You are on page 1of 9

JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN e-ISSN : 2502-3276 19

Journal of Fishery Science and Innovation Januari 2017, Vol. 1, No. 1, 19-27

Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus vannamei) yang Dikultur pada


Sistem Bioflok dengan Penambahan Probiotik

The Growth of Vaname white shrimp (Litopenaeus vannamei) cultured in bioflock


system probiotic Supplement

Jon Dahlan1) Muhaimin Hamzah2), Agus Kurnia3)


1)
Program Studi Ilmu Perikanan Program Pascasarjana Univ. Halu Oleo, 2,3) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Halu Oleo
E-mail : djondahlan@ymail.com

ABSTRACT

The study of Growth of white shrimp which cultured in bioflock system with probiotic supplement had been
conducted for 40 days of rearing in Laboratory of fish production, Faculty of Fisheries and Marine Sciences,
Halu Oleo University Kendari. The study aimed to determine the optimum dosage of probiotic to improve the
growth of white shrimp that cultured in bioflock system. A total of 300 white shrimp (Initial weight 3-4 g)
were distributed into 15 tanks (20 white shrimp/tank). The shrimp fed with feed 5% of shrimp biomass.
Molases were supplied 4 g in every morning. The results showed that the shrimp fed with different feed had
significantly different in survival rate, absolute growth, specific growth rate, feed efficiency, feed convertion
ratio and protein retention. However, it was not significantly different in flock volume. Generally, the
optimum dosage of probiotic supplemented was 1010CFU/mL for improving the growth of white shrimp. The
water quality during the experiment was ranged in optimum level and suitability condition for shrimp culture.

Keywords: Growth, vaname shrimp (Litopenaeus vannamei), bioflock, probiotics.

ABSTRAK
Penelitian tentang pertumbuhan udang vaname (Litopenaeus vannamei) yang dikultur pada sistem
bioflok dengan penambahan probiotik telah dilakukan selama 40 hari di Laboratorium unit produksi, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Halu Oleo Kendari. Penelitian bertujuan untuk menentukan dosis
probiotik yang tepat, dan mampu meningkatkan pertumbuhan udang vaname pada budidaya sistem bioflok.
Penelitian didesain dengan menggunakan Rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan.
Perlakuan yang diterapkan adalah A (tanpa bioflok), B (bioflok), C (bioflok + probiotik 108CFU/mL), D
(bioflok + probiotik 1010CFU/mL), dan E (bioflok + probiotik 1012CFU/mL). Wadah yang digunakan adalah
akuarium berukuran 35x35x40 cm, dilengkapi aerasi. Hewan uji adalah juvenil udang vaname berukuran 3 – 4
g, yang dipelihara dengan kepadatan 20 ekor/akuarium. Selama pemeliharaan udang diberi pakan sebanyak
5% dari biomassa udang. Penambahan molase dilakukan setiap pagi ke media bioflok sebanyak 4 g. Hasil
penelitian menujukkan bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap kelangsungan
hidup, pertumbuhan mutlak rata-rata, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, rasio konversi pakan, dan
retensi protein, namun tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap volume flok. Secara umum
terlihat bahwa perlakuan terbaik didapatkan pada penggunaan bioflok dengan penambahan probiotik
1010CFU/mL. Hasil pengukuran parameter kualitas air menunjukkan bahwa kisarannya masih sesuai untuk
budidaya udang vaname.

Kata kunci: Pertumbuhan, udang vaname (Litopenaeus vannamei), bioflok, probiotik.


20 Jon Dahlan, dkk.

PENDAHULUAN METODE PENELITIAN

Latar belakang Waktu dan Tempat


Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan Penelitian ini dilaksanakan selama empat bulan yaitu
salah satu komoditas perikanan laut yang memiliki nilai dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2016, bertempat di
ekonomis tinggi baik di pasar domestik maupun global, Laboratorium Unit Produksi, Fakultas Perikanan dan Ilmu
dimana 77% diantaranya diproduksi oleh negara-negara Kelautan Universitas Halu Oleo, Kendari.
Asia termasuk Indonesia. Salah satu keunggulan dari Alat dan Bahan
udang vaname adalah harga jual tinggi, mudah Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
dibudidayakan dan tahan terhadap penyakit. : Akuarium dengan ukuran 35x35x40 cm sebanyak 15
Salah satu masalah yang timbul akibat intensifikasi buah, pH meter, handrefraktometer, thermometer, blower,
budidaya udang adalah penurunan kualitas air yang aerasi, cawan petri, gelas ukur, tabung reaksi, erlemeyer,
berujung pada penurunan produksi. Demikian juga pakan spektrofotometer, timbangan analitik, autoclav, mikro
dengan kadar protein tinggi dan sisa pakan yang tidak pipet, gelas ukur, dan kamera.
dimakan akan menjadi amoniak dan nitrit yang bersifat Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
toksit. Untuk itu, perlu dikembangkan suatu sistem adalah :
budidaya efektif untuk memecahkan permasalahan tersebut  Probiotik RICA didapatkan dari Balai Riset Perikanan
melalui sistem budidaya berbasis teknologi bioflok yang Budidaya Air Payau Kementerian Kelautan dan
menggunakan komunitas mikroorganisme (mikroalga dan Perikanan Maros Sulawesi Selatan.
bakteri).  Hewan uji : Berasal dari Unit Pertambakan Rakyat
Teknologi bioflok merupakan teknologi alternatif (UPR) di Kelurahan Lalolara Kecamatan Kambu Kota
dalam budidaya udang yang sedang populer saat ini. Kendari.
Bioflok merupakan istilah umum dari istilah bahasa baku  Sumber Karbon (C) dan sumber Nitrogen (N) :
“Activated Sludge” (Lumpur Aktif) yang diadopsi dari Glukosa digunakan sebagai sumber C dan pakan
proses pengolahan biologis air limbah (biological buatan (pellet) dengan kandungan protein 38% sebagai
wastewater treatmen). Teknik ini mencoba memproses sumber N dalam pembentukan bioflok.
limbah budidaya secara langsung di dalam petak budidaya  Media Agar TSA, Natrium Klorida (NaCl), Alkohol
dengan mempertahankan kecukupan oksigen, dan Aluminium foil.
mikroorganisme, dan rasio C/N dalam tingkat tertentu.
Salah satu probiotik yang dapat membentuk bioflok adalah Persiapan wadah dan hewan Uji
genera Bacillus sp (Aiyushirota, 2009). Probiotik berperan Wadah yang digunakan dalam penelitian ini adalah
positif pada organisme yang dibudidayakan diantaranya akuarium yang dilengkapi dengan aerator, selang dan batu
meningkatkan pertumbuhan, sintasan, daya cerna, sistem aerasi. Udang vaname yang dipelihara dengan padat tebar
kekebalan dan kualitas air melalui proses bioremediasi 20 ekor/wadah dengan ukuran 3 - 4 gram. Hasil analisis
(Gunarto, 2012). proksimat udang vaname awal dan akhir penelitian
Teknologi bioflok telah memberikan pengaruh disajikan pada Tabel 1
terhadap pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan nila
merah (Oreochromis niloticus) (Husain, 2014), sedangkan Tabel 1. Hasil analisis proksimat udang vaname awal dan
pada udang galah (Macrobranchium rosenbergii) laju akhir penelitian
pertumbuhan harian dan tingkat kelangsungan hidup lebih
tinggi akibat selalu tersedianya pakan dalam bentuk bioflok Para Prok Proksimat akhir
(Dirjen Perikanan Budidaya, 2013). Informasi pemanfaatan meter simat
probiotik dalam pengelolaan kualitas air selama (%) awal
A B C D E
pemeliharaan udang vaname masih terbatas. Oleh karena
Kadar 70, 70, 71,7
itu, perlu diuji dan dilakukan penelitian terhadap udang 61,97 72,09 68,5
air 4 4 7
vaname dengan penambahan probiotik skala laboratorium
