You are on page 1of 15

JURNAL

PEMELIHARAAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) PADA MEDIA


RAWA GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK

OLEH

MIFTA HULJANNAH HSB


1304115170

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2018
MAINTAIN OF RED TILAPIA (Oreochromis sp.) USED OF PEAT SWAMP
WATER IN BIOFLOCS TECHNOLOGY

By
Mifta huljannah Hsb1), Iskandar Putra 2), Niken Ayu Pamukas 2)
Laboratory of Aquaculture Technology
Fisheries and Marine Faculty, Riau University
Email : jmifta22@gmail.com

ABSTRACT

The research was conducted for 50 days from August to September 2017.
At Laboratory of Aquaculture Technology, Marine and Fisheries Faculty,
University of Riau. The aim of this research was to know the effect of artificial
feeding with a different percentage of the growth and survival rate of Red Tilapia
by using biofloc system on peat swamp water. This research was using
experimental method by completely random design (RAL) one factor with three
replication. The fish used in this research with size 5 - 7 cm. The result showed
that feeding with a different percentage of growth and survival rate of Red Tilapia
by using bifloc on peat swamp water. In addition, it also affected the absolute
weight growth, absolute length growth, feed efficiency and feed conversion ratio.
The optimal dose was at FR 5% by giving the absolute weight growth was 4.46 g,
absolute length was 4.48 cm, feed efficiency was 88.46%, feed conversion ratio
was 1.12, and survival rate was 95.83%.

Key word : Red tilapia, Biofloc, Growth, Feeding rate, Peat swamp water

1. Student of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University


2. Lecturer of the Fisheries and Marine Science Faculty, Riau University
PEMELIHARAAN IKAN NILA MERAH (Oreochromis sp.) PADA MEDIA
RAWA GAMBUT DENGAN TEKNOLOGI BIOFLOK

Oleh
Mifta Huljannah Hsb1),
Iskandar Putra 2), Niken Ayu Pamukas 2)
Laboratorium Teknologi Budidaya
Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
Email : jmifta22@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini telah dilaksanakan selama 50 hari dari Agustus sampai


September 2017 di Laboratorium Teknologi Budidaya, Fakultas Perikanan dan
Kelautan, Universitas Riau. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
jumlah pakan optimal untuk pertumbuhan dan kelulushidupan ikan nila merah
(Oreochromis sp.) yang dipelihara pada media air rawa gambut dengan teknologi
bioflok. Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 1 faktor, 4 perlakuan dan 3 ulangan. Ikan yang digunakan dalam
penelitian ini berukuran 5-7 cm. Berdasarkan hasil penelitian ini didapat bahwa
pemberian pakan dalam jumlah yang berbeda sesuai dengan bobot tubuh ikan
pada media rawa gambut dengan sistem bioflok berpengaruh terhadap
pertumbuhan bobot mutlak, pertumbuhan panjang mutlak, laju pertumbuhan
harian, efisiensi pakan, rasio konversi pakan (FCR), dan kelulushidupan (SR).
Perlakuan terbaik dalam penelitian ini terdapat pada P2 pemberian pakan 5 % dari
bobot tubuh ikan dengan hasil pertumbuhan bobot mutlak 4.66 g, pertumbuhan
panjang mutlak 4.48 g, laju pertumbuhan harian 3.22, efisiensi pakan 88.46 %,
rasio konversi pakan (FCR) 1.12, dan kelulushidupan (SR) 95.83 %.

Kata Kunci : Ikan Nila Merah, Bioflok, Pertumbuhan, Jumlah Pakan, Air
Rawa Gambut,

1. Mahasiswa Fakultas Peikananan dan Kelautan, Universitas Riau


2. Dosen Fakultas Peikananan dan Kelautan, Universitas Riau
PENDAHULUAN melakukan pemupukan dan
Ikan Nila Merah (Oreochromis pengapuran, pemeliharaan organisme
sp.) merupakan jenis ikan yang budidaya secara polikultur. Namun
diintroduksi dari luar negeri. Bibit demikian hasilnya belum optimal.
ikan ini didatangkan ke Indonesia Hal yang selalu menjadi
secara resmi oleh Balai Penelitian penyebabnya adalah buruknya
Perikanan Air Tawar pada tahun kualitas air dalam media budidaya.
1969 (Djarijah, 1995). Ikan Nila Untuk meningkatkan kualitas air
Merah (Oreochromis sp.) rawa dapat dipergunakan teknologi
pertumbuhannya lebih cepat daripada bioflok.
nila lokal, tahan terhadap penyakit, Teknologi bioflok merupakan
disukai oleh berbagai bangsa karena salah satu alternatif baru dalam
dagingnya yang enak dan tebal mengatasi masalah kualitas air dalam
seperti daging ikan kakap merah. akuakultur yang diadaptasi dari
Semakin tingginya permintaan pasar teknik pengolahan limbah domestik
akan ikan nila merah mendorong secara konvensional (Avnimelech
dilakukannya usaha yang bertujuan 2007; De Schryver and Verstraete,
untuk meningkatkan produktivitas, 2009). Selain sebagai penetralisir
salah satunya adalah dengan system racun, teknologi bioflok juga bisa
budidaya intensif. menghasilkan pakan alami sebagai
Sistem budidaya intensif pakan ikan budidaya, sehingga
berarti melakukan pemeliharaan ikan konversi pakan lebih kecil.
dengan kepadatan tinggi, pemberian Pakan merupakan input
pakan berkualitas atau berprotein produksi budidaya yang sangat
tinggi serta manajemen kualitas air menentukan tingkat pertumbuhan
yang baik (Ebeling et al., 2006). ikan, namun sebagian pakan yang
Lahan rawa merupakan salah diberikan hanya 25% yang
satu sumber daya alam yang dikonversikan sebagai hasil produksi
mempunyai fungsi hidrologi dan dan yang lainnya terbuang sebagai
fungsi ekologi lain yang penting bagi limbah (62% berupa bahan terlarut
kehidupan seluruh makhluk hidup. dan 13% berupa partikel terendap).
Indonesia sesungguhnya merupakan Salah satu cara menekan biaya pakan
negara dengan kawasan gambut dan pengendapan limbah sisa pakan
tropika terluas di dunia, yaitu antara dan hasil metabolism ikan yaitu
13,5 – 26,5 juta ha. Jika luas gambut dengan pemberian pakan ikan sesuai
Indonesia adalah 20 juta ha, maka dengan bobot tubuh ikan.
sekitar 50% gambut tropika dunia Tujuan dari penelitian ini
yang luasnya sekitar 40 juta ha adalah untuk mengetahui jumlah
berada di Indonesia (Najiyati et al., pakan optimal untuk pertumbuhan
2005). dan kelulushidupan ikan nila merah
Beberapa cara untuk (Oreochromis sp.) yang dipelihara
meningkatkan produkditivitas rawa pada media air rawa gambut dengan
terutama untuk kegiatan perikanan teknologi bioflok.
sudah dilakukan orang seperti
BAHAN DAN METODE ciri inokulan aktif ditandai dengan
adanya buih – buih dan gumpalan
Penelitian ini dilakukan pada kecil putih di permukaan dan
bulan Agustus sampai dengan mempunyai aroma manis khas
September 2017 di Laboratorium molase. Inokulan aktif dimasukkan
Teknologi Budidaya Perairan, ke dalam wadah penelitian sebanyak
Fakultas Perikanan dan Kelautan, 250 mL dan ditambahkan 6 g kapur
Universitas Riau. dolomit ke masing – masing wadah.
Air rawa sebagai media hidup Pakan yang digunakan adalah
ikan nila merah berasal dari Desa pakan komersil FF 999 dengan kadar
Rimbo Panjang, Kecamatan protein 40%. Pakan yang diberikan
Tambang, Kabupaten Kampar, Riau. sesuai dengan perlakuan, dan
Ikan yang digunakan adalah benih diberikan sebanyak 3 kali yaitu pagi,
ikan nila merah (Oreochromis sp.) siang, dan sore hari dan diberikan
berukuran 5 – 7 cm sebanyak 96 secara add satiation.
ekor. Wadah yang digunakan dalam PAREMETER YANG DIUKUR
penelitian ini berupa ember dengan a. Pertumbuhan Bobot Mutlak
volume 40L sebanyak 12 buah. Pertumbuhan bobot mutlak
Kultur bioflok menggunakan EM4 ikan uji dapat dihitung dengan
yang di aktifkan denga molase, kapur menggunakan rumus Effendi (1979)
dolomit sebanyak 6 g/wadah. Pakan yaitu:
yang digunakan adalah pakan Wm = Wt – Wo
komersil FF 999 dengan kadar Dimana : Wm = Pertumbuhan bobot
protein 40%. mutlak (gram)
Metode yang digunakan dalam Wt = Bobot rata – rata
penelitian adalah metode eksperimen pada akhir penelitian (gram)
dengan menggunakan Rancangan Wo = Bobot rata – rata
Acak Lengkap (RAL) satu faktor pada awal penelitian (gram)
dengan 4 taraf perlakuan dengan 3 b. Pertumbuhan Panjang Mutlak
kali ulangan sehingga diperlukan 12 Pertumbuhan Panjang mutlak
unit percobaan. Perlakuan yang ikan uji dapat dihitung dengan
digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan rumus Zonneveld et
: al., (1979) yaitu:
P1 = Pemberian Pakan 3% dari c. L = Lt – Lo
Bobot Tubuh Dimana : L= Pertumbuhan panjang
P2 = Pemberian Pakan 5% dari mutlak (gram)
Bobot Tubuh Lt = Panjang rata – rata
P3 = Pemberian Pakan 7% dari pada akhir penelitian
Bobot Tubuh (gram)
P4 = Pemberian Pakan 10% dari Lo = Panjang rata – rata
Bobot Tubuh pada awal penelitian
EM4 yang digunakan untuk (gram)
kultur bioflok harus diaktifkan c. Laju Pertumbuhan Harian
terlebih dahulu dengan cara Pertumbuhan relatif harian ikan
memasukkan air, molase, dan EM4 uji dapat dilakukan dengan
ke dalam ember dengan menggunakan rumus Asmawi (1983)
perbandingan 1 L air : 20mL molase yaitu :
: 20mL EM4 (Hasibuan, 2008). Ciri – α=
(𝑳𝒏 𝑾𝒕−𝑳𝒏 𝑾𝒐)
𝒙 𝟏𝟎𝟎%
𝒕
Dimana : α = Laju pertumbuhan Wt = Berat biomassa ikan
harian (%) selama penelitian
Wt = Bobot rata – rata (gram).
pada akhir f. Kelulushidupan
penelitian (gram) Kelulushidupan ikan dapat
Wo = Bobot rata – rata dihitung dengan menggunakan
pada awal rumus Efendie (1979) yaitu :
penelitian (gram) 𝑵𝒕
SR = 𝑵𝒐 𝒙 𝟏𝟎𝟎%
T = Lama pemeliharaan
Dimana : SR = Kelulushidupan
ikan (hari)
ikan (%)
d. Efisiensi Pakan
Nt = Jumlah ikan yang
Jumlah pakan yang diberikan
hidup pada akhir
selama penelitian serta berat ikan
pengamatan (gram)
pada awal dan akhir penelitian
No = Jumlah ikan yang
diperoleh satu informasi tentang
hidup pada awal
efisiensi pakan dengan menggunakan
pengamatan (gram)
rumus menurut Watanabe (1988).
(𝑩𝒕+𝑩𝒅)−𝑩𝒐 g. Kualitas Air
EP = 𝒙 𝟏𝟎𝟎% Untuk pengukuran kualitas air pada
𝑭
Dimana : EP = Efisiensi pakan (%) wadah pemeliharaan dilakukan pada
Bt = Bobot biomassa ikan pada awal penelitian. Selanjutnya setiap 7
akhir pengamatan (gram) hari sekali dilakukan pengamatan
Bo = Bobot biomassa ikan pada parameter air pemeliharaan ikan
awal pengamatan (gram) dengan sistem bioflok. Parameter yang
Bd = Bobot biomassa ikan yang diukur adalah amoniak, nitrit, nitrat,
mati selama pengamatan suhu, kecerahan, pH, oksigen terlarut,
(gram) karbondioksida. Pengukuran parameter
kualitas air dilakukan di Laboratorium
F = Jumlah pakan yang di
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
konsumsi ikan selama
Universitas Riau.
pengamatan (gram)
h. Analisis data
e. Rasio Konversi Pakan Data yang diperoleh berupa
Rasio konversi pakan ikan uji
peubah atau parameter kemudian
dapat dihitung dengan menggunakan
dimasukkan kedalam tabel,
rumus Zonneveld et al., (1979) yaitu:
𝑭 selanjutnya dilakukan uji
FCR = (𝑾𝒕+𝑾𝒅)−𝑾𝒐 homogenitas. Apabila data homogen
Dimana : FCR =Rasio Konversi maka selanjutnya dilakukan analisis
Pakan variansi (ANAVA). Apabila uji
F = Jumlah pakan yang statistik menunjukkan perbedaan
di konsumsi oleh ikan nyata dimana F hitung > F tabel
uji (gram) maka dilanjutkan dengan uji rentang
Wo = Berat biomassa ikan Neuman-keuls untuk menentukan
pada awal perlakuan mana yang terbaik
pengamatan (gram) (Sudjana, 1991)
Wd = Bobot biomassa
ikan yang mati selama
pengamatan (gram)
HASIL DAN PEMBAHASAN awal terendah 1.58 g menjadi 6.44 g
yang tertinggi pada akhir penelitian.
Pertumbuhan Bobot Rata – rata Pertumbuhan bobot rata – rata benih
Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) ikan nila merah mengalami
hasil pertumbuhan bobot rata – rata peningkatan bobot yang berbeda
benih ikan nila merah (Oreochromis pada setiap perlakuan dan dapat
sp.) pada penelitian ini menunjukkan dilihat pada Gambar 1.
peningkatan yang baik dengan bobot

Gambar 1 . Grafik Pertumbuhan Bobot Rata – rata Ikan Nila Merah


(Oreochromis sp.)
Benih ikan nila merah merah, sementara pada perlakuan P4
mengalami peningkatan bobot yang dan P3 pemberian yang diberikan
berbeda di mana perlakuan berlebihan sehingga menyebabkan
pemberian pakan 5% dari bobot terbuangnya sisa pakan diperairan
tubuh perlakuan 2 memiliki bobot yang menyebabkan ammonia. Selain
rata – rata tertinggi yaitu 6.44 g itu, ada nya flok sebagai pakan
diikuti dengan perlakuan 4 tambahan pada ikan nila merah yang
pemberian pakan 10% dari bobot dipelihara pada penelitian ini juga
tubuh memiliki bobot yaitu 5.93 g. mampu meningkatkan bobot tubuh
Selanjutnya perlakuan 3 pemberian rata – rata ikan.
pakan 7% dari bobot tubuh memiliki
bobot 5.26 g. Bobot rata rata ikan Pertumbuhan Panjang Rata – rata
nila merah terendah pada perlakuan 1 Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
3% dari bobot tubuh yang memiliki Pertumbuhan panjang rata –
bobot yaitu 4.23 g. rata ikan nila merah merupakan hasil
Suhaili (1983) dalam pengukuran panjang benih ikan nila
Mardani (2017) menyatakan bahwa merah yang dilakukan setiap 10 hari
kecepatan tumbuh tergantung, sekali. Berdasarkan hasil pengamatan
kepada sejumlah makanan yang di dapat panjang rata – rata awal
diberikan, ruang, suhu dan dalamnya benih ikan nila merah yaitu 5.53 –
air. Ini dapat diartikan bahwa 6.25 cm dan panjang tertinggi pada
pemberian jumlah pakan yang sesuai akhir penelitian adalah 10.00 cm.
dan kondisi lingkungan yang baik Pertumbuhan panjang rata – rata
mampu meningkatkan pertumbuhan benih ikan nila merah mengalami
ikan dan di duga pula pemberian peningkatan yang berbeda pada
pakan pada P1 kurang mampu untuk setiap perlakuan dan dapat dilihat
memenuhi kebutuhan hidup ikan nila pada Gambar 2.
Gambar 2. Grafik Pertumbuhan Panjang Rata – rata Ikan Nila Merah
(Oreochromis sp.)

Panjang benih ikan nila terdapat pada perlakuan P2 yaitu


merah setiap perlakuan berbeda – 10.00 cm dan terendah terdapat pada
beda. Dimana P1 pemberian pakan perlakuan P1 yaitu 8.49 cm. Hal ini
3% dari bobot tubuh memiliki disebabkan oleh pemberian jumlah
panjang rata – rata yaitu 8.49 cm, P2 pakan yang sesuai dan kondisi
pemberian pakan 5% yaitu 10.00 lingkungan yang baik mampu
cm, P3 pemberian pakan 7% yaitu meningkatkan pertumbuhan ikan dan
9.73 cm dan perlakuan P4 pemberian di duga pula pemberian pakan pada
pakan 10% yaitu 9.81 cm. P1 kurang mampu untuk memenuhi
pertumbuhan panjang rata – rata kebutuhan hidup ikan nila
benih ikan nila merah tertinggi
Merah.

Pertumbuhan Bobot Mutlak Ikan pertumbuhan mutlak tertinggi


Nila Merah (Oreochromis sp.) terdapat pada P2 yaitu 4.66 g dengan
Hasil pengamatan bobot pemberian pakan 5% dari bobot
mutlak benih ikan nila merah dari tubuh ikan dan hasil terendah pada
awal hingga akhir penelitian P1 yaitu 2.36 g dengan pemberian
didapatkan pertumbuhan bobot pakan 3% dari bobot tubuh ikan.
mutlak benih ikan nila merah Hasil pengamatan pertumbuhan
(Oreochromis sp.). Pada hasil bobot mutlak setiap perlakuan dapat
pengamatan menunjukkan rata – rata dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Pertumbuhan Bobot Mutlak Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis


sp.) Pada Setiap Perlakuan.
Ulangan Perlakuan (g)
P1 P2 P3 P4
1 2.42 4.44 3.91 3.25
2 2.07 4.9 3.75 4.33
3 2.59 4.64 3.38 5.23
Jumlah 7.08 13.98 11.04 12.81
Rata – rata 2.36±0.26 a 4.66±0.23 b 3.68±0.27 b 4.27±0.99b
Pada Tabel 1 dapat dilihat mutlak benih ikan nila merah di
bahwa rata – rata pertumbuhan bobot mana pada P2 pemberian pakan 5%
dari bobot tubuh ikan yaitu 4.66 g, bahwa (P<0.05) yang berarti
P4 pemberian pakan 10% dari bobot perbedaan jumlah pakan memberikan
tubuh ikan yaitu 4,27 g, P3 pengaruh nyata terhadap
pemberian pakan 7% dari bobot pertumbuhan bobot tubuh benih ikan
tubuh ikan yaitu 3.68 g, dan P1 nila merah. Setelah dilakukan uji
pemberian pakan 3% dari bobot Student Newman Keuls didapatkan
tubuh ikan yaitu 2.36 g. hasil perlakuan P1 pemberian pakan
Perbedaan yang terjadi 3 % dari bobot tubuh ikan memberi
disebabkan pada perlakuan P2 pengaruh nyata terhadap P2, P3, dan
pemberian pakan 5% dari bobot P4. sedangkan perlakuan P2, P3, dan
tubuh pakan yang diberikan sesuai P4 tidak terdapat perbedaan nyata.
untuk benih ikan nila merah yang
dipelihara jika di bandingan dengan Pertumbuhan Panjang Mutlah
perlakuan yang lain dan flok – flok Ikan Nila Merah (Oreochromis
yang tersedia di dalam wadah sp.)
penelitian juga dimanfaatkan sebagai Berdasarkan hasil
pakan tambahan. Pada P1 pemberian pengamatan pertumbuhan panjang
pakan 3% dari bobot tubuh yang mutlak menunjukkan rentang setiap
diberikan pada benih ikan nila merah perlakuan yaitu 2.24 – 4.48 cm.
kurang cukup untuk pertumbuhan Dimana rata – rata pertumbuhan
ikan Sedangkan pada P3 dan P4 panjang mutlak tertingga dicapai
dengan pemberian pakan 7% dan oleh P2 pemberian pakan 5% dari
10% dari bobot tubuh jumlah pakan bobot tubuh ikan yaitu 4.48 cm, dan
yang diberikan lebih banyak dari hasil terendah dicapai oleh P1
perlakuan yang lain ditambah adanya pemberian pakan 3% dari bobot
flok – flok sebagai pakan tambahan tubuh ikan yaitu 2.24 cm. Hasil
dalam wadah penelitian tidak dapat pengamatan pertumbuhan panjang
dimanfaatkan oleh benih ikan nila mutlak setiap perlakuan dapat dilihat
dengan baik. Hasil uji analisis pada Tabel 2.
variansi (ANAVA) menunjukkan

Tabel 2. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis


sp.) Pada Setiap Perlakuan.
Ulangan Perlakuan (cm)
P1 P2 P3 P4
1 2.25 4.38 2.75 2.52
2 2.25 4.44 4.58 4.1
3 2.23 4.63 4.38 5.45
Jumlah 6.73 13.45 11.71 12.07
Rata - rata 2.24±0.011a 4.48±0.13a 3.90±1.00a 4.02±1.46a
Pertumbuhan panjang mutlak pertumbuhan benih ikan nila merah.
tertinggi pada P2 yaitu 4.48 cm dan Hasil pertumbuhan panjang
pertumbuhan panjang terendah pada sebanding dengan pertumbuhan
P1 yaitu 2.24 cm. Hal ini sesuai bobotnya.
dengan Husain (2014) yaitu Hasil uji analisis variansi
pemberian pakan 5% dari bobot (ANAVA) menunjukkan bahwa
tubuh ikan dengan perbandingan C:N (P>0.05) yang berarti perbedaan
15 mampu meningkatkan penambahan probiotik pada
pemeliharaan benih ikan nila merah %. Dimana rata – rata laju
memberikan pengaruh tidak nyata pertumbuhan harian tertinggi
terhadap pertumbuhan panjang terdapat pada P2 pemberian pakan
mutlak benih ikan nila merah. 5% dari bobot tubuh ikan dan
terendah pada P1 pemberian pakan
Laju Pertumbuhan Ikan Nila 3% dari bobot tubuh ikan. Hasil
Merah (Oreochromis sp.) pengamatan laju pertumbuhan harian
Laju pertumbhan benih ikan setiap perlakuan dapat dilihat pada
nila merah pada pengamatan yang Tabel 3.
dilakukan berkisar antara 1.92 – 3.22

Tabel 3. Laju Pertumbuhan Harian Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis


sp.) Pada Setiap Perlakuan.
Ulangan Perlakuan (g)
P1 P2 P3 P4
1 2.07 2.82 3.37 2.62
2 1.86 3.48 2.86 3.74
3 1.83 3.37 2.81 3.21
Jumlah 5.76 9.67 9.04 9.57
Rata - rata 1.92±0.13 a 3.22±0.35 b 3.01±0.30 b 3.19±0.56b

Berdasarkan Tabel 4 di atas Selain itu juga Teknologi bioflok


dapat dilihat bahwa rata – rata laju juga menjadi salah satu cara
pertumbuhan harian benih ikan nila pemecah masalah limbah budidaya
merah tertinggi ada pada P2 karena selain dapat menurunkan
pemberian pakan 5% dari bobot limbah nitrogen amoniak, teknologi
tubuh ikan, yaitu 3.22 %, P4 bioflok juga mampu menyediakan
pemberian pakan 10% dari bobot pakan tambahan sehingga dapat
tubuh ikan, yaitu 3.19 %, P3 meningkatkan pertumbuhan ikan
pemberian pakan 7% dari bobot (Crab et al.,2007).
tubuh ikan, yaitu 3.01 %, dan P1 Hasil uji analisis variansi
pemberian pakan % dari bobot tubuh (ANAVA) menunjukkan bahwa
ikan, yaitu 1.92 %. (P<0.05) sehingga dapat diketahui
Laju pertumbuhan benih ikan bahwa pemberian jumlah pakan yang
nila merah dipengaruhi oleh berbeda sesuai bobot ikan dengan
ketersediaan pakan serta kondisi teknologi bioflok berpengaruh nyata
pada lingkungan. Ketersediaan pakan terhadap laju pertumbuhan harian
secara berkelanjutan akan membuat benih ikan nila merah. Setelah itu
laju pertumbuhan ikan baik. Kondisi dilakukan uji student bewman keuls
lingkungan perairan juga banyak untuk melihat pengaruh antar
mempengaruhi laju pertumbuhan perlakuan. Hasilnya menunjukkan
harian. Jika kondisi lingkuan baik bahwa P2 tidak berbeda nyata
dan memenuhi toleransi ikan maka dengan P3, dan P4 tetapi berbeda
nafsu makan ikan akan tinggi. nyata dengan P1.
Namun sebaliknya ikan kondisi
lingkungan buruk maka nafsu makan
ikan rendah sehingga dapat
berpengaruh pada laju pertumbuhan.
Efisiensi Pakan Ikan Nila Merah Hasil perhitungan efisiensi pakan
(Oreochromis sp.) pada benih ikan nila merah selama
penelitian dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Efisiensi Pakan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Pada
Setiap Perlakuan.
Ulangan Perlakuan
P1 P2 P3 P4
1 86.00 80.00 67.36 34.30
2 75.00 93.50 56.50 47.39
3 91.86 91.88 58.28 37.31
Jumlah 252.86 265.38 182.14 119.00
Rata - rata 84.28±8.55 c 88.46±7.37 c 60.71±5.82 b 39.66±6.85a
kurang sehingga pertumbuhan flok
Efisiensi pakan pada yang di harapkan menjadi tambahan
penelitian ini sesuai dengan Tabel 4 nutrisi ikan yang bergizi tidak
yang tertinggi P2 pemberian pakan tumbuh dengan baik.
5% dari bobot tubuh ikan, yaitu Dari hasil uji analisis variansi
88.46%, P1 pemeberian pakan 3% (ANAVA) menunjukkan bahwa
dari bobot tubuh ikan, yaitu 84.28 %, (P<0.05) yang berarti pemberian
P3 pemeberian pakan 7% dari bobot pakan dengan jumlah berbeda yang
tubuh ikan, yaitu 60.71%, P4 dipelihara dengan teknologi bioflok
pemberian pakan 10% dari bobot pada ikan nila merah berpengaruh
tubuh ikan, yaitu 39.66 %. Hal ini nyata terhadap efisiensi pakan. P1
sesuai dengan Suryaningrum (2014), tidak berbeda nyata dengan P2, P3
penggunaan sistem bioflok apabila berbeda nyata dengan P4, tetapi P1
pemberian pakan berlebihan dan P2 berbeda nyata dengan P3 dan
mengakibatkan bakteri tidak akan P4.
mampu menguraikan bahan organik,
sehingga kualitas air menurun, Rasio Konversi Pakan Ikan Nila
pertumbuhan bakteri flok juga akan Merah (Oreochromis sp.)
terganggu sehingga kualitas air Hasil penelitian ini data yang di
menurun dan menurunkan efisiensi dapat dari konversi pakan benih ikan
pakan . Hal yang sama juga terjadi nila merah di setiap perlakuan dapat
jika dosis pakan yang diberikan dilipat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rasio Konversi Pakan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
Pada Setiap Perlakuan.
Ulangan Perlakuan
P1 P2 P3 P4
1 1.15 1.24 1.49 2.91
2 1.32 1.06 1.76 2.15
3 1.08 1.08 1.71 2.67
Jumlah 3.55 3.38 4.96 7.73
Rata - rata 1.18±0.12a 1.12±0.09a 1.65±0.14b 2.57±0.38c

Berdasarkan Tabel 6 di atas pakan (FCR) benih ikan nila merah


dapat dilihat bahwa rasio konversi yang dipelihara mengalami
penurunan dengan kisaran 2.57 – (P<0.05) yang berarti pemberian
1.12. Nilai konversi pakan terendah jumlah pakan yang berbeda sesuai
diperoleh P2 yaitu 1.12 dan tertinggi dengan bobot tubuh ikan pada
pada P4 yaitu 2.57. Nilai konversi teknologi bioflok berpengaruh nyata
pakan ikan nila merah yang terhadap FCR benih ikan nila merah
diperoleh dalam penelitian ini lebih yang dipelihara. Uji student newman
rendah daripada penelitian yang telah keuls yang dilakukan mendapatkan
dilaporkan sebelumnya. Fadri et al., hasil P1 tidak berbeda nyata dengan
(2010) melaporkan bahwa rasio P2, P3 berbeda nyata dengan P4,
konversi pakan ikan nila dengan tetapi P1 dan P2 berbeda nyata
penambahan probiotik EM4 dalam dengan P3 dan P4.
pakan berkisar antara 3.03 – 2.01.
pada penelitian ini P2 pemberian Kelulushidupan Ikan Nila Merah
pakan 5% dari bobot tubuh ikan (Oreochromis sp.)
merupakan jumlah pakan optimal Kelulushidupan benih ikan nila
karena rasio konversi pakan yang merah selama penelitian yang
diperoleh lebih kecil dari pada dilakukan berkisar antara 75,00 –
perlakuan lainnya. 95,83 %. Hasil pengamatan
Dari hasil uji analisis variansi kelulushidupan benih ikan nila merah
(ANAVA) menunjukkan bahwa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Kelulushidupan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Pada


Setiap Perlakuan.
Ulangan Perlakuan
P1 P2 P3 P4
1 100 100 100 87.5
2 100 87.5 87.5 75
3 87.5 100 87.5 62.5
Jumlah 287.5 287.5 275 225
Rata - rata 95.83±7.21a 95.83±7.21a 91.66±7.21a 75±12.50a

Berdasarkan Tabel 6 di atas menimbulkan amonia yang


dapat diketahui bahwa nilai rata – menyebabkan rendahnya
rata kelulushidupan benih ikan nila kelulushidupan. Hal ini sesuai
merah tertinggi ada pada P1 dan P2 dengan Suryaningrum (2014),
yaitu 95,83 %, P3 yaitu 91,66%, dan penggunaan sistem bioflok apabila
nilai rata – rata kelulushidupan pemberian pakan berlebihan
terendah benih ikan nila merah ada mengakibatkan bakteri tidak akan
pada P4 yaitu 75,00%. mampu menguraikan bahan organik,
Peranan teknologi bioflok dapat sehingga kualitas air menurun,
mengubah amonia pada setiap pertumbuhan bakteri flok juga akan
perlakuan dan memperbaiki kualitas terganggu.
air. Nilai kelulushidupan terendah Berdasarkan uji analisis
pada penelitian ini ada pada P4 variansai (ANAVA) menunjukkan
pemberian pakan 10 % dari bobot bahwa (P>0,05) sehingga tidak
tubuh ikan yaitu 75 % hal ini karena berpengaruh nyata antara perlakuan
adanya sisa pakan yang berlebihan dengan kelulushidupan benih ikan
pada wadah penelitian sehingga nila merah
Kualitas Air suhu, oksigen terlarut (DO), derajat
Kualitas air merupakan salah keasaman (pH) dan amonia (NH3).
satu faktor yang sangat penting Hasil pengukuran masing – masing
dalam mendukung pertumbuhan dan parameter kualitas air dapat dilihat
kelulushidupan ikan. Kualitas air pada Tabel 7.
yang diukur selama penelitian adalah

Tabel 7. Pengukuran Kualitas Air Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.)
Pada Setiap Perlakuan
Wadah Parameter yang diukur
Penelitian Suhu (˚C) DO (mg/L) pH NH3 (mg/L)
P1 27 – 30 3,20-4,22 6–8 0,35-0,27
P2 27 – 30 3,40-4,40 6–8 0,33-0,19
P3 27 – 30 3,26-4,32 6–8 0,33-0,23
P4 27 – 30 3,20-4.20 6–8 0,35-0,29

Berdasarkan tabel diatas media pemeliharaan ikan. Volume


dapat dilihat bahwa kisaran kualitas flok adalah jumlah padatan
air pada wadah penelitian memenuhi tersuspensi selama periode waktu
standar toleransi benih ikan nila tertentu pada wadah kerucut terbalik
merah. Standar kualitas air untuk (imhoff cone) (Effendi, 2003).
pemeliharaan ikan nila yaitu, suhu 25 Tingginya nilai volume flok pada
- 32˚C, pH 6,5 – 8,5, oksigen terlarut perlakuan bioflok menunjukkan
≥ 3 mg/l, san NH3 < 0,02 mg/l (SNI, bahwa bakteri pada wadah
2009). Hasil pengamatan kualitas air pemeliharaan dapat membentuk flok
dalam penelitian ini menunjukkan yang selanjutnya dimanfaatkan okan
bahwa kualitas air pada sistem sebagai pakan. Sesuai dengan
bioflok akan baik apabila dalam pendapat Crab et al., (2010) dalam
pengolahan kualitas air dilakukan Darmawan (2017), komunitas bakteri
dengan baik. yang terakumulasi didalam sistem
akuakultur heterotrofik akan
Volume Flok membentuk flok (gumpalan) yang
Volume flok merupakan salah satu dapat dimanfaatkan sebagai sumber
indikator terjadinya flokulasi pada pakan untuk ikan. Hasil pengukuran
volume flok dapat dilihat pada Tabel
8.
Tabel 8. Rata – rata Volume Flok Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.) Setiap
Perlakuan
Jumlah Flok/Minggu
Perlakuan
1 2 3 4 5
P1
1.16 1.36 1.7 1.76 2.06
P2
2.2 2.66 2.9 3.26 3.6
P3
2.16 2.46 2.76 3.1 3.53
P4 2.06 2.4 2.5 2.76 3.03

Rata – rata indeks keragaman paling DAFTAR PUSTAKA


tinggi pada media bioflok yaitu 3.34 Crab, R., Avnimelech Y., Defoirdt
ml dan indeks keragaman yang T., Bossier P., and Verstraete
paling rendah sebesar 2.87 (Sukma et W., 2007 Nitrogen Removal
al., 2015). Untuk indeks dominasi Techniques in Aquaculture for
tertinggi pada media bioflok yaitu Sustainable Production.
0.17 ml dan indeks dominasi Aquaculture, 270: 1-14.
terendah yaitu 0.10 ml. Menurut
Krebs dalam Widayastuti, 2002) bila Djariah AS. 1995. Nila Merah
indeks dominasi mendekati 1 berarti Pembenihan dan Pembesaran
ada organisme yang mendominasi Secara Intensif. Penerbit
dan jika indeks dominasi mendekati Kanisius, Yogyakarta.
0 berarti tidak ada organisme.
De Schryver, P., R. Crab, T.
Kesimpulan Defoirdt, N. Boon, dan W.
Berdasarkan hasil penelitian Verstraete. 2009. The
ini didapat bahwa pemberian pakan Basics of Bio-Flocs
dalam jumlah yang berbeda sesuai Technology: The Added
dengan bobot tubuh ikan pada media Value for Aquaculture.
rawa gambut dengan sistem bioflok Aquaculture, hal 125–137.
berpengaruh terhadap pertumbuhan
bobot mutlak, pertumbuhan panjang Ebeling JM, Timmons MB, Bisogni
mutlak, laju pertumbuhan harian, JJ. 2006. Engineering
efisiensi pakan, rasio konversi pakan Analysis of The
(FCR), dan kelulushidupan (SR). Stoichiometry of
Perlakuan terbaik dalam penelitian Photoautotropic, Autotropic
ini terdapat pada P2 pemberian And Heterotropic Removal
pakan 5 % dari bobot tubuh ikan of Ammonia-Nitrogen in
dengan hasil pertumbuhan bobot Aquaculture System.
mutlak 4.66 g, pertumbuhan panjang Aquaculture 257, 346-358.
mutlak 4.48 g, laju pertumbuhan
Effendie, M.I. 1979. Metoda Biologi
harian 3.22, efisiensi pakan 88.46 %,
Perikanan. Yayasan Dewi
rasio konversi pakan (FCR) 1.12, dan
Sri. Bogor. 112 hlm.
kelulushidupan (SR) 95.83 %.
Fadri, S., Zainal A. Muchlisinl, dan Dipelihara di Bak Plastik.
Sugito S. 2016. Jurnal Ilmu Hewani Tropika
Pertumbuhan, Vol 6 No 1. Fakultas
Kelangsungan Hidup, dan Perikanan Universitas
Daya Cerna Pakan Ikan Nila Kristen Palang Karaya.
Merah (Oreochromis
niloticus) yang Mengandung Najiyati, S., L. Muslihat, dan I.N.N.
Tepung Daun Jaloh (Salix Suryadiputra. 2005.
Tetrasperma Roxb) dengan Panduan Pengelolaan Lahan
Penambahan Probiotik Gambut untuk Pertanian
EM4. Jurnal Ilmiah Berkelanjutan. Project
Mahasiswa Kelautan dan Climate Change, Forests
Perikanan Unsyiah. Volume and Peatlands in Indonesia.
1, Nomor 2 : 210 – 221. Wetlands International-
Indonesia Programme and
Hasibuan, S. 2008. Penuntun Wildlife Habitat Canada,
Praktikum Budidaya Bogor.
Perairan Rawa. Pekanbaru.
Universitas Riau. SNI. 2009. Produksi Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
Husain, N., Berta P dan Supono. Kelas Pembesaran di Kolam
2014. Perbandingan Karbon Air Tenang.
dan Nitrogen Pada Sistem http://pusperindo.com/sni-
Bioflok Terhadap Kinerja budidaya-
Pertumbuhan Ikan Nila perikanan/&hl=en-ID. 22
Merah (Oreochromis Mei 2018.
niloticus). E-jurnal Rekayasa
dan Teknologi Budidaya Suryaningrum, F.M. 2014. Aplikasi
Perairan. Volume III No 1 Teknologi Bioflok dan
Oktober 2014. Pemeliharaan Benih Ikan
Nila (Oreochromis
Mardani. 2017. Pengaruh Pemberian niloticus). Jurnal
Pakan Dengan Presentase Manajemen Perikanan dan
yang Berbeda Terhadap Kelautan. Vol 1 No.1 Hal :
Pertumbuhan Ikan Patin 7.
(Pangasius pangasius) yang

You might also like