Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) caused by Aeromonas hydrophila induced serious epidemics of disease
in catfish Clarias sp. The purposed of this research was to determine optimum durations of feed application of
mixed powders Phyllanthus niruri and Allium sativum to prevent MAS. Experimental design that used was
Complete Random Design which consist of three treatments and three replications. This research tested on
three different of durations of feed application of P. niruri and A. sativum, namely A (powder of P. niruri and
A. sativum feed application during 21 days and infected with A. hydrophila 0,1 mL IP), B (powder of P. niruri
and A. sativum feed application during 14 days and injected IP with A. hydrophila 0,1 mL), C (powder of P.
niruri and A. sativum feed application during seven days and injected IP with A. hydrophila 0,1 mL), and
control, namely K- (without P. niruri and A. sativum feed application and injected IP with PBS 0,1 mL) and
K+ (without P. niruri and A. sativum powder application and injected IP with A. hydrophila 0,1 mL). The
treatments was given for 21 days before challenging test, at 22 th day test in vivo carried out by injecting A.
hydrophila (108 CFU/mL) into the fish by intramuscular and observed for 10 days. The highest value of
survival rate that consist in treatment K- was 1000.00%, treatment A was 93.311.55%, and treatment B was
73.3330.55%. While treatment K+ and C have the same survival rate that is, 26.6711.55%. The application
P. niruri and A. sativum powder during 21 days was optimum for preventing MAS in catfish.
ABSTRAK
Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila merupakan salah satu
penyakit serius pada ikan lele Clarias sp. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jangka waktu yang
optimal dari pakan yang mengandung campuran bubuk meniran dan bawang putih untuk mencegah MAS.
Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri tiga perlakuan dan tiga ulangan.
Perlakuan yang dicobakan yaitu A (pakan dengan meniran dan bawang putih selama 21 hari kemudian
diinfeksi A. hydrophila), B (pakan dengan meniran dan bawang putih selama 14 hari kemudian diinfeksi A.
hydrophila), C (pakan dengan meniran dan bawang putih selama tujuh hari kemudian diinfeksi A. hydrophila),
dan kontrol, yaitu K- (tanpa meniran dan bawang putih dan disuntik dengan PBS) dan K+ (tanpa meniran dan
bawang putih kemudian diinfeksi A. hydrophila). Uji tantang dilakukan dengan menyuntikkan A. hydrophila
sebanyak 0,1 mL (108 CFU/mL) ke ikan secara intramuskular dan diamati selama 10 hari. Tingkat
kelangsungan hidup tertinggi berturut-turut adalah pada K- 1000,00%, perlakuan A 93,311,55%, dan
perlakuan B 73,3330,55%. Sementara pada K+ dan C memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sama yaitu,
26,6711,55%. Aplikasi bubuk meniran dan bawang putih dalam pakan selama 21 hari adalah optimal untuk
mencegah MAS pada ikan lele.
mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat waktu pemberian yang berbeda. Penelitian
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang ini bertujuan untuk mengetahui lama
terbatas dengan padat tebar tinggi, pemberian pakan mengandung tepung
mempunyai pertumbuhan yang cepat, meniran dan bawang putih yang optimum
teknologi budidaya relatif mudah dikuasai untuk pencegahan penyakit Motile
oleh masyarakat, pemasarannya relatif Aeromonad Septicaemia (MAS) pada ikan
mudah dan modal usaha yang dibutuhkan lele dumbo Clarias sp.
