Professional Documents
Culture Documents
AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
Abstract
This study aimed to analyze the growth performance of tilapia in the biofloc system, the
feed conversion ratio of Tilapia that reared in the biofloc system and the floc volume that
thrived in different percentages of carbohydrates supplementation. This study used a
Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments and 3 replications, i.e; P1 =
Control, P2 = 25% of sugarcane juice/feed, P3 = 75% of sugarcane juice/feed. The results of
this study indicated that the absolute weight growth rate of Tilapia in all treatments was
significantly different (P <0.15). However, there was no significant difference for the
specific growth rate (SGR) and the feed conversion ratio (FCR) among the treatments. The
highest growth in absolute weight of the Tilapia (Oreochromis niloticus) was achieved by
P2 (3.08 g) then followed by P1 (2.26 g) and the lowest one was P3 (1.82 g). The average
specific growth rate of the Tilapia was 2.39%/BW/d while the average feed conversion ratio
was 1.76 of all the treatments. The highest floc volume was found in P2 with an average of
40 ml/L, while the lowest floc volume was found in P3 with an average of 33 ml/L.
Keywords: Sugarcane juice, Biofloc, Tilapia, Growth, Flock volume.
padat tebar dan pakan yang digunakan, akan jumlah pakan, P3 = 75% gula x jumlah pakan.
menjadi pendorong menurunnya kualitas air Data yang diperoleh dianalisis keragamannya
karena timbunan bahan organik dari sisa menggunakan uji F dengan tingkat
pakan maupun ekskresi ikan. Dengan kepercayaan 85%.
demikian, semakin tinggi input pakan semakin
tinggi pula akumulasi limbah amonia dalam B. Prosedur Penelitian
media budidaya. Salah satu tek nologi yang 1. Persiapan Alat dan Wadah
dapat mengatasi permasalahan limbah Wadah yang akan digunakan pada saat
akuakultur yaitu bioflok (Riani dkk., 2012). penelitian yaitu akuarium yang berukuran
Beberapa penelitian menunjukkan 25x25x25cm sebanyak 9 buah. Sebelum
bahwa aplikasi teknologi bioflok berperan akuarium digunakan, akuarium dicuci terlebih
dalam perbaikan kualitas air, peningkatan dahulu menggunakan sabun cuci lalu dibilas.
biosecurity, peningkatan produktivitas serta Setelah itu akuarium, dikeringkan dengan
penurunan biaya pakan (Avnimelech, 1999; menjemur dibawah sinar matahari. Tujuan
de Schryver et al., 2008). Peningkatan padat mencuci akuarium agar lebih bersih dan
tebar ikan nila akan meningkatkan limbah membunuh mikroorganisme yang menempel.
buangan hasil metabolik dalam bentuk Setelah akuarium sudah benar-benar kering,
nitrogen (N). Limbah nitrogen dari ikan nila akuarium diisi air sebanyak ± 10 liter.
berupa amonia bersifat toksik meskipun Setiap akuarium diberi air budidaya
dalam konsentrasi yang rendah. Pada ikan nila (air limbah) sebanyak 200 ml,
teknologi bioflok, amonia akan dikonversi kemudian disusun dan setiap wadah diberi
dengan cepat menjadi biomassa bakteri label sesuai dengan ulangan dan perlakuan
heterotrof (bioflok). yang telah ditentukan sesuai hasil
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan pengacakan, lalu diberi aerasi menggunakan
informasi mengenai pengaruh penambahan aerator selama 24 jam. Semua unit percobaan
sumber karbohidrat (sari tebu) yang berbeda diberi aerasi kencang secara konstan, agar DO
terhadap produktifitas budidaya ikan nila dapat dipertahankan > 5 mg/liter
(pertumbuhan, rasio konversi pakan, menggunakan blower dengan daya 80 watt.
kelimpahan bioflok dan kualitas air). 2. Persiapan Ikan Nila
Penelitian ini bertujuan untuk Ikan yang digunakan pada penelitian ini
menganalisis performa pertumbuhan ikan nila adalah ikan nila yang berasal dari
pada sistem bioflok yang dicobakan, Laboratorium Sistem dan Teknologi
menganalisis rasio konversi pakan ikan nila Akuakultur. Setelah itu ikan diseleksi, ikan
yang dipelihara dalam sistem bioflok tersebut yang sehat digunakan untuk penelitian.
