Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tubuh yang sehat merupakan salah satu aspek kesejahteraan hidup manusia.
Manusia melakukan berbagai cara untuk mempertahankan tubuh agar tetap sehat antara
lain dengan olahraga, pola tidur teratur, maupun memperhatikan pola makanan yang
dikonsumsi (Hanifah 2011). Salah satu pola makan yang perlu diperhatikan adalah
konsumsi protein hewani. Protein hewani dapat diperoleh dari konsumsi daging maupun
organ pencernaan hewan (Bersal dan Sahar 2007). Menurut Sunarno et al. (2015),
protein hewani berguna untuk meregenerasi sel tubuh sehingga protein menjadi salah
satu komponen penting dalam pertumbuhan manusia.
Ayam broiler merupakan sumber protein hewani yang menguntungkan bagi
peternak serta diminati oleh masyarakat. Seluruh bagian tubuh ayam dapat dikonsumsi
atau zero waste bagi masyarakat Indonesia. Di samping itu, perawatan dan
pemeliharaan ternak ayam cukup singkat, sekitar 1 bulan atau setelah bobot akhir lebih
dari 1 kg (Jayanata dan Harianto 2011; Iskandar 2012). Oleh karena itu, banyak
peternak yang menjadikan ayam sebagai hewan produksi. Performa ayam yang baik
akan meningkatkan bobot ayam dengan kondisi organ proventrikulus, ventrikulus, hati,
dan usus yang berfungsi secara optimal. Kondisi organ yang sehat secara anatomi dan
fisiologi dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi pakan ayam, sehingga diperoleh
pertumbuhan dan bobot akhir ayam yang maksimal (Amrullah 2004). Bobot karkas
yang tinggi dapat dicapai dengan penambahan antibiotic growth promotor (AGP) dalam
pakan. Menurut Hidayat et al. (2016), AGP berfungsi sebagai pemacu pertambahan
bobot badan hewan. Sediaan AGP digunakan sebagai agen yang dapat membunuh
kuman patogen di dalam saluran pencernaan ayam. Secara keseluruhan, AGP tersebut
bermanfaat meningkatkan fungsi organ ayam seperti lambung, usus, hati, dan pankreas
dalam menyerap nutrisi tubuh hewan secara maksimal.
Di sisi lain, penggunaan AGP berpotensi menimbulkan residu antibiotik
sehingga pemerintah pada tahun 2017 mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian
nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang klasifikasi obat hewan yang memuat
pelarangan penggunaan AGP dalam pakan hewan. Solusi yang diberikan pemerintah
untuk menggantikan penggunaan AGP antara lain feed additive (probiotik, enzim,
acidifier, dan bahan alami) dan feed supplement (vitamin) (Akhadiarto 2012).
Perpaduan berbagai macam tanaman maupun bahan asal hewan yang berkhasiat dalam
mencegah dan mengobati penyakit dikenal sebagai jamu (Delima et al. 2012). Jamu
merupakan ekstrak tumbuhan yang diperoleh dari proses pemanasan dan penyaringan
untuk mendapatkan zat aktif tanaman berkhasiat. Zat aktif berkhasiat tersebut dapat
memperbaiki tumbuh kembang hewan yang mengonsumsinya. Jamu dapat digunakan
sebagai feed additive dan feed supplement yang berkhasiat sebagai substitusi AGP
(Tamalluddin 2014). Salