You are on page 1of 7

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI BAHAN PADA

PENGENCER SPERMA IKAN SKIM KUNING TELUR


TERHADAP LAJU FERTILISASI, LAJU PENETASAN DAN
SINTASAN IKAN MAS (CYPRINUS CARPIO L.)
Budi Setyono1
1
Fakultas Pertanaian dan Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang

ABSTRACT

This research was conducted in September 2008 - April 2009 in Central Fish Breeding Punten
Batu, with the aim to determine the effect of different concentrations of materials in fish sperm
diluent Skim Yellow Egg on the fertilization rate, hatching rate and sintasan carp (Cyprinus carpio
L. ). The information gained is expected to assist fish farmers in general and fish hatchery unit or
the people in the context of intensification and efficiency in particular fish spawning carp (Cyprinus
carpio L.)
The research method used is an experimental method, a Completely Randomized Design (CRD).
Treatment to be studied consisted of 4 treatments and 1 control with 3 replicates, four treatments is
the ratio of diluent materials Skim Yellow Egg.
The results of the research are the highest fertilization rate was found in treatment A (53.33%)
and lowest in treatment D (37.67%), the rate of hatch (hatching rate) are the highest in treatment A
(41.67%) and lowest in treatment D (31.33%), survival (survival rate) are the highest in treatment B
(94.67%) and lowest in treatment A (93.33%).
The conclusions showed that differences in the concentration of fish sperm diluent Skim
Yellow Egg has a very significant effect on fertilization rate but no effect on hatching rate and
sintasana carp (Cyprinus carpio L.). From the results of this study are advised to obtain the best
fertilization rate, should be used in treatment A formulation as follows: 50 ml distilled water, 6.25 g
Skim Milk, Egg yolk 3.125 g, 0.625 g Fructose, Penicilin 0.213 g and 0.1 g streptomycin

Keywords: Skim diluents Yellow Egg, Goldfish

berkesinambungan, selain itu dari segi ekonomi


PENDAHULUAN juga dapat menguntungkan.
Dalam suatu sistem budidaya, salah satu faktor
Sumberdaya perikanan adalah salah satu
yang menentukan keberhasilan usaha adalah
sumberdaya yang mendapat tekanan yang cukup
tersedianya benih yang tepat dalam jumlah, mutu,
berat. Selain akibat lahan yang semakin sempit, juga
waktu dan tempat yang mudah dijangkau serta
akibat pencemaran perairan yang tendensinya terus
dengan harga yang murah. Sejalan dengan
meningkat dari tahun ketahun. Untuk mencegah
teknologi, usaha-usaha untuk meningkatkan
punahnya sumberdaya ikan selain dilakukan upaya
produksi sudah banyak dilakukan oleh para petani
konservasi juga dilakukan upaya domestikasi dan
ikan diantaranya adalah peningkatan penggunaan
pembudidayaan. Dalam kegiatan budidaya ikan
induk-induk ikan unggul, mempercepat dan
salah satu aspek penting yang perlu dikuasai adalah
mempermudah pemijahan dengan hypofisasi,
aspek reproduksi. Melalui kegiatan
peningkatan derajat pembuahan telur dengan teknik
pengembangbiakan maka siklus hidup ikan dapat
pembuahan buatan, penetasan telur secara

