You are on page 1of 11

Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012)

Lama pemberian pakan mengandung tepung meniran Phyllanthus niruri dan


bawang putih Allium sativum untuk pencegahan infeksi bakteri Aeromonas
hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias sp.

Duration of feed application of mixed powders of Phyllanthus niruri and


Allium sativum for the prevention of Aeromonas hydrophila infection in catfish
Clarias sp.

Dinamella Wahjuningrum*, Iis Widiani, Sri Nuryati


Department Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor
Kampus IPB Darmaga Bogor 16680
*email: dinamella@yahoo.com

ABSTRACT

Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) caused by Aeromonas hydrophila induced serious epidemics of disease
in catfish Clarias sp. The purposed of this research was to determine optimum durations of feed application of
mixed powders Phyllanthus niruri and Allium sativum to prevent MAS. Experimental design that used was
Complete Random Design which consist of three treatments and three replications. This research tested on
three different of durations of feed application of P. niruri and A. sativum, namely A (powder of P. niruri and
A. sativum feed application during 21 days and infected with A. hydrophila 0,1 mL IP), B (powder of P. niruri
and A. sativum feed application during 14 days and injected IP with A. hydrophila 0,1 mL), C (powder of P.
niruri and A. sativum feed application during seven days and injected IP with A. hydrophila 0,1 mL), and
control, namely K- (without P. niruri and A. sativum feed application and injected IP with PBS 0,1 mL) and
K+ (without P. niruri and A. sativum powder application and injected IP with A. hydrophila 0,1 mL). The
treatments was given for 21 days before challenging test, at 22 th day test in vivo carried out by injecting A.
hydrophila (108 CFU/mL) into the fish by intramuscular and observed for 10 days. The highest value of
survival rate that consist in treatment K- was 1000.00%, treatment A was 93.311.55%, and treatment B was
73.3330.55%. While treatment K+ and C have the same survival rate that is, 26.6711.55%. The application
P. niruri and A. sativum powder during 21 days was optimum for preventing MAS in catfish.

Keywords: Phyllanthus niruri, Allium sativum, Aeromonas hydrophila, Clarias sp.

ABSTRAK

Motile Aeromonad Septicaemia (MAS) yang disebabkan oleh Aeromonas hydrophila merupakan salah satu
penyakit serius pada ikan lele Clarias sp. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan jangka waktu yang
optimal dari pakan yang mengandung campuran bubuk meniran dan bawang putih untuk mencegah MAS.
Rancangan percobaan adalah Rancangan Acak Lengkap yang terdiri tiga perlakuan dan tiga ulangan.
Perlakuan yang dicobakan yaitu A (pakan dengan meniran dan bawang putih selama 21 hari kemudian
diinfeksi A. hydrophila), B (pakan dengan meniran dan bawang putih selama 14 hari kemudian diinfeksi A.
hydrophila), C (pakan dengan meniran dan bawang putih selama tujuh hari kemudian diinfeksi A. hydrophila),
dan kontrol, yaitu K- (tanpa meniran dan bawang putih dan disuntik dengan PBS) dan K+ (tanpa meniran dan
bawang putih kemudian diinfeksi A. hydrophila). Uji tantang dilakukan dengan menyuntikkan A. hydrophila
sebanyak 0,1 mL (108 CFU/mL) ke ikan secara intramuskular dan diamati selama 10 hari. Tingkat
kelangsungan hidup tertinggi berturut-turut adalah pada K- 1000,00%, perlakuan A 93,311,55%, dan
perlakuan B 73,3330,55%. Sementara pada K+ dan C memiliki tingkat kelangsungan hidup yang sama yaitu,
26,6711,55%. Aplikasi bubuk meniran dan bawang putih dalam pakan selama 21 hari adalah optimal untuk
mencegah MAS pada ikan lele.

Kata kunci: meniran, bawang putih, Aeromonas hydrophila, lele

PENDAHULUAN banyak dibudidayakan karena metode


budidayanya mudah. Budidaya lele
Ikan lele merupakan ikan air tawar yang berkembang pesat dikarenakan ikan lele
180 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)