relatif rendah serta mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Konsumsi ikan lele BAHAN DAN METODE
meningkat dari 0,67 kg/kapita pada tahun
2008 menjadi 2,3 kg/kapita pada tahun 2009 Karakterisasi sifat biokimia dan fisiologi
(KKP, 2010a). A. hydrophila
Penyakit merupakan salah satu ancaman Karakterisasi yang dilakukan meliputi
yang sangat membahayakan dalam pengamatan morfologi koloni secara visual,
meningkatkan produksi ikan lele dengan meliputi warna, elevasi dan tepian koloni. Uji
budidaya intensif yang menyebabkan yang dilakukan meliputi pewarnaan Gram,
kerugian secara ekonomis. Umumnya uji motilitas, uji O/F, uji katalase, dan uji
penyakit pada ikan lele adalah penyakit MAS oksidase. Melalui pewarnaan Gram akan
(Motile Aeromonad Septicaemia) yang diketahui sifat Gram dan morfologi dari
disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas bakteri yang diidentifikasi. Berdasarkan uji
hydrophila yang sewaktu-waktu dapat biokimia akan diperoleh genus suatu bakteri
menyerang pada kondisi tertentu (Swann & dengan mengacu pada identifikasi
White, 1989). Dengan demikian perlu berdasarkan Bergeys Mannual of
dilakukan pencegahan sebelum ikan positif Determination Bacteriology (Holt et al.,
terinfeksi. Sebelum adanya pelarangan 1998). Karakterisasi dan uji tersebut
penggunaan antibiotik, pembudidaya dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan
umumnya menggunakan berbagai antibiotik bakteri yang digunakan merupakan A.
untuk menanggulangi penyakit ini, tetapi hydrophila.
sekarang penggunaan antibiotik sudah sangat
dibatasi. Uji postulat koch
Alternatif lain yang digunakan untuk Postulat Koch dilakukan untuk menguji
pencegahan penyakit pada ikan lele yaitu virulensi sediaan bakteri A. hydrophila.
dengan menggunakan bahan fitofarmaka. Bakteri A. hydrophila disuntikkan pada ikan
Salah satu bahan fitofarmaka yang dapat lele. Setelah muncul tanda-tanda penyakit
digunakan yaitu campuran antara meniran MAS pada ikan lele, kemudian dilakukan
Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium reisolasi bakteri A. hydrophila dari empat
sativum dalam bentuk tepung yang ekor ikan lele. Bakteri hasil reisolasi ini
dicampurkan ke dalam pakan. Bawang putih dikarakterisasi kembali dan diuji sifat
berperan sebagai antimikroba (Lemar et al., fisiologis dan biokimianya.
2005), sedangkan meniran berperan dalam
meningkatkan sistem imun (Suprapto, 2010). Regenerasi bakteri uji
Penggunaan campuran meniran dan bawang Bakteri stok dari kultur primer digores
putih yang dicampur ke dalam pakan dengan kuadran dalam agar cawan, kemudian
cara repelleting untuk pencegahan penyakit diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27 C.
pada ikan lele sudah dilakukan oleh Sebanyak satu ose bakteri diambil dari
Kurniawan (2010). Namun, lama waktu biakan tersebut dan diinokulasikan ke dalam
pemberian yang dilakukan selama 14 hari, Erlenmeyer yang berisi 25 mL media TSB
diduga belum efektif, karena keberhasilan (Trypticase Soy Broth) kemudian diinkubasi
kelangsungan hidup sebesar 6020%. Oleh selama 24 jam dalam water bath shaker, lalu
karena itu perlu dilakukan penelitian dilakukan pengenceran berseri.
mengenai pemberian campuran meniran dan
bawang putih dalam pakan dengan lama
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 181
Tabel 2. Konsumsi pakan ikan lele (Clarias sp.) sebelum dan sesudah infeksi
Lama pemberian pakan fitofarmaka (meniran+bawang putih)
Parameter uji Kontrol+ Kontrol- A B C
(0 hari) (0 hari) (21 hari) (14 hari) (7 hari)
Sebelum infeksi
Konsumsi pakan 38,612,00bc 39,590,64c 36,800,88abc 35,072,35a 35,891.86ab
total (g)
Sesudah infeksi
Konsumsi pakan 0,220,02 0,450,01 0,310,01 0,200,05 0,180,01
(g/hari/ekor)
Keterangan: K+: kontrol positif, K-: kontrol negatif, A: 21 hari, B: 14 hari, C: tujuh hari. Huruf superskrip
yang berbeda menunjukaan perbedaan nyata (p<0,05).