Budi Setyono, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan 1
terkontrol, pengendalian kualitas dan kuantitas air, Alat dan Bahan diambil dengan cara mengurut bagian perut
pengembangan teknik kultur massal makanan hidup (stripping) ikan mas jantan dan sperma yang
dan pemurnian varietas induk ikan. Alat yang digunakan dalam penelitian meliputi dikeluarkan ditampung dengan spuit (syringe).
Dalam rangka pemijahan ikan, baik alami : kertas tisu, saringan penetasan, bak penetasan dan Membungkus spuit yang berisi sperma dengan Inkubasi telur pada bak penetasan dan
maupun buatan, perlu pengetahuan tentang syringe, gelas erlenmeyer 100 ml, bulu ayam, aluminium foil untuk mencegah kontak langsung bersihkan telur yang tidak terbuahi atau terserang
karakteristik sperma yang meliputi anatomi, mangkok penampung telur, aluminium foil, kertas dengan sinar matahari dan udara bebas. jamur. Setelah menetas hitung daya tetasny
komposisi kimiawi, ukuran, mortalitas dan saring whatman
(hatching rate) dengan rumus:
kemungkinan penyimpanannya dalam upaya Bahan yang digunakan dalam penelitian Pembuatan Pengencer Skim Kuning Telur
efisiensi dan efektifitas pemijahan. Karena kesulitan adalah : sperma yang diambil dari induk ikan mas
yang sering dihadapi dalam pemijahan terutama jantan matang gonad, aquadest, susu skim, kuning Mengisi 50 ml Aquadest pada 5 buah gelas
pemijahan buatan adalah ketersediaan sperma yang telur, fructose, penicilin, streptomycin, eosin, erlenmeyer dipanaskan sampai mendidih,
cukup pada waktu kegiatan pembuahan dilakukan. negrosin dan Na sitrat serta larutan lactat ringers selanjutnya diturunkan suhunya sampai , a = larva normal c = telur tidak menetas
Hal ini disebabkan volume sperma yang dihasilkan ditambahkan Skim, Fruktosa, Penicilin dan b = larva cacat
sedikit sehingga kurang efektif untuk membuahi Metode dan Rancangan Percobaan Streptomycin masing-masing sesuai dengan
telur. perlakuan dan dihomogenkan 15 menit, selanjutnya Sintasan ( survival rate ) dihitung dengan
Penambahan bahan pengencer dalam semen Metode Penelitian : Metode penelitian yang diturunkan suhunya, ditambahkan kuning telur rumus
ikan akan meningkatkan volume semen sehingga digunakan adalah metode eksperimental, yaitu sesuai dengan perlakuan masing-masing dan :
memungkinkan cukup banyak ikan betina yang metode dengan cara serangkaian percobaan untuk dihomogenkan selama 30 60 menit,
dapat dipijahkan dalam sekali penampungan semen melihat hasil. Hasil tersebut akan menjelaskan kemudian ditambahkan 1 ml sperma dan
saat ejakulasi pada induk jantan. Bahan pengencer hubungan bagaimana kedudukan antara variabel dihomogenkan Disimpan dalam lemari es ( 5 o C )
yang digunakan harus isotonic, mengandung nutrisi yang diselidiki (Nazir, 1988) selama 7 hari selanjutnya difertilisasikan Untuk mengetahui pengaruh perbedaan
sebagai sumber energi, adanya pelarut pelindung Rancangan penelitian : Rancangan penelitian komposisi bahan pada pengencer skim kuning telur
terhadap cold shock, menjamin bebas kuman, yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap Pelaksanaan Penelitian terhadap laju fertilisasi, laju penetasan dan sintasan
bersifat buffer dan tidak beracun bagi spermatozoa. (RAL). Perlakuan yang akan diteliti terdiri dari 4 digunakan analisis sidik ragam (uji F dengan taraf
Selain itu pengencer disyaratkan hendaknya murah, perlakuan dan 1 kontrol dengan 3 kali ulangan, Fertilisasi dengan cara yaitu Mengambil telur kepercayaan 95 %). Apabila nilai F berbeda nyata
sederhana, praktis dibuat tetapi memiliki daya keempat perlakuan tersebut adalah perbandingan ikan Mas dengan cara distriping dan maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil,
preservasi tinggi. komposisi bahan pengencer Skim Kuning Telur, menampungnya di dalam mangkok plastik kering untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas
Skim kuning telur merupakan salah satu bahan yaitu : A (kontrol) = komposisi bahan pengencer dan bersih, Mengambil 200 butir telur (perlakuan) dan variabel tergantung (hasil).
pengencer yang umum digunakan pada usaha skim kuning telur yang digunakan pada ternak, dimasukkan dalam mangkok plastik, Mengambil
Perlakuan B = formulasi pengencer skim kuning sperma yang sudah diencerkan dengan skim kuning HASIL DAN PEMBAHASAN
inseminasi buatan pada hewan ternak dan sangat
jarang digunakan pada bidang perikanan. telur 1, Perlakuan C = formulasi pengencer skim telur dari dalam lemari pendingin dan thawing
kuning telur 2, Perlakuan D = formulasi pengencer dengan air hangat 30 o C selama 10 detik, Karakteristik Semen Segar
Komposisi bahan pengencer skim kuning telur yang
ada sekarang ini pun masih mengacu pada skim kuning telur 3, Perlakuan E = formulasi Mencampur telur dengan 1 1,5 ml sperma ikan
pengencer skim kuning telur . kemudian tambahkan larutan penyubur (Lactat Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan
kebutuhan sperma pada hewan-hewan ternak
Keterangan : Komposisi Bahan Pengencer Ringers) dan diaduk dengan bulu ayam sampai rata di Balai Benih Ikan Punten Kota Batu mulai
seperti sapi, kambing dan domba. Hal ini tentunya
Skim Kuning Telur pada Hewan Ternak ( Kontrol ) agar terjadi fertilisasi Tebarkan telur pada saringan Nopember 2008 Januari 2009 didapatkan data
tidak akan sama jika digunakan pada sperma ikan
yaitu : Aquadest : 50 ml, Susu Skim : 5 gr, Kuning penetasan selanjutnya ditetaskan pada bak sebagai berikut :
terutama ikan mas (Cyprinus carpio L.) mengingat
jumlah sperma ikan yang dihasilkan jauh lebih telur : 2,5 gr, Fructose : 0,5 gr, Penicilin : 0,17 gr, penetasan, Angka fertilitas ditentukan dengan
banyak jika dibandingkan dengan hewan ternak Streptomycin : 0,08 g, (Anonymous, 2002) mengamati sampel ( 200 butir) telur, selanjutnya
pada saat diejakulasikan. dihitung setelah 24 jam :
a. Ikan Uji
METODELOGI PENELITIAN Tabel 1. Data Evaluasi Semen Segar secara Makroskopis dan Mikroskopis
Materi penelitian yang digunakan adalah ikan
Penelitian ini akan dilaksanakan di Balai Benih mas (Cyprinus carpio L.) yang berasal dari BBI
Ikan Punten Kota Batu dan Laboratorium Perikanan Punten Kota Batu. Ikan ditangkap secara acak dari
Universias Muhammadiyah Malang. Rencana populasi ikan yang ada di kolam dengan
pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan September karakteristik ikan jantan berumur 1 2 tahun dan
2008 Nopember 2009. dapat menghasilkan minimal 2 ml sperma. Sperma
Keterangan : pemeriksaan dilakukan sebelum perlakuan pengenceran