dengan dosis yang berbeda. 12, 13, 14,1
Protein 12,02 14,18 13,4
7 3 4
Tujuan dan Kegunaan 4,2 3,1
Lemak 3,21 3,36 4,46 3,88
Penelitian ini bertujuan untuk untuk menentukan dosis 5 5
probiotik yang tepat, dan mampu meningkatkan Serat 5,3 7,9
6,66 7,37 6,23 3,63
pertumbuhan udang vaname pada budidaya sistem bioflok. kasar 7 8
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi bahan informasi 3,4 2,7
Abu 3,34 2,40 3,33 1,89
bagi pebudidaya udang vaname serta dapat menjadi 5 3
pembanding bagi penelitian selanjutnya.
Sumber.
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN e-ISSN : 2502-3276 21
Journal of Fishery Science and Innovation Januari 2017, Vol. 1, No. 1, 19-27
Universitas Halu Oleo Kendari
PM = Wt - Wo
Pakan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Keterangan :
pakan pelet komersil butiran kecil dengan kadar protein PM : Pertumbuhan mutlak rata-rata (g)
38%. Sebelum diberikan pada hewan uji, pakan Wt : Bobot rata-rata individu pada waktu t (g)
difermentasi terlebih dahulu dengan probiotik sebanyak 4 Wo : Bobot rata-rata individu pada awal
mL/kg. Penambahan probiotik (Bacillus sp) ke dalam percobaan (g)
media budidaya dilakukan seminggu sekali sebanyak 4 mL
(Chayati, 2012). Penambahan molase dilakukan setiap Laju Pertumbuhan Spesifik
pagi ke media bioflok sebanyak 4 g. Laju pertumbuhan spesifik (LPS) dihitung dengan
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Purnomo
Tabel 2. Hasil analisis proksimat pakan uji selama (2012) yaitu :
penelitian
Perlakuan Ln Wt – Ln Wo
LPS = x 100%
Parameter (%) t
A C D E Keterangan :
Kadar air 8,74 9,63 10,61 9,57
LPS : Laju pertumbuhan spesifik (%)
Protein 25,78 24,93 25,66 25,71 Wt : Bobot rata-rata individu pada waktu t (g)
Lemak 7,39 7,10 6,80 7,39 Wo : Bobot rata-rata individu pada awal percobaan
t : (g)
Serat kasar 6,06 5,18 4,89 6,68 Lama pemeliharaan (hari)
Abu 6,40 6,34 6,14 6,23
Sumber. Efisiensi Pakan
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Efisiensi pakan dihitung dengan menggunakan rumus
Universitas Halu Oleo Kendari seperti dikemukakan oleh Watanabe (1988) yaitu :
(Wt + D) – Wo
EP = x 100%
F
Akuarium diisi air laut sebanyak 40 liter kemudian
Keterangan :
diaerasi, setelah itu diberikan molase 4 g ke media
pemeliharaan, kemudian diberikan probiotik, setelah 4 hari
EP : Efisiensi Pakan (%)
udang vaname dimasukkan ke media pemeliharaan.
Wt : Biomassa udang pada waktu t (g)
Pemeliharaan udang vaname dilakukan selama 40 hari,
Wo : Biomassa udang pada awal percobaan (g)
dengan frekuensi pemberian pakan 2 kali sehari yaitu jam
D : Bobot udang yang mati selama pemeliharaan (g)
08.00 dan 16.00 wita. Jumlah pakan yang diberikan
F : Jumlah pakan yang diberikan (g)
(feeding rate) sebanyak 5% dari biomassa udang.
Penimbangan udang dilakukan awal, tengah dan akhir
Rasio Konversi Pakan
penelitian.
Rasio konversi pakan (RKP) selama pemeliharaan
dihitung menggunakan rumus yang dikemukakan oleh
Parameter yang Diamati
Zonneveld et al. (1991) yaitu :
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah :
Kelangsungan Hidup F
Kelangsungan hidup (KH) dihitung pada akhir RKP =
penelitian dan diformulasikan berdasarkan rumus yang Wt − Wo
Keterangan :
dikemukakan oleh Effendie (1997) yaitu : RKP : Rasio Konversi Pakan
F : Jumlah Pakan yang diberikan (g)
__Nt__ Wt : Biomassa udang pada waktu t (g)
KH = x 100%
No Wo : Biomassa udang pada awal percobaan (g)
Keterangan : Retensi Protein
KH : Kelangsungan hidup (%) Retensi protein dihitung dengan menggunakan rumus
Nt : Jumlah udang pada waktu t (ekor) yang dikemukakan Watanabe et al. (2001) dalam
No : Jumlah udang pada awal percobaan Sukmaningrum (2014) yaitu :
(ekor)
F− I
Pertumbuhan Mutlak Rata-rata (PM) RP = x 100%
Pertumbuhan mutlak dihitung dengan menggunakan P
Keterangan :
rumus yang dikemukakan oleh Hu et al. (2008) yaitu : RP : Retensi Protein (%)
22 Jon Dahlan, dkk.