infeksi, pengamatan respons makan ikan selama sepuluh hari pasca infeksi. Gejala
dilakukan selama sepuluh hari. Respons klinis yang diamati meliputi hiperemia,
makan ikan kembali meningkat seiring radang, hemoragi, tukak, kelengkapan, dan
bertambahnya hari pasca infeksi. Jumlah kondisi sirip (Gambar 4). Secara umum
pakan yang dihabiskan sebelum dan sesudah gejala klinis berupa radang mulai muncul
infeksi pada setiap perlakuan dapat dilihat pada jam ketujuh pasca infeksi. Radang pada
pada Tabel 2. ikan berubah menjadi hemoragi pada jam ke-
24. Beberapa ikan tidak mengalami
Pertumbuhan relatif hemoragi, peradangan langsung berubah
Berdasarkan hasil uji statistik, menjadi tukak.
pertumbuhan relatif ikan pada perlakuan B Perubahan diameter luka merupakan salah
(14 hari) dan C (tujuh hari) berbeda nyata satu indikator dari proses penyembuhan luka.
dengan perlakuan K+ dan K-. Pertumbuhan Kritera perubahan diameter luka terletak
relatif ikan pada setiap perlakuan dapat pada ukuran lebar luka yang terbentuk.
dilihat pada Gambar 2. Persentase penyembuhan luka dapat dilihat
pada Tabel 3.
35
Pertumbuhan Relatif (%)
30
25
20
15
10
5
0
K+ K- A B C
a b
c d
e f
Gambar 4. Gejala klinis pada ikan lele (Clarias sp.) pasca infeksi. Radang pada jam ketujuh perlakuan A
ulangan kedua (a), hemoragi pada hari pertama perlakuan K+ ulangan ketiga (b), tukak pada hari kedua
perlakuan B ulangan ketiga (c), hiperemia pada jam ketujuh perlakuan B ulangan ketiga (d), sirip punggung
rusak pada hari kedua perlakuan C ulangan ketiga (e), sirip ekor geripis pada hari keenam perlakuan A ulangan
kedua (f).
perlakuan A dapat disebabkan antibakteri spesifik ikan (Anderson, 1992 dalam Suryati,
pada tubuh ikan bekerja dengan baik 2010). Ikan yang diberikan imunostimulan
melawan bakteri sehingga bakteri tidak biasanya menunjukkan aktivitas sel fagositik.
mampu berkembang biak. Allicin yang Imunostimulan meningkatkan daya tahan
terkandung dalam bawang putih mampu terhadap penyakit infeksi, bukan karena
menghambat pertumbuhan atau meningkatnya respons imun spesifik tetapi
perkembangbiakan bakteri A. hydrophila. oleh meningkatnya mekanisme pertahanan
Sebagaimana disebutkan oleh Feldberg et al. non-spesifik (Sakai, 1999 dalam Suryati,
(1988) aktivitas allicin berperan sebagai 2010).
antimikroba dengan menghambat sintesis Kelangsungan hidup pada penelitian ini
RNA, meskipun DNA dan sintesis protein lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
juga sebagian terhambat, RNA merupakan sebelumnya dengan menggunakan bahan
target utama allicin. Jika RNA tidak dapat fitofarmaka yang sama namun dengan
diproduksi, atau dihasilkan dalam jumlah metode yang berbeda. Pada penelitian
yang kurang maka sintesis protein akan Ayuningtyas (2008), dengan metode
sangat terpengaruh. Hal ini akan berpengaruh penyuntikan 14 hari sebelum uji tantang,
kepada semua tahapan karena tidak adanya mencapai kelangsungan hidup 73%.