2 GAMMA, Volume V, Nomor 1, September 2009 : 01 - 12 Budi Setyono, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan 3
Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa spermatozoa pH semen 6,9 dan bisa dikatakan semen tersebut Untuk mengetahui tingkat perbedaan masing- dan uji BNT 1 % = 3,355, maka diperoleh hasil
yang digunakan dalam penelitian ini masih layak untuk digunakan dan diteliti lebih lanjut. masing perlakuan dilakukan uji BNT 5 % = 2,306 notasi seperti terlihat pada Tabel 4 berikut ini :
memenuhi persyaratan untuk diproses lebih lanjut.
Hal ini sesuai dengan volume semen ikan mas Laju Fertilisasi Tabel 4. Daftar BNT laju fertilisasi telur ikan mas (Cyprinus carpio L.)
sebesar 2,9 ml. Semen yang berkualitas baik
mempunyai pH lebih kearah asam karena sel-sel Data laju fertilisasi telur ikan mas (Cyprinus
spermanya akan lebih aktif bergerak menghasilkan carpio L.) yang diamati 24 jam setelah perlakuan
asam laktat yang lebih banyak sehingga pH nya fertilisasi seperti pada Tabel 2 :
rendah. PH semen ikan yang baik berkisar antara
6,8 7,8. Dari hasil pengamatan diketahui bahwa

Tabel 2. Data Laju Fertlisasi (%)


