You are on page 1of 8

Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No.

2: 7 - 14

Penggunaan ragi roti (Saccharomyces cereviciae) secara in situ untuk meningkatkan


respon kebal non-spesifik ikan nila (Oreochromis niloticus)

(The use of Saccharomyces cereviciae in situ to enhance non-specific immune response of


nile tilapia, Oreochromis niloticus)

Meilina E. Rawung, Henky Manoppo

Abstract

The objetive of research was to examine the effect of yeast cell Saccharomyces
cereviciae on non-specific immune response of nile tilapia, Oreochromis niloticus. Juveniles
weighing 31.83 g in average were cultured in five concrete tanks with a density of 30 fish per
tank. The fish were fed pellet supplemented with yeast cell at five different doses (0, 10, 20,
30, 40 g/kg pellet) for three consecutive weeks as much as 4%/bb/day, twice daily. At the end
of feeding, three fish from each tank were sampled to measure the immune parameters
namely total leucocyte count and phagocytosis activity of phagocyte cells. Research results
showed that after three weeks of feeding, total leucocyte and phagocytosis activity of fish fed
pellet supplemented with yeast cells were significantly different as compared to those of
control fish. The highest total leucocyte and phagocytosis activity were achieved in fish fed
pellet supplemented with 10 g of yeast cells/kg pellet. It was concluded that the use of yeast
cells for three weeks could enhance the nonspecific immune response of nile tilapia.

Keywords: Saccharomyces cerreviciae, nonspecific immune response, total leucocyte count,


phagocytosis activity, nile tilapia, Oreochromis niloticus

PENDAHULUAN Selain itu, pemberian antibiotik dalam


kolam membutuhkan sejumlah besar bahan
Dalam usaha budidaya penyakit
yang mahal dan dapat terakumulasi dalam
merupakan masalah seirus yang sering tubuh ikan/udang atau lingkungan
dihadapi para petani ikan atau pengusaha. budidaya dan membahayakan kesehatan
Agar peningkatan produksi dalam
konsumen. Vaksin telah digunakan pada
budidaya ikan dapat berkesinambungan, beberapa spesies ikan dan memperlihatkan
baik secara ekologi maupun ekonomi, hasil positif.Saat ini beberapa jenis vaksin
maka kontrol penyakit harus menjadi
sudah tersedia dan sudah memperlihatkan
prioritas utama. Beberapa metode yang hasil yang baik, seperti vaksin Aeromonas
telah diterapkan dalam mengontrol hydrophila. Namun demikian, harga
penyakit antara lain penggunaan antibiotik
vaksin masih mahal dan proteksi yang
atau bahan kimia, vaksin, probiotik, dan dihasilkan bersifat spesifik sehingga tidak
imunostimulan. Penggunaan antibiotik efektif melawan beberapa patogen secara
dalam kolam telah mengakibatkan
simultan.
munculnya patogen yang tahan terhadap
antibiotik (antibiotic-resistant pathogen).

7
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

Salah satu cara yang efektif dalam METODE PENELITIAN


penanggulangan penyakit adalah dengan
menggunakan bahan-bahan alami sebagai Hewan Uji
imunostimulan. Saat ini, penggunaan Hewan uji yang akan digunakan
imunostimulan semakin mendapat adalah ikan nila dengan ukuran rata-rata
perhatian untuk dikembangkan sebagai 31,83 g/ekor sebanyak 150 ekor. Ikan nila
metode kontrol penyakit dalam budidaya diperoleh dari stok ikan nila yang tersedia
baik ikan maupun udang. Banyak bukti di kolam percobaan milik Program Studi
telah memperlihatkan bahwa Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan
imunostimulan yang ditambahkan dalam Ilmu Kelautan Universitas Sam Ratulangi.
pakan dapat meningkatkan resistensi ikan
dan udang terhadap infeksi penyakit Bahan uji
melalui peningkatan respon imun
Bahan uji adalah ragi roti komersil
nonspesifik (Pais et al. 2008; Welker et al.
(Fermipan) yang diperoleh dari toko
2007).
atausupermarket. Sedangkan pakan pelet
Imunostimulan merupakan suatu yang digunakan adalah pakan tenggelam
bahan yang dapat meningkatkan atau (merek comfeed Mg 1) yang memiliki
merangsang sistem imun ikan dengan cara komposisi protein 30%, lemak 6%, serat
berinteraksi secara langsung dengan sel-sel kasar 5%, abu 10% dan kandungan air
yang mengaktifkan sistem imun (Gannam 12%.
and Schrok 2001). Mekanisme kerja
Persiapan pakan
imunostimulan dalam merangsang sistem
imun adalah dengan cara meningkatkan Dalam persiapan pembuatan pakan,
aktifitas sel-sel fagosit (Yin et al. 2006). pertama-tama ragi roti ditimbang sesuai
Beberapa hasil penelitian sudah dosis yang ditetapkan yakni 0, 10, 20, 30
memperlihatkan ikan yang diberi makan dan 40 g. Penimbangan ragi roti
dengan imunostimulan alami mengalami menggunakan timbangan digital dengan
peningkatan sistem kekebalan tubuh dan ketelitian 0,01 g. Setelah ditimbang, ragi
nafsu makan ikan meningkat. Salah satu roti dimasukkan kedalam wadah
bahan yang berpotensi sebagai erlenmeyer yang sebelumnya telah diisi
imunostimulan adalah ragi roti dengan aquades sebanyak 100 ml untuk 1
(Saccharomyces cereviciae) maupun kg pakan (10%). Setelah itu ragi roti
produk samping dari industri ragi roti diaduk hingga tersuspensi secara merata
(yeast-by product) (Olivia-Teles and dalam air, kemudian dicampurkan pada
Goncalves 2001). Penelitian ini pakan pelet secara merata dengan
menggunakan ragi roti sebagai menggunakan semprotan (sprayer).
imunostimulan dengan tujuan untuk Campuran pakan dan ragi roti tersebut
mengkaji penggunaan ragi roti secara in selanjutnya dikering-anginkan dalam
situ dalam meningkatkan respon kebal temperatur ruang.Kemudian pelet
non-spesifik ikan nila. selanjutnya dimasukan dalam kantong
plastik dan disimpan dalam lemari
pendingin sampai saat digunakan.

8
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

Prosedur Percobaan dan Pengambilan menggunakan mikro pipet dan dimasukkan


Data ke dalam tabung eppendorf yang sudah
dibilas dengan heparin anti koagulan
Ikan untuk keperluan penelitian sebelumnya. Kemudian larutan Turk’s
ditangkap dari kolam percobaan kemudian diambil sebanyak 500 µl dan dimasukkan
dipindahkan ke dalam lima buah bak beton
ke dalam eppendorf yang telah berisi darah
masing-masing berukuran 2x1x1 m3 sebelumnya dengan perbandingan darah
dengan padat tebar 30 ekor/bak. Setiap bak dan larutann Turk’s yaitu 1:10. Fungsi
diisi dengan air setinggi 50 cm dan
larutan Turk’s adalah untuk
dilengkapi dengan sebuah pompa air kecil menghancurkan sel darah
untuk resirkulasi. Sebelum pakan merah.Campuran darah dan larutan Turk’s
perlakuan diberikan ikan diadaptasikan
dihomogenkan dengan mengayun-ayunkan
terlebih dahulu di dalam bak selama satu secara perlahan-lahan dan diinkubasi
minggu. Selama proses tersebut ikan diberi dalam suhu ruang selama 5 menit,
pakan pelet yang belum ditambahkan ragi
salanjutnya sel darah dihitung dengan
roti dengan dosis 4% / BB / hari dengan menggunakan hemasitometer dengan
frekuensi pemberian 2 kali sehari yaitu bantuan mikroskop cahaya pada
jam 08.00 pagi dan 17.00 sore. Setelah
pembesaran 100x.
proses adaptasi selesai, ikan diberi pakan
perlakuan dengan dosis dan waktu yang b. Aktifitas Fagositosis
sama yang diberikan saat adaptasi yaitu
4% / BB / hari dan diberikan 2 kali sehari. Untuk mengukur aktifitas
Perlakuan yang dicobakan adalah A=0g/kg fagositosis, pertama-tama sampel darah
pakan, B=10g/kg pakan, C=20g/kg pakan, sebanyak 50 µl dimasukan ke dalam
D=30g/kg pakan, E=40g/kg pakan. Data tabung eppendorf steril dan ditambahkan
yang dikumpulkan yaitu data parameter 50 µl suspensi sel ragi roti. Larutan
imun yang terdiri dari TLC (Total campuran darah dan ragi roti ini
Leukosit Count) dan aktifitas fagositosis. selanjutnya dihomogenkan dengan cara
diayunkan perlahan-lahan dan diinkubasi
a.Total Leukosit dalam suhu ruang selama 20 menit.
Selanjutnya 5 µl sampel campuran darah
Untuk mengukur parameter imun dan ragi roti dibuat sediaan ulas
maka pertama-tama dilakukan menggunakan kaca preparat dan sedian
pengambilan sampel darah ikan yang
ulas dikering-anginkan dalam suhu ruang.
dikerjakan menurut prosedur yang Proses selanjutnya adalah melakukan
dikemukakan oleh Stolen et al.(1990). pewarnaan Giemsa. Proses pewarnaan
Sampel darah ikan diambil dari 3 ekor ikan
sediaan ulas dengan Giemsa dikerjakan
dari setiap bak dengan menggunakan spuit sesuai dengan prosedur Pritchard and
yang sebelumnya sudah dibilas terlebih Kruse (1988). Sel yang menunjukan proses
dahulu dengan menggunakan EDTA
fagositosis ditandai dengan adanya sel-sel
sebagai anti koagulan. Sampel darah ikan ragi roti yang menempel pada permukaan
diambil dari vena caudalis. sel fagosit atau terdapat di dalam
Untuk menghitung jumlah leukosit, sitoplasma sel. Aktifitas fagositosis
darah diambil sebanyak 0,5 ml dengan diamati dari 50 sampai 100 sel yang

9
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

teramati. Aktifitas fagositosis dihitung dibandingkan dengan perlakuan C (20 g/kg


dengan rumus: pakan), E (40 g/kg pakan), D (30 g/kg
pakan) dan A (0 g/kg pakan). Antar
Aktifitas Fagositosis (%) = (Jumlah sel perlakuan B dan C tidak teramati adanya
fagosit yang melakukan pemangsaan/ perbedaan nyata sedangkan perlakuan
Jumlah sel fagosit teramati) x100 C,D,E dan A tidak berbeda nyata antar
Analisis Data satu dengan yang lainnya.

Pengaruh perlakuan ragi roti Dari data hasil pengukuran


terhadap peningkatan respon kebal non- memperlihatkan total leukosit tertinggi
spesifik ikan nila dianalisis dengan tercapai pada ikan yang diberi pakan
menggunakan analisis ragam (Anova). dengan penambahan ragi roti 10 g/kg
Apabila perlakuan memberikan pengaruh pakan dan diikuti oleh perlakuan C. Hasil
nyata maka dilanjutkan dengan uji lanjut yang sama dilaporkan oleh Manurung dkk
Duncan guna mengkaji pengaruh (2013) dimana ikan nila berukuran rata-
perbedaan antar perlakuan terhadap kedua rata 10,57 g dan diberi pakan perlakuan
parameter yang diamati. Analisis data dengan penambahan ragi roti 10 g/kg
menggunakan program SPSS untuk pakan selama 4 minggu memiliki total
windows. leukosit yang tertinggi dibandingkan
dengan perlakuan lainnya. Tewary and
HASIL DAN PEMBAHASAN Patra (2011) juga melaporkan bahwa
penambahan ragi roti 5% pada ikan Rohu
a. Total Leukosit
(Labeho rohita) berukuran rata-rata 12 g
Hasil penelitian memperlihatkan menghasilkan peningkatan total leukosit
bahwa penambahan ragi roti dalam pakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
memberi pengaruh yang nyata (p=0,04) total leukosit ikan yang diberi pakan tanpa
terhadap total leukosit setelah diberikan penambahan ragi roti. Perlakuan E
selama 3 minggu (tabel 1). memiliki jumlah total leukosit yang sedikit
lebih besar dari perlakuan D dan tidak
Tabel 1. Total Leukosit (x 107 sel/ml) ikan berbeda nyata dibandingkan dengan
nila setelah diberi perlakuan ragi roti
selama 3 minggu perlakuan A. Hal ini menunjukkan bahawa
pada dosis yang tinggi (E = 40 g/kg pakan
Perlakuan (Ragi roti) Total Leukosit dan D = 30 g/kg pakan) ragi roti sebagai
A = 0 g/ kg pakan 4.05a imunostimulan tidak dapat memacu
B = 10 g/ kg pakan 6.04b peningkatan total leukosit tetapi mungkin
C = 20 g/ kg pakan 4.74ab sebaliknya akan menekan sistim imun.
D = 30 g/ kg pakan 4.28a Nampak pada data yang diperoleh, nilai
E = 40 g/kg pakan 4.37a total leukosit ikan yang diberi kedua
perlakuan ini adalah kecil dan mendekati
jumlah total leukosit ikan yang tidak diberi
Hasil uji lanjut menunjukkan perlakuan ragi roti (tabel 1). Menurut
bahwa total leukosit ikan yang diberi Sakai (1999), dosis dan lama waktu
perlakuan B (10 g/kg pakan) dan C (20 pemberian merupakan faktor penting yang
g/kg pakan) berbanding nyata harus dipertimbangkan dalam pemberian

10
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

suatu imunostimulan. Apabila fagosit yang baru. Dalam penelitian yang


imunostimulan diberikan dalam dosis yang dilakukan oleh Misra et al., (2006), ikan
tinggi atau berlebihan maka respon yang rohu (Labeo rohita) dengan berat rata-rata
ditimbulkan akan dapat teramati dalam ikan 35 ± 5 g yang diberi β-glucan selama
waktu yang singkat namun apabila 28 hari memiliki total leukosit yang lebih
diberikan dalam waktu yang banyak dibandingkan dengan ikan kontrol.
berkepanjangan, dosis yang tinggi Sahan dan Duman (2010) juga melaporkan
mungkin tidak akan meningkatkan tetapi bahwa ikan nila yang diberi β-glucan 0,1%
sebaliknya mungkin menekan respon imun memiliki total leukosit yang lebih banyak
ikan karna bahan tersebut tidak lagi dibandingkan dengan kontrol.
bekerja sebagai imunostimulator tetapi
justru akan bekerja sebagai b. Aktifitas Fagositosis
immunosuppresor.
Aktifitas fagositosis ikan setelah
Li and Galtin (2003) menyatakan diberi perlakuan ragi roti memperlihatkan
bahwa ragi roti mengandung bahan-bahan perbedaan yang sangat nyata dibandingkan
yang berfungsi sebagai immunomodulator dengan aktifitas fagositosis ikan yang tidak
seperti nukleotida. Nukleotida adalah diberi perlakuan ragi roti (p=0,00). Hasil
nutrient semi esensial dan bahan ini pengukuran aktifitas fagositosis
dibutuhkan untuk pertumbuhan dan ditunjukkan pada tabel berikut
perbanyakan sel organisme hidup serta Tabel 2. Aktifitas Fagositosis (%) ikan nila
mengoptimalkan fungsi-fungsi setelah diberi perlakuan ragi roti selama 3
pembelahan sel termasuk sel-sel imun minggu
(Barnes, 2006; Sajeevan et al., 2006).
Perlakuan Aktifitas
Nukeotida akan diurai oleh enzim
Fagositosis
nukleotridase untuk melepas molekul
A = 0 g/ kg pakan 35.56a
fosfat dan menghasilkan nukleosida.
B = 10 g/ kg pakan 66.31c
Nukleosida kemudian diurai oleh enzim
nukleosidase untuk melepas molekul gula C = 20 g/ kg pakan 61.14c
dan menghasilkan basa purin dan D = 30 g/ kg pakan 48.14b
pirimidin. Purin dan pirimidin akan E = 40 g/kg pakan 51.00b
digunakan untuk membentuk nukleotida
yang dibutuhkan untuk pembentukan DNA Hasil penelitian memperlihatkan
dan perbanyakan atau pembentukan sel bahwa nilai aktifitas fagositosis tertinggi
baru. dicapai pada ikan yang diberi pakan
dengan penambahan ragi roti sebesar 10
Menurut Raa (2000), ragi roti
g/kg pakan diikuti perlakuan 20 g/kg
banyak mengandung β-glucan. β-gucan
pakan. Nilai tertinggi yang dicapai pada
juga berfungsi sebagai imunostimulan
kedua perlakuan ini mungkin berhubungan
yang dapat meningkatkan respon imun
dengan jumlah total leukosit. Pada tabel 1
ikan. Bahan ini bekerja sebagai berikatan
terlihat bahwa jumlah leukosit tertinggi
terlebih dahulu dengan sel-sel fagosit dan
dicapai pada perlakuan 10 g/kg pakan.
setelah berikatan sel akan mengeluarkan
Dalam keadaan normal, ikan yang
sitokin yang merangsang pembentukan sel
memiliki total leukosit yang tinggi akan
11
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

memperlihatkan aktifitas fagositosis yang untuk melakukan proses fagositosis


tinggi pula. Aktifitas fagositosis ikan pada terhadap partikel asing atau bakteri yang
dosis yang tinggi (40 g/kg pakan dan 30 masuk kedalam tubuh. Dalam penelitian
g/kg pakan) memiliki nilai yang hampir ini didapatkan bahwa pemberian ragi roti
sama dan lebih rendah dibandingkan selama 3 minggu mampu meningkatkan
dengan aktifitas fagositosis pada dosis aktifitas fagositosis dimana pemberian 10
yang lebih kecil (10 g/kg pakan dan 20 g/kg pakan memiliki nilai terbaik. Sakai et
g/kg pakan). Hal ini terjadi karena dosis al., (2001) juga mendapatkan pemberian
yang diberikan sudah berlebihan (over ekstrak ragi roti 15 mg/ ikan
dosis) sehingga apabila diberikan dalam memperlihatkan peningkatan aktifitas
waktu yang cukup lama, bahan fagositosis. Dalam penelitian yang
imunostimulan yang ada akan menjadi dilakukan oleh Misra et al., (2006),
immunosuppresor. pemberian β-glucan secara nyata
meningkatkan aktifitas fagositosis pada
Hasil uji lanjut Duncan
ikan rohu (L.rohita). Manurung (2013)
menunjukkan aktifitas fagositosis ikan mendapatkan hasil yang sama dimana ikan
yang diberi pakan dengan penambahan nila yang dibepelihara di akuarium dan
ragi roti 10 g/kg pakan dan 20 g/kg pakan
diberi ragi roti 10 - 20 g/kg pakan
berbeda sangat nyata dibandingkan dengan memiliki aktifitas fagositosis yang lebih
aktifitas fagositosis ikan pada perlakuan
tinggi dibandingkan dengan ikan kontrol.
kontrol (0 g/kg pakan) maupun
dibandingkan dengan aktifitas fagositosis Nukleotida yang terkandung dalam
ikan pada perlakuan 40 g/kg pakan dan 30 ragi roti juga dapat meningkatkan aktifitas
g/kg pakan. Sekalipun demikian antar fagositosis ikan. Hasil penelitian Labora
perlakuan 10 g/kg pakan dan 20 g/kg (2012), memperlihatkan pemberian
pakan tidak terdapat perbedaan nyata. nukleotida 300 mg pada ikan nila selama
Aktifitas fagositosis ikan pada perlakuan 3-4 minggu meningkatkan aktifitas
40 g/kg pakan dan 30 g/kg pakan juga fagositosis dan berbeda nyata
berbeda sangat nyata dibandingkan dengan dibandingkan dengan kontrol.
aktifitas fagositosis pada ikan kontrol
namun tidak antar kedua perlakuan KESIMPULAN
tersebut tidak berbeda nyata (tabel 2). Pemeberian ragi roti secara oral
Ragi roti dapat meningkatkan dengan dosis 10 g/kg pakan mampu
aktifitas fagositosis karena bahan ini selain meningkatkan respon imun non-spesifik
mengandung asam nulkleat, mannan, dan setelah diberikan selama tiga minggu
nukleotida, juga mengandung β-glucan berturut-turut.
maupun (Li and Galtin, 2003 ; 2006). DAFTAR PUSTAKA
Menurut Raa (2000), β-glucan
meningkatkan aktifitas fagositosis dengan Barnes A. 2006. Dietary nucleotides:
cara berikatan terlebih dahulu dengan Essential nutrients for shrimp
molekul reseptor yang terdapat pada growth and immunity. Centre for
permukaan sel-sel fagosit. Setelah Marine Studies, University of
berikatan maka sel fagosit akan diaktifkan Queensland.

12
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

Gannam AL, and Schrock RM. 2001. Karunasagar I. 2008. Effect of


Imunostimulant in fish diet diacu immunostimulants on hemolymph
dalam Nutrion and Fish Health. haemagglutinins of tiger shrimp
Food Products Press, New York. P: Penaeus monodon. Aquac Res 38:
235-260 1339-1345
Li P, Galtin III DM. 2003. Evaluation of Pritchard MH, Kruse GOW. 1982. The
brewers’ yeast (Saccharomyces Collection and Preservation of
cerevisiae) as a feed supplement Animal Parasites. University of
for hybrid striped bass (Marone Nebraska Press, London.
chrysops x M. saxatillis). Aquac Raa J. 2000. The use of immune-
219: 681-692 stimulants in fish and shellfish
Li P, Gatlin III DM. 2006. Nucleotide feeds. University of Tromso
nutrition in fish: Current Norway
knowledge and fiture application. Sahan A, Duman S. 2010. Effect of β-
Aquac 251 : 141 – 152. glucan on Haematology of
Manurung US. 2013. Evaluasi Ragi Roti Common Carp (Cyprinus carpio)
(Saccharomyces cereviciae) Infected by Ectoparasites. Journal
sebagai imunostimulan dalam Mediterranean Aquaculture. 1 (1);
meningkatkan respon imun non- 1-7
spesifik dan pertumbuhan ikan nila Sajeevan TP, Philip R, Singh ISB. 2006.
(Oreochromis niloticus). Fakultas Immunostimulatory effect of a
Perikanan Dan Ilmu Kelautan marine yeast Candida sake S156
UNSRAT (Skripsi). Manado. Fenneropenaeus indicus. Aquac
Manurung US, Manoppo H, Tumbol RA. 257: 150-155.
2013. Evaluation of Baker’s Yeast Sakai M. 1999. Current Research Status of
(Saccharomyces cereviciae) In Fish Imunostimulants. Aquaculture
Enhancing Non Specific Immune 172 : 63-92.
Response and Growth of Nile Sakai M, Taniguchi K, Mamoto K, Ogawa
Tilapia (Oreochromis niloticus). H, Tabata M. 2001.
ejournal Budidaya Perairan Vol.1 Immunostimulant effects of
No. 1: 8-14 nucleotide isolated from yeast
Misra CK, Das BK, Mukherjee SC, RNA on crap, Cyprinus carpio L. J
Pattnaik P. 2006. Effect of long- Fish Dis 24: 433-438.
term administration of dietary β- Stolen SJ. 1990. Techniques in
glucan on immunity, growth and immunologi. 1 st edition. SOS
resistance of Labeo rohita Publication 43 de Normandie A
fingerlings. Aquac 255: 82-92 Venue Fair Haven, NJ 07703-3303.
Olivia-Teles A, Goncalves P. 2001. Tewary P, Patra BC. 2011. Oral
Partisial replacement of fishmeal administration of baker’s yeast
by brewers yeast Saccaromyces (Saccharomyces cerevisiae) acts as
cerevisiae, in diets for sea bass a growth promoter and
Dicentrachus labrax juveniles. immunomodulator in Labeo rohita
Aquaculture 202: 269'278. (Ham.)
Pais R, Khushiramani R, Karunasagar I,

13
Budidaya Perairan Mei 2014 Vol. 2 No. 2: 7 - 14

Welker TL, Lim C, Aksoy MY, Shelby R, Yin G, Jeney G, Racz Y, Pao X, Jeney Z.
Klesius PH. 2007. Immune 2006. Effect of two Chinese herbs
response and resistance to stress (Astragalus radix and Scutellaria
and Edwarsiella ictaluri challenge radix) on non-spesifik immune
in channel catfish, Ictalurus response of tilapia, Oreochromis
punctatus, fed diet containing niloticus. Aquaculture 235 : 39-47.
commercial whole-cell yeast or
yeast subcomponents. J World
Aquac Soc Vol. 38 No. 1:24-31

14

You might also like