messenger RNA, ribosom RNA dan transfer Selanjutnya penelitian Sartika (2011),
RNA. Jika asam amino dan protein tidak mencapai kelangsungan hidup 66% dengan
dapat dihasilkan maka pertumbuhan dan metode repelleting dengan pemberian selama
perkembangan organisme tidak akan terjadi 14 hari sebelum uji tantang. Kelangsungan
karena mereka sangat penting untuk semua hidup tertinggi dicapai dalam penelitian ini
bagian struktur sel. Efek utama adalah yaitu sebesar 93% dengan pemberian selama
bilayer fosfolipid dari dinding sel tidak dapat 21 hari sebelum uji tantang.
terbentuk dengan benar pada kedua bakteri, Kelangsungan hidup yang tinggi pada
Gram positif dan Gram negatif. Semua hal penelitian ini dapat disebabkan pemberian
yang berkontribusi terhadap bakteri tidak pakan mengandung tepung meniran dan
dapat tumbuh dengan adanya allicin bawang putih dalam waktu yang lebih lama
(Durairaj et al., 2009). Bawang putih selain yang mengakibatkan jumlah pakan uji yang
berfungsi sebagai antimikroba juga berfungsi dimakan oleh ikan lebih banyak. Tingginya
sebagai perangsang kekebalan tubuh, dapat jumlah pakan uji berbanding lurus dengan
merangsang sistem makrofag, sel darah putih jumlah fitofarmaka (meniran dan bawang
yang menghancurkan organisme asing dan putih) yang masuk ke dalam tubuh ikan.
meningkatkan sel helper (Derrida, 2003 Semakin banyak meniran dan bawang putih
dalam Mathew & Titus, 2009). maka zat antibakteri dan zat aktif lain yang
Analisis fitokimia ekstrak meniran terkandung juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan adanya alkaloid, saponin, sesuai dengan pernyataan Agustina (2011)
tanin, flavonoid, karbohidrat dan glikosida semakin banyak volume bahan yang
(Okoli et al., 2009). Flavonoid merupakan digunakan maka antibakteri yang terkandung
senyawa antikanker dan antioksidan juga semakin tinggi. Pemberian pakan uji
sebagaimana disebutkan oleh Arima et al. yang cukup lama juga dapat berpengaruh
(2002) flavonoid merupakan metabolit terhadap penyerapan zat aktif terutama
sekunder mengandung banyak quercetin antibakteri oleh tubuh lebih banyak sehingga
berfungsi sebagai terapeutik, khususnya pembentukan kekebalan tubuh ikan lebih
antibakteria, antiradang, antialergi, antiviral, maksimal. Namun pemberian pakan uji yang
antitumor, dapat menghambat pertumbuhan terlalu berlebihan diduga dapat memberikan
bakteri pembunuh spora dan menghambat pengaruh yang negatif karena dapat bersifat
produksi enterotoksin. Meniran dikenal toksik dan berbahaya bagi ikan uji. Metode
sebagai imunostimulan yang baik. repelleting yang digunakan pada penelitian
Imunostimulan merupakan senyawa kimia, ini lebih praktis dan efektif dibandingkan
obat, atau bahan lain yang mampu dengan metode penyuntikan langsung pada
meningkatkan respons imun spesifik dan non ikan dan metode spray pada pakan. Metode
186 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)
repelleting lebih memudahkan dalam makan yang lebih baik pasca infeksi
pemberian pakan pada ikan, selain itu pakan dibandingkan ikan lele perlakuan K+, B, dan
dapat disimpan dalam waktu yang relatif C. Hal ini dapat disebabkan penurunan nafsu
lama. makan akibat infeksi A. hydrophila tidak
Penelitian yang sama dengan Marwa terjadi berlarut-larut. Hal tersebut terbukti
(2010) yaitu pemberian ekstrak bawang putih ikan lele perlakuan A sudah mulai merespons
dalam pakan untuk mencegah penyakit Koi dengan cukup baik pakan yang diberikan
Herves Virus pada ikan mas dengan lama pada hari keempat.