Keterangan : ns = tidak berbeda nyata, ** = berbeda sangat nyata

Perbedaan konsentrasi bahan pengencer skim tersedia pada pengencer skim kuning telur untuk
kuning telur pada sperma ikan mas (Cyprinus memenuhi kebutuhan pakan pada sperma ikan mas
carpio L.) memberikan perbedaan yang sangat (Cyprinus carpio L.) yang disimpan selam 5 hari.
nyata pada perlakuan A tetapi tidak memberikan Partodihardjo (1992) menyatakan bahwa pengencer
pengaruh yang nyata pada perlakuan lainnya yaitu yang baik akan berfungsi untuk memperbanyak
B, C dan D. volume sperma, menyediakan zat nutrisi dan
Berdasarkan Tabel 4.2. di atas terlihat bahwa D sebesar 37,67 %. Dari Tabel 5.2 dilanjutkan melindungi sperma.
Pembuahan atau disebut juga dengan fertilisasi
perlakuan A memiliki nilai rata-rata fertlisasi dengan analisis sidik ragam pada Lampiran 1. dan Dalam penelitian ini sperma ikan mas
adalah proses bergabungnya inti sperma dengan inti
terbesar yakni 53,33 % dan terkecil pada perlakuan didapatkan hasil seperti yang terlihat pada Tabel (Cyprinus carpio L.) diencerkan di dalam
sel telur dalam sitoplasma sehingga membentuk
5.3 di bawah ini. zigot. Pada dasarnya fertilisasi adalah penyatuan pengencer skim kuning telur dengan perbandingan
atau fusi sel gamet jantan dan sel gamet betina untuk 1 : 20 sehingga volume sperma menjadi lebih
Tabel 3. Sidik ragam laju fertilisasi telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) membentuk satu sel (zigot). Dalam proses banyak., bahwa ada hubungan antara volume
pembuahan, spermatozoa masuk ke dalam telur sperma dengan motilitas sperma, yaitu semakin
melalui lubang micropyle yang terdapat pada encer sperma ikan maka motilitas sperma semakin
chorion. Tiap spermatozoa mempunyai kesempatan tinggi karena sperma akan memperoleh zat
yang sama untuk membuahi satu telur. Akan tetapi makanan yang cukup dari plasma semen . Aas et
karena ruang tempat terjadinya pembuahan yaitu al. (1991) masih dalam menyebutkan bahwa
pertemuan telur dengan spermatozoa pada ikan semakin encer semen ikan maka kadar sodium yang
Keterangan : ** = berbeda sangat nyata ovipar sangat besar, maka kesempatan spermatozoa terdapatdalam semen akan semakin tinggi, sehingga
ituuntuk bertemu dengan telur sebenarnya sangat motilitas dan fertilitas sperma akan semakin tinggi.
Dari hasil perhitungan di Tabel 3 di atas pengaruh yang sangat nyata terhadap laju fertilisasi. kecil. Effendie (1997) menyatakan untuk mengatasi Pengencer skim kuning telur adalah campuran
diketahui bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi Tingkat laju fertilisasi pada masing-masing hal tersebut agar pembuahan berhasil, spermatozoa antara susu skim bubuk dan kuning telur.
bahan pengencer skim kuning telur memberikan perlakuan ditunjukkan pada Gambar 1. yang dikeluarkan jumlahnya sangat besar Pengencer ini cukup efisien sebagai pengganti
dibandingkan dengan junlah telur yang akan pengencer Tris Aminomethan karena cara
dibuahi. Dalam kondisi yang optimum spermatozoa pembuatannya yang mudah, murah bahannya dan
ikan yang baru dikeluarkan dari tubuhnya kadar lemaknya rendah yangmemudahkan
mempunyai kekuatan untuk bergerak dalam air pemeriksaan sperma di bawah mikroskop.
selama 1 2 menit. Penambahan kuning telur kedalam pengencer
Dari Tabel 4. terlihat bahwa rata-rata dapat meningkatkan survival spermatozoa pasca
prosentase fertilisasi telur yang tertinggi adalah pencairan ikan-ikan salmonid. Penambahan kuning
53,33 % yaitu pada perlakuan A sedangkan yang telur dan air susu yang mengandung lipoprotein dan
terendah pada perlakuan D dengan nilai sebesar lecithin ke dalam pengencer ini selain dimaksudkan
37,67 %. Tingginya prosentase fertilisasi pada sebagai sumber protein juga sekaligus berfungsi
Gambar 1 Grafik laju fertilisasi (%) telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) perlakuan A diduga karena cukupnya nutrisi yang