mempunyai beberapa kelebihan, yaitu dapat waktu pemberian yang berbeda. Penelitian
dibudidayakan di lahan dan sumber air yang ini bertujuan untuk mengetahui lama
terbatas dengan padat tebar tinggi, pemberian pakan mengandung tepung
mempunyai pertumbuhan yang cepat, meniran dan bawang putih yang optimum
teknologi budidaya relatif mudah dikuasai untuk pencegahan penyakit Motile
oleh masyarakat, pemasarannya relatif Aeromonad Septicaemia (MAS) pada ikan
mudah dan modal usaha yang dibutuhkan lele dumbo Clarias sp.
relatif rendah serta mempunyai nilai
ekonomis yang tinggi. Konsumsi ikan lele BAHAN DAN METODE
meningkat dari 0,67 kg/kapita pada tahun
2008 menjadi 2,3 kg/kapita pada tahun 2009 Karakterisasi sifat biokimia dan fisiologi
(KKP, 2010a). A. hydrophila
Penyakit merupakan salah satu ancaman Karakterisasi yang dilakukan meliputi
yang sangat membahayakan dalam pengamatan morfologi koloni secara visual,
meningkatkan produksi ikan lele dengan meliputi warna, elevasi dan tepian koloni. Uji
budidaya intensif yang menyebabkan yang dilakukan meliputi pewarnaan Gram,
kerugian secara ekonomis. Umumnya uji motilitas, uji O/F, uji katalase, dan uji
penyakit pada ikan lele adalah penyakit MAS oksidase. Melalui pewarnaan Gram akan
(Motile Aeromonad Septicaemia) yang diketahui sifat Gram dan morfologi dari
disebabkan oleh infeksi bakteri Aeromonas bakteri yang diidentifikasi. Berdasarkan uji
hydrophila yang sewaktu-waktu dapat biokimia akan diperoleh genus suatu bakteri
menyerang pada kondisi tertentu (Swann & dengan mengacu pada identifikasi
White, 1989). Dengan demikian perlu berdasarkan Bergeys Mannual of
dilakukan pencegahan sebelum ikan positif Determination Bacteriology (Holt et al.,
terinfeksi. Sebelum adanya pelarangan 1998). Karakterisasi dan uji tersebut
penggunaan antibiotik, pembudidaya dilakukan untuk memastikan bahwa sediaan
umumnya menggunakan berbagai antibiotik bakteri yang digunakan merupakan A.
untuk menanggulangi penyakit ini, tetapi hydrophila.
sekarang penggunaan antibiotik sudah sangat
dibatasi. Uji postulat koch
Alternatif lain yang digunakan untuk Postulat Koch dilakukan untuk menguji
pencegahan penyakit pada ikan lele yaitu virulensi sediaan bakteri A. hydrophila.
dengan menggunakan bahan fitofarmaka. Bakteri A. hydrophila disuntikkan pada ikan
Salah satu bahan fitofarmaka yang dapat lele. Setelah muncul tanda-tanda penyakit
digunakan yaitu campuran antara meniran MAS pada ikan lele, kemudian dilakukan
Phyllanthus niruri dan bawang putih Allium reisolasi bakteri A. hydrophila dari empat
sativum dalam bentuk tepung yang ekor ikan lele. Bakteri hasil reisolasi ini
dicampurkan ke dalam pakan. Bawang putih dikarakterisasi kembali dan diuji sifat
berperan sebagai antimikroba (Lemar et al., fisiologis dan biokimianya.
2005), sedangkan meniran berperan dalam
meningkatkan sistem imun (Suprapto, 2010). Regenerasi bakteri uji
Penggunaan campuran meniran dan bawang Bakteri stok dari kultur primer digores
putih yang dicampur ke dalam pakan dengan kuadran dalam agar cawan, kemudian
cara repelleting untuk pencegahan penyakit diinkubasi selama 24 jam pada suhu 27 C.
pada ikan lele sudah dilakukan oleh Sebanyak satu ose bakteri diambil dari
Kurniawan (2010). Namun, lama waktu biakan tersebut dan diinokulasikan ke dalam
pemberian yang dilakukan selama 14 hari, Erlenmeyer yang berisi 25 mL media TSB
diduga belum efektif, karena keberhasilan (Trypticase Soy Broth) kemudian diinkubasi
kelangsungan hidup sebesar 6020%. Oleh selama 24 jam dalam water bath shaker, lalu
karena itu perlu dilakukan penelitian dilakukan pengenceran berseri.
mengenai pemberian campuran meniran dan
bawang putih dalam pakan dengan lama
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 181

Uji LD50 Pembuatan pakan uji


LD50 dilakukan untuk menentukan dosis Pakan komersial (protein 30%)
yang dapat membunuh 50% ikan uji. Hal ini ditepungkan, kemudian dicampur dengan
penting untuk mengetahui konsentrasi bakteri tepung meniran 0,7% dan bawang putih 1,4%
yang akan digunakan. Uji LD50 dilakukan serta ditambahkan vitamin C 0,1% dan
dengan menggunakan akuarium berukuran diaduk rata. Setelah itu ditambahkan air
353035 cm3 sebanyak lima buah masing- sebanyak 25% lalu dicetak, kemudian
masing akuarium diisi lima ekor ikan. Untuk dikeringkan dalam oven sekitar dua jam pada
perlakuan kepadatan bakteri yang suhu 60 C. Pakan disimpan dalam wadah
disuntikkan yaitu mulai dari 106 sampai 1010 kedap udara. Dosis meniran dan bawang
cfu/mL. Penyuntikan dilakukan secara putih yang digunakan diambil dari dosis
intramuscular sebanyak 0,1 mL/ekor. efektif hasil penelitian Kurniawan (2010).
Pengamatan terhadap jumlah ikan yang mati
dan yang masih hidup dilakukan selama Rancangan penelitian
tujuh hari. Setelah itu dilakukan perhitungan Penelitian ini terdiri dari lima perlakuan
untuk menentukan nilai LD50. dan tiga kali ulangan. Masing-masing
perlakuan tersebut disebutkan pada Tabel 1.
Pembuatan tepung meniran P. niruri
Meniran yang digunakan diperoleh dari Persiapan wadah dan ikan uji
Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Wadah yang digunakan dalam penelitian
(BALITRO) Cimanggu, Bogor. Bagian ini yaitu akuarium berukuran 603035 cm3
tanaman yang diambil adalah bagian daun. sebanyak 15 unit. Akuarium dicuci bersih
Sebelum digunakan daun meniran dicuci dan dikeringkan, lalu didesinfeksi dengan
terlebih dahulu dengan air mengalir, CaOCl2 dengan konsentrasi 100 ppm selama
kemudian dikeringudarakan tanpa terkena 24 jam. Setelah itu diisi air setinggi 15 cm,
sinar matahari selama tiga hari. Setelah itu, kemudian didesinfeksi dengan CaOCl2
daun meniran diblender sampai menjadi dengan konsentrasi 30 ppm selama 24 jam,
tepung lalu disaring dengan saringan halus. selanjutnya dinetralisir dengan
Setelah itu disimpan dalam wadah kedap Na2S2O3.5H2O 15 ppm dan diaerasi kuat.
udara hingga saatnya dicampur dalam bahan Seluruh sisi akuarium ditutup plastik
pakan ikan. berwarna hitam untuk menghindari stress
pada ikan. Selain itu, untuk mencegah ikan
Pembuatan tepung bawang putih A. loncat, bagian atas akuarium ditutup dengan
sativum kain kasa.
Bawang putih dibuang kulitnya dan diiris Ikan uji yang digunakan memiliki panjang
tipis-tipis. Kemudian dikeringudarakan tanpa 11,670,55 cm dengan bobot 12,441,31 g.
terkena sinar matahari selama enam hari. Ikan diadaptasikan di dalam akuarium selama
Setelah itu dikeringkan dalam oven selama dua minggu. Setiap akuarium diisi ikan
satu jam pada suhu 60 C. Setelah kering, sebanyak lima ekor. Selama diadaptasikan,
diblender sampai menjadi tepung. disaring ikan lele diberi pakan uji dengan FR
dengan saringan halus. Setelah itu, disimpan (Feeding Rate) 3%, dan FF (Feeding
dalam wadah kedap udara hingga saatnya Frequency) dua kali sehari, yaitu pagi dan
dicampur dalam bahan pakan ikan. sore.

