalami beberapa kali perguruan tinggi hukum di Indonesia. Usaha
perubahan, namun tidak dengan lulusannya. Lulusan membentuk manusia dan masyarakat Indonesia yang
berbudaya dan berkualitas merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari pendidikan hukum. SDM yang
diharapkan dalam pembangunan hukum saat ini

18 Adam Podgorecki & Vittono Olgiati, Totalitarian and Post-Totalitarian Law, Atdershot, UK:Dartmouth Publishing Company. 1996. dalam Satjipto Rahardjo, Hukum
Progresif(Penjelajahan Suatu Gagasan), Makalah disampaikan pada acara Jumpa Alumni Program Doktor llmu Hukum UNDIP, Semarang, 2004, Him. 2.
19 Lihat konsideran menimbang huruf (c) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003.
20 Jumal Hukum Bisnis, Jakarta. 2005, Hal.4,
21 Hikmafianto Juwana, Op.Cit. Hlm.65.
22 Hikmahanto Juwana. Ibid, Hlm.65-66.
23 AbdulManan, Aspe/c-dspefcPengufca/iHuKum, Jakarta, Kencana, 2005, Hlm.146.

240
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011

intelektualitas serta moral attitude di atas, maka obyek analisys, research, writing, advocacy and
ilmu hukum harus menjangkau realitas teologis, problem solving;
metafisis maupun fisis-empiris dan metodelogis c. to give students an appreciation of the role of
holistik, dimana tujuan pendidikan hukum adalah law and lawyers in their own society and the
meluluskan sarjana hukum yang selain terampil, global community, and introduction to various
cerdas dan taqwa dalam menyelesaikan masalah perspectives on law that will better equip
hukum.33 Terbentuknya hukum Pancasila sebagai them to deal with the challenges of
sandingan bagi hukum positif yang tercermin dalam globalitation.
perundang-undangan di Indonesia memerlukan niat
dan tekad serta optimisme disertai percaya diri. Kita 2. Tujuan Pendidikan Hukum di
jangan terjebak pada tujuan subyektif yang justru Melbourne University adalah;
bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila itu sendiri.34 a. understand, and can identify, use, and
Ilmu hukum yang dipeiajari dan diajarkan masih evaluate rules, concepts, and principles of
sebatas ilmu praktis, yaitu ilmu hukum untuk melayani law, their derivation and, the various theories
kebutuhan profesi, dan belum merupakan ilmu yang that attempt to sistematize them;
berburu kebenaran dan keadilan sejati.35 b. have acquired the techniques of
Para ahli berbeda pendapat tentang sistem legal
pendidikan hukum. Beberapa kalangan tetap reasoning and argument, in oral and written
menginginkan pendidikan hukum yang kini berjalan, form;
sementara yang lagi menginginkan perubahan c. understand the institutions of the law, and
mendasar dengan pemisahan antara pendidikan theirsocial, economicand political context;
hukum akademis dengan pendidikan hukum d. have learnt to find the law, to carryout
profesional. Bagi mereka yang pro pemisahan antara independent research and analysi, and to
pendidikan akademis dan profesional yang diwakili think creativity about legal problems;
oleh tulisan Hikmahanto Juwana mengemukakan e. have a continuing interest in law and obtain
beberapa alasan-alasan seperti di bawah ini: satisfaction from its study and practice;
1. Tidak adanya Pembedaan Tegas f. develop a critical interest in the reform of the
antara law;
Pendidikan HukumAkademisdan Profesi; g. can appreciate the responsibilities of lawyers
2. Kelemahan Sistem Kredit Semester; to the courts, the legal professions, the
3. Kurang diperhatikannya Infrastruktur Pendukung; community and the individuals within it;
4. KuatnyalntervensiPembuatkurikulum.36 h. are committed to promote justice.37 Tujuan
Tujuan pendidikan hukum harus bersifat netral, pendidikan hukum yang dikemukakan oleh kedua
sehingga terhindar dari intervensi kepentingan universitas tadi bersifat netral. Hal ini telah dicoba di
pemerintah. Sebagai perbandingan, dikemukakan Indonesia dengan kurikulum tahun 1993 yang
tujuan pendidikan hukum di Negara Singapura dan bertujuan untuk memberikan dasar
Negara Australia sebagai berikut: 1. Tujuan akademis/teori disamping berusaha menekankan
Pendidikan Hukum di University Of Singapore aspek keterampilan dan penguasaan hukum positif
adalah; secara praktis ,38
a. To give students an understanding of the
basic law subjects and general principles of Menuju Pendidikan Hukum yang Progresif
law, that are essential for every law student Pe mb ah ar u an da n p eny em pu rn aa n
and lawyer; pembangunan hukum melalui pendidikan hukum
b. to provide students with training in the basic merupakan investasi jangka panjang bagi bangsa ini
skills essential for every lawyer, including untuk mencapai pembangunan hukum yang dicita-

33 Sudjito, Etika dan Moratitas Pancasila dalam Pendidikan ilmu Hukum, Yogyakarta, tanpa tahun.
34 Kc^nloWib\sonoSisv/om\h3T6\o,AklualisasiNilai-NilaiPancasiladalam Pendidikan Hukum, Yogyakarta, tanpa tahun.
35 Sudjito, Op.Cit, Hal senada dikemukakanjuga oleh Satjipto Rahardjo, Varadoks'Pendidikan DoktorHukum, Bahan Bacaan PDIH UNDlPAngkatan XII, Semarang,
2006.
36 Disarikandari Hikmahanto Juwana, 2005, Op.Cit, 67-75.
37 Disarikandari Hikmahanto Juwana, 2005, Ibid, Hlm.76-77.
38 LihatMochtarKusumaatmadjaJuga MardjonoReksodiputro,dalamJumalHukumdanPembangunan, 1994, Hlm.485-501.