4 GAMMA, Volume V, Nomor 1, September 2009 : 01 - 12 Budi Setyono, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan 5
sebagai cryoprotectan karena menurut Toelihere (2000) bahwa cold shock menyebabkan hilangnya Tabel 6. Sidik ragam laju penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.)
(1993) fungsi kuning telur ayam terletak pada enzim intraseluler, potassium, ATP, lipoprotein dan
kandungan lipoprotein dan lecithinnya yang dapat bahan-bahan lain dari sel sperma akibat
bekerja mempertahankan dan melindungi integritas terbentuknya kristal es, baik secara intraseluler
selubung lipoprotein dari sel sperma terutama maupun ekstraseluler.
selama proses pembekuan dan pencairan kembali. Gwo et al. dalam Tang dan Afandi (2001)
Lipoprotein akan melindungi sperma dari luar sel menjelaskan bahwa konsentrasi sperma yang tinggi
yaitu dengan jalan meletakkan diri pada membrane dapat menghambat aktivitas sperma karena Keterangan : ns = tidak berbeda nyata
plasma sperma sehingga sperma terbungkus oleh berkurangnya daya gerak sehingga sperma sulit
lipoprotein. lipoprotein adalah komponen utama menemukan atau menembus mikrofil sel telur yang Dari hasil perhitungan di Tabel 3.6 di atas penetasan.. Tingkat laju penetasan pada masing-
di dalam kuning telur yang mempunyai daya tarik- mengakibatkan rendahnya fertilitas sperma. Seperti diketahui bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi masing perlakuan disajikan pada Gambar 3.2 di
menarik dengan membrane plasma sperma. dijelaskan Woynarovich dan Horvath (1980) dalam bahan pengencer skim kuning telur tidak bawah ini.
Kesanggupan penempelan lipoprotein pada Rustidja (2000) bahwa proses masuknya sperma memberikan pengaruh yang nyata terhadap laju
membran plasma ini ditentukan oleh lipid yang ada ke dalam sel telur melalui mikrofil hanya
di dalamnya. Kuning telur juga mengandung berlangsung antara 45 60 detik, kemudian mikrofil
glukosa yang lebih suka dipergunakan oleh sel-sel tertutup. Selain adanya keterbatasan waktu sperma
sperma untuk metabolismenya daripada fructose untuk masuk ke dalam telur, waktu hidup sperma
yangterdapat di dalam sperma. juga sangat singkat. Pergerakan aktif sperma ikan
Jika dilihat secara keseluruhan, nilai mas (Cyprinus carpio L.) yang berada di dalam air
prosentase fertilitas telur ikan mas (Cyprinus carpio tawar hanya 30 60 detik dan tidak ada lagi
L.) dalam penelitian ini cukup rendah yakni sekitar pergerakan setelah 5 menit.
55,33 %, hal ini diduga berhubungan dengan adanya
penyimpanan sperma di dalam lemari pendingin ( Laju Penetasan / Hatching Rate ( % )
5 oC ) selama 5 hari sebelum dilakukan fertilisasi. Data laju penetasan telur ikan mas (Cyprinus
Menurut Jones dan Stewart (1979) dalam Rustidja carpio L.) yang diamati 4 hari setelah fertilisasi Gambar 2. Grafik laju penetasan (%) telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) selama penelitian
(2000) menyatakan bahwa pembekuan dan seperti terlihat pada Tabel 5.5 di bawah ini.
pencairan kembali menyebabkan terjadinya Karena perlakuan tidak memberikan pengaruh kerjanya bersifat mereduksi chorion yang terdiri
perubahan intrastruktural pada membrane plasma, yang nyata maka tidak dilanjutkan dengan uji BNT. dari pseudokeratine menjadi lembek
hilangnya beberapa matrik mitokondria dan Penetasan adalah perubahan intracapsular
penurunan densitas electron dari matrik (tempat yang terbatas) ke fase kehidupan,hal ini Pada waktu akan terjadi penetasan, embryo
mitokondria sehingga menyebabkan hilangnya penting dalam perubahan-perubahan morfologi sering mengubah posisinya karena kekurangan
kelangsungan hidup (viability) sperma. Dipertegas hewan. Penetasan merupakan saat terakhir masa ruang di dalam cangkangnya. Dengan pergerakan-
oleh Salisbury et al. (1985) masih dalam Rustidja pengeraman sebagai hasil beberapa proses sehingga pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang
embrio keluar dari cangkangnya. Menurut Lagler lembek akan pecah. Dengan dua atau tiga kali
Tabel 5. Data Laju Penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) ( % )
et al. (1962) dalam Tang dan Afandi (2001), pembetulan posisinya embryo itu mengatur dirinya
penetasan terjadi karena ada dua hal yaitu : lagi. Biasanya pada bagian cangkang yang pecah
1. Kerja Mekanik, oleh karena embrio sering ujung ekor embryo dikeluarkan terlebih dahulu
mengubah posisinya karena ruang dalam sambil digerakkan. Kepalanya dikeluarkan terakhir
cangkangnya atau karena embrio telah lebih karena ukurannya lebih besar dibandingkan dengan
panjang dari lingkungannya dalam cangkang. bagian tubuh lainnya, tetapi banyak juga didapatkan
Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian kepala yang dikeluarkan terlebih dahulu.
cangkang telur yang lembek akan pecah sehingga Dari Tabel 5. tampak bahwa rata-rata
embrio akan keluar dari cangkangnya. prosentase laju penetasan telur ikan mas (Cyprinus
2. Kerja Enzimatik, yaitu enzim dan unsure kimia carpio L.) sebagai hasil pembuahan dengan
Berdasarkan Tabel 3.5. di atas terlihat bahwa D sebesar 31,33 %. Dari Tabel 5.5 dilanjutkan lainnya yang dikeluarkan oleh kelenjar menggunakan spermatozoa pasca penyimpanan
perlakuan A memiliki nilai rata-rata penetasan dengan analisis sidik ragam pada Lampiran 2. dan endodermal di daerah pharynk embrio. Enzim ini selama 5 hari dalam pengencer skim kuning telur
terbesar yakni 41,67 % dan terkecil pada perlakuan didapatkan hasil seperti terlihat pada Tabel 5.6 di oleh Blaxer (1969) disebut chorionase yang hasilnya masih sangat rendah. Rata-rata prosentase
bawah ini.