Tabel 1. Perlakuan pemberian pakan


Pakan komersial+tepung meniran Lama pemberian Setelah pemberian pakan,
Perlakuan
0,7%+bawang putih 1,4% pakan perlakuan disuntik dengan
K- (kontrol negatif) Hanya pakan komersial 21 hari PBS 0,1 mL/ekor
K+ (kontrol positif) Hanya pakan komersial 21 hari A. hydrophila 0,1 mL/ekor
A Diberikan 21 hari A. hydrophila 0,1 mL/ekor
B Diberikan 14 hari A. hydrophila 0,1 mL/ekor
C Diberikan 7 hari A. hydrophila 0,1 mL/ekor
182 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)

Uji in vivo sudah diidentifikasi sebelumnya. Pengujian


Uji in vivo dilakukan untuk mengetahui dilakukan dengan menginfeksikan bakteri A.
pengaruh lama pemberian pakan yang hydrophila dengan kepadatan berbeda pada
dicampur tepung meniran dan bawang putih ikan lele secara intramuscular. Kepadatan
terhadap kelangsungan hidup ikan lele. bakteri yang digunakan yaitu, dari 106 sampai
Penyuntikan A. hydrophila dilakukan setelah 1010 cfu/mL. Hasil uji menunjukkan
pemberian pakan uji selama 21 hari untuk kepadatan bakteri yang menyebabkan
perlakuan A, 14 hari untuk perlakuan B, dan kematian 50% dari populasi dalam kurun
tujuh hari untuk perlakuan C. Pada kontrol waktu satu minggu, adalah 108 cfu/mL. Hal
positif dilakukan penyuntikan dengan A. ini menunjukkan bahwa LD50 bakteri uji
hydrophila, sedangkan kontrol negatif hanya adalah 108 cfu/mL.
disuntik dengan 0,1 mL PBS/ekor.
Kelangsungan hidup
Parameter pengamatan Kelangsungan hidup ikan dihitung pada
Parameter yang diamati pada penelitian akhir pengamatan setelah ikan diinfeksi A.
ini yaitu kelangsungan hidup (Effendi, 2004), hydrophila. Kelangsungan hidup ikan pada
respons makan (Kurniawan, 2010), akhir perlakuan dapat dilihat pada Gambar 1.
pertumbuhan relatif (Afrianto & Liviawaty,
2005), gejala klinis dan penyembuhan luka 120
Kelangsungan Hidup (%)

(Sartika, 2011), pengamatan organ dalam 100


(Kurniawan, 2010), dan kualitas air.
80
Analisis data. 60
Percobaan ini dilakukan menggunakan
RAL (Rancangan Acak Lengkap) dengan 40
lima perlakuan dan tiga kali ulangan. Data 20
dianalisis menggunakan ANOVA single
factor, dan uji lanjut untuk beda nyata 0
K- K+ A B C
menggunakan Uji Duncan. Parameter yang
dianalisis statistik secara kuantitatif adalah Perlakuan
respons makan dan pertumbuhan relatif, Gambar 1. Kelangsungan hidup ikan lele (Clarias
sedangkan parameter yang dianalisis secara sp.) pada akhir perlakuan. Keterangan: K-: kontrol
deskriptif adalah kelangsungan hidup, gejala negatif, K+: kontrol positif, A: 21 hari, B: 14 hari,
C: tujuh hari.
klinis, kecepatan penyembuhan luka,
morfologi dan warna organ dalam, serta
Kelangsungan hidup paling tinggi adalah
kualitas air.
perlakuan K- sebesar 1000,00%. Sedangkan
kelangsungan hidup terendah adalah
HASIL
perlakuan K+ dan perlakuan C (tujuh hari)
sebesar 26,6711,54%.
Identifikasi bakteri uji
Hasil pewarnaan Gram menunjukkan
Respons makan
bahwa bakteri uji yaitu A. hydrophila
Respons makan ikan sebelum infeksi
berbentuk batang pendek dan bersifat Gram
diamati selama 21 hari. Nafsu makan ikan
negatif. Selain itu, bakteri uji juga memiliki
mengalami penurunan ketika ikan diberi
morfologi koloni berwarna krem, elevasi
pakan uji. Rata-rata ikan perlakuan A, B dan
cembung, dan tepian halus. Sifat biokimia
C memerlukan waktu tiga hingga empat hari
dan fisiologi bakteri uji adalah bersifat
hari untuk dapat beradaptasi terhadap
fermentatif, bersifat motil, dan positif
pergantian pakan dari pakan komersil ke
terhadap uji oksidase dan katalase.
pakan uji. Setelah beradaptasi, ikan
perlakuan A, B, dan C dapat merespons
Uji LD50
dengan baik pakan yang diberikan. Setelah
Uji LD50 dilakukan terhadap bakteri yang
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 183