F :
Bobot protein tubuh udang pada akhir Pada Gambar 1 terlihat bahwa kelangsungan hidup
pemeliharaan (g) tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang diberi
I : Bobot protein tubuh udang pada awal perlakuan D yaitu 88,33%, kemudian diikuti oleh
pemeliharaan (g) perlakuan B sebesar 76,66%, perlakuan C yaitu 76,66%,
P : Bobot protein yang dikonsumsi (g) perlakuan E yaitu 71,66%, dan terendah pada perlakuan A
Volume Flok yaitu sebesar 46,66%. Hasil analisis ragam menunjukkan
Sebanyak 20 mL sampel air diendapkan selama 30 bahwa perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda
menit dalam gelas ukur, volume flok yang mengendap nyata terhadap kelangsungan hidup udang vaname.
dicatat dan selanjutnya dihitung dengan rumus : b
2.50

PERTUMBUHAN
ab

MUTLAK (g)
volume endapan 2.00
Volume Flok = x 100
volume sampel air ab
1.50 a a
Parameter Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati adalah Suhu, pH, 1.00
salinitas, nitrit, oksigen terlarut dan amoniak, dilakukan 0.50
pada awal tengah dan akhir penelitian. 0.00
Analisis Data A B C D E
PERLAKUAN
Data kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak rata-
rata, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, rasio Gambar 2. Histogram Rata-rata pertumbuhan mutlak
konversi pakan, retensi protein dan volume flok dianalisis udang vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok
menggunakan analisis ragam dengan bantuan program + Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010
komputer SPSS 16. Data kualitas air dianalisis secara CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL).
Pada Gambar 2 terlihat bahwa pertumbuhan mutlak
deskriptif.
rata-rata tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang
diberi perlakuan D yaitu sebesar 2,7 g, kemudian diikuti
Rancangan Percobaan
oleh perlakuan E sebesar 2,23 g, perlakuan C sebesar 1,91
Rancangan percobaan yang digunakan dalam
g, perlakuan B sebesar 1,77 g, dan terendah pada perlakuan
penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL)
A sebesar 1,42 g.
dengan 5 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan yang
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
diterapkan adalah : A (tanpa bioflok), B (bioflok), C
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap
(bioflok + probiotik 108CFU/mL), D (bioflok + probiotik
pertumbuhan mutlak rata-rata udang vaname.
1010CFU/mL), dan E (bioflok + probiotik 1012CFU/mL). 2.50 b
LAJU PERTUMBUHAN

