You are on page 1of 9

J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102.

April 2021 ISSN :2460-9226

AQUAWARMAN
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI AKUAKULTUR
Alamat : Jl. Gn. Tabur. Kampus Gn. Kelua. Jurusan Ilmu Akuakultur
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Efektivitas Penambahan Sari Tebu Sebagai Sumber


Karbohidrat Pada Sistem Bioflok Dalam Budidaya Ikan Nila
(Oreochromis niloticus)
The Effectiveness of Sugarcane Juice Addition as Carbohydrate Source in the
Biofloc System for Tilapia (Oreochromis niloticus) Culture
Mira Angraini Lusiana1), Sumoharjo2), Isriansyah3)

1)
Mahasiswa Jurusan Budidaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman
2),3) )
Staf Pengajar Jurusan Akuakultur Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman

Abstract

This study aimed to analyze the growth performance of tilapia in the biofloc system, the
feed conversion ratio of Tilapia that reared in the biofloc system and the floc volume that
thrived in different percentages of carbohydrates supplementation. This study used a
Completely Randomized Design (CRD) with 3 treatments and 3 replications, i.e; P1 =
Control, P2 = 25% of sugarcane juice/feed, P3 = 75% of sugarcane juice/feed. The results of
this study indicated that the absolute weight growth rate of Tilapia in all treatments was
significantly different (P <0.15). However, there was no significant difference for the
specific growth rate (SGR) and the feed conversion ratio (FCR) among the treatments. The
highest growth in absolute weight of the Tilapia (Oreochromis niloticus) was achieved by
P2 (3.08 g) then followed by P1 (2.26 g) and the lowest one was P3 (1.82 g). The average
specific growth rate of the Tilapia was 2.39%/BW/d while the average feed conversion ratio
was 1.76 of all the treatments. The highest floc volume was found in P2 with an average of
40 ml/L, while the lowest floc volume was found in P3 with an average of 33 ml/L.
Keywords: Sugarcane juice, Biofloc, Tilapia, Growth, Flock volume.

1. PENDAHULUAN produksi budidaya harus ditingkatkan. Seiring


dengan bertambahnya minat masyarakat
Perikanan dan kelautan Indonesia
terhadap ikan nila dan perkembangan
memiliki potensi pembangunan ekonomi dan
teknologi, budidaya ikan nila telah dilakukan
termasuk prospek bisnis yang cukup besar
secara intensif.
sehingga dapat dijadikan sebagai sektor untuk
Kualitas air dalam proses budidaya ikan
mengatasi krisis ekonomi. Peningkatan
yang dilakukan secara intensif, harus dapat
produksi perikanan dapat dilakukan dengan
terkontrol dengan baik, agar organisme yang
meningkatkan produksi dari sektor perikanan
dibudidayakan dapat tumbuh optimal
budidaya. Sektor perikanan yang mempunyai
sehingga menghasilkan keuntungan bagi
potensi cukup besar adalah kegiatan budidaya
pembudidaya. Teknologi budidaya ikan yang
ikan nila. Permintaan pasar akan komoditas
dilakukan secara intensif dengan tingginya
ikan nila yang terus meningkat mengakibatkan
94
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

padat tebar dan pakan yang digunakan, akan jumlah pakan, P3 = 75% gula x jumlah pakan.
menjadi pendorong menurunnya kualitas air Data yang diperoleh dianalisis keragamannya
karena timbunan bahan organik dari sisa menggunakan uji F dengan tingkat
pakan maupun ekskresi ikan. Dengan kepercayaan 85%.
demikian, semakin tinggi input pakan semakin
tinggi pula akumulasi limbah amonia dalam B. Prosedur Penelitian
media budidaya. Salah satu tek nologi yang 1. Persiapan Alat dan Wadah
dapat mengatasi permasalahan limbah Wadah yang akan digunakan pada saat
akuakultur yaitu bioflok (Riani dkk., 2012). penelitian yaitu akuarium yang berukuran
Beberapa penelitian menunjukkan 25x25x25cm sebanyak 9 buah. Sebelum
bahwa aplikasi teknologi bioflok berperan akuarium digunakan, akuarium dicuci terlebih
dalam perbaikan kualitas air, peningkatan dahulu menggunakan sabun cuci lalu dibilas.
biosecurity, peningkatan produktivitas serta Setelah itu akuarium, dikeringkan dengan
penurunan biaya pakan (Avnimelech, 1999; menjemur dibawah sinar matahari. Tujuan
de Schryver et al., 2008). Peningkatan padat mencuci akuarium agar lebih bersih dan
tebar ikan nila akan meningkatkan limbah membunuh mikroorganisme yang menempel.
buangan hasil metabolik dalam bentuk Setelah akuarium sudah benar-benar kering,
nitrogen (N). Limbah nitrogen dari ikan nila akuarium diisi air sebanyak ± 10 liter.
berupa amonia bersifat toksik meskipun Setiap akuarium diberi air budidaya
dalam konsentrasi yang rendah. Pada ikan nila (air limbah) sebanyak 200 ml,
teknologi bioflok, amonia akan dikonversi kemudian disusun dan setiap wadah diberi
dengan cepat menjadi biomassa bakteri label sesuai dengan ulangan dan perlakuan
heterotrof (bioflok). yang telah ditentukan sesuai hasil
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan pengacakan, lalu diberi aerasi menggunakan
informasi mengenai pengaruh penambahan aerator selama 24 jam. Semua unit percobaan
sumber karbohidrat (sari tebu) yang berbeda diberi aerasi kencang secara konstan, agar DO
terhadap produktifitas budidaya ikan nila dapat dipertahankan > 5 mg/liter
(pertumbuhan, rasio konversi pakan, menggunakan blower dengan daya 80 watt.
kelimpahan bioflok dan kualitas air). 2. Persiapan Ikan Nila
Penelitian ini bertujuan untuk Ikan yang digunakan pada penelitian ini
menganalisis performa pertumbuhan ikan nila adalah ikan nila yang berasal dari
pada sistem bioflok yang dicobakan, Laboratorium Sistem dan Teknologi
menganalisis rasio konversi pakan ikan nila Akuakultur. Setelah itu ikan diseleksi, ikan
yang dipelihara dalam sistem bioflok tersebut yang sehat digunakan untuk penelitian.
dan menganalisis kelimpahan bioflok yang Kemudian ikan ditimbang beratnya. Ikan nila
diberi jumlah karbohidrat yang berbeda. yang digunakan pada penelitian ini sebanyak
90 ekor, dimana setiap satu akuarium diisi 10
2. METODE PENELITIAN ekor ikan nila.
3. Pembuatan Sari Tebu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Sari tebu diperoleh dari tebu lokal.
Mei sampai dengan bulan Juni 2019. Proses Tebu kemudian dipotong-potong menjadi
persiapan dan penempatan unit percobaan bagian kecil lalu dikupas kulit tebunya dan
penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium dibersihkan. Tebu yang dibersihkan kemudian
Sistem dan Teknologi Akuakultur, Fakultas dihaluskan menggunakan blander. Setelah
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas halus, tebu kemudian diperas menggunakan
Mulawarman, Samarinda. kain untuk diambil sarinya. Pemberian sari
A. Rancangan Penelitian tebu dilakukan setiap pagi hari. Jumlah sari
Penelitian ini menggunakan Rancangan tebu yang diberikan disesuaikan dengan
Acak Lengkap (RAL) dengan 3 perlakuan dan 3 jumlah pemberian pakan yang dimakan ikan.
ulangan yaitu : P1 = Kontrol, P2 = 25% gula x 4. Prosedur Penambahan Karbon

95
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

Jumlah karbohidrat yang ditambahkan 𝑾𝑾𝑾𝑾 = 𝑾𝑾𝑾𝑾 − 𝑾𝑾𝑾𝑾


ke dalam media pemeliharaan dihitung Keterangan :
berdasarkan rumus yang dikembangkan oleh Wm : Pertumbuhan berat mutlak (gram)
Avnimelech (1999) : Wo : Berat tubuh rata-rata awal
∆N pemeliharaan (g/ekor)
∆CH=
0,05 Wt : Berat biomassa pada akhir
Keterangan : pemeliharaan (gram)
ΔCH = Jumlah karbon yang ditambahkan b. Laju Pertumbuhan Spesifik
(g/g pakan) Laju pertumbuhan spesifik harian
ΔN = Jumlah N hasil ekskresi ikan (jumlah (Specific Growth Rate/SGR) ikan dihitung
pakan x %N ekskresi x %N pakan) dengan menggunakan rumus Jauncey, (1998):
0,05 = Konstanta C/N mikroba 𝐈𝐈𝐈𝐈 𝐖𝐖𝐖𝐖 − 𝐈𝐈𝐈𝐈 𝐖𝐖𝐖𝐖
𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒𝐒 = × 𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏𝟏%
𝐭𝐭
Persamaan Timmons, et al., (2002) : Keterangan :
TANp (mg/l) = SGR : Pertumbuhan spesifik harian
∑ pakan x %protein (desimal) x 0,144 (%/hari)
Dimana : Wo : Berat tubuh rata-rata awal
TANp : Jumlah TAN yang diproduksi pemeliharaan (g/ekor)
5. Pelaksanaan Penelitian Wt : Berat tubuh rata-rata akhir
Pada perlakuan kontrol (P1), akuarium pemeliharaan (g/ekor)
yang telah berisi ikan nila hanya diberikan t : Waktu pemeliharaan (hari)
pakan saja tanpa ada pemberian sari tebu. 2. Rasio Konversi Pakan
Pada perlakuan 2 dan perlakuan 3 ada Nilai rasio konversi pakan dihitung
penambahan sari tebu, tujuannya adalah dengan cara menghitung jumlah pakan yang
sebagai sumber karbohidrat bagi bioflok. diberikan selama masa pemeliharaan,
Jumlah sari tebu yang diberikan disesuaikan dibandingkan dengan pertambahan biomassa
dengan jumlah pemberian pakan yang selama masa pemeliharaan, FCR dihitung
dimakan ikan. Sebelumnya, pakan ditimbang dengan rumus (Zonnenveld, et al., 1991)
terlebih dahulu kemudian diberikan pada sebagai berikut :
ikan. ∑F
FCR=
Pakan diberikan 3 kali sehari, yaitu pada △W
pagi, siang dan sore hari. Setelah selesai Keterangan :
memberikan pakan pada sore hari, pakan FCR : Rasio konversi pakan
yang tersisa ditimbang kembali, untuk Σ F : Jumlah pakan selama pemeliharaan
mengetahui jumlah pakan yang dimakan ikan (g)
dalam 1 hari. Misalnya pada P3 jumlah pakan Δ W : Pertumbuhan ikan (g)
yang termakan oleh ikan sebanyak 0,62 g, 3. Kelimpahan (Biomassa) Bioflok
untuk mengetahui jumlah sari tebu yang Perhitungan kelimpahan (biomassa)
harus diberikan adalah dengan cara bioflok dilakukan pada akhir penelitian, yaitu
menghitung sesuai perlakuan : 75% x 0,62 g = dengan cara sampling menggunakan metode
0,47 ml. Jadi, sari tebu yang harus diberikan volumetrik.
pada P3 adalah sebanyak 0,47 ml. a. Menyiapkan alat berupa tabung
Pemeliharaan ikan nila berlangsung selama 33 centrifuge 15 ml (Centrifuge conical tube)
hari. Pemberian pakan dan sari tebu dilakukan b. Mengaduk media menggunakan aerasi,
hingga berakhirnya penelitian. agar flok yang berada didasar tidak
mengendap dibawah. Selain itu, hal ini
C. Pengumpulan Data dilakukan untuk memudahkan dalam
1. Performa Ikan pengambilan sampel
a. Pertumbuhan Berat Mutlak c. Mengambil flok yang terdapat dalam
Pertumbuhan berat mutlak dihitung wadah pemeliharaan menggunakan gelas
dengan rumus Effendie, (1997) :
96
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

ukur sebanyak 1 liter dan dimasukkan ke berturut-turut yaitu : P2 (3,08 g), P1 (2,26 g)
dalam tabung centrifuge 15 ml dan P3 (1,82 g).
d. Menunggu hingga 30 menit, sampai flok 4.00

berat mutlak (g)


mengendap pada bagian bawah tabung 3.00

Pertumbuhan
centrifuge 2.00
e. Mengukur endapan flok melalui skala 1.00
2,26ab 3,08b 1,82a
0.00
(ml/l) yang tertera pada tabung
centrifuge 15 ml (Centrifuge conical tube) P1 P2 P3
Perlakuan
4. Pengukuran Kualitas Air
a. Pengukuran parameter kualitas air Gambar 1. Rata-rata pertumbuhan berat
meliputi oksigen terlarut (DO), pH, mutlak ikan nila
suhu, amonia (NH3-N) dan nitrat (NO3-
N). Pengukuran dilakukan setiap tiga Hasil analisis ragam menunjukkan
hari sekali selama penelitian. bahwa pertumbuhan berat mutlak ikan nila
b. Selama penelitian hanya dilakukan pada semua perlakuan berbeda secara nyata,
penambahan air apabila air didalam dikarenakan nilai F-hitung (3,17) > F-tabel
unit percobaan sudah mulai berkurang, (2,65). Pertumbuhan mutlak diperoleh pada
namun tidak dilakukan pergantian air. P2 (dengan penambahan 25% sari tebu) tidak
berbeda nyata terhadap P1 (kontrol) tetapi
D. Analisis Data berbeda nyata dengan P3 (dengan
Hasil pengamatan disajikan dalam penambahan 75% sari tebu). Sedangkan P3
bentuk tabel beri kut : tidak berbeda nyata dengan P1.
Tabel 1. Hasil pengamatan Pertumbuhan mutlak pada P2 lebih
Ulangan Rata- tinggi dibanding P1 disebabkan karena
P Total
1 2 3 rata sumber karbohidrat yang ditambahkan ke
P1 P1U1 P1U2 P1U3 dalam media P2 mampu diubah oleh bakteri
P2 P2U1 P2U2 P2U3 heterotrof sebagai sumber energi sehingga
P3 P3U1 P3U2 P3U3 menghasilkan biomassa bakteri dalam jumlah
Data yang diperoleh dianalisis besar dan dapat dimanfaatkan oleh ikan nila
keragamannya menggunakan uji F dengan sebagai sumber pakan tambahan. Bioflok
tingkat kepercayaan 85%. Apabila hasil yang dapat berguna sebagai sumber pakan alami
diperoleh dari analisis ragam menunjukkan berprotein tinggi, yakni 37-38% (Azim and
perbedaan yang nyata (P < 0,15) antara Little, 2008).
perlakuan, maka dilanjutkan dengan Pertumbuhan mutlak pada P3 lebih
menggunakan uji lanjut DMRT (Duncan rendah dari P2, padahal sama-sama diberi
Multiple Range Test). Seluruh prosedur penambahan sari tebu tetapi dengan jumlah
analisis diatas menggunakan perangkat lunak yang berbeda. Apabila dilihat dari jumlah
Microsoft Excel 2010. Sedangkan data penambahan sari tebu, pemberian sari tebu
parameter kualitas air dianalisis secara pada P3 lebih tinggi dibandingkan dengan P2,
deskriptif. namun pertambahan berat P3 lebih rendah.
Hal ini diduga adanya gangguan osmoregulasi
3. HASIL DAN PEMBAHASAN karena peningkatan kadar ion dalam air yang
disebabkan oleh tingginya jumlah gula yang
1. Performa Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ditambahkan. Penambahan jumlah gula yang
a. Pertumbuhan Berat Mutlak lebih banyak akan meningkatkan kadar ion di
Pertumbuhan berat mutlak ikan nila dalam air. Kadar ion di dalam air itu, sedikit
pada semua perlakuan berbeda secara nyata. banyak akan mempengaruhi tekanan osmotik
Pertumbuhan berat mutlak ikan nila selama ikan, sehingga ikan harus bekerja lebih keras
penelitian dari yang tertinggi sampai terendah untuk proses osmoregulasi karena ketidak

97
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

seimbangan tekanan osmotik antara air Hasil analisis ragam menunjukkan


dengan tubuhnya. Walaupun pada penelitian bahwa laju pertumbuhan spesifik ikan nila
ini tidak dilakukan pengukuran tekanan pada semua perlakuan tidak berbeda secara
osmotik. Namun demikian, setiap hari nyata, dikarenakan nilai F-hitung (1,66) < F-
dilakukan penambahan sari tebu, maka tabel (2,65). Perbedaan nilai laju
sepanjang masa percobaan ikan akan pertumbuhan harian (SGR) pada setiap
mengalami kondisi hiperosmotik. Selain itu, perlakuan diduga karena bioflok yang
Hargreaves (2013) menyatakan bahwa C/N ditambahkan pada setiap media pemeliharaan
rasio < 15 sistem bioflok didominasi oleh menghasilkan perbedaan mikroorganisme
mikroalga dan bakteri autotrof sedangkan C/N penyusun bioflok baik dari jumlah maupun
rasio > 15 didominasi oleh bakteri heterotrof. keanekaragamannya. Sehingga menghasilkan
Sistem bioflok yang didominasi oleh algae laju pertumbuhan harian yang berbeda pula,
lebih dapat dimanfaatkan oleh ikan nila akan tetapi tidak ada perbedaan yang nyata
sebagai sumber pakan dibandingkan C/N rasio dari laju pertumbuhan spesifik ikan nila pada
> 15 yang lebih didominasi oleh bakteri. semua perlakuan. Namun demikian,
Penambahan sumber karbon yang perlakuan P3 memiliki nilai laju pertumbuhan
tepat dapat menstimulai perkembangan spesifik lebih rendah dibandingkan perlakuan
bakteri sehingga mendukung pembentukan lainnya.
flok pada media budidaya. Flok dapat Wijaya et al., 2016, menyatakan bahwa
dijadikan sebagai pakan tambahan bagi ikan penambahan sumber karbon molase dengan
sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan C/N rasio 12 menunjukkan nilai laju
bobot ikan. Sesuai dengan pendapat Crab pertumbuhan harian tertinggi yaitu sebesar
(2010), menyatakan bahwa bioflok dapat 4,4%, C/N rasio 18 menunjukan nilai laju
memberikan nutrisi penting untuk pertumbuhan harian 4,07%, C/N rasio 24
meningkatkan kinerja pertumbuhan. Hasil menunjukan nilai laju pertumbuhan harian
tersebut juga sejalan dengan penelitian 4,04%, dan C/N rasio 30 menunjukan nilai laju
Avnimelech (2007), yang membuktikan bahwa pertumbuhan harian 3,88%. Pernyataan
ikan nila dapat memakan suspensi dari hasil tersebut sejalan dengan hasil penelitian,
pembentukan mikrobial flok yang terdapat dimana laju pertumbuhan spesifik ikan nila
pada wadah budidaya. Ikan nila juga dikenal pada P2 dengan penambahan sari tebu
sebagai pemakan partikel termasuk bakteri sebanyak 25% (C/N rasio 12,6) menghasikan
yang tersuspensi (Azim dan Little 2008). nilai laju pertumbuhan spesifik tertinggi yaitu
b. Laju Pertumbuhan Spesifik/Specific Growth sebesar 4,33% sedangkan pada P3 dengan
Rate (SGR) penambahan sari tebu sebanyak 75% (C/N
Laju pertumbuhan spesifik ikan nila rasio 17,6) menghasikan nilai laju
pada semua perlakuan tidak berbeda secara pertumbuhan spesifik terendah yaitu sebesar
nyata. Persentase laju pertumbuhan spesifik 3,15%.
ikan nila selama penelitian dari yang tertinggi Selain itu, terdapat berbagai faktor
sampai terendah berturut-turut adalah P2 yang mempengaruhi laju pertumbuhan
(4,33%), P1 (4,28%) dan P3 (3,15%). spesifik ikan. Menurut Wiadnya dkk., (2000),
6.00 ada 2 faktor yang mempengaruhi laju
pertumbuhan spesifik/ Spesific Growth Rate
SGR (%/hari)

4.00
(SGR) ikan yaitu faktor luar (kandungan
2.00
oksigen terlarut, suhu air, amonia) dan faktor
0.00 4,28a 4,33a 3,15a
dalam (umur ikan, keturunan). Faktor–faktor
P1 P2 P3 tersebut ada yang dapat dikontrol dan tidak.
Perlakuan Antara satu faktor dengan faktor lainnya
saling berinteraksi dan berhubungan, seperti
Gambar 2. Rata-rata laju pertumbuhan jumlah ikan, kompetisi (persaingan) antar ikan
spesifik ikan nila dalam mendapatkan makanan maupun

98
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

oksigen, kualitas pakan dan umur ikan menunjukkan bahwa bioflok yang didominasi
(Wiadnya dkk., 2000). oleh mikroalga dan bakteri autotrof lebih
menguntungkan terutama untuk ikan nila
2. Rasio Konversi Pakan/Food Convertion Ratio yang cenderung hewan herbivora.
(FCR) Berdasarkan hasil penelitian, P3
Nilai rasio konversi pakan (FCR) ikan mempunyai nilai FCR tertinggi dibandingkan
nila pada semua perlakuan tidak berbeda perlakuan lain yaitu sebesar 2,17. Namun,
secara nyata. Berdasarkan hasil penelitian dilihat dari segi pertumbuhan ikan, P3
yang telah dilakukan nilai rasio konversi pakan memiliki tingkat pertumbuhan terendah dari
(FCR) ikan nila yang diperoleh selama semua perlakuan. Sumoharjo dan Sulistyawati
penelitian dari yang tertinggi sampai terendah (2020) menyatakan bahwa nilai FCR tersebut
berturut-turut adalah P3 (2,17), P1 (1,77) dan menunjukkan konsumsi pakan yang besar,
P2 (1,34). namun tidak memberikan pertumbuhan yang
4.00 berarti.
Rasio konversi
pakan (FCR)

3.00
2.00 3. Dinamika Total Amonia Nitrogen (TAN) dan
1.00 Kelimpahan (Biomassa) Bioflok
0.00 1,77a 1,34a 2,17a a. Dinamika Total Amonia Nitrogen (TAN)
P1 P2 P3 Hasil pengukuran TAN pada media
pemeliharaan ikan nila yang diukur setiap 3
Perlakuan hari sekali disajikan pada Gambar 4.
4.0
Gambar 3. Rata-rata Rasio konversi pakan
Nilai TAN (mg/L)

