You are on page 1of 13

Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia, 1(1) :90-102 (2013) ISSN : 2303-2960

POPULASI BAKTERI, KUALITAS AIR MEDIA PEMELIHARAAN


DAN HISTOLOGI BENIH IKAN GABUS (Channa striata)
YANG DIBERI PAKAN BERPROBIOTIK

Population bacteria, water quality of media maintenance, and histology of snakehead


(Channa striata) fry feeding by artificial feed with probiotic

Dina EkaTrisna1, Ade Dwi Sasanti2, Muslim3


1
Mahasiswa Peneliti, 2Dosen Pembimbing I, 3Dosen Pembimbing II
Program Studi Budidaya Perairan Fakultas Pertanian
Universitas Sriwijaya, Indralaya, Ogan Ilir 30662

ABSTRACT
The aims of this research was to know the effect of fed with addition of probiotic to
bacteria population, and water quality of media maintenance, histology of snakehead
(Channa striata) fry. This research used randomized completely design (RCD) with six
treatments and three repeat with treatments code (D). treatment tested were D0 (control
without probiotic), D1 (2.5 ml.kg-1 feed), D2 (5 ml.kg-1 feed), D3 (7.5 ml.kg-1 feed), D4 (10
ml.kg-1 feed), D5 (12.5 ml.kg-1 feed). The research was conducted November to December,
2012 at the Laboratorium Dasar perikanan, Agriculture Faculty Sriwijaya University,
Indralaya. Population bacteria, water quality and histology were analyzed descriptively. The
result research was conducted that addition probiotic with a cocentration of 10 ml.kg-1 feed
in snakehead medium give good influence to survival rate (63.33 %). Histology of intestine
were enteritis, loss of epithelial tunica serosa, and histology of lever were congestion,
necrosis, hemorrhagic.

Key word : Snakehead, probiotic, population bacteria

PENDAHULUAN

Ikan gabus (C. striata) termasuk membudidayakan ikan gabus. Untuk


salah jenis ikan rawa yang bernilai memenuhi kebutuhan budidaya ikan gabus,
ekonomis di Sumatera Selatan (Muslim, diperlukan ikan yang sudah terbiasa dalam
2007). Dengan semakin meningkatnya kondisi lingkungan budidaya (sudah
permintaan terhadap ikan gabus, maka terdomestikasi). Ikan yang sudah
aktifitas penangkapan ikan gabus di alam terdomestikasi diharapkan dapat tumbuh
juga semakin meningkat. Hal tersebut dan berkembang biak. (Muslim dan
dapat menurunkan populasi ikan gabus, Syaifudin, 2012). Maka dari itu diperlukan
sehingga perlu adanya upaya untuk alternatif pemberian probiotik pada pakan

90 90
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

komersil dengan tujuan untuk METODOLOGI PENELITIAN


meningkatkan kelangsungan hidup ikan
Waktu dan Tempat
gabus dan mempertahankan ikan supaya
Penelitian dilaksanakan bulan
dapat tetap hidup dan dapat tumbuh dalam
November - Desember 2012, bertempat di
media budidaya.
Laboratorium dasar bersama perikanan
Probiotik dapat diartikan sebagai
Fakultas Pertanian. Universitas Sriwijaya.
suatu mikroorganisme hidup yang
Indralaya.
mempunyai peran menguntungkan, mampu
Alat dan Bahan
bertahan hidup dalam saluran pencernaan
Alat-alat yang digunakan dalam
(Muktiani et al., 2004). Mikroorganisme
pelaksanaan penelitian ini antara lain
EM-4 terdiri dari bakteri Lactobacillus sp.
adalah benih ikan gabus ukuran 4 cm,
Streptomyces sp, Actinomycetes sp dan
akuarium, termometer, pH meter, DO
ragi. Beberapa produk EM-4 memiliki
meter, spektofotometer, alat bedah, botol
jenis bakteri tertentu yang berbeda-beda
semprot, erlenmeyer, colonycounter,
sesuai dengan kebutuhan atau aplikasi
laminar air flow, hot plate, inkubaktor,
penggunaannya. Menurut Higa dan Parr
batu stiler, EM-4, pelet komersil 30%, agar
(1994) menyatakan bahwa mikroorganisme
GSP (Glutamate Starch Phenol Red Agar),
yang terdapat pada EM-4 yaitu bakteri
agar MRS (deMann Rogosa Sharpe),
fotosintetik, bakteri asam laktat,
alkohol 70%, larutan PBS (phosphate
Streptomyces sp, Actinomycetes sp dan
buffer saline).
ragi/yeast.
Menurut Supriyanto (2010) Metode Peneletian
pemberian probiotik pada pelet dapat Rancangan percobaan
dilakukan dengan disemprotkan, sehingga Penelitian dilakukan secara
dapat menimbulkan fermentasi pada pelet ekperimental pada skala laboratorium
dan meningkatkan daya cerna. Penggunaan dengan menerapkan Rancangan Acak
probiotik dalam budidaya ikan bertujuan Lengkap (RAL) dengan enam perlakuan
untuk menjaga keseimbangan mikroba dan dengan tiga ulangan. Perlakuan yang
menekan aktifitas patogen dalam saluran diberikan adalah sebagai berikut :
pencernaan, serta perbaikan lingkungan D0 = Tanpa penambahan probiotik
sebagai kontrol
perairan melalui proses biodegradasi D1 = Penambahan dengan probiotik
(Mansyur dan Tangko, 2008). dosis 2,5 ml.kg-1 pakan.

