Professional Documents
Culture Documents
Feed Efficiency, Growth, Survival and Immune Response of Catfish (Pangasius sp.) Fed
by Sinbiotic Feed
ABSTRACT
Synbiotic is a combination of probiotics and prebiotics can improve the feed
efficiency, growth, survival and BAL population of fish. The purpose of this research was
to know the effect of synbiotic feed to feed efficiency, growth, survival and immune
response of catfish. This research conducted on October to December 2016 in Laboratorium
Dasar Perikanan, Departement of Budidaya Perairan, Faculty of Agriculture, Sriwijaya
University. The method used in the research is Completely Randomized Design (CRD) with
six treatments and three replications. Catfish with synbiotic feed that treatment with the
addition of commercial feed with synbiotic P0 (Control), P1 (2.5 ml Prebiotics + Probiotics
6 ml /kg), P2 (5.0 ml Prebiotics + Probiotics 6 ml /kg), P3 (7.5 ml Prebiotics + Probiotics 6
ml /kg), P4 (10.5 ml Prebiotics + Probiotics 6 ml /kg) and P5 (12.5 ml Prebiotics +
Probiotics 6 ml /kg) for 30 days. The observed parameters were feed efficiency, growth,
survival, BAL populations in the gut and clinical symptoms after challenge test. The results
showed that provision addition of synbiotic in feed give significant effect to feed efficiency,
growth and survival of catfish. The treatment P2 with synbiotic feed (5.0 ml Prebiotics + 6
ml Probiotics /kg) gives the feed efficiency (39,27%), the highest growth of weight (4.38 g),
the highest growth of length (1.74 cm), the survival (97.78%), LAB (Lactid Acid Bacteria)
population (3.51 x 104 CFU.mL-1) and survival after test challenge with A. hydrophila
(86.67%).
140
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
141
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
142
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
143
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
08:00 WIB, siang jam 12:00 WIB, dan gejala klinis dan kelangsungan hidup
sore hari jam 16:00 WIB secara at setelah uji tantang.
satiation. Padat tebar ikan yaitu 1 ekor/ Parameter yang diamati
liter dengan bobot awal rata-rata 4±0,25 Adapun parameter yang diamati
gram dan panjang ikan 8±0,36 cm. dalam penelitian ini adalah efisiensi pakan,
Pemeliharaan Ikan Uji Tantang pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan
Ikan yang digunakan untuk uji panjang mutlak, kelangsungan hidup dan
tantang adalah ikan patin yang telah jumlah bakteri asam laktat.
dipelihara selama 30 hari dengan Analisis Data
pemberian pakan sesuai perlakuan. Ikan Data efisiensi pakan, pertumbuhan,
patin diuji tantang dengan menyuntikkan kelangsungan hidup dan kelangsungan
bakteri A. hydrophila di bagian punggung hidup setelah disuntik A. hydrophila yang
ikan dengan dosis 0,1 ml kepadatan bakteri diperoleh diuji dengan menggunakan
-7 -1
0,247 x 10 CFU.mL . Jumlah ikan yang analisis ragam pada tingkat kepercayaan
diuji tantang yaitu 5 ekor. Jumlah tersebut 95%. Jika data menunjukkan berpengaruh
sesuai dengan SR (Survival Rate) akhir nyata, maka dilanjutkan uji Beda Nyata
terkecil selama pemeliharaan sebelum uji Terkecil (BNT). Data jumlah populasi
tantang. Setelah disuntik ikan patin bakteri asam laktat (BAL), kualitas air dan
dipelihara selama 7 hari untuk melihat gejala klinis dibahas secara deskriptif.
HASIL
Populasi Bakteri Asam Laktat (BAL) Benih Ikan Patin
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa BAL pada awal pemeliharaan ikan mengalami
perubahan menjadi lebih banyak pada saat akhir pemeliharan. Pada perlakuan P2 (Prebiotik
5,0 ml dan Probiotik 6 ml) dan P3 (Prebiotik 7,5 ml dan Probiotik 6 ml) populasi BAL
dalam usus ikan meningkat lebih banyak.
Tabel 1. Populasi bakteri asam laktat (BAL) di usus benih ikan patin
Bakteri Asam Laktat (BAL) dalam usus (CFU.ml-1)
Perlakuan Awal Akhir
P0 0,63 x 104 0,71 x 104
P1 0,53 x 104 1,27 x 104
P2 0,56 x 104 3,51 x 104
4
P3 0,67 x 10 2,29 x 104
4
P4 0,56 x 10 1,92 x 104
4
P5 0,61 x 10 1,19 x 104
144
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
145
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
Kualitas Air
Parameter kualitas air yang diamati selama pemeliharaan benih ikan patin yaitu suhu dan
pH. Suhu diukur setiap hari pada pagi hari sebelum pemberian pakan dilakukan sedangkan
pH diukur seminggu sekali pada pagi hari. Data kualitas air selama pemeliharan 30 hari
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Kualitas air selama pemeliharaan ikan patin 30 hari
Parameter Kualitas Air
Perlakuan Suhu (oC) pH
P0 26,1 - 30 6,5 – 6,9
P1 26,1 – 29,8 6,5 – 6,7
P2 26,4 – 29,6 6,4 – 6,9
P3 26,5 – 29,3 6,5 – 6,7
P4 26,5 – 29,6 6,5 – 6,9
P5 26,4 – 29,2 6,4 – 6,7
Gejala Klinis Benih Ikan Patin yang diuji Tantang Aeromonas hydrophila
Uji tantang dilakukan dengan menyuntikkan bakteri A. hydrophylla dengan dosis
0,1 ml kepadatan bakteri 0,247 x 107 CFU disuntikkan ke bagian punggung ikan patin dan
dipelihara selama 7 hari untuk melihat gejala klinis yang terjadi pada ikan patin. Ikan yang
diuji tantang Aeromonas hydrophila sebanyak 5 ekor per akuarium dengan 3 kali ulangan
dan diberi pakan sesuai dengan perlakuan.
Tabel 6. Kelangsungan hidup ikan patin setelah diuji tantang A. hydrophila
Kelangsungan hidup (%)
Perlakuan ± STD Notasi (Nilai BNT 0,05 = 26,53)
P0 33,33±11,55 a
P1 66,67±11,55 bc
P2 86,67±11,55 c
P3 80,00±20,00 bc
P4 73,33±11,55 bc
P5 60,00±20,00 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak berbeda
nyata pada uji lanjut BNT taraf 5%.
Pada Tabel 6. merupakan hasil pengamatan kelangsungan hidup ikan patin yang
diuji tantang A. hydrophila dan dipelihara selama 7 hari. Pada Tabel 6. dijelaskan bahwa
kelangsungan hidup tertinggi terdapat pada perlakuan P2 yaitu 86,67% dan terendah
terdapat pada perlakuan PO yaitu 33,33 %. Nilai kelangsungan hidup ikan setelah diuji
tantang A. hydrophila pada perlakuan yang diberi pakan dengan sinbiotik yaitu P1, P2, P3,
P4 dan P5 berbeda nyata dengan P0.
dimanfaatkan oleh BAL. Prebiotik ekstrak
Pembahasan
ubi jalar dimanfaatkan untuk
Populasi BAL (Bakteri Asam Laktat)
meningkatkan pertumbuhan BAL (Bakteri
selama pemeiharaan mengalami
Asam Laktat) karena mengandung
peningkatan diduga karena prebiotik yang
oligosakarida (Marlis, 2008). Menurut
ditambahkan dalam pakan dapat
146
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
147
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
pakan akan mudah terserap oleh tubuh yang tidak dibantu oleh adanya bakteri
ikan (Setiawati et al. 2013). Nilai efisiensi probiotik.
pakan tertinggi terdapat pada perlakuan Menurut Verschuere et al. (2000),
P2 yaitu dengan penambahan sinbiotik probiotik memberikan keuntungan bagi
(prebiotik 5,0 ml + probiotik 6 ml). inang dengan memperbaiki nilai nutrisi
Adanya peningkatan populasi BAL dalam dan pemanfaatan pakan. Hasil
usus pada P2 diduga menjadi salah satu pertumbuhan bobot dan panjang
faktor pendukung meningkatnya efisiensi menunjukkan bahwa penambahan
pakan pada P2. Pada perlakuan P3, P4 sinbiotik memberikan pengaruh yang
dan P5 dengan dosis prebiotik yang nyata terhadap pertumbuhan
semakin tinggi, keberadaan BAL semakin dibandingkan tanpa pemberian sinbiotik.
menurun akan tetapi diduga kinerja BAL Hasil tertinggi terdapat pada perlakuan P2
dalam usus terhadap efisiensi pakan dengan 4,38 gram dan panjang 1,74 cm.
masih optimal meskipun terjadi Penambahan sinbiotik pada ikan mampu
penurunan BAL, terlihat pada nilai meningkatkan mikroflora usus sehingga
efisiensi antar perlakuan dengan pakan dapat dimanfaatkan dengan baik
penambahan sinbiotik menunjukkan tidak untuk pertumbuhan dengan
berbeda nyata. Hasil efisiensi pakan pada menghasilkan enzim pencernaan (Arisa,
penelitian Ahmadi et al. (2012) dengan 2011). Hasil penelitian yang didapat
pemberian dosis probiotik 6 ml terhadap sesuai dengan pernyataan Aslamyah
ikan lele menghasilkan nilai efisiensi (2006) yang menyatakan bahwa salah satu
pakan 43,93% dan penelitian Hadijah et mekanisme kerja probiotik adalah
al. (2015) dengan pemberian dosis meningkatkan kinerja pertumbuhan
prebiotik 1% menghasilkan nilai efisiensi dengan meningkatkan nilai nutrisi pakan
pakan terhadap ikan patin 31,55%. melalui peningkatan aktivitas enzim
Rendahnya nilai efisiensi pada perlakuan pencernaan di saluran pencernaan ikan.
P0 diduga karena penyerapan pakan Enzim yang dihasilkan oleh mikroba yang
kurang efisien. Hal tersebut sesuai dengan terdapat dalam probiotik yaitu enzim
pernyataan Arief et al. (2014) yang amilase, protease dan lipase (Fadri et al.
menyatakan bahwa efisiensi yang rendah 2016). Enzim-enzim tersebut yang
disebabkan kurangnya penyerapan pakan menghidrolisis molekul kompleks seperti
karena dipengaruhi aktivitas pencernaan memecah karbohidrat, protein dan lemak
148
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
149
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
didapat selama pemeliharaan berkisar 6,4- mulut. Pada hari keempat terdapat ikan
6,9. Berdasarkan SNI:01-6483.4 (2000) yang mati pada P0, P1, P4 dan P5 dengan
kisaran pH yang baik untuk pemeliharaan lendir berlebih, perut kembung dan mata
ikan patin berkisar 6,5-8,5. Berdasarkan menonjol. Hari kelima, terlihat seperti
data yang didapat kondisi pH air selama kapas berwarna putih dan borok pada
pemeliharaan melewati batas toleransi bagian punggung ikan dan bercak merah
berdasarkan SNI:01-6483.4 (2000) , akan terlihat memudar, akan tetapi pada
tetapi menurut Khairuman dan Dodi perlakuan P2, P3 dan P4 nafsu makan
(2009), ikan patin merupakan ikan yang ikan sudah mulai meningkat dan terdapat
toleran terhadap derajat keasaman (pH) ikan yang mati pada P0, P1, P2 dan P3
air yang mampu bertahan pada pH 5-9. dengan lendir berlebih, mata menonjol
Sehingga pH yang didapat selama dan terdapat bercak merah pada mulut
pemeliharaan masih dalam batas toleran ikan. Pada hari keenam terdapat ikan mati
dalam pemeliharaan ikan patin. pada P0,P4 dan P5 dengan borok pada
Hasil pengamatan gejala klinis bagian punggung, sedangkan pada P2 dan
terhadap ikan patin setelah diuji tantang P3 borok dan bercak kemerahan terlihat
Aeromonas hydrophila pada hari mulai memudar, nafsu makan meningkat
pertama terlihat ikan berenang lambat ke dan berenang aktif. Pada hari ketujuh,
permukaan, mengeluarkan banyak lendir ikan pada P0 masih terdapat borok dan
dan nafsu makan menurun. Pada hari bercak merah, pada P4 dan P5 terdapat
kedua terdapat ikan yang mati pada ikan yang mati dengan mata menonjol dan
perlakuan kontrol dengan lendir yang perut kembung. Pada perlakuan P1,P3 dan
berlebih, sedangkan pada perlakuan P4 borok ikan mulai mengecil bahkan
sinbiotik tidak terdapat ikan yang mati bercak merah sudah tidak terlihat lagi,
akan tetapi nafsu makan ikan masih nafsu makan ikan kembali normal seperti
menurun, berenang lambat dan sebelum dilakukan uji tantang dan
mengelaurkan banyak lendir. Hari ketiga, berenang aktif.
terdapat ikan yang mati pada perlakuan Gejala klinis yg terjadi sesuai
kontrol dan pada perlakuan P5 dengan dengan ciri-ciri ikan sakit yang
lendir berlebih dan mata menonjol. Ikan dinyatakan Junianto et al., (2007) yaitu
pada perlakuan lainnya mulai terlihat bahwa ikan yang terserang bakteri
bercak merah pada puggung, ekor dan Aeromonas hydrophila menunjukkan
150
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
151
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
152
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
153
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Enromauli, et al. (2017)
Putri FS., Hasan dan Haetami K. 2012. Tanbiyaskur. 2011. Efektivitas Pemberian
Pengaruh pemberian bakteri Probiotik, Prebiotik Dan Sinbiotik
probiotik pada pelet yang Melalui Pakan Untuk Pengendalian
mengandung kaliandra (Calliandra Infeksi Streptococcus Agalactiae
calothyrsus) terhadap pertumbuhan Pada Ikan Nila (Oreochromis
benih ikan nila (Oreochromis niloticus), Tesis S2 (Tidak
niloticus). Jurnal Perikanan dan dipublikasikan). Institut Pertanian
Kelautan. 3(4):283-291. Bogor, Bogor.
Saputra DA., Sukenda dan Widanarni. Verschuere L., Rombaut G., Sorgeloos P.,
2013. Aplikasi sinbiotik dengan dan Verstraete W. 2000. Probiotic
dosis berbeda untuk pencegahan bacteria as biological control agents
vibriosis pada ikan kerapu bebek. in aquaculture. Microbiolgical and
Jurnal Akuakultur Indonesia. Molecular Biology Review. 64: 655-
12(2):169-177. 671.
Widagdo P. 2011. Aplikasi Probiotik,
Setiawati JE., Tarsim., Adiputra YT. dan Prebiotik, Dan Sinbiotik Melalui
Hudaidah S. 2013. Pengaruh Pakan Pada Udang vaname
penambahan probiotik pada pakan (Litopenaeus Vannamei) yang
dengan dosis berbeda terhadap Diinfeksi Bakteri Vibrio harvey,
pertumbuhan, kelulushidupan, Skripsi S1 (Tidak dipublikasikan).
efisiensi pakan dan retensi protein Institut Pertanian Bogor, Bogor.
ikan patin (Pangasius Widanarni., Wahjuningrum D dan Puspita
hypophthalmus). Jurnal Rekayasa F. 2012. Aplikasi bakteri probiotik
dan Teknologi Budidaya Perairan. melalui pakan buatan untuk
1(2):151-162. meningkatkan kinerja pertumbuhan
Schrezenmeir J., dan Vrese M. 2001. udang windu (Penaeus monodon).
Probiotics, prebiotics and synbiotic- Jurnal Sains Terapan Edisi II. 2(1) :
approaching a definition. American 32-49
Journal of Clinical Nutrition.
73(2):361-364.
Sunarlim R. 2009. Potensi Lactobacillus
sp. asal dari dadih sebagai starter
pada pembuatan susu fermentasi
khas Indonesia. Buletin Teknologi
Setelahpanen Pertanian 5:69-76.
154