pemberian yang sama yaitu 21 hari Respons makan yang cukup tinggi pada
menghasilkan nilai kelangsungan hidup yang semua perlakuan berpengaruh terhadap
tinggi yaitu 91,7%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan relatif ikan. Pertumbuhan
bahwa pemberian pakan uji selama 21 hari relatif paling tinggi terdapat pada perlakuan
merupakan lama pemberian yang optimum K+ yaitu sebesar 27,43%2,06%. Hal ini
untuk mencegah infeksi A. hydrophila. berbanding lurus dengan jumlah pakan yang
Berdasarkan jumlah pakan yang dihabiskan oleh perlakuan K+ yang tinggi.
dihabiskan selama perlakuan, perlakuan K- Pertumbuhan relatif perlakuan K- tidak
memiliki respons makan terbaik, dengan berbeda nyata dengan perlakuan K+, yaitu
jumlah pakan yang dihabiskan 39,590,64 g. 26,802,51%. Jumlah pakan uji A, B, dan C
Jumlah pakan yang dihabiskan pada yang tidak berbeda nyata diikuti dengan
perlakuan K+ tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan relatif perlakuan A, B, dan C
perlakuan K- yaitu, 38,612,00 g. Perlakuan yang tidak berbeda nyata pula. Hal ini
B (14 hari) memiliki respons makan menunjukkan perbedaan lama pemberian
terendah, dengan jumlah pakan yang pakan mengandung tepung meniran dan
dihabiskan 35,072,35 g. Jumlah pakan yang bawang putih yang berbeda tidak
dihabiskan perlakuan A (21 hari) dan C memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(tujuh hari), masing-masing 36,800,88 dan terhadap pertumbuhan relatif. Hal ini juga
35,891,86 g. Berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan kombinasi pakan komersil dan
perlakuan A tidak berbeda nyata dengan pakan uji yang berbeda dalam waktu 21 hari
semua perlakuan, perlakuan B berbeda nyata pada perlakuan A, B, dan C tidak
dengan perlakuan K- dan K+, dan perlakuan memengaruhi secara beda nyata terhadap
C berbeda nyata dengan perlakuan K-. jumlah pakan dan pertumbuhan relatif. Dapat
Jumlah pakan pada perlakuan A, B, dan C disimpulkan pakan mengandung tepung
tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan meniran dan bawang putih dapat diterima
perbedaan lama pemberian tepung meniran sama baiknya dengan pakan komersil oleh
dan bawang putih dalam pakan tidak ikan uji perlakuan A, B, dan C.
memberikan pengaruh yang berbeda nyata Perlakuan A memiliki pertumbuhan relatif
terhadap respons makan. paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan
Respons makan pasca infeksi A. B dan C yaitu sebesar 24,693,03%.
hydrophila juga diamati selama sepuluh hari. Tingginya pertumbuhan relatif pada
Ikan uji pada semua perlakuan mengalami perlakuan A dapat disebabkan jumlah pakan
penurunan nafsu makan pasca infeksi. mengandung tepung meniran dan bawang
Penurunan nafsu makan tersebut disebabkan putih yang dikonsumsi lebih banyak karena
ikan stress akibat handling dan penyuntikan. pemberiannya lebih lama yaitu 21 hari. Hal
Selain itu, penurunan nafsu makan juga ini mengakibatkan jumlah meniran dan
disebabkan infeksi dari A. hydrophila pada bawang putih yang terserap oleh tubuh ikan
perlakuan K+, A, B, dan C. Hal ini sesuai juga lebih banyak. Pemberian pakan
dengan pernyataan Kabata (1985) bahwa mengandung tepung meniran dan bawang
salah satu gejala infeksi A. hydrophila adalah putih dapat meningkatkan pertumbuhan
nafsu makan yang rendah. Ikan lele karena kandungan zat antibakteri (allicin)
perlakuan K- memiliki respons makan dalam bawang putih dapat melisiskan racun
terbaik pasca infeksi karena hanya diinjeksi yang menempel pada dinding usus, sehingga
PBS. Ikan perlakuan A memiliki respons penyerapan zat nutrisi menjadi lebih baik
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 187
(Agustina, 2011). Flavonoid yang terkandung meninggalkan bekas luka. Diameter tukak
dalam meniran juga diketahui berfungsi yang berubah dari besar menjadi kecil
sebagai kontrol pertumbuhan (Robinson, merupakan salah satu indikator
1991 dalam Rahman, 2003). Mekanisme penyembuhan luka. Persentase penyembuhan
flavonoid sebagai kontrol hormon pada luka terbesar dimiliki oleh perlakuan B yaitu
pertumbuhan diduga berhubungan dengan sebesar 16,670,00%/hari. Persentase
kemampuannya merangsang kelenjar penyembuhan luka untuk perlakuan A, C,
prosimal pars distalis mensekresi hormon dan K+ berturut-turut 15,632,08%/hari,
pertumbuhan (somatotropin) (Abdullah, 9,932,05%/hari dan 14,436,25%/hari.
2008). Menurut Zairin (2003) hormon Namun, persentase penyembuhan luka tidak
somatotropin mampu merangsang berkorelasi positif terhadap kelangsungan
pertumbuhan dan metabolisme, hidup ikan lele, artinya persentase
meningkatkan nafsu makan, mencegah penyembuhan luka yang tinggi belum tentu
kerusakan hati dan terbukti memiliki sifat menghasilkan nilai kelangsungan hidup yang
imunostimulatori pada sel-sel imuno tinggi pula. Luka yang terbentuk mengalami
kompeten serta meningkatkan aktivitas penyembuhan karena adanya kekebalan
makrofag dan aktivitas hemolitik pada serum tubuh alami pada ikan dan kandungan
ikan. Vitamin C dalam pakan yang dapat berperan
Uji tantang dilakukan dengan dalam penyembuhan luka. Selain itu pada
menggunakan bakteri yang sudah dipastikan ikan uji perlakuan A, B, dan C penyembuhan
A. hydrophila dengan kepadatan yang luka juga disebabkan kandungan meniran
diperoleh pada uji LD50 yaitu 108 cfu/mL. dalam pakan uji dapat membantu dalam
Uji tantang dilakukan untuk mengetahui penyembuhan luka, berfungsi sebagai
pengaruh lama pemberian pakan antiulcerogenik dan antiamnestic (Okoli et
mengandung tepung meniran dan bawang al., 2009)
putih terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Pengamatan organ dalam dilakukan pada
Setelah dilakukan uji tantang, muncul gejala akhir perlakuan. Kondisi organ dalam ikan
klinis pada semua ikan uji, kecuali pada perlakuan K- yang hanya diinjeksi PBS
perlakuan K- karena hanya diinjeksi PBS 0,1 sedikit berbeda dengan organ dalam
mL/ekor. Gejala klinis yang muncul yaitu perlakuan yang diinfeksi A. hydrophila.
hiperemia di bagian perut, terbentuknya Perlakuan K- memiliki kondisi organ dalam
radang, hemoragi, dan tukak pada tempat yang normal yaitu, warna hati merah
bekas suntikan, sirip punggung rusak, dan kecoklatan, empedu hijau kekuningan, limpa
sirip ekor rusak. Selain itu, ikan terlihat merah kehitaman dan ginjal merah tua.
lemah dan nafsu makan menurun. Gejala Perlakuan K+ memiliki warna hati dan ginjal
klinis yang muncul tersebut sesuai dengan yang berbeda dengan K- yaitu, warna hati
gejala klinis yang seharusnya muncul pada dan ginjal merah pucat. Perlakuan A (21
ikan yang terinfeksi A. hydrophila. Ikan yang hari), B (14 hari), dan C (tujuh hari) memiliki
terinfeksi A. hydrophila menunjukkan gejala organ dalam yang hampir sama dengan
yaitu kematian mendadak pada ikan yang perlakuan K-. Namun, terdapat sedikit
sehat, kurangnya nafsu makan, kelainan perbedaan dengan perlakuan K-, yaitu
berenang, insang pucat, tukak pada kulit perlakuan B memiliki warna limpa merah
(Swann & White, 1989), ekor atau sirip tua, dan perlakuan C memiliki warna ginjal
membusuk, hemoragi (Cipriano, 2001), sirip merah pucat. Menurut Bullock et al. (1971)
ekor, dada, dan perut rusak, ikan lemah, dan dalam Angka (2005) gejala klinis yang
pada permukaan tubuh terdapat bagian- ditunjukkan oleh ikan sakit akibat infeksi A.