6 GAMMA, Volume V, Nomor 1, September 2009 : 01 - 12 Budi Setyono, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan 7
laju penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) dari pengencer skim kuning telur. Ketersediaan Jika dilihat dari rata-rata prosentase laju carpio L.) sangat rentan terhadap infeksi jamur
tertinggi hanya 41,67 % (perlakuan A). Rendahnya nutrisi dari skim kuning telur sebagai sumber energi penetasan dan laju fertilisasi ternyata juga tidak terutama Saprolegnea sp.
prosentase laju penetasan telur ini kemungkinan metabolisme spermatozoa akan berkurang bahkan terlalu tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa tidak Beberapa tindakan sudah dilakukan untuk
disebabkan waktu penyimpanan yang cukup lama mungkin juga akan habis seiring dengan lamanya semua telur yang terbuahi (fertil) akan menetas meminimalkan pertumbuhan jamur Saprolegnea sp.
yakni 5 hari. Spermatozoa untuk menjaga penyimpanan, hal ini akan menyebabkan kematian menjadi larva. Telur tidak menetas ini dapat tersebut diantaranya adalah dengan memberikan
kelangsungan hidupnya pasti akan melakukan bagi spermatozoa sehingga kemampuan fertilisasi disebabkan oleh kualitas telur yang kurang baik methylen blue pada air di bak penetasan sebelum
metabolisme dimana dalam metabolisme ini akan rendah. ditandai dengan adanya campuran air pada saat digunakan untuk penelitian, mencuci saringan
tentunya akan membutuhkan energi yang berasal pengambilan telur. Penyebab lainnya adalah penetasan untuk membuang kelebihan spermatozoa
kondisi telur yang saling tempel atau saling tindih yang mungkin menempel di saringan penetasan
pada saat penyebaran di saringan penetasan sesaat sebelum dimasukkan dalam bak penetasan,
sehingga sirkulasi oksigen terganggu akibatnya melakukan pergantian air setiap hari sebanyak 20
telurtelur tersebut kekurangan oksigen dan diikuti % dari volume air di bak penatasan, dan membuang
kematian. Telur-telur yang mati akan berpotensi telur-telur yang terinfeksi jamur.
ditumbuhi oleh jamur Saprolegnea sp. dan jika
jarak telur mati yang terinfeksi jamur berdekatan Sintasan ( % )
dengan telur fertil maka akan terjadi penularan Data sintasan benihn ikan mas (Cyprinus
jamur. Landau (1992) dalam Rustidja (2000) carpio L.) selama penelitian seperti terlihat pada
menyatakan bahwa telur ikan mas (Cyprinus Tabel 3.7 di bawah ini.

Tabel 7. Data sintasan benih ikan mas ( % ) selama penelitian

Gambar 3. Telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) fertil yang akan menetas menjadi larva

Berdasarkan Tabel 7 di atas terlihat bahwa perlakuan B memiliki nilai rata-rata


penetasan terbesar yakni 94,67 % dan terkecil Lampiran 3. dan hasil perhitungan seperti tersaji
pada perlakuan A sebesar 93,33 %. Dari Tabel 3.7 pada Tabel 8 berikut ini.
dilanjutkan dengan analisis sidik ragam pada

Tabel 8. Sidik ragam sintasan benih ikan mas (Cyprinus carpio L.)