Tabel 2. Konsumsi pakan ikan lele (Clarias sp.) sebelum dan sesudah infeksi
Lama pemberian pakan fitofarmaka (meniran+bawang putih)
Parameter uji Kontrol+ Kontrol- A B C
(0 hari) (0 hari) (21 hari) (14 hari) (7 hari)
Sebelum infeksi
Konsumsi pakan 38,612,00bc 39,590,64c 36,800,88abc 35,072,35a 35,891.86ab
total (g)
Sesudah infeksi
Konsumsi pakan 0,220,02 0,450,01 0,310,01 0,200,05 0,180,01
(g/hari/ekor)
Keterangan: K+: kontrol positif, K-: kontrol negatif, A: 21 hari, B: 14 hari, C: tujuh hari. Huruf superskrip
yang berbeda menunjukaan perbedaan nyata (p<0,05).

infeksi, pengamatan respons makan ikan selama sepuluh hari pasca infeksi. Gejala
dilakukan selama sepuluh hari. Respons klinis yang diamati meliputi hiperemia,
makan ikan kembali meningkat seiring radang, hemoragi, tukak, kelengkapan, dan
bertambahnya hari pasca infeksi. Jumlah kondisi sirip (Gambar 4). Secara umum
pakan yang dihabiskan sebelum dan sesudah gejala klinis berupa radang mulai muncul
infeksi pada setiap perlakuan dapat dilihat pada jam ketujuh pasca infeksi. Radang pada
pada Tabel 2. ikan berubah menjadi hemoragi pada jam ke-
24. Beberapa ikan tidak mengalami
Pertumbuhan relatif hemoragi, peradangan langsung berubah
Berdasarkan hasil uji statistik, menjadi tukak.
pertumbuhan relatif ikan pada perlakuan B Perubahan diameter luka merupakan salah
(14 hari) dan C (tujuh hari) berbeda nyata satu indikator dari proses penyembuhan luka.
dengan perlakuan K+ dan K-. Pertumbuhan Kritera perubahan diameter luka terletak
relatif ikan pada setiap perlakuan dapat pada ukuran lebar luka yang terbentuk.
dilihat pada Gambar 2. Persentase penyembuhan luka dapat dilihat
pada Tabel 3.
35
Pertumbuhan Relatif (%)

30
25
20
15
10
5
0
K+ K- A B C

Perlakuan Gambar 3. Kondisi ikan lele (Clarias sp.) perlakuan


Gambar 2. Pertumbuhan relatif ikan lele selama 21 K- tidak ada gejala klinis yang muncul.
hari sebelum infeksi. Keterangan: K+: kontrol
positif K-: kontrol negatif, A: 21 hari, B: 14 hari, C: Tabel 3. Persentase penyembuhan luka
tujuh hari. Perlakuan lama Penyembuhan luka
pemberian (hari) (%/hari)
Gejala klinis dan penyembuhan luka A 15,632,08
Berbeda dengan perlakuan lainnya, pada B 16,670,00
perlakuan K- tidak menunjukkan gejala klinis C 9,932,05
pasca infeksi hingga akhir perlakuan, karena K+ 12,436,25
hanya diinjeksi PBS 0,1 mL/ekor (Gambar K- Tidak ada luka
3).
Pengamatan gejala klinis pada ikan yang Pengamatan organ dalam
sudah diinfeksi A. hydrophila dilakukan Pengamatan organ dalam dilakukan pada
184 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)

a b

c d

e f
Gambar 4. Gejala klinis pada ikan lele (Clarias sp.) pasca infeksi. Radang pada jam ketujuh perlakuan A
ulangan kedua (a), hemoragi pada hari pertama perlakuan K+ ulangan ketiga (b), tukak pada hari kedua
perlakuan B ulangan ketiga (c), hiperemia pada jam ketujuh perlakuan B ulangan ketiga (d), sirip punggung
rusak pada hari kedua perlakuan C ulangan ketiga (e), sirip ekor geripis pada hari keenam perlakuan A ulangan
kedua (f).

akhir perlakuan setelah dilakukan Nilai DO sekitar 4,324,62 ppm, pH sekitar


pengamatan selama sepuluh hari. Kondisi 6,826,97, dan TAN sekitar 0,530,64 ppm.
organ dalam perlakuan K- terlihat normal
dengan warna hati merah kecoklatan, PEMBAHASAN
empedu hijau kekuningan, limpa merah
kehitaman dan ginjal merah tua. Perlakuan Berdasarkan hasil penelitian, perlakuan K-
K+ memiliki warna hati dan ginjal yang memiliki nilai kelangsungan hidup sebesar
berbeda dengan K- yaitu, warna hati dan 1000,00% karena hanya diinjeksi PBS.
ginjal merah pucat. Perlakuan A (21 hari), B Perlakuan A (21 hari) 93,311,55%, dan
(14 hari), dan C (tujuh hari) memiliki organ perlakuan B (14 hari) 73,3330,55%.
dalam yang hampir sama dengan perlakuan Sedangkan perlakuan K+ dan C (tujuh hari)
K-. Namun, terdapat sedikit perbedaan memiliki nilai kelangsungan hidup yang
dengan perlakuan K-, yaitu perlakuan B sama yaitu, 26,6711,55%. Hal ini
memiliki warna limpa merah tua, dan menunjukkan pemberian pakan uji selama 21
perlakuan C memiliki warna ginjal merah hari mampu meningkatkan kelangsungan
pucat. hidup ikan uji. Pemberian pakan uji selama
21 hari merupakan lama pemberian yang
Kualitas air optimum untuk mencegah infeksi A.
Pengukuran kualitas air dilakukan pada hydrophila. Tingginya kelangsungan hidup
awal dan akhir perlakuan. Parameter utama ikan perlakuan A dapat disebabkan dosis
yang diukur adalah oksigen terlarut (Disolve kombinasi meniran dan bawang putih yang
Oxygen, DO), suhu, pH, dan TAN (Total tepat, adanya efek dari kombinasi bahan yang
Ammonia Nitrogen). Kualitas air selama bersifat saling melengkapi, dan lama
perlakuan masih sesuai untuk menunjang pemberian pakan uji yang tepat sehingga
kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan berefek positif terhadap kelangsungan hidup
lele. Kisaran suhu pada pagi hari 2526 C, ikan.
siang hari 2730 C, dan sore hari 2830 C. Tingginya kelangsungan hidup pada
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 185