dan menganalisis kelimpahan bioflok yang Kemudian ikan ditimbang beratnya. Ikan nila
diberi jumlah karbohidrat yang berbeda. yang digunakan pada penelitian ini sebanyak
90 ekor, dimana setiap satu akuarium diisi 10
2. METODE PENELITIAN ekor ikan nila.
3. Pembuatan Sari Tebu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sari tebu diperoleh dari tebu lokal.
Mei sampai dengan bulan Juni 2019. Proses Tebu kemudian dipotong-potong menjadi
persiapan dan penempatan unit percobaan bagian kecil lalu dikupas kulit tebunya dan
penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dibersihkan. Tebu yang dibersihkan kemudian
Sistem dan Teknologi Akuakultur, Fakultas dihaluskan menggunakan blander. Setelah
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas halus, tebu kemudian diperas menggunakan
Mulawarman, Samarinda. kain untuk diambil sarinya. Pemberian sari
A. Rancangan Penelitian tebu dilakukan setiap pagi hari. Jumlah sari
Penelitian ini menggunakan Rancangan tebu yang diberikan disesuaikan dengan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 jumlah pemberian pakan yang dimakan ikan.
ulangan yaitu : P1 = Kontrol, P2 = 25% gula x 4. Prosedur Penambahan Karbon
95
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226
ukur sebanyak 1 liter dan dimasukkan ke berturut-turut yaitu : P2 (3,08 g), P1 (2,26 g)
dalam tabung centrifuge 15 ml dan P3 (1,82 g).
d. Menunggu hingga 30 menit, sampai flok 4.00
Pertumbuhan
centrifuge 2.00
e. Mengukur endapan flok melalui skala 1.00
2,26ab 3,08b 1,82a
0.00
(ml/l) yang tertera pada tabung
centrifuge 15 ml (Centrifuge conical tube) P1 P2 P3
Perlakuan
4. Pengukuran Kualitas Air
a. Pengukuran parameter kualitas air Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan berat
meliputi oksigen terlarut (DO), pH, mutlak ikan nila
suhu, amonia (NH3-N) dan nitrat (NO3-
N). Pengukuran dilakukan setiap tiga Hasil analisis ragam menunjukkan
hari sekali selama penelitian. bahwa pertumbuhan berat mutlak ikan nila
b. Selama penelitian hanya dilakukan pada semua perlakuan berbeda secara nyata,
penambahan air apabila air didalam dikarenakan nilai F-hitung (3,17) > F-tabel
unit percobaan sudah mulai berkurang, (2,65). Pertumbuhan mutlak diperoleh pada
namun tidak dilakukan pergantian air. P2 (dengan penambahan 25% sari tebu) tidak
berbeda nyata terhadap P1 (kontrol) tetapi
D. Analisis Data berbeda nyata dengan P3 (dengan
Hasil pengamatan disajikan dalam penambahan 75% sari tebu). Sedangkan P3
bentuk tabel beri kut : tidak berbeda nyata dengan P1.
Tabel 1. Hasil pengamatan Pertumbuhan mutlak pada P2 lebih
Ulangan Rata- tinggi dibanding P1 disebabkan karena
P Total
1 2 3 rata sumber karbohidrat yang ditambahkan ke
P1 P1U1 P1U2 P1U3 dalam media P2 mampu diubah oleh bakteri
P2 P2U1 P2U2 P2U3 heterotrof sebagai sumber energi sehingga
P3 P3U1 P3U2 P3U3 menghasilkan biomassa bakteri dalam jumlah
Data yang diperoleh dianalisis besar dan dapat dimanfaatkan oleh ikan nila
keragamannya menggunakan uji F dengan sebagai sumber pakan tambahan. Bioflok
tingkat kepercayaan 85%. Apabila hasil yang dapat berguna sebagai sumber pakan alami
diperoleh dari analisis ragam menunjukkan berprotein tinggi, yakni 37-38% (Azim and
perbedaan yang nyata (P < 0,15) antara Little, 2008).
perlakuan, maka dilanjutkan dengan Pertumbuhan mutlak pada P3 lebih
menggunakan uji lanjut DMRT (Duncan rendah dari P2, padahal sama-sama diberi
Multiple Range Test). Seluruh prosedur penambahan sari tebu tetapi dengan jumlah
analisis diatas menggunakan perangkat lunak yang berbeda. Apabila dilihat dari jumlah
Microsoft Excel 2010. Sedangkan data penambahan sari tebu, pemberian sari tebu
parameter kualitas air dianalisis secara pada P3 lebih tinggi dibandingkan dengan P2,
deskriptif. namun pertambahan berat P3 lebih rendah.
Hal ini diduga adanya gangguan osmoregulasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN karena peningkatan kadar ion dalam air yang
disebabkan oleh tingginya jumlah gula yang
1. Performa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ditambahkan. Penambahan jumlah gula yang
a. Pertumbuhan Berat Mutlak lebih banyak akan meningkatkan kadar ion di
Pertumbuhan berat mutlak ikan nila dalam air. Kadar ion di dalam air itu, sedikit
pada semua perlakuan berbeda secara nyata. banyak akan mempengaruhi tekanan osmotik
Pertumbuhan berat mutlak ikan nila selama ikan, sehingga ikan harus bekerja lebih keras
penelitian dari yang tertinggi sampai terendah untuk proses osmoregulasi karena ketidak
97
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226
4.00
(SGR) ikan yaitu faktor luar (kandungan
2.00
oksigen terlarut, suhu air, amonia) dan faktor
0.00 4,28a 4,33a 3,15a
dalam (umur ikan, keturunan). Faktor–faktor
P1 P2 P3 tersebut ada yang dapat dikontrol dan tidak.