91
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

D2 = Penambahan dengan probiotik batu stiler supaya teraduk merata.


dosis 5 ml.kg-1 pakan.
Kemudian agar dituangkan ke dalam
D3 = Penambahan dengan probiotik
dosis 7,5 ml.kg-1 pakan. cawan petri hingga agar mengeras.
D4 = Penambahan dengan probiotik
Media MRS digunakan untuk
dosis 10 ml.kg-1 pakan.
D5 = Penambahan dengan probiotik penghitungan bakteri Lactobacillus sp.
dosis 12,5 ml.kg-1 pakan.
Cara pembuatan media MRS adalah
sebagai berikut : MRS Agar ditimbang
Cara Kerja
sebanyak 3,41 g, lalu dimasukan ke dalam
Persiapan Wadah
Erlenmeyer, ditambahkan 100 ml akuadest
Akuarium berukuran 30 cm x 30
kemudian dipanaskan pada hot plate
cm x 30 cm sejumlah 18 buah, masing-
sampai mendidih dengan batu stiler supaya
masing akuarium diisikan air sebanyak 10
teraduk rata, kemudian diangkat, agar
liter dengan kepadatan 2 ekor per liter.
dituangkan ke dalam cawan petri dan
Persiapan pakan dengan penambahan ditunggu hingga agar mengeras.
probiotik
Pemeliharaan
Probiotik yang digunakan setiap
Benih ikan gabus dipelihara dalam
dosis ditambahkan larutan PBS sampai 100
akarium berukuran 30 cm x 30 cm x 30
ml, selanjutnya dimasukan ke dalam botol
cm, dengan kepadatan 2 ekor per liter
semprot, lalu dilakukan penyemprotan
ukuran 4 cm. Ikan diadaptasi 1-2 minggu,
secara merata pada pakan, diangin-
pemeliharaan dilakukan selama 30 hari,
anginkan hingga kering selama 15 menit.
selama pemeliharaan ikan gabus diberi
Pembuatan Media Agar pakan berupa pelet.

Media GSP digunakan sebagai Pemberian pakan secara at

media kultur penghitungan bakteri patogen satiation dengan frekuensi pemberian

yaitu Aeromonas sp.dan Pseudomonas sp. pakan sebanyak 3 kali sehari yaitu pada

Cara pembuatan media GSP adalah pagi, siang, dan sore hari. Pakan yang

sebagai berikut : GSP Agar ditimbang ditambah probiotik diberikan ke ikan

sebanyak 2,25 g, lalu dituangkan ke dalam hanya pada siang hari (Jusadi et al., 2004).

erlenmeyer, ditambahkan akuades Kemudian pada minggu ke 1, 2, 3, 4

sebanyak 100 ml, kemudian dipanaskan dilakukan perhitungan total bakteri

pada hot plate sampai mendidih dengan menggunakan media GSP dan MRS.