perlakuan A dapat disebabkan antibakteri spesifik ikan (Anderson, 1992 dalam Suryati,
pada tubuh ikan bekerja dengan baik 2010). Ikan yang diberikan imunostimulan
melawan bakteri sehingga bakteri tidak biasanya menunjukkan aktivitas sel fagositik.
mampu berkembang biak. Allicin yang Imunostimulan meningkatkan daya tahan
terkandung dalam bawang putih mampu terhadap penyakit infeksi, bukan karena
menghambat pertumbuhan atau meningkatnya respons imun spesifik tetapi
perkembangbiakan bakteri A. hydrophila. oleh meningkatnya mekanisme pertahanan
Sebagaimana disebutkan oleh Feldberg et al. non-spesifik (Sakai, 1999 dalam Suryati,
(1988) aktivitas allicin berperan sebagai 2010).
antimikroba dengan menghambat sintesis Kelangsungan hidup pada penelitian ini
RNA, meskipun DNA dan sintesis protein lebih tinggi dibandingkan dengan penelitian
juga sebagian terhambat, RNA merupakan sebelumnya dengan menggunakan bahan
target utama allicin. Jika RNA tidak dapat fitofarmaka yang sama namun dengan
diproduksi, atau dihasilkan dalam jumlah metode yang berbeda. Pada penelitian
yang kurang maka sintesis protein akan Ayuningtyas (2008), dengan metode
sangat terpengaruh. Hal ini akan berpengaruh penyuntikan 14 hari sebelum uji tantang,
kepada semua tahapan karena tidak adanya mencapai kelangsungan hidup 73%.
messenger RNA, ribosom RNA dan transfer Selanjutnya penelitian Sartika (2011),
RNA. Jika asam amino dan protein tidak mencapai kelangsungan hidup 66% dengan
dapat dihasilkan maka pertumbuhan dan metode repelleting dengan pemberian selama
perkembangan organisme tidak akan terjadi 14 hari sebelum uji tantang. Kelangsungan
karena mereka sangat penting untuk semua hidup tertinggi dicapai dalam penelitian ini
bagian struktur sel. Efek utama adalah yaitu sebesar 93% dengan pemberian selama
bilayer fosfolipid dari dinding sel tidak dapat 21 hari sebelum uji tantang.
terbentuk dengan benar pada kedua bakteri, Kelangsungan hidup yang tinggi pada
Gram positif dan Gram negatif. Semua hal penelitian ini dapat disebabkan pemberian
yang berkontribusi terhadap bakteri tidak pakan mengandung tepung meniran dan
dapat tumbuh dengan adanya allicin bawang putih dalam waktu yang lebih lama
(Durairaj et al., 2009). Bawang putih selain yang mengakibatkan jumlah pakan uji yang
berfungsi sebagai antimikroba juga berfungsi dimakan oleh ikan lebih banyak. Tingginya
sebagai perangsang kekebalan tubuh, dapat jumlah pakan uji berbanding lurus dengan
merangsang sistem makrofag, sel darah putih jumlah fitofarmaka (meniran dan bawang
yang menghancurkan organisme asing dan putih) yang masuk ke dalam tubuh ikan.
meningkatkan sel helper (Derrida, 2003 Semakin banyak meniran dan bawang putih
dalam Mathew & Titus, 2009). maka zat antibakteri dan zat aktif lain yang
Analisis fitokimia ekstrak meniran terkandung juga semakin tinggi. Hal ini
menunjukkan adanya alkaloid, saponin, sesuai dengan pernyataan Agustina (2011)
tanin, flavonoid, karbohidrat dan glikosida semakin banyak volume bahan yang
(Okoli et al., 2009). Flavonoid merupakan digunakan maka antibakteri yang terkandung
senyawa antikanker dan antioksidan juga semakin tinggi. Pemberian pakan uji
sebagaimana disebutkan oleh Arima et al. yang cukup lama juga dapat berpengaruh
(2002) flavonoid merupakan metabolit terhadap penyerapan zat aktif terutama
sekunder mengandung banyak quercetin antibakteri oleh tubuh lebih banyak sehingga
berfungsi sebagai terapeutik, khususnya pembentukan kekebalan tubuh ikan lebih
antibakteria, antiradang, antialergi, antiviral, maksimal. Namun pemberian pakan uji yang
antitumor, dapat menghambat pertumbuhan terlalu berlebihan diduga dapat memberikan
bakteri pembunuh spora dan menghambat pengaruh yang negatif karena dapat bersifat
produksi enterotoksin. Meniran dikenal toksik dan berbahaya bagi ikan uji. Metode
sebagai imunostimulan yang baik. repelleting yang digunakan pada penelitian
Imunostimulan merupakan senyawa kimia, ini lebih praktis dan efektif dibandingkan
obat, atau bahan lain yang mampu dengan metode penyuntikan langsung pada
meningkatkan respons imun spesifik dan non ikan dan metode spray pada pakan. Metode
186 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)