Keterangan : ns = tidak berbeda nyata


Gambar 4. Telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) tidak terbuahi yang gagal berkembang
karena terserang jamur Saprolegnea sp. Dari hasil perhitungan di Tabel 8 di atas sintasan benih ikan mas (Cyprinus carpio L.).
sintasan benih ikan mas pada masing-masing
diketahui bahwa perlakuan perbedaan konsentrasi
perlakuan ditampilkan pada Gambar 5 di bawah ini.
bahan pengencer skim kuning telur tidak
memberikan pengaruh yang nyata terhadap

8 GAMMA, Volume V, Nomor 1, September 2009 : 01 - 12 Budi Setyono, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan 9
laju fertilisasi dengan hasil tertinggi 53,33 %pada Springer,P.O. Box 17, 3300 AA Dordrecht,
perlakuan A, tetapi tidak memberikan pengaruh The Netherlands.
yang nyata terhadap laju penetasan dan sintasan
ikan mas (Cyprinus carpio L.) Buckle, K.A, Edward, R.A, G.H Heet, dan
2. Perbedaan komposisi bahan pada pengencer skim
Wootton, M. 1987. Ilmu Pangan. Universitas
Indonesia Press. Jakarta
kuning telur paling baik diberikan dengan
formulasi pada perlakuan A
Djarijah, A.S, 1995. Pakan Ikan Alami. Penerbit
Saran Kanisius. Yogyakarta