3.0
(FCR) 2.0 P1
1.0
Hasil analisis ragam menunjukkan P2
0.0
bahwa perlakuan tidak memiliki perbedaan
4 10 16 21 27 33 P3
yang nyata terhadap rasio konversi pakan
(FCR) ikan nila, dikarenakan nilai F-hitung …
(2,12) < F-tabel (2,65). Rasio konversi pakan
(FCR) yang terendah pada penelitian ini Gambar 4. Rata-rata nilai TAN selama
terdapat pada P2 yaitu sebesar 1,34. Dapat penelitian
diartikan bahwa P2 mempunyai nilai FCR lebih
baik dikarenakan pemanfaatan pakan untuk Konsentrasi TAN selama masa
pertumbuhan sangat efisien. pemeliharaan berkisar antara 0,49-2,24 mg/L
Rasio konversi pakan yang diperoleh pada P1, 0,46-2,9 mg/L pada P2 dan 0,5-2,1
pada penelitian ini tidak jauh berbeda dengan mg/L pada P3. Konsentrasi TAN pada P1 dan
beberapa peneliti lainnya. Xu, et al., (2016) P3 menunjukkan pola yang hampir sama.
menyatakan bahwa nilai FCR yang lebih baik Namun konsentrasi TAN pada P3 lebih rendah
ditemukan pada perlakuan dengan C/N rasio 9 dibandingkan dengan perlakuan lainnnya.
dan C/N rasio 12 dibandingkan dengan Sedangkan P2 memiliki konsentrasi TAN lebih
perlakuan dengan C/N rasio 15 dan C/N rasio tinggi.
18. Perlakuan dengan C/N rasio 9 dan C/N Konsentrasi TAN mengalami
rasio 12 didominasi oleh mikroalga dan peningkatan cukup tinggi terjadi pada hari ke-
bakteri autotrofik sedangkan pada perlakuan 30 terhadap semua perlakuan. Kemudian
C/N rasio 15 dan C/N rasio 18 didominasi oleh kandungan TAN mengalami penurunan di
bakteri heterotrofik. Hasilnya menunjukkan akhir pemeliharaan pada masing-masing
bahwa jenis campuran bioflok yang perlakuan. Tingginya nilai TAN yang terjadi
didominasi oleh mikroalga dan bakteri pada hari ke-30 pengamatan, diduga
autotrofik lebih bermanfaat untuk kinerja diakibatkan oleh akumulasi sisa pakan dan
udang (Xu, et al., 2016). Jadi hal ini feses pada wadah pemeliharaan. Tingginya

99
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

konsentrasi amonia tergantung pada nilai pH P Suhu DO pH NO3-N NH3-N


dan suhu perairan. Pada pH 7 atau kurang, (°C) (mg/L) (mg/L) (mg/L)
amonia akan terionisasi, namun pada pH lebih
besar dari 7, amonia tak terionisasi yang
bersifat toksik akan terbentuk (Boyd, 1982). P1 27 5,6 6,1 127,6 1,3
b. Kelimpahan (Biomassa) Bioflok P2 27 5,2 5,9 138 1,6
Hasil pengukuran dari volume flok yang
terbentuk selama pemaliharaan ikan nila P3 27 5 6,3 136,6 1,2
disajikan pada Tabel 2 di bawah ini : Keterangan : Kualitas Air yang diuji dilakukan
Tabel 2. Kelimpahan Bioflok (ml/L) 3 hari sekali
Ulangan Rata- a. Suhu
P Jumlah Suhu air akan berpengaruh terhadap
1 2 3 rata
kelarutan oksigen dan zat-zat toksik yang
P1 30 40 40 110 37 terlarut dalam air. Peningkatan suhu juga
P2 40 40 40 120 40 menyebabkan peningkatan kecepatan
metabolisme dan respirasi ikan, dan
P3 40 30 30 100 33
selanjutnya mengakibatkan peningkatan
konsumsi oksigen (Effendi, 2003). Rata-rata
Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan suhu selama penelitian berkisar antara 27°C
bahwa volume flok yang terbentuk pada pada setiap perlakuan. Menurut Hepher and
media pemeliharaan ikan nila tanpa Pruginin (1981), kisaran suhu yang terbaik
penambahan karbohidrat dan dengan bagi pertumbuhan ikan nila antara 25-30 °C.
penambahan karbohidrat 25% dan 75%, tidak Sehingga fluktuasi suhu yang terjadi selama
memiliki perbedaan yang signifikan antara pemeliharaan masih berada dalam kondisi
satu perlakuan dengan perlakuan lainnya. normal dengan kisaran yang dapat ditolerir
Volume flok tertinggi terdapat pada P2 oleh ikan nila.
(dengan penambahan karbohidrat 25%), b. Oksigen Terlarut (DO)
sedangkan volume flok terendah terdapat Oksigen merupakan faktor pembatas
pada P3 (dengan penambahan karbohidrat dalam perairan, sehingga apabila
75%). Volume flok dari P2 menunjukkan nilai ketersediaannya dalam air tidak mencukupi
yang stabil hingga akhir penelitian. kebutuhan ikan budidaya, maka segala
Kelimpahan bioflok yang disarankan adalah < aktivitas ikan akan terhambat. Rata-rata
30 ml/L, karena > 30 ml/L dapat mengganggu oksigen terlarut selama penelitian berkisar
respirasi insang ikan (Hargreaves, 2013). antara 5,3 mg/l pada setiap perlakuan.
Selama pemeliharaan ikan nila, tidak Suryaningrum (2012), menyatakan bahwa
dilakukan pergantian air pada semua kondisi optimum oksigen terlarut dalam
perlakuan, hanya saja dilakukan penambahan pembentukan bioflok sekitar 4-5 mg/l.
air pada wadah pemeliharaan. Pada sistem c. pH
bioflok bakteri yang tumbuh pada media Nilai derajat keasaman (pH) suatu
pemeliharaan akan membantu dalam perairan mencerminkan keseimbangan antara
mengendalian limbah budidaya, sehingga asam dan basa dalam air. Kisaran pH yang
tidak memerlukan pergantian air. diperoleh selama penelitian adalah 5,4-7,1.
Nilai pH air tersebut masih cocok dan masih
4. Parameter Kualitas Air dalam kisaran yang dapat ditoleransi untuk
Parameter kualitas air yang diamati pemeliharaan ikan nila. Menurut Swingle
dalam penelitian ini yaitu suhu, oksigen (1969) dalam Boyd (1982), pH di bawah 6,5
terlarut (DO), pH, amonia (NH3-N) dan nitrat atau lebih besar dari 9,0 dapat menurunkan
(NO3-N) kemampuan reproduksi dan pertumbuhan
Tabel 3. Kualitas Air ikan. Namun umumnya ikan nila masih dapat
bertahan pada pH kurang dari 5,0 (Popma dan
Lovshin, 1996).
100
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