2.00 ab
SPESIFIK (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN ab ab


Hasil 1.50 a
1.00
KELANGSUNGAN HIDUP

120
b 0.50
100 b b ab
80 0.00
a A B C D E
(%)

60
40 PERLAKUAN
20 Gambar 3. Histogram Rata-rata laju pertumbuhan spesifik
0 udang vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok
A B C D E + Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL).
PERLAKUAN
Pada Gambar 3 terlihat bahwa laju pertumbuhan
spesifik tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang
Gambar 1. Histogram Rata-rata kelangsungan hidup udang diberi perlakuan D yaitu sebesar 1,29%, kemudian diikuti
vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok + perlakuan E sebesar 1,08%, perlakuan C sebesar 0,95%,
Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010 perlakuan B sebesar 0,91%, dan terendah pada perlakuan A
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL). sebesar 0,76%.
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN e-ISSN : 2502-3276 23
Journal of Fishery Science and Innovation Januari 2017, Vol. 1, No. 1, 19-27
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap laju memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasio
pertumbuhan spesifik udang vaname. konversi pakan udang vaname.
35.00
EFISIENSI PAKAN (%)

RETENSI PROTEIN (%)


c 25.00
30.00 b
bc b
25.00 abc ab 20.00 ab ab
20.00 a a
15.00
15.00
10.00 10.00
5.00
0.00 5.00
A B C D E 0.00
PERLAKUAN A B C D E
PERLAKUAN
Gambar 4. Histogram Rata-rata efisiensi pakan udang
vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok + Gambar 6. Histogram Rata-rata retensi protein udang
Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010 vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok +
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL). Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL).
Pada Gambar 4 terlihat bahwa efisiensi pakan Pada Gambar 6 terlihat bahwa retensi protein tertinggi
tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang diberi didapatkan pada kelompok udang yang diberi perlakuan D
perlakuan D yaitu sebesar 26,91%, kemudian diikuti oleh yaitu sebesar 19,60%, kemudian diikuti oleh perlakuan A
perlakuan E sebesar 22,71%, perlakuan B sebesar 20,35%, sebesar 17,89%, perlakuan E sebesar 16,77%, perlakuan C
perlakuan C sebesar 19,14%, dan terendah pada perlakuan sebesar 15,32%, dan terendah pada perlakuan B sebesar
A sebesar 14,52%. 12,74%. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perlakuan memberikan pengaruh yang berbeda nyata
memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap terhadap retensi protein udang vaname.
efisiensi pakan udang vaname.
1. Volume Flok

8.00 c
100.00
RASIO KONVERSI

a a
7.00
VOLUME FLOK

ab b 80.00 a
6.00 ab a
PAKAN

a
(mL/L)

5.00 60.00
4.00
40.00
3.00
2.00 20.00
1.00 0.00
0.00 B C D E
A B C D E
PERLAKUAN
PERLAKUAN
Gambar 5. Histogram Rata-rata rasio konversi pakan Gambar 7. Histogram Rata-rata volume flok udang
udang vaname. A (tanpa bioflok) ; B (bioflok) ; C (bioflok vaname. B (bioflok) ; C (bioflok + Probiotik 108 CFU/mL) ;
+ Probiotik 108 CFU/mL) ; D (bioflok + Probiotik 1010 D (bioflok + Probiotik 1010 CFU/mL) ; E (bioflok +
CFU/mL) ; E (bioflok + Probiotik 1012 CFU/mL). Probiotik 1012 CFU/mL).
Pada Gambar 5 terlihat bahwa rasio konversi pakan
tertinggi didapatkan pada kelompok udang yang diberi Pada Gambar 7 terlihat bahwa volume flok tertinggi
perlakuan A yaitu sebesar 6,88, kemudian diikuti oleh didapatkan pada kelompok udang yang diberi perlakuan D
perlakuan C sebesar 5,22, perlakuan B sebesar 4,91, yaitu sebesar 83,33%, kemudian diikuti oleh perlakuan C
perlakuan E sebesar 4,40, dan terendah pada perlakuan D sebesar 80,00%, perlakuan B sebesar 66,67%, dan terendah
sebesar 3,71. pada perlakuan E sebesar 61,67%.
24 Jon Dahlan, dkk.

Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan kepadatan, parasit dan penyakit serta kemampuan
tidak memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap memanfaatkan makanan. Selain memberikan pertumbuhan
volume flok juvenil udang vaname. mutlak tertinggi, juga memberikan hasil laju pertumbuhan
spesifik tertinggi yaitu perlakuan D, bila dibandingkan
dengan perlakuan E (1,08%), C (0,95%), B (0,91%) dan
Parameter Kisaran Nilai Standar Pustaka terendah A (0,758%), terdapat pada perlakuan tanpa
5 – 50 (Hurtado et al. bioflok. Hal ini disebabkan pada pemeliharaan teknologi
Salinitas (ppt) 30 - 33 bioflok, adanya penambahan molase ke dalam media
2006)
budidaya yang menstimulasi pertumbuhan bakteri Bacillus
6,9 – 9 (Van Wyk dan sp sehingga membentuk biomassa flok yang dapat berperan
pH 7
Scarpa, 1999) sebagai pakan alami untuk udang vaname. Hasil penelitian
26 – 32 (Van Wyk dan Muhammad (2013) tentang aplikasi probiotik dengan dosis
Suhu (0C) 28 - 31
Scarpa, 1999) berbeda untuk pencegahan infeksi IMNV (Infectious
DO (mg/L) 3,2 – 6,0 3 – 7 (Poernomo, 1989) Myonecrosis Virus) pada udang vaname, mendapatkan
bahwa laju pertumbuhan spesifik udang vaname sebesar
Nitrit (mg/L) 0,06 – 0,422 0,1 – 1 (Boyd, 1998)
1,56% dengan penambahan probiotik Bacillus NP5.
Amoniak Menurut Gunarto dan Suwono (2011), teknologi bioflok
0,017 – 0,099 < 0,1 (Tsai, 1989)
(mg/L) mampu memproduksi protein pakan secara in situ dalam
Sumber. wadah pemeliharaan. Bioflok yang terbentuk dapat
Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan menggantikan kekurangan protein pada pakan berkadar
Universitas Halu Oleo Kendari protein rendah.
Selain meningkatkan pertumbuhan, aplikasi bioflok
Pembahasan juga meningkatkan efisiensi pakan. Nilai efisiensi pakan
Hasil penelitian yang dilakukan selama 40 hari, selama penelitian menunjukkan bahwa perlakuan D
menunjukkan bahwa udang vaname yang dikultur dengan berbeda nyata dengan perlakuan A. Dengan teknologi
sistem bioflok dengan penambahan probiotik bioflok efisiensi pakan tertinggi (26,91%) pada perlakuan
mempengaruhi kelangsungan hidup, pertumbuhan mutlak D dan terendah pada perlakuan A (14,52%). Hal ini
rata-rata, laju pertumbuhan spesifik, efisiensi pakan, rasio menunjukkan bahwa flok yang terbentuk dimanfaatkan
konversi pakan, retensi protein dan volume flok udang oleh udang vaname untuk pertumbuhan karena adanya
vaname. pakan alami dari flok, flok juga terbentuk membuat udang
Kelangsungan hidup pada perlakuan D (bioflok + dapat memanfaatkan bakteri sebagai salah satu sumber
Probiotik 1010CFU/mL), memiliki nilai kelangsungan hidup protein (Pantjara dan Rachmansyah, 2010). Pemberian
yang paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan yang pakan protein udang vaname memberikan efisiensi pakan
lain. Hal ini diduga karena pada media bioflok terdapat tertinggi sebesar 29,03% (Muqaramah, 2016). Pada
mikroorganisme seperti protozoa, rotifera dan bakteri prinsipnya, nilai tambah teknologi bioflok ditentukan oleh
probiotik yang dapat menjadi sumber pakan bagi udang, potensinya sebagai sumber pakan tambahan udang vaname
sehingga dapat menekan sifat kanibalisme, selain itu (Usman dan Pantjara, 2012).
penambahan probiotik juga dapat memperbaiki kualitas air Perbandingan jumlah total pakan yang diberikan
dan meningkatkan pertumbuhan. Apriyanti dan Widanarni dengan pertambahan bobot yang dihasilkan adalah rasio
(2016) menyatakan bahwa penambahan bakteri probiotik konversi pakan. Nilai rasio konversi pakan berbanding
pada media bioflok dapat meningkatkan kelangsungan terbalik dengan pertambahan bobot, sehingga semakin
hidup udang windu sebesar 86,67 - 89,33%. Sedangkan rendah nilainya maka semakin efisien udang dalam
Suryanto dan Mangampa (2010) yang melakukan penelitian memanfaatkan pakan yang dikonsumsinya untuk
tentang aplikasi probiotik dengan konsentrasi berbeda pada pertumbuhan (Rostika dan Riani, 2012).
pemeliharaan udang vaname, mendapatkan tingkat Hasil analisis ragam menujukkan bahwa perlakuan
kelangsungan hidup udang vaname berkisar antara 71,55 - memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap rasio
99,78%. konversi pakan berkisar antara 3,71 – 6,88. Apriyani dan
Pada perlakuan D (bioflok + Probiotik 1010 CFU/mL), Widanarni (2016), menyatakan bahwa pemberian sumber
diperoleh nilai pertumbuhan mutlak tertinggi yaitu 2,7 g. karbon berbeda pada media bioflok mampu meningkatkan
Hal ini diduga karena, bioflok mengandung protein (asam laju pertumbuhan dan menekan nilai rasio konversi pakan
amino), asam lemak tak jenuh, vitamin, dan mineral yang udang windu berkisar antara 2,28 – 3,67. Hal ini sesuai
baik untuk pertumbuhan udang vaname. Napitupulu (2012) dengan pendapat Ridlo dan Subagiyo (2013) bahwa
menyatakan bahwa pemberian pakan juvenil udang vaname rendahnya nilai rasio konversi pakan karena adanya peran
memberikan pertumbuhan mutlak rata-rata tertinggi sebesar bakteri Bacillus sp dalam bentuk probiotik yang dapat
2,64 g. Menurut Effendie (1997), pertumbuhan udang menghasilkan enzim ekstraselular dalam meningkatkan
dipengaruhi oleh keturunan, jenis kelamin, umur,
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN e-ISSN : 2502-3276 25
Journal of Fishery Science and Innovation Januari 2017, Vol. 1, No. 1, 19-27
kecernaan bahan makanan dalam usus udang sehingga lemah, serta napsu makan menurun. Hasil penelitian
mudah diserap oleh tubuh udang vaname. Muqaramah (2016) menunjukkan bahwa semakin banyak