repelleting lebih memudahkan dalam makan yang lebih baik pasca infeksi
pemberian pakan pada ikan, selain itu pakan dibandingkan ikan lele perlakuan K+, B, dan
dapat disimpan dalam waktu yang relatif C. Hal ini dapat disebabkan penurunan nafsu
lama. makan akibat infeksi A. hydrophila tidak
Penelitian yang sama dengan Marwa terjadi berlarut-larut. Hal tersebut terbukti
(2010) yaitu pemberian ekstrak bawang putih ikan lele perlakuan A sudah mulai merespons
dalam pakan untuk mencegah penyakit Koi dengan cukup baik pakan yang diberikan
Herves Virus pada ikan mas dengan lama pada hari keempat.
pemberian yang sama yaitu 21 hari Respons makan yang cukup tinggi pada
menghasilkan nilai kelangsungan hidup yang semua perlakuan berpengaruh terhadap
tinggi yaitu 91,7%. Hal ini menunjukkan pertumbuhan relatif ikan. Pertumbuhan
bahwa pemberian pakan uji selama 21 hari relatif paling tinggi terdapat pada perlakuan
merupakan lama pemberian yang optimum K+ yaitu sebesar 27,43%2,06%. Hal ini
untuk mencegah infeksi A. hydrophila. berbanding lurus dengan jumlah pakan yang
Berdasarkan jumlah pakan yang dihabiskan oleh perlakuan K+ yang tinggi.
dihabiskan selama perlakuan, perlakuan K- Pertumbuhan relatif perlakuan K- tidak
memiliki respons makan terbaik, dengan berbeda nyata dengan perlakuan K+, yaitu
jumlah pakan yang dihabiskan 39,590,64 g. 26,802,51%. Jumlah pakan uji A, B, dan C
Jumlah pakan yang dihabiskan pada yang tidak berbeda nyata diikuti dengan
perlakuan K+ tidak berbeda nyata dengan pertumbuhan relatif perlakuan A, B, dan C
perlakuan K- yaitu, 38,612,00 g. Perlakuan yang tidak berbeda nyata pula. Hal ini
B (14 hari) memiliki respons makan menunjukkan perbedaan lama pemberian
terendah, dengan jumlah pakan yang pakan mengandung tepung meniran dan
dihabiskan 35,072,35 g. Jumlah pakan yang bawang putih yang berbeda tidak
dihabiskan perlakuan A (21 hari) dan C memberikan pengaruh yang berbeda nyata
(tujuh hari), masing-masing 36,800,88 dan terhadap pertumbuhan relatif. Hal ini juga
35,891,86 g. Berdasarkan hasil uji statistik, menunjukkan kombinasi pakan komersil dan
perlakuan A tidak berbeda nyata dengan pakan uji yang berbeda dalam waktu 21 hari
semua perlakuan, perlakuan B berbeda nyata pada perlakuan A, B, dan C tidak
dengan perlakuan K- dan K+, dan perlakuan memengaruhi secara beda nyata terhadap
C berbeda nyata dengan perlakuan K-. jumlah pakan dan pertumbuhan relatif. Dapat
Jumlah pakan pada perlakuan A, B, dan C disimpulkan pakan mengandung tepung
tidak berbeda nyata. Hal ini menunjukkan meniran dan bawang putih dapat diterima
perbedaan lama pemberian tepung meniran sama baiknya dengan pakan komersil oleh
dan bawang putih dalam pakan tidak ikan uji perlakuan A, B, dan C.
memberikan pengaruh yang berbeda nyata Perlakuan A memiliki pertumbuhan relatif
terhadap respons makan. paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan
Respons makan pasca infeksi A. B dan C yaitu sebesar 24,693,03%.
hydrophila juga diamati selama sepuluh hari. Tingginya pertumbuhan relatif pada
Ikan uji pada semua perlakuan mengalami perlakuan A dapat disebabkan jumlah pakan
penurunan nafsu makan pasca infeksi. mengandung tepung meniran dan bawang
Penurunan nafsu makan tersebut disebabkan putih yang dikonsumsi lebih banyak karena
ikan stress akibat handling dan penyuntikan. pemberiannya lebih lama yaitu 21 hari. Hal
Selain itu, penurunan nafsu makan juga ini mengakibatkan jumlah meniran dan
disebabkan infeksi dari A. hydrophila pada bawang putih yang terserap oleh tubuh ikan
perlakuan K+, A, B, dan C. Hal ini sesuai juga lebih banyak. Pemberian pakan
dengan pernyataan Kabata (1985) bahwa mengandung tepung meniran dan bawang
salah satu gejala infeksi A. hydrophila adalah putih dapat meningkatkan pertumbuhan
nafsu makan yang rendah. Ikan lele karena kandungan zat antibakteri (allicin)
perlakuan K- memiliki respons makan dalam bawang putih dapat melisiskan racun
terbaik pasca infeksi karena hanya diinjeksi yang menempel pada dinding usus, sehingga
PBS. Ikan perlakuan A memiliki respons penyerapan zat nutrisi menjadi lebih baik
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 187

(Agustina, 2011). Flavonoid yang terkandung meninggalkan bekas luka. Diameter tukak
dalam meniran juga diketahui berfungsi yang berubah dari besar menjadi kecil
sebagai kontrol pertumbuhan (Robinson, merupakan salah satu indikator
1991 dalam Rahman, 2003). Mekanisme penyembuhan luka. Persentase penyembuhan
flavonoid sebagai kontrol hormon pada luka terbesar dimiliki oleh perlakuan B yaitu
pertumbuhan diduga berhubungan dengan sebesar 16,670,00%/hari. Persentase
kemampuannya merangsang kelenjar penyembuhan luka untuk perlakuan A, C,
prosimal pars distalis mensekresi hormon dan K+ berturut-turut 15,632,08%/hari,
pertumbuhan (somatotropin) (Abdullah, 9,932,05%/hari dan 14,436,25%/hari.
2008). Menurut Zairin (2003) hormon Namun, persentase penyembuhan luka tidak
somatotropin mampu merangsang berkorelasi positif terhadap kelangsungan
pertumbuhan dan metabolisme, hidup ikan lele, artinya persentase
meningkatkan nafsu makan, mencegah penyembuhan luka yang tinggi belum tentu
kerusakan hati dan terbukti memiliki sifat menghasilkan nilai kelangsungan hidup yang
imunostimulatori pada sel-sel imuno tinggi pula. Luka yang terbentuk mengalami
kompeten serta meningkatkan aktivitas penyembuhan karena adanya kekebalan
makrofag dan aktivitas hemolitik pada serum tubuh alami pada ikan dan kandungan
ikan. Vitamin C dalam pakan yang dapat berperan
Uji tantang dilakukan dengan dalam penyembuhan luka. Selain itu pada
menggunakan bakteri yang sudah dipastikan ikan uji perlakuan A, B, dan C penyembuhan
A. hydrophila dengan kepadatan yang luka juga disebabkan kandungan meniran
diperoleh pada uji LD50 yaitu 108 cfu/mL. dalam pakan uji dapat membantu dalam
Uji tantang dilakukan untuk mengetahui penyembuhan luka, berfungsi sebagai
pengaruh lama pemberian pakan antiulcerogenik dan antiamnestic (Okoli et
mengandung tepung meniran dan bawang al., 2009)
putih terhadap kelangsungan hidup ikan lele. Pengamatan organ dalam dilakukan pada
Setelah dilakukan uji tantang, muncul gejala akhir perlakuan. Kondisi organ dalam ikan
klinis pada semua ikan uji, kecuali pada perlakuan K- yang hanya diinjeksi PBS
perlakuan K- karena hanya diinjeksi PBS 0,1 sedikit berbeda dengan organ dalam
mL/ekor. Gejala klinis yang muncul yaitu perlakuan yang diinfeksi A. hydrophila.
hiperemia di bagian perut, terbentuknya Perlakuan K- memiliki kondisi organ dalam
radang, hemoragi, dan tukak pada tempat yang normal yaitu, warna hati merah
bekas suntikan, sirip punggung rusak, dan kecoklatan, empedu hijau kekuningan, limpa
sirip ekor rusak. Selain itu, ikan terlihat merah kehitaman dan ginjal merah tua.
lemah dan nafsu makan menurun. Gejala Perlakuan K+ memiliki warna hati dan ginjal
klinis yang muncul tersebut sesuai dengan yang berbeda dengan K- yaitu, warna hati
gejala klinis yang seharusnya muncul pada dan ginjal merah pucat. Perlakuan A (21
ikan yang terinfeksi A. hydrophila. Ikan yang hari), B (14 hari), dan C (tujuh hari) memiliki
terinfeksi A. hydrophila menunjukkan gejala organ dalam yang hampir sama dengan
yaitu kematian mendadak pada ikan yang perlakuan K-. Namun, terdapat sedikit
sehat, kurangnya nafsu makan, kelainan perbedaan dengan perlakuan K-, yaitu
berenang, insang pucat, tukak pada kulit perlakuan B memiliki warna limpa merah
(Swann & White, 1989), ekor atau sirip tua, dan perlakuan C memiliki warna ginjal
membusuk, hemoragi (Cipriano, 2001), sirip merah pucat. Menurut Bullock et al. (1971)
ekor, dada, dan perut rusak, ikan lemah, dan dalam Angka (2005) gejala klinis yang
pada permukaan tubuh terdapat bagian- ditunjukkan oleh ikan sakit akibat infeksi A.
bagian yang berwarna merah (Maulina et al., hydrophila yaitu tukak berwarna merah tua
2006). keabuan, radang diginjal, hati berwarna pucat
Proses penyembuhan luka pada sebagian dan kehijauan, dan hemoragi di usus.
ikan uji mulai terjadi pada hari keempat, dan Menurut Swann & White (1989) organ dalam
mengalami penyembuhan pada hari kelima yang terpengaruh pada saat ikan terinfeksi A.
sampai hari kesepuluh meskipun masih hydrophila yaitu insang, ginjal, hati, limpa,
188 Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11(2), 179189 (2012)