d. Kandungan Nitrat DAFTAR PUSTAKA


Nitrat adalah bentuk utama nitrogen di
perairan dan merupakan nutrien utama bagi Avnimelech, Y. 1999. Carbon/Nitrogen Ratio
pertumbuhan tanaman dan alga. Nitrat As a Control Element In Aquaculture
nitrogen sangat mudah larut dalam air dan Systems. Aquaculture 176 (3–4) : 227–235.
bersifat stabil (Bahri, 2006). Nitrat juga Avnimcleeh,Y. 2007. Feeding With Microbial
merupakan produk akhir dari proses Flocs by Tilapia In Minimal Discharge Bio-
nitrifikasi. flocs Technology Ponds. Aquaculture 264
Pada perairan, unsur nitrat bukanlah (1–4) : 140-147.
unsur yang beracun bagi ikan. Karena hampir Azim, M.E and D.C. Little. 2008. The Biofloc
semua permukaan air mengandung nitrat. Technology (BFT) in Indoor Tanks: Water
Meskipun tidak beracun, kadar nitrat memiliki Quality, Biofloc Composition, and Gowth
pengaruh dalam pertumbuhan ikan, sebab and Welfare of Nile Tilapia (Oreochromis
nitrat yang tinggi dapat menurunkan kadar niloticus). Aquaculture 29–35.
oksigen dalam air. Semakin sedikit oksigen Bahri, A.F. 2006. Analisis Kandungan Nitrat
terlarut dalam air, maka potensi ikan dan Fosat Pada Sedimen Mangrove yang
mengalami kematian semakin besar. Rata-rata termanfaatkan di Kecamatan Mallusetasi
oksigen terlarut selama penelitian berkisar Kabupaten Barru. Studi Kasus
antara 1,36 mg/L pada setiap perlakuan. Pemanfaatan Ekosistem Mangrove dan
Wilayah Pesisir Oleh Masyarakat di Desa
4. KESIMPULAN Bulucindea Kecamatan Bungoro
Kabupaten Pangkep. Asosiasi Konservator
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Lingkungan : Makassar.
disimpulkan bahwa : Boyd, C.E. 1982. Water Quality Management
for Pond Fish Culture. New York: Elsevier.
1. Pertumbuhan berat mutlak ikan nila
496p.
(Oreochromis niloticus) pada semua
Crab, R., B. Chielens., M. Wille., P. Bossier and
perlakuan berbeda secara nyata.
W. Verstraete. 2010. The Effect of
Pertumbuhan berat mutlak ikan nila
Different Carbon Sources on The
(Oreochromis niloticus) tertinggi dicapai
Nutritional Value of Bioflocs, A Feed for
oleh P2 (3,08 g) kemudian diikuti oleh P1
Macrobrachium rosenbergii Post Larvae.
(2,26 g) dan yang terendah adalah P3 (1,82
Aquaculture Research, 41: 559-567.
g).
De Schryver P., R. Crab., T. Defoirdt., N. Boon
2. Laju pertumbuhan spesifik (Specific
and W. Verstraete. 2008. The Basics of Bio-
Growth Rate) dan Rasio konversi pakan
Flocs Technology: The Added Value for
(Food Convertion Ratio) pada semua
Aquaculture. Aquaculture, 277 (3-4) : 125–
perlakuan tidak berbeda nyata. Rata-rata
137.
laju pertumbuhan spesifik ikan nila adalah
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi
2,39 %/hari sedangkan rata-rata rasio
Pengolahan Sumber Daya dan Lingkungan
konversi pakan adalah 1,76.
Perairan. Kanisius, Yogyakarta.
3. Kelimpahan bioflok tertinggi terdapat pada Hargreaves, J.A. 2013. Biofloc Production
P2 (penambahan sari tebu 25%) dengan Systems for Aquaculture. South Regional
rata-rata 40 ml/L, sedangkan volume flok Aquaculture Center (SRAC). No. 4503.
terendah terdapat pada P3 (penambahan Hepher, B and Y. Pruginin. 1981. Commercial
karbohidrat 75%) dengan rata-rata 33 ml/L Fish Farming: With Special Reference to
. Fish Culture in Israel. John Wiley and Son.
4. Selama penelitian semua parameter New York. 261 pp
kualitas air pada wadah pemeliharaan ikan Jauncey, K. 1998. Tilapia Feed and Feeding.
nila (Oreochromis niloticus) berada pada Pisces Press. England.
kisaran layak bagi pertumbuhan ikan nila. Riani, H., R. Rostika dan W. Lili. 2012. Efek
Pengurangan Pakan Terhadap