Nilai retensi protein menggambarkan adanya flok yang terbentuk maka semakin tinggi volume floknya.
pemanfaatan nutrien pakan yang telah dicerna oleh tubuh Selanjutnya dikatakan bahwa komposisi flok yaitu bakteri,
udang, diserap dan disimpan untuk menghasilkan energi alga, fungi, protozoa, metazoa, rotifera, nematoda,
(Napitupulu, 2012). Nilai retensi protein tertinggi terdapat gastrotricha dan detritus.
pada perlakuan D (bioflok + Probiotik 1010 CFU/mL), Hasil pengukuran parameter kualitas air selama
dengan nilai sebesar 19,60%, sedangkan nilai terendah penelitian menujukkan bahwa salinitas pada pemeliharaan
didapatkan pada perlakuan B (bioflok) sebesar 12,74%. udang vaname berkisar antara 30-33 ppt. Kisaran nilai
Hal ini disebabkan karena, bioflok dan bakteri probiotik tersebut masih dapat ditolerir oleh udang vaname dan dari
dapat meningkatkan retensi protein pada udang vaname, hasil penelitian ini memberikan pertumbuhan yang baik
dan terdapat nutrisi tambahan dari pakan yang diberikan ke karena salinitas berada pada kisaran optimal. Menurut
media budidaya serta kandungan flok yang terbentuk dapat Hurtado et al. (2006), udang vaname dapat hidup pada
meningkatkan pertumbuhan udang vaname. Retensi kondisi salinitas yang lebar yaitu berkisar 5 – 50 ppt.
protein udang vaname berkisar antara 11,55 - 18,99% Kisaran nilai pH selama penelitian masih berada pada
(Muqaramah, 2016). kisaran optimal yaitu 7. Dari hasil penelitian ini
Pada dosis penambahan probiotik 1010CFU/mL, menunjukkan nilai pH pemeliharaan udang vaname sesuai
menunjukkan hasil yang tertinggi untuk setiap parameter. dan dapat mendukung pertumbuhan dengan baik udang
Hal ini diduga karena jumlah bakteri yang masuk ke dalam mampu mentolerir pH pada kisaran 6,9 – 9 (Van Wyk dan
saluran pencernaan udang dan hidup didalamnya meningkat Scarpa, 1999).
sejalan dengan dosis probiotik yang diberikan. Selanjutnya Suhu pada wadah penelitian udang vaname berkisar
probiotik tersebut di dalam saluran pencernaan antara 28 – 310C. Kisaran suhu tersebut masih berada pada
mensekresikan enzim-enzim percernaan seperti protease kisaran optimal untuk pemeliharaan udang vaname.
dan amilase (Muhammad, 2013). Selanjutnya dikatakan Menurut Van Wyk dan Scarpa (1999) suhu optimum
bahwa enzim yang disekresikan ini jumlahnya meningkat pertumbuhan udang vaname berkisar 26 – 320C.
juga sesuai dengan jumlah dosis probiotik yang diberikan Nilai oksigen terlarut selama penelitian udang vaname
yang pada gilirannya jumlah pakan yang dicerna juga berkisar antara 3,2 – 6,0 mg/L. Nilai kandungan oksigen
meningkat, peningkatan daya cerna bermakna pula pada terlarut selama penelitian masih berada dalam kisaran
semakin tingginya nutrien yang tersedia untuk diserap optimal untuk pemeliharaan udang vaname. Menurut
tubuh, sehingga protein tubuh dan pertumbuhan meningkat. Poernomo (1989), kandungan oksigen terlarut dalam air
Hasil penelitian Setiawati dan Hudaidah (2013) tentang yang mendukung kehidupan udang minimum 3 mg/L,
pengaruh penambahan probiotik pada pakan dengan dosis sedangkan untuk pertumbuhan yang normal bagi udang
berbeda terhadap pertumbuhan, kelulushidupan, efisiensi yaitu 3 – 7 mg/L.
pakan dan retensi protein ikan patin (Pangasius Kandungan nitrit selama penelitian berada pada
hypophthalmus), mendapatkan bahwa menurunnya kisaran 0,06 – 0,422 mg/L. Nilai tersebut masih kisaran
penambahan probiotik pada dosis 1012CFU/mL, diduga optimal untuk pemeliharaan udang vaname. Menurut Boyd
akibat terlalu tingginya populasi bakteri probiotik sehingga (1998), kandungan nitrit yang dapat ditoleransi oleh udang
menimbulkan persaingan pertumbuhan bakteri Bacillus sp vaname berkisar 0,1 – 1 mg/L. Namun, nilai ini masih
dalam pengambilan nutrisi atau subtrat yang pada akhirnya dapat ditoleransi oleh udang vaname karena tidak
menghambat aktivitas bakteri di dalam saluran pencernaan mengganggu pertumbuhan dan kelangsungan hidup udang
sehingga sekresi enzim menurun. vaname selama masa pemeliharaan.
Volume flok adalah jumlah padatan tersuspensi Kandungan amoniak selama penelitian berkisar
selama periode waktu tertentu (Effendi, 2003). Tingginya antara 0,017 – 0,099 mg/L. Konsentrasi tersebut masih
nilai volume flok pada perlakuan bioflok menunjukkan dalam kisaran optimal untuk pameliharaan udang vaname
bahwa probiotik pada media pemeliharaan dapat yaitu < 0,1 mg/L (Tsai, 1989).
membentuk flok yang selanjutnya bisa dimanfaatkan udang
vaname sebagai pakan. Hal ini sesuai pendapat Supono Kesimpulan
dan Hudaidah (2015) menyatakan bahwa komunitas bakteri Penggunaan sistem bioflok dengan penambahan
probiotik yang terakumulasi di dalam sistem akuakultur probiotik meningkatkan kelangsungan hidup dan
heterotrofik akan membentuk flok (gumpalan) yang dapat pertumbuhan udang vaname. Penggunaan sistem bioflok
dimanfaatkan sebagai sumber pakan untuk udang. dengan penambahan probiotik sebanyak 1010CFU/mL
Volume flok pada akhir penelitian berkisar antara 50 – menujukkan pertumbuhan tertinggi.
90 mL/L, hal ini sesuai standar volume flok untuk budidaya
udang. Suprapto (2014) menyatakan bahwa volume flok UCAPAN TERIMA KASIH
untuk budidaya udang yang menerapkan sistem bioflok Terima kasih kepada bapak Dr. Muhaimin Hamzah,
maksimal 150 mL/L atau 15% dari volume air, apabila S.Pi.,M.Si dan bapak H. Agus Kurnia, S.Pi.,M.Si.,Ph.D
melebihi maka udang akan kelihatan tidak lincah dan
26 Jon Dahlan, dkk.