pankreas, dan rangka otot. Aeromonad Septicaemia (MAS) pada ikan


Kualitas air harus diperhatikan karena lele dumbo Clarias sp.: patologi,
kualitas air yang buruk dapat berpengaruh pencegahan dan pengobatannya dengan
terhadap kelangsungan hidup ikan uji. fitofarmaka [Disertasi]. Bogor: Institut
Sehingga dikhawatirkan ikan yang mati Pertanian Bogor.
disebabkan oleh kualitas air yang buruk Arima H, Ashida H, Danno G. 2002. Rutin-
bukan karena infeksi A. hydrophila. Kualitas enanched antibacterial activities of
air selama pemeliharaan tetap terkontrol dan flavonoids against Bacillus cereus and
masih sesuai dengan persyaratan hidup ikan Salmonella enteritidis. Biosci. Biotechnol.
lele. Kisaran suhu selama pemeliharaan Biochem. 66:10091014
masih berada dalam kisaran normal untuk Ayuningtyas AK. 2008. Efektivitas
ikan lele dumbo yaitu 2530 C. Menurut campuran meniran Phyllanthus niruri dan
KKP (2010b) benih ikan lele dapat hidup bawang putih Allium sativum untuk
dengan baik pada suhu media pemeliharaan pencegahan dan pengobatan infeksi
berkisar 2630 C. Kisaran toleransi kualitas bakteri Aeromonas hydrophila pada ikan
air untuk ikan lele yaitu, nilai pH 6,59 dan lele dumbo Clarias sp. [Skripsi]. Bogor:
nilai DO >3 ppm (Amri & Khairuman, Institut Pertanian Bogor.
2006), nilai TAN <1 ppm (Ilyas et al., 1992 Cipriano RC. 2001. Aeromonas hydrophila
dalam Kurniawan, 2010). and Motile Aeromonad Septicaemia of
Fish. Fish Disease Leaflet 68, US.
KESIMPULAN Washington DC, USA: Fish and Wildlife
Service Division of Fishery Research
Kombinasi meniran dan bawang putih Washington DC.
efektif untuk mencegah infeksi A. Durairaj S, Srinivasan S,
hydrophila. Lama pemberian pakan Lakshmanaperumalsamy P. 2009. In vitro
mengandung tepung meniran dan bawang antibacterial activity and stability of garlic
putih yang optimum untuk mencegah infeksi extract at different pH and temperature.
A. hydrophila yaitu 21 hari dengan nilai Electronic Journal of Biology 5: 510
kelangsungan hidup 93,3311,54%. Effendi I. 2004. Pengantar Akuakultur.
Depok: Penebar Swadaya.
DAFTAR PUSTAKA Feldberg RS, Chang SC, Kotik AN, Nadler
M, Neurwirth Z, Sundstrom DC,
Abdullah W. 2008. Efektivitas ekstrak daun Thompson NH. 1988. In vitro
paci-paci Leucas lavandulaefolia untuk Mechanisme of inhibition of bacteria cell
pencegahan dan pengobatan infeksi growth by allicin. Antimicrob Agents and
penyakit MAS Motile Aeromonad Chemotherapy 32: 17631768.
Septicaemia ditinjau dari patologi makro Holt JG, Krieg NR, Sneath PHA, Staley JT,
dan hematologi ikan lele dumbo Clarias Williams ST. 1998. Bergeys Manual of
sp. [Skripsi]. Bogor: Institut Pertanian Determinative Bacteriology. Baltimore,
Bogor. US: William & Wilkins.
Afrianto E, Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan Kabata Z. 1985. Parasites and Diseases of
dan Perkembangannya. Yogyakarta: Fish Cultured in The Tropics. London and
Kanisius. Philadelphia: Taylor and Francis Press.
Agustina L. 2011. Penggunaan Ramuan KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan].
Herbal sebagai Feed Additif untuk 2010a. Ibu Ani Ajari Anak Cucu Gemari
Meningkatkan Performans Broiler. Ikan Lele. http://www.perikanan-
Lokakarya Nasional. Makassar: budidaya.kkp.go.id. [15 Juli 2011].
Universitas Hasanudin. KKP [Kementrian Kelautan dan Perikanan].
Amri K, Khairuman SP. 2006. Budidaya Lele 2010b. Budidaya Lele Dumbo.
Dumbo Secara Intensif. Jakarta: http://www.perikanan-budidaya.kkp.go.id.
Agromedai Pustaka. [15 Juli 2011].
Angka SL. 2005. Kajian penyakit Motile Kurniawan D. 2010. Efektivitas campuran
Dinamella Wahjuningrum et al. / Jurnal Akuakultur Indonesia 11 (2), 179189 (2012) 189

meniran Phyllanthus niruri dan bawang Rahman. 2003. Kajian potensi antifungi dan
putih Allium sativum dalam pakan untuk ekstrak seduh daun ketapang (Terminalia
pengendalian infeksi bakteri Aeromonas catappa L.), daun sirih (Piper bettle L.),
hydrophila pada ikan lele dumbo Clarias daun jambu biji (Psidium guajava L.), dan
sp. [Skripsi] Bogor: Institut Pertanian daun sambiloto (Andrographis
Bogor. peniculatala) terhadap pertumbuhan
Lemar KM, Passa O, Aon MA. Cortassa S, cendawan akuatik Aphanomyces sp.
Muller CT, Plummer S, ORourke B, secara in vitro [Skripsi]. Bogor: Institut
Llyold D. 2005. Allyl alcohol and garlic Pertanian Bogor.
(Allium sativum) extract produce oxidatif Sartika Y. 2011. Efektivitas fitofarmaka
stress in Candida albicans. Microbiology dalam pakan untuk pencegahan infeksi
151: 32573265. bakteri Aeromonas Hydrophila pada ikan
Marwa K. 2010. Lama pemberian ekstrak lele dumbo Clarias sp. [Skripsi]. Bogor:
bawang putih Allium sativum yang Institut Pertanian Bogor.
optimum pada pakan untuk mencegah Suprapto. 2010. Meniran-Hidup Sehat
penyakit Koi Herves Virus (KHV) pada Dengan Tumbuhan Herbal Yang Alami.
ikan mas Cyprinus carpio [Skripsi]. http://www.bengkelsehat.co.id/index.php?
Bogor: Institut Pertanian Bogor. mod=content&act=read&id=25&cat=artik
Maulina I, Kiki H, Junianto. 2006. Pengaruh el&title=meniran-hidup-sehat-dengan-
Meniran dalam Pakan Untuk Mencegah tumbuhan-herbal-yang-alami. [12 Juni
Infeksi Bakteri Aeromonas sp. pada Benih 2010]
Ikan Mas (Cyprinus carpio). Bandung: Suryati. 2010. Pemberian kappa-karaginan
Universitas Padjajaran. untuk meningkatkan respons imun non-
Mathew, Titus. 2009. Efficacy of Allium spesifik dan resistensi penyakit pada ikan
sativum (garlic) bulbs extracts on some lele dumbo Clarias sp [Tesis]. Bogor:
enteric (pathogenic) bacteria. New York Institut Pertanian Bogor.
Science Journal 2: 2428 Swann L, White RM. 1989. Diagnosis and
Okoli CO, Ezike AC, Akah PA, Udegbunam treatment of Aeromonas hydrophila
SO, Okoye TC, Mbanu TP, Ugwu E. infection of fish. Indiana, USA: Purdue
2009. Studies on wound healing and University.
antiulcer activities of extract of aerial Zairin MJr. 2003. Endokrinologi dan
parts of Phyllanthus niruri L. Peranannya bagi Masa Depan Perikanan
(Euphorbiaceae). American Journal of Indonesia. Orasi Ilmiah. Fakultas
Pharmacology and Toxicology 4: Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor:
118126. Institut Pertanian Bogor.

You might also like