101
J. Aquawarman. Vol. 7 (1): 94-102. April 2021 ISSN :2460-9226

Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus Zero Exchange, Outdoor Tank System.


vannamei) PL–21 yang Diberi Bioflok. Aquaculture 453 : 169-175.
Perikanan dan Kelautan 12:207-211.
Sumoharjo dan Sulistyawati. 2020. Efek Sub Zonnenveld, A., E.A. Huisman dan J.H. Boon.
Lethal Amonia Ambien Terhadap 1991. Prinsip-Prinsip Budidaya Ikan. PT.
Histopatologis Ikan Nila (Oreochromis Gramedia Pustaka. Jakarta. 199 hlm.
niloticus) yang Dipelihara Dalam Sistem
Bioflok. Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia.
8(1) : 84-101
Suryaningrum, M. F. 2012. Aplikasi Teknilogi
Bioflok Pada Pemeliharaan Benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus). Universitas
Terbuka. Jakarta.
Swingle, H. 1969. Standardiization of Chemical
Analyses for Water and Pond Muds. FAO
Fish.
Timmons, M.B., J.M. Ebling., F.W. Wheaton.,
S.T. Summerfelt and B.J. Vinci. 2002.
Recirculating Aquaculture Sistems 2nd
Edition. Northern Regional Aquaculture
Center Publication No. 01-002. Cayuga
Aqua Ventures Ithaca, New York
Popma, T.J dan L.L. Lovshin. 1996. World
Prospect for Commercial Production of
Tilapia. Research and Development Series
No. 41. International Center for
Aquacultureand Aquatic Environmens.
Departement of Fisheries and Allied
Aquacultures Auburn University. Alabama.
23 hal.
Wiadnya, D.G.R., Y. Hartati., Suryanti.,
Subagyo dan A.M. Hartadi. 2000. Periode
Pemberian Pakan yang Mengandung Kitin
untuk Memacu Pertumbuhan dan Produksi
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy lac).
Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. Vol.
6.
Wijaya, M., R. Rostika dan Y. Andriani. 2016.
Pengaruh Pemberian C/N Rasio Berbeda
Terhadap Pembentukan Bioflok dan
Pertumbuhan Ikan Lele Dumbo (Clarias
gariepinus). Jurnal Perikanan Kelautan. Vol.
VII No. 1 (41-47).

Xu, W.J., T.M. Samocha and T.C. Morris. 2016.


Effects of C/N Ratio on Biofloc
Development, Water Quality and
Performance of Litopenaeus vannamei
Juveniles in a Biofloc-Based, High Density,

102

You might also like