atas bimbingannya selama penulis menyelesaikan penulisan Teknologi Budidaya Perairan. Volume III. 2302-
jurnal ini. 3600.
Muhammad, A. 2013. Aplikasi Probiotik dengan Dosis
DAFTAR PUSTAKA Berbeda untuk Pencegahan Infeksi IMNV (Infectious
Aiyushirota. 2009. Konsep Budidaya Udang Sistem Myonecrosis Virus) pada Udang Vaname
Bakteri Heterotrof dengan Bioflocs. Dikutip dari (Litopenaeus vannamei). Skripsi. Fakultas
www.aiyushirota.com diakses pada 9 Februari 2014. Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Apriyani dan Widanarni, 2016. Produksi Benih Udang Bogor. Bogor.
Windu (Penaeus monodon) pada Sistem Budi Daya Muqaramah, T. M. H. A. 2016. Pemberian Kadar Protein
Berbasis Bioflok dengan Penambahan Sumber Pakan Terhadap Pertumbuhan Udang Vaname
Karbon Berbeda. Jurnal Iktiologi Indonesia. 16 hal (Litopenaeus vannamei) dengan Teknologi Bioflok
(1). Pada Kegiatan Pendederan. Tesis. Sekolah
Boyd, C.E. 1998. Water Quality Management and Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Aeration in Shrimp Farming. Fisheries and Allied Napitupulu, ID. 2012. Stimulasi Pembentukan Agregat
Aquacultures Departement Series No.2.Alabama Bakteri pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
Agramicultural Experiment Station. Auburn vannamei) dengan Teknologi Bioflok Melalui
University, Alabama. Peningkatan Kekuatan Ion. Skripsi Fakultas
Chayati, TN. 2012. Kinerja Imunitas Udang Vaname Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
(Litopenaeus vannamei) dalam Teknologi Bioflok Bogor. Bogor. 41 Hal.
dan Probiotik Terhadap Koinfeksi Infectious Pantjara., B. Rahmansyah, 2010. Efisiensi Pakan Melalui
Myonecrosis Virus dan Vibrio harveyi. Departemen Penambahan Molase pada Budidaya Udang Vaname
Budidaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Salinitas Rendah. Prosiding Forum Inovasi
Kelautan. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Teknologi Akuakultur. Balai Riset Perikanan
Dirjen Perikanan Budidaya, 2013. Pendederan Intensif Budidaya Air Payau. Maros. Sulawesi Selatan. 9
Udang Galah dengan Teknologi Bioflok. Balai Besar hal.
Pengembangan Budidaya Air Tawar. Sukabumi. Poernomo, A. 1989. Pembuatan Tambak Udang di
Effendie, M. I. 1997. Biologi Perikanan. Yayasan Indonesia. Departemen Pertanian. Badan Penelitian
Pustaka Nusantara. Bogor. 163 hal. dan Pengembangan Pertanian. Balai Penelitian
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air bagi Pengelolaan Perikanan Budidaya Pantai. Maros.
Sumber Daya dan Lingkungan. Yokyakarta. PT Purnomo, PD. 2012. Pengaruh Penambahan Karbohidrat
Kanisius. pada Media Pemeliharaan Terhadap Produksi
Gunarto dan Suwono, 2011. Produksi Bioflok dan Nilai Budidaya Intensif Nila (Oreochromis niloticus).
Nutrisinya dalam Skala Laboratorium. Prosiding Skripsi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset Universitas Diponegoro. Halaman 161-179.
Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Sulawesi Ridho., A. Subagiyo, 2013. Pertumbuhan, Rasio Konversi
Selatan. 10 hal. Pakan dan Kelulushidupan Udang Litopenaeus
Gunarto, 2012. Budidaya Udang Vaname Pola Intensif vannamei yang Diberi Pakan dengan Suplementasi
dengan Sistim Bioflok di Tambak. Jurnal Ilmiah Prebiotik FOS (Fruktooligosakarida). Buletin
Perikanan dan kelautan. Vol.4. Balai Penelitian dan Osenografi Marina. Fakultas Perikanan dan Ilmu
Pengembangan Budidaya Air Payau. Maros. Kelautan. Universitas Diponegoro.
Sulawesi Selatan. Rostika, R dan Riani, H. 2012. Efek Pengurangan Pakan
Hu Y., Tan B., mai K., Ai Q.S., Cheng K., 2008. Growth terhadap Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
and Body Composition of Juvenil White Shrimp, vannamei) PL – 21 yang diberikan Bioflok. Jurnal
Litopenaeus vannamei, Fed Different Ratios of Perikanan dan Kelautan Nomor 3. Fakultas
Dietary Protein to Energy. Journal Aquaculture Perikanan dan Kelautan, Universitas Padjajaran
Nutrition, P : 14 : 499-506. Bandung. Halaman 1 – 5.
Hurtado MA, Racotta IS, Arjona O, Rodrigues MH, Setiawati, J.E dan Hudaidah, S,. 2013. Pengaruh
Goytortua E, Civera R, Palaclos E. 2006. Effect of Penambahan Probiotik pada Pakan dengan Dosis
hypo-and hyper-saline conditions on osmorolarity Berbeda terhadap Pertumbuhan, Kelulushidupan,
and Fatty acid composition of yuwane shrimp Efisiensi Pakan dan Retensi Protein Ikan Patin
Litopenaeus vannamei (Boone, 1993) fed low-and (Pangasius hypophthalmus). e-Jurnal Rekayasa dan
high-HUFA diets. Aquaculture research.37:1316- Teknologi Budidaya Perairan. Fakultas Pertanian
1326. Jurusan Budidaya Perairan. Universitas Lampung.
Husain, N. 2014. Perbandingan Karbon dan Nitrogen Sukmaningrum, 2014. Retensi Protein dan Retensi Energi
pada Sistem Bioflok Terhadap Pertumbuhan Ikan Ikan Cupang Plakat yang Mengalami Pemuasaan.
Nila (Oreochromis niloticus). Jurnal Rekayasa dan Fakultas Biologi. Universitas Jenderal Soedirman.
JURNAL SAINS dan INOVASI PERIKANAN e-ISSN : 2502-3276 27
Journal of Fishery Science and Innovation Januari 2017, Vol. 1, No. 1, 19-27
Purwokerto. 10 hal.
Suprapto, 2014. Pentingnya Pemahaman Terhadap
Teknologi Bioflok. Pusat Pelatihan Mandiri Kelautan
dan Perikanan FARM 165. Depok. Jawa Barat.
Supono dan Hudaidah, S,. 2015. Keragaan Udang Putih
(Litopenaeus vannamei) pada Densitas yang
Berbeda dengan Sistem Bioflok pada Fase
Pendederan. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi
Budidaya Perairan. Vol. III. Fakultas Pertanian
Jurusan Budidaya Perairan. Universitas Lampung. 6
hal.
Suryanto, H dan Mangampa, M,. 2010. Aplikasi Probiotik
dengan Konsentrasi Berbeda pada Pemeliharaan
Udang Vaname ((Litopenaeus vannamei). Prosiding
Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Balai Riset
Perikanan Budidaya Air Payau. Maros. Sulawesi
Selatan. 9 hal.
Tsai C. 1989. Ambient Water Quality Criteria for
Ammonia (Salt Water). U.S. Environmental
Protection Agency office of Research and
Development Research Laboratory Narragansett.
Rhode Island.
Van Wyk P, Scarpa J. 1999. Water Quality Reguirements
and Management. Di dalam : Van Wyk P, Davis
Hodgkins R, Laramore KL, Main J, Mountain,
Scarpa J. Farming Marine Shrimp in Recirculating
freshwater Systems.
Usman dan Pantjara, B., 2012. Aplikasi Bioflok Padat
Sebagai Alternatif Pakan pada Pendederan Udang
Vaname (Litopenaeus vannamei). Prosiding
Indoaqua - Forum Inovasi Teknologi Akuakultur.
Balai Penelitian dan Pengembangan Budidaya Air
Payau. Maros. Sulawesi Selatan. 8 hal.
Watanabe T., 1988. Fish nutrition and mariculture.
Department of aquatic bioscience. tokyo university of
fisheries. JICA. 223 pp.
Zonneveld N, Huisman EA dan Boon JH. 1991. Prinsip-
prinsip budidaya ikan. Jakarta (ID): PT Gramedia
Pustaka Utama.

You might also like