bagian yang berwarna merah (Maulina et al., hydrophila yaitu tukak berwarna merah tua
2006). keabuan, radang diginjal, hati berwarna pucat
Proses penyembuhan luka pada sebagian dan kehijauan, dan hemoragi di usus.
ikan uji mulai terjadi pada hari keempat, dan Menurut Swann & White (1989) organ dalam
mengalami penyembuhan pada hari kelima yang terpengaruh pada saat ikan terinfeksi A.
sampai hari kesepuluh meskipun masih hydrophila yaitu insang, ginjal, hati, limpa,
188 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)
meniran Phyllanthus niruri dan bawang Rahman. 2003. Kajian potensi antifungi dan
putih Allium sativum dalam pakan untuk ekstrak seduh daun ketapang (Terminalia
pengendalian infeksi bakteri Aeromonas catappa L.), daun sirih (Piper bettle L.),
hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias daun jambu biji (Psidium guajava L.), dan
sp. [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian daun sambiloto (Andrographis
Bogor. peniculatala) terhadap pertumbuhan
Lemar KM, Passa O, Aon MA. Cortassa S, cendawan akuatik Aphanomyces sp.
Muller CT, Plummer S, ORourke B, secara in vitro [Skripsi]. Bogor: Institut
Llyold D. 2005. Allyl alcohol and garlic Pertanian Bogor.
(Allium sativum) extract produce oxidatif Sartika Y. 2011. Efektivitas fitofarmaka
stress in Candida albicans. Microbiology dalam pakan untuk pencegahan infeksi
151: 32573265. bakteri Aeromonas Hydrophila pada ikan
Marwa K. 2010. Lama pemberian ekstrak lele dumbo Clarias sp. [Skripsi]. Bogor:
bawang putih Allium sativum yang Institut Pertanian Bogor.
optimum pada pakan untuk mencegah Suprapto. 2010. Meniran-Hidup Sehat
penyakit Koi Herves Virus (KHV) pada Dengan Tumbuhan Herbal Yang Alami.
ikan mas Cyprinus carpio [Skripsi]. http://www.bengkelsehat.co.id/index.php?
Bogor: Institut Pertanian Bogor. mod=content&act=read&id=25&cat=artik
Maulina I, Kiki H, Junianto. 2006. Pengaruh el&title=meniran-hidup-sehat-dengan-
Meniran dalam Pakan Untuk Mencegah tumbuhan-herbal-yang-alami. [12 Juni
Infeksi Bakteri Aeromonas sp. pada Benih 2010]
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Bandung: Suryati. 2010. Pemberian kappa-karaginan
Universitas Padjajaran. untuk meningkatkan respons imun non-
Mathew, Titus. 2009. Efficacy of Allium spesifik dan resistensi penyakit pada ikan
sativum (garlic) bulbs extracts on some lele dumbo Clarias sp [Tesis]. Bogor:
enteric (pathogenic) bacteria. New York Institut Pertanian Bogor.
Science Journal 2: 2428 Swann L, White RM. 1989. Diagnosis and
Okoli CO, Ezike AC, Akah PA, Udegbunam treatment of Aeromonas hydrophila
SO, Okoye TC, Mbanu TP, Ugwu E. infection of fish. Indiana, USA: Purdue
2009. Studies on wound healing and University.
antiulcer activities of extract of aerial Zairin MJr. 2003. Endokrinologi dan
parts of Phyllanthus niruri L. Peranannya bagi Masa Depan Perikanan
(Euphorbiaceae). American Journal of Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas
Pharmacology and Toxicology 4: Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor:
118126. Institut Pertanian Bogor.