242
MMH,Jilid40 No. 2 April 2011 Hukum Sebagai Sarana Pembaharuan
Masyarakat Di Indonesia", Jurnal Hukum
Progresif, Semarang, 2005.
kepentingan pemerintahan kolonial. Pada masa
Arief, Barda Nawawie, Masalah Penegakan Hukum
orde lama, orientasinya masih mewarisi
dan Kebijakan Penanggulangan Kejahatan,
pendidikan hukum kolonial, sehingga lulusan
fakultas hukum terlalu positivistik dan
mengedepankan legalitas semata. Di era orde
baru, hukum dikembangkan sebagai sarana
perekayasaan sosial, sehingga pendidikan
hukum dimasukkan dalam studi-studi sosial.
b. Filosofi keilmuan hukum yang dibangun masih
berorientasi "Eropa", sehingga
berbenturan
dengan "living law" bangsa Indonesia yang
be rjiwa Pancasila.
c. Kurikulum pendidikan hukum yang memasukkan
"keterampilan dan kemahiran hukum" yang tidak
dibekali dengan kepekaan masalah yang terjadi
di masyarakat justru mengarahkan mahasiswa
untuk sekedar menjadi sarjana hukum yang
hanya menjadi "corong undang-undang".

Saran
a. Pendidikan hukum masa yang akan datang perlu
menjabarkan aspirasi-aspirasi dari masyarakat
dan juga melibatkan masyarakat secara aktif
dalam perencanaan dan sampai ke aras evaluasi;
b. Pendidikan hukum harus dibina
dengan
pendidikan yang berkualitas
kematangan
budaya, kematangan rohani,
kematangan
kejiwaan, kematangan hati nurani
dan
kematangan akhlak yang dijiwai Pancasila.
c. Penyempurnaan kurikulum perlu dilakukan dan
seterusnya pendidikan hukum diorientasikan
sebagai suatu program keilmuan yang
di
dalamnya terkandung muatan
nilai-nilai
Pancasila, pengetahuan tentang hukum dan
keterampilan menjalankan dan
menegakkan
hukum.

DAFTAR PUSTAKA

_________________ , Perkembangan
Hukum
Nasional dan Pendidikan Hukum di Indonesia
pada Era Pascakolonial"
AK, Syahmin, Mengkritisi Pandangan Mochtar
Kusumaatmadja Yang Mengintrodusir"
Rahardjo, Satjipto, ilmu Hukum dan Fisioiogi Otak,
Bacaan Mahasiswa Program Doktor UNDIP,
Angkatan XII, 2006. Rahardjo, Satjipto,
CitraAditya Bakti, Bandung, 2001. Arief,
Mengajarkan Keteraturan
Barda Nawawie, Peranan Pendidikan Hukum
Menemukan Ketidakteraturan (Teaching
Dalam Mengembangkan ilmu
Hukum
Nasional Dan Meningkatkan
Kuaiitas
Penegakan Hukum, Syiar Madani,
FH
UNISBA, Bandung, 1999. Atmasasmita,
Romli, Menata Kembali Masa Depan
Pembangunan Hukum Nasional, Bandung,
UNISBA, 2005. Black, Donald, Sosioiogical
Justice, Oxford University
Press, 1989. Cappra, Fritjof, Titik
Balik Peradaban;
Sains,Masyarakat dan
Kebangkitan
Kebudayan, Terjemahan dari buku
The
Turning Point, oleh Thoyibi, PT Bentang
Pusaka, Yogyakarta, 2004. Hartono,
Sunarjati, In Search of New Legal Principles,
Binacipta, Bandung, 1982. Juwana,
Hikmahanto, "Reformasi Pendidikan Hukum
di Indonesia", Teropong, MaPPI-FHUI, 2005.
Kusumaatmadja, Mochtar, Pendidikan Hukum
Di
Indonesia : Penjelasan Tentang Kurikulum
Tahun 1993, Hukum dan Pembangunan,
FHUI, Jakarta, 1994. Kusumaatmadja,
Mochtar, Konsep-Konsep Hukum
Dalam Pembangunan, Alumni, Bandung,
2006. Kusumaatmadja, Mochtar,
Pembaharuan Pendidikan
Hukum dan Pembinaan Profesi, Journal Of
Law and Social Science, UNPAD, Bandung,
1974. Manan, Abdul, Aspek-Aspek
Pengubah Hukum,
Jakarta, Kencana, 2005. Podgorecki, Adam,
Vittorio Olgiati, Totalitarian and
Post-Totalitarian Law,
Aldershot,
UK:Dartmouth Publishing Company, 1996.
Pound, Roscoe, An Introduction into The Philosophy
Of Law, New Haven, 1954. Putra Fadillah,
Kebijakan Tidak untuk Publik, Resist
Book, Yogyakarta, 2005. Rahardjo, Satjipto,
Hukum Progresif (Penjelajahan
Suatu Gagasan), Makalah
disampaikan
pada acara Jumpa Alumni Program Doktor
Ilmu Hukum UNDIP, Semarang, 2004.

You might also like