92
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

Pengumpulan Data Pertumbuhan Ikan


Perhitungan pertambahan bobot
Perhitungan Populasi Bakteri
dan panjang tubuh ikan berdasarkan
Perhitungan populasi bakteri
rumus Effendie (1979) yaitu :
dilakukan dengan metode hitungan cawan
Pertumbuhan bobot mutlak
tebar. Prosedur perhitungan bakteri
Pertumbuhan bobot = Wt Wo
dilakukan dimulai dengan pengambilan
Keterangan :
sampel 1 ml pengenceran menjadi
Wt = Bobot ikan akhir pemeliharaan (g)
pengenceran 10-1, 10 -2, 10-3 , 10 -4,
Wo = Bobot ikan awal pemeliharaan (g)
pengenceran dilakukan di dalam laminar
Pertumbuhan panjang
air flow. Perhitungan jumlah koloni
Pertumbuhan panjang = Lt Lo
dilakukan menggunakan colony counter.
Keterangan :
Populasi bakteri di air dihitung
Lt = Panjang ikan akhir pemeliharaan (cm)
berdasarkan rumus Damongilala (2009)
Lo = Panjang ikan awal pemeliharaan (cm)
adalah sebagai berikut :
1
Kelangsungan Hidup (KH)
Populasi bakteri Jumlah koloni x
Pengenceran Persentase kelangsungan hidup
dihitung dengan rumus dari Wirabakti
Kualitas Air (2006) sebagai berikut :
Parameter kualitas air yang diukur Nt
KH = x100%
selama pemeliharaan meliputi suhu, DO, No
pH, amonia. Suhu diukur setiap hari yaitu Keterangan :
pagi dan sore, DO, pH, amonia diukur KH = Kelangsungan hidup (%)
Nt = Jumlah ikan akhir pemeliharaan
pada awal dan akhir pemeliharaan.
No = Jumlah ikan pada awal penebaran
Histologi
Analisa Data
Histologi yang diamati yaitu usus.
Proses histologi meliputi : fiksasi, Data populasi bakteri, kualitas air,
pemotongan organ, Dehidrasi penjernihan dan data histologi, dianalisa secara
dan pengisian parafin, pembuatan blok deskriptif. Data laju pertumbuhan dan
parafin, pembuatan preparat sediaan, kelangsungan hidup dianalisis secara
pewarnaan. statistik menggunakan ansira taraf 5%.

93
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

HASIL DAN PEMBAHASAN bakteri selama penelitian. Nilai hasil


pengukuran bakteri Lactobacillus sp. dapat
Populasi Bakteri
dilihat pada Gambar 2, sedangkan untuk
Berdasarkan hasil pengukuran
bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas
populasi bakteri bahwa pemberian
sp. dapat dilihat pada Gambar 3.
probiotik berpengaruh terhadap populasi

y = 10x2 - 36x + 80 D0
3 R = 0,811
Log Total Bakteri ( cfu/

2.5 y = 10x2 - 74x + 160 D1


R = 0,911
2 y = 25x2 - 151x + 255 D2
1.5 R = 0,996
y = 25x2 - 155x + 245 D3
1 R = 0,933
y = 27,5x2 - 126,5x + 282,5
0.5 R = 0,936
ml )

0 y = 2,5x2 - 29,5x + 102,5


R = 0,708
0 2 4 6

Minggu Ke-

Gambar 2. Data hasil pengukuran populasi bakteri Lactobacillus sp.

y = 10x2 - 36x + 80 D0
Log Total Bakteri ( cfu/ ml

2.5 R = 0,811
y = 10x2 - 74x + 160 D1
2 R = 0,911
D2
1.5 y = 27,5x2 - 126,5x + 282,5
R = 0,936 D3
1 y = 25x2 - 151x + 255
R = 0,996 D4
0.5 y = 25x2 - 155x + 245
R = 0,933
0 y = 2,5x2 - 29,5x + 102,5
)

0 2 4 6 R = 0,708

Minggu Ke-

Gambar 3. Data hasil pengukuran populasi bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp.

94
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

Pada data Gambar 2, menunjukkan bakteri Aeromonas sp. dan Pseudomonas


bahwa pemberian probiotik EM-4 pada sp. mengalami peningkatan disetiap
pakan mampu meningkatkan populasi minggunya. Pada perlakuan D1 (2,5 ml.kg-
1
bakteri Lactobacillus sp di air . Hal ini ), D2 (5 ml.kg-1) , D3 (7,5 ml.kg-1) D4 (10
dapat dilihat dari persamaan regresi ml.kg-1) dan D5(12,5 ml.kg-1) Menurut
Y=aXb, yang menunjukkan nilai korelasi Anggika (2010) bakteri probiotik EM-4
yang lebih erat yakni sebesar R2 = 0,996 mampu menurunkan pertumbuhan bakteri
dengan nilai Y = 2625 yaitu pada yang merugikan.
-1
perlakuan D2 (kosentrasi 5 ml.kg ) Kualitas Air
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. 1. Derajat Keasaman (pH)
Hal ini diduga karena pada probiotik EM-4 Derajat keasaman (pH) air selama
terdiri dari bakteri asam laktat penelitian bekisar antara 5,1 6,6. Nilai
(Lactobasillus sp), Streptomyces sp, hasil pengukuran pH selama penelitian
bakteri fotosintetik, Actinomycetes sp. dan dapat dilihat pada Tabel 2.
ragi atau yeast. Setiap perlakuan terdapat Tabel 2. Data pH selama penelitian
jumlah bakteri yang berbeda-beda dilihat Derajat keasaman (pH)
Perlakuan
dari komponen penyusun dari EM-4 saling
Awal Akhir
berkaitan yang terdiri dari bakteri asam D0 5,4 5,7
laktat, bakteri fotosintetik, Actinomycetes D1 6,6 6,0
D2 6,2 6,0
dan ragi (Anggika, 2010). D3 6,1 6,0
D4 6,6 5,4
Gambar 3, menunjukkan bahwa
D5 6,3 5,1
pemberian probiotik EM-4 pada pakan
mampu menekan jumlah populasi bakteri Pada Tabel 2, menunjukkan, derajat
Aeromonas sp. dan Pseudomonas sp. di air keasaman (pH) air selama penelitian
Hal ini dapat dilihat dari persamaan regresi bekisar antara 5,1 6,6 berada pada
b,
Y=aX yang menunjukkan nilai kolerasi kisaran pH optimal untuk ikan gabus yaitu
yang lebih erat yakni sebesar R2 = 0,996 antara 4-9 (Mukfilkhah et al., 2008).
dengan nilai Y = 9669,37 yaitu pada Pemberian probiotik EM-4 dapat
perlakuan D3 (kosentrasi 7,5 ml.kg-1) menurunkan pH disebabkan karena
dibandingkan dengan perlakuan lainnya. kandungan EM-4 terdapat bakteri
-1
Pada perlakuan D0 (0 ml.kg ) tanpa Lactobacillus sp sehingga kondisi media
pemberian probiotik EM-4 jumlah populasi menjadi asam (Amelia, 2009).

95
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

Oksigen Terlarut Suhu


Kandungan oksigen terlarut bekisar Berdasarkan hasil pengukuran suhu
-1
1,40 3,70 mg.L . Data pengukuran selama penelitian menunjukan bahwa nilai
oksigen terlarut selama penelitian dapat suhu bekisar antara 26-29oC masih dalam
dilihat pada Tabel 3. batas kisaran normal. Bijaksana (2011)
Tabel 3. Data oksigen terlarut selama mengatakan bahwa suhu yang baik untuk
penelitian
kehidupan ikan gabus bekisar 26-30 0C.
-1
Oksigen terlarut (mg.L )
Amonia (NH3)
Perlakuan
Awal Akhir Kisaran kadar amonia pada
D0 1,64 1,40 perlakuan dapat dilihat pada Tabel 4.
D1 1,78 2,13
D2 3,62 3,70 Tabel 4. Data amonia selama penelitian
D3 1,34 2,45
Kadar amonia (mg.L-1)
D4 1,64 2,12
Perlakuan
D5 2,08 2,73
Awal Akhir
D0 0,037 0,070
Kandungan oksigen terlarut untuk
D1 0,014 0,010
pemeliharaan ikan gabus berkisar antara D2 0,024 0,021
D3 0,091 0,030
2,0-3,7 mg.L-1 (Adriani, 1995). Ikan gabus
D4 0,011 0,010
memiliki organ nafas tambahan pada D5 0,033 0,023
bagian atas insangnya, sehingga dapat
Data pada Tabel 4, menunjukkan
bertahan hidup dengan kandungan oksigen
bahwa nilai kisaran kadar amonia antara
terlarut yang cukup ekstrim.
0,010 0,091 mg.L-1. Kadar amonia
Dari hasil yang diperoleh selama
mengalami penurunan pada semua
penelitian ( Tabel 3), menunjukkan bahwa
perlakuan, hal ini disebabkan karena
nilai oksigen terlarut pada perlakuan D1,
proses nitrifikasi yang mengubah amonia
D2, D3, D4, D5 mengalami peningkatan
menjadi nitrit dan nitrat (Veschuere et al.,
dikarenakan adanya aktifitas bakteri
2000). Menurut Amelia (2009),
fotosintetik. Aktifitas fotosintesis oleh
mikroorganisme probiotik dapat
bakteri fotosintetik diduga dapat
mengoksidasi amonia. Bakteri fotosintetik
menghasilkan oksigen, inilah yang
juga menggunakan amonia sebagai sumber
menyebabkan oksigen dalam media
nitrogen untuk proses dekomposisi
pemeliharaan meningkat jumlahnya
bahan organik dan pertumbuhannya
(Higa dan Parr, 1994).
(Higa dan Parr, 1994).

96
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et all (2013)

Histologi diduga yang menyebabkan enteritis.


Histologi usus benih ikan gabus Bakteri Aeromonas sp. memperbanyak
Usus merupakan saluran diri di usus dan menyebabkan
pencernaan yang berfungsi untuk peradangan (Miyazaki et al., 1985).
menyerap sari-sari makanan (Susanto, Enteritis adalah peradangan pada usus
2008). Menurut Ersa (2008) patogen dan yang disebabkan oleh cacing, koksidia,
parasit dapat masuk ke dalam usus bakteria, jamur, virus atau toksin
melalui oral (pakan). Hasil pengamatan (Natalia, 2004).
histologi usus dapat dilihat pada Tabel 5. Pada Tabel 5, menunjukkan
Hasil histologi pada usus terjadi lepasnya epitel tunika serosa pada
enteritis pada perlakuan D0, D3, D4, D5. perlakuan D1 dan D2 akhir. Terbukti dari
Dilihat dari hasil pengamatan jumlah hasil histologi pada perlakuan D1, D2, D3,
populasi pada media GSP disetiap D4, dan D5 usus mengalami kerusakan,
perlakuan populasi bakteri Aeromonas hal ini mungkin disebabkan usus benih
sp. dan Pseudomonas sp. masih ikan gabus sejak awal telah mengalami
ditemukan dalam perlakuan, hal ini kerusakan.
Tabel 5. Gambar histologi usus
Perlakuan Gambar histologi usus Keterangan
D0 Enteritis (infiltrasi sel radang limposit
pada vili).

D1 Lepasnya epitel tunika serosa.

97
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

D2 Lepasnya epitel tunika serosa.

D3 Enteritis (infiltrasi sel radang limposit


pada vili).

D4 Enteritis (infiltrasi sel radang limposit


pada vili).

D5 Enteritis (infiltrasi sel radang limposit


pada vili).

98
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

Pertumbuhan

1.6

Pertumbuhan bobot (g)


Berdasarkan hasil pertumbuhan 1,29 c 1,21 c
1,19 c
benih ikan gabus bahwa pemberian
1.1 0,96 b 1,04 b
0,79 a
probiotik EM-4 terhadap pertumbuhan
0.6
panjang mutlak tidak berpengaruh nyata.
Nilai pertumbuhan panjang mutlak dan 0.1
bobot mutlak benih ikan gabus dapat 0 2.5 5 7.5 10 12.5
Perlakuan (ml.kg-1)
dilihat pada Gambar 4 dan 5.
2.5 Gambar 5. Pertumbuhan bobot mutlak
2,3
2,17 benih ikan gabus
2,07 2,13
Pertumbuhan panjang (cm)

2
1,8
Berdasarkan hasil sidik ragam
1,63 menunjukkan bahwa pemberian probiotik
1.5 berpengaruh nyata terhadap petumbuhan
bobot mutlak. Dari Gambar 5,
1 menunjukkan bahwa pertumbuhan bobot
0 2.5 5 7.5 10 12.5
mutlak benih ikan gabus tertinggi pada
Perlakuan
(ml.kg-1) perlakuan D4 (10 ml.kg-1) yaitu sebesar
Gambar 4. Pertumbuhan panjang mutlak 1,29 g. Menurut Irianto (2007) dalam
benih ikan gabus
Supriyanto (2010) menyatakan pemberian
Dari Gambar 4, menunjukkan probiotik dalam akuakultur dapat diberikan
pertumbuhan panjang mutlak bekisar 1,63 melalui air maupun pakan. Pemberian
2,3 cm. Berdasarkan hasil analisis sidik probiotik dalam pakan berpengaruh
ragam diketahui pemberian probiotik tidak terhadap kecepatan fermentasi pakan
berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dalam saluran pencernaan, yang dapat
panjang mutlak benih ikan gabus, pada membantu proses penyerapan makanan
-1 -1
perlakuan D0 (0 ml.kg ), D1(2,5 ml.kg ) , dalam pencernaan ikan. Sehingga pada
-1 -1
D2(5 ml.kg ) , D3(7,5 ml.kg ) , D4 (10 penelitian ini pemberian probiotik EM-4
-1
ml.kg ) , terus meningkat, dan di D5(12,5 berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan
-1
ml.kg ) menurun. bobot mutlak benih ikan gabus, namun

99
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

pada perlakuan D5 (12,5 ml.kg-1), sangat nyata lebih tinggi dibandingkan


pertumbuhan bobot mutlak benih ikan dengan perlakuan lainnya. Menurut Fuller
gabus mengalami penurunan, diduga (1992) dalam Supriyanto (2010)
bahwa pemberian probiotik yang berlebih menyatakan bahwa mikroba probiotik
tidak baik terhadap proses pencernaan merupakan mikroba yang aman dan relatif
ikan. Kelebihan pemberian probiotik tidak menguntungkan dalam saluran pencernaan.
memberikan hasil yang baik terhadap Namun pada perlakuan D5 persentase
spesies ikan (Irianto, 2003). kelangsungan hidup benih ikan gabus
menurun dengan nilai 46,67 %. Hal ini
E. Kelangsungan Hidup diduga karena pemberian probiotik EM-4
Pemberian pakan dengan berlebih sehingga bakteri yang tumbuh
penambahan probiotik EM-4 berpengaruh meningkat. Menurut Irianto (2003)
nyata terhadap kelangsungan hidup benih menyatakan bahwa probiotik tidak selalu
ikan gabus. memberikan hasil yang baik terhapat
spesies ikan.

70 63.33
Persentase Kelangsungan Hidup

60 KESIMPULAN DAN SARAN


48.33 46.67 D0
50 Kesimpulan
40 33.33 D1
28.34 Berdasarkan hasil penelitian ini,
(%)

30 D2
20 maka dapat disimpulkan bahwa pemberian
11.67 D3
10 D4
probiotik EM-4 pada pakan mampu
0 mengurangi jumlah populasi Aeromonas
D5
sp. dan Pseoudomonas sp. di air selama
Perlakuan
pemeliharaan. Kualitas air masih dalam
Gambar 11. Kelangsungan hidup benih kisaran optimal untuk pemeliharaan benih
ikan gabus ikan gabus (Channa striata). Histologi
Berdasarkan pada Gambar 11 pada usus terdapat enteritis, lepasnya epitel
menunjukan bahwa persentase tunika serosa, dan histologi pada hati
kelangsungan hidup benih ikan gabus pada terdapat kongesti, nekrosis, hemoragi.
perlakuan D0, D1,D2,D3, D4 terus Penambahan probiotik pada pakan benih
meningkat dan menurun pada perlakuan ikan gabus tidak berpengaruh nyata
D5. D4 dengan nilai 63,33 % berbeda terhadap pertumbuhan panjang mutlak,

100
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

tetapi berpengaruh nyata terhadap Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi


Perikanan. Yayasan Dewi Sri.
pertumbuhan bobot mutlak dan
Bogor
kelangsungan hidup benih ikan gabus Ersa, I.V. 2008. Gambaran Histopatologi
Insang, Usus, dan Otot Pada Ikan
Saran Mujair (Oerochromis
Mossambicus) Di Daerah ciampea
Saran dari hasil penelitian ini Bogor. Skirpsi. Institut Pertanian
adalah perlunya penelitian lanjutan Bogor.
mengenai pemberian probiotik kosentrasi Higa, T. dan J. F. Parr. 1994. Beneficial
and effective microorganisme for
terbaik yaitu 10 ml.kg-1 untuk sustainable agriculture and
diaplikasikan di kolam tanah. environment. International Journal
of Molecular Medicine 18.
International Nature Farming
DAFTAR PUSTAKA Research Center. Atami, Japan.
www.emro.japan.com yang diakses
Amelia A. R. 2009. Analisa pertumbuhan pada 13 januari 2009).
populasi mikroba EM-4 dan
kualitas air pada media Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur.
pemeliharaan ikan maskoki Gadjah Mada University Press.
(Carassius auratus). Skripsi. Jusadi, D., E. Gandara., dan I. Mokoginta.
Universitas Sriwijaya (tidak 2004. Pengaruh Penambahan
dipublikasikan). Bakteri Bacillus sp pada Pakan
Anggika, W. 2010. Pengaruh probiotik Komersil terhadap Konversi
terhadap total bakteri pada media Pakan dan Pertumbuhan Ikan
pemeliharaan, kualitas air dan Patin Pangasius Hypophtalmus.
kelangsungan hidup ikan koi Fakultas Perikanan dan Ilmu
(Cyprinus carpio L). Skripsi Kelautan. IPB. Bogor.
Universitas Sriwijaya (tidak Miyazaki, T. and N, Kaige. 1985. A
dipublikasikan). Histopathological Study on Motile
Bijaksana, U. 2011. Pengaruh beberapa Aeromonad Disease in Crucian
Parameter Air pada Pemeliharaan Carp. Fish Pathology
Larva Ikan Gabus (channa striata) Muktiani, A. Wahyono, F. Sutrisno.
Bltr Di dalam Wadah Budidaya. Wiryaman, K. Dan Sutardi, T.
Budidaya Perairan. Fakultas 2004. Sintesis Probiotik
Perikanan. Universitas Lambung Bermineral Untuk Memacu
Mangkurat. Pertumbuhan dan Meningkatkan
Damongilala, L.J. 2009. Kadar Air dan Produksi Serta Kesehatan Sapi
Total Bakteri Pada Ikan Roa Perah. Laporan Penelitian
(Hemirhampus sp) asap dengan Direktoran peneletian dan
Metode Pencucian Bahan Baku Pengabdian Masyarakat.
Berbeda. Jurnal Ilmiah Sains. Vol Muslim. 2007. Potensi, peluang dan
9 (2): 187-198 tantangan ikan gabus (Channa

101
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Trisna, et al. (2013)

striata) di Provinsi Sumatera Selatan. Tanjung, L. R. Triyanto. Sadi, N. H.


Prosiding. Forum Perairan Umum Haryani, G. S. Dan Said, D. S.
Indonesia IV. BRPPU. 2011. Uji Ketahanan Beberapa
Palembang. Strain Ikan Gurami Terhadap
Penyakit Aeromonas. Jurnal
Muslim dan M. Syaifudin. 2012.
Pemeliharaan benih ikan gabus Limnotek. 18(1):58-7
(Channa striata) pada media Verschuere, L., G Rombaut dan W.
budidaya (waring) dalam rangka Verstraete. 2000. Probiotic
domestikasi. Prosiding Seminar bacteria as biological control
Nasional dan Internasional Di agents in aquaculture. Journal
Pekanbaru. Riau Microbiology and Molecular
Riauwaty, M. 2013. Histopatologi hati dan Biology Reviews. Vol 64(4): 665-
666.
ginjal ikan patin (Pangasius
hypopthalmus) yang terinfeksi Wirabakti, M.C. 2006. Laju Pertumbuhan
Aeromonas hydrophila dan Ikan Nila Merah (Oreochromis
diobati dengan temulawak. niloticus L) yang Dipelihara pada
Universitas Riau Pekanbaru Perairan Rawa dengan Sistem
Keramba dan Kolam. Journal
Supriyanto. 2010. Pengaruh Pemberian
Probiotik Dalam Pelet Terhadap Tropical Fisheries 1 (1): 61-67.
Pertumbuhan Lele Sangkuriang. Yuniar, V. 2009. Toksisitas Merkuri (Hg)
Laporan penelitian. Universitas terhadap Tingkat Kelangsungan
Negeri Semarang. Hidup, Pertumbuhan, Gambaran
Susanto, D. 2008. Gambaran Histopatologi Darah dan Kerusakan Organ Pada
Ikan Nila (Oreochromis
Organ Insang, Otot dan Usus Ikan
Mas (Cyprinus Carpio) Di Desa Niloticus). Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.
Cibanteng. Skripsi. Institut
Pertanian Bogor.

102

You might also like