Perlakuan Antara satu faktor dengan faktor lainnya
saling berinteraksi dan berhubungan, seperti
Gambar 2. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah ikan, kompetisi (persaingan) antar ikan
spesifik ikan nila dalam mendapatkan makanan maupun
98
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226
oksigen, kualitas pakan dan umur ikan menunjukkan bahwa bioflok yang didominasi
(Wiadnya dkk., 2000). oleh mikroalga dan bakteri autotrof lebih
menguntungkan terutama untuk ikan nila
2. Rasio Konversi Pakan/Food Convertion Ratio yang cenderung hewan herbivora.
(FCR) Berdasarkan hasil penelitian, P3
Nilai rasio konversi pakan (FCR) ikan mempunyai nilai FCR tertinggi dibandingkan
nila pada semua perlakuan tidak berbeda perlakuan lain yaitu sebesar 2,17. Namun,
secara nyata. Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari segi pertumbuhan ikan, P3
yang telah dilakukan nilai rasio konversi pakan memiliki tingkat pertumbuhan terendah dari
(FCR) ikan nila yang diperoleh selama semua perlakuan. Sumoharjo dan Sulistyawati
penelitian dari yang tertinggi sampai terendah (2020) menyatakan bahwa nilai FCR tersebut
berturut-turut adalah P3 (2,17), P1 (1,77) dan menunjukkan konsumsi pakan yang besar,
P2 (1,34). namun tidak memberikan pertumbuhan yang
4.00 berarti.
Rasio konversi
pakan (FCR)
3.00
2.00 3. Dinamika Total Amonia Nitrogen (TAN) dan
1.00 Kelimpahan (Biomassa) Bioflok
0.00 1,77a 1,34a 2,17a a. Dinamika Total Amonia Nitrogen (TAN)
P1 P2 P3 Hasil pengukuran TAN pada media
pemeliharaan ikan nila yang diukur setiap 3
Perlakuan hari sekali disajikan pada Gambar 4.
4.0
Gambar 3. Rata-rata Rasio konversi pakan
Nilai TAN (mg/L)
3.0
(FCR) 2.0 P1
1.0
Hasil analisis ragam menunjukkan P2
0.0
bahwa perlakuan tidak memiliki perbedaan
4 10 16 21 27 33 P3
yang nyata terhadap rasio konversi pakan
(FCR) ikan nila, dikarenakan nilai F-hitung …
(2,12) < F-tabel (2,65). Rasio konversi pakan
(FCR) yang terendah pada penelitian ini Gambar 4. Rata-rata nilai TAN selama
terdapat pada P2 yaitu sebesar 1,34. Dapat penelitian
diartikan bahwa P2 mempunyai nilai FCR lebih
baik dikarenakan pemanfaatan pakan untuk Konsentrasi TAN selama masa
pertumbuhan sangat efisien. pemeliharaan berkisar antara 0,49-2,24 mg/L
Rasio konversi pakan yang diperoleh pada P1, 0,46-2,9 mg/L pada P2 dan 0,5-2,1
pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan mg/L pada P3. Konsentrasi TAN pada P1 dan
beberapa peneliti lainnya. Xu, et al., (2016) P3 menunjukkan pola yang hampir sama.
menyatakan bahwa nilai FCR yang lebih baik Namun konsentrasi TAN pada P3 lebih rendah
ditemukan pada perlakuan dengan C/N rasio 9 dibandingkan dengan perlakuan lainnnya.
dan C/N rasio 12 dibandingkan dengan Sedangkan P2 memiliki konsentrasi TAN lebih
perlakuan dengan C/N rasio 15 dan C/N rasio tinggi.
18. Perlakuan dengan C/N rasio 9 dan C/N Konsentrasi TAN mengalami
rasio 12 didominasi oleh mikroalga dan peningkatan cukup tinggi terjadi pada hari ke-
bakteri autotrofik sedangkan pada perlakuan 30 terhadap semua perlakuan. Kemudian
C/N rasio 15 dan C/N rasio 18 didominasi oleh kandungan TAN mengalami penurunan di
bakteri heterotrofik. Hasilnya menunjukkan akhir pemeliharaan pada masing-masing
bahwa jenis campuran bioflok yang perlakuan. Tingginya nilai TAN yang terjadi
didominasi oleh mikroalga dan bakteri pada hari ke-30 pengamatan, diduga
autotrofik lebih bermanfaat untuk kinerja diakibatkan oleh akumulasi sisa pakan dan
udang (Xu, et al., 2016). Jadi hal ini feses pada wadah pemeliharaan. Tingginya
99
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226
101
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226
102