Dari hasil penelitian ini dapat disarankan Effendie, M.I., 1992. Metode Biologi Perikanan.
sebagai berikut : Yayasan Agromedia. Bogor
1. Untuk mendapatkan laju fertilisasi yang terbaik,
sebaiknya digunakan formulasi pada perlakuan , 1997. Biologi Perikanan.
Yayasan Pustaka Nusatama. Yogyakarta.
A yaitu : Aquadest 50 ml, Susu Skim 6,25 gr,
Gambar 5.6. Grafik sintasan (%) benih ikan mas (Cyprinus carpio L.) pada masing-masing Kuning telur 3,125 gr, Fructose 0,625 gr,
Hardjamulia, A., 1979. Budidaya Perikanan.
perlakuan. Penicilin 0,213 gr dan Streptomycin 0,1 gr
Budidaya Ikan mas (Cyprinus carpio L.),
2. Perlu dilakukan lebih lanjut tentang penggunaan
Ikan Tawes (Puntius javanicus Blkr.) dan
teknologi sperma beku dengan dosis yang
Karena perlakuan tidak memberikan pengaruh mengambil makanan dari luar. Tsukahara (1971) Nilem (Osteochilus hasselti). SUPM Bogor.
berbeda terhadap laju fertilisasi,dan laju
yang nyata maka tidak dilanjutkan dengan uji BNT. dalam Effendie (1997) mendapatkan ganggang Badan Pendidikan, Latihan Pertanian dan
penetasan telur ikan mas (Cyprinus carpio L.) Penyuluhan Pertanian.
Dari Tabel 5.7 diketahui bahwa sintasan benih hijau di dalam usus ikan mas berukuran 9 mm,
ikan mas (Cyprinus carpio L.) secara keseluruhan sedangkan di dalam larva yang berukuran 12 mm DAFTAR PUSTAKA Departemen Pertanian
rata-rata sangat tinggi. Pada perlakuan B ususnya mengandung Daphnia. Iksan,M.N, 1992. Dikatat Inseminasi Buatan. P.S.
memberikan hasil tertinggi yaitu 94,67 % dan Dalam penelitian ini untuk menekan angka Anonymous, 1983. Teknik Pembenihan Ikan. Reproduksi dan Pemuliaan Ternak, Animal
terendah pada pada perlakuan A yaitu 93,33 %. Jika kematian larva dan benih ikan mas maka dalam SPP-SUPM Bogor. BPLPP Departemen Husbandary Project. LUW-University
dibandingkan dengan kontrol (85,67 %) maka hasil tahap awal pemeliharaan diberikan kuning telur Pertanian. Brawijaya Malang
penelitian ini masih cukup tinggi. ayam rebus yang dilarutkan dalam air ketika larva
berumur 4 hari atau ketika cadangan kuning telur Anonymous , 1988. Petunjuk Teknis Lagler, K.F, Bardach, J.E. and Miller, R.E., 1977.
Tingginya sintasan benih ikan mas ini tidak
yang menempel di perut larva habis. Tahap Pengoperasian Suatu Unit Usaha Ichtyology . John Willey & Sony. New York.
lepas dari perawatan yang diberikan selama
selanjutnya adalah pemberian pakan dengan dosis Pembenihan Ikan mas. Dept. Pertanian USA
penelitian. Dalam tahap awal dari daur hidup ikan
terutama dalam stadia larva terdapat masa kritis 10 % dari berat biomass yang diberikan 2 kali Badan Penelitian dan Pengembangan
sehari, dan pengendalian penyakit dengan cara Pertanian. Pusat Penelitian dan Lindsay D, K.W Enswitle dan Winantea A. 1982.
yang terletak pada saat, sebelum dan sesudah
sanitasi tempat pemeliharaan. Djarijah (1995), Pengembangan Perikanan. Jakarta Reproduksi Ternak di Indonesia. Terjemahan
penghisapan kuning telur dan masa transisi mulai Australian University Melbourne. Fakultas
mengambil makanan dari luar. Sehubungan dengan menyatakan derajat kelangsungan hidup ikan sangat
dipengaruhi oleh cara pemeliharaan, kualitas dan Anonymous, 2002. Buku Panduang Sexing Peternakan dan Perikanan Universitas
hal ini, pergerakan larva atau tingkah laku larva Brawijaya. Malang.
untuk mendapatkan makanan, juga kepadatan kuantitas pakan, kualitas air serta adanya serangan Spermatozoa (sexing spermatozoa,
persediaan makanan yang baik merupakan faktor hama dan penyakit. pembekuan, pembuatan medium dan
pembuatan bahan). Fakultas Peternakan Nazir, M. ,1988. Metodologi Penleitian. Penertbit
yang mempengaruhi keberhasilan hidup. Ghalia Indonesia. Rustidja, 2000. Prospek
KESIMPULAN DAN SARAN Universitas Brawijaya, Malang
Pada saat kuning telur belum habis dihisap Pembekuan Sperma. Fakultas Perikanan
adakalanya larva melakukan pergerakan- Kesimpulan Universitas Brawijaya. Malang.
Arsyad , H. dan Hadirini, R.E., 1989. Petunjuk
pergerakan yang memerlukan energi. Menurut
Praktis Budidaya Perikanan. PD Mahkot.
Laurence (1969) dalam Effendie (1992) Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Salisbury, G.W dan Van Demark, N.L. 1985.
Jakarta.
pengambilan energi terjadi dalam proses dengan menggunakan komposisi bahan yang Fisiologi Reproduksi dan Inseminasi Buatan
katabolisme yaitu penghisapan kembali jaringan berbeda pada pengencer skim kuning telur dapat Pada Sapi. Gadjah Mada Uiversity Press.
Babin,P.J, Cerd,J dan Lubzens,E. 2007. The
tubuh yang sudah dibentuk bertepatan dengan diambil kesimpulan sebagai berikut : Yogyakarta.
Fish Oocyte From Basic Studies to
pergerakan yang dilakukan oleh larva. Ketika 1. Perbedaan komposisi bahan pada pengencer skim Biotechnological Applications.
kuning telur hampir habis dihisap, terjadi kuning telur berpengaruh sangat nyata terhadap
pencampuran makanan yaitu dengan dimulainya

10 GAMMA, Volume V, Nomor 1, September 2009 : 01 - 12 Budi Setyono, Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Bahan Pada Pengencer Sperma Ikan 11
Saanin, H. 1980. Taksonomi dan Kunci
Identifikasi Ikan. Penerbit Binacipta.
Bandung.

Suswahyuningtyas. 2006. Pengaruh Penambahan


Streptomycin dalam Skim Kuning Telur
sebagai Pengencer Terhadap Kualitas Semen
Ikan Mas. Skripsi. MIPA Jurusan Biologi
Universitas Muhammadiyah Malang

Tang, U.M dan Afandi, R. 2001. Biologi


Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian Kawasan
Pantai dan Perairan Universitas Riau, Riau

Toelihere, M.R, 1985. Fisiologi Reproduksi Pada


Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung

Toelihere, M.R, 1993. Inseminasi Buatan Pada


Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung

Winarno, F.G dan Aman, 1992. Fisiologi Lepas


Panen. Fakultas Pertanian IPB. Bogor

Woynarovich, E. & Horvath, L., 1980. The


Artificial Propagation of Warm-Water
Finfish a Manual for Extension. FAO
Fisheries Technicial Paper. No 201. Rome

12 GAMMA, Volume V, Nomor 1, September 2009 : 01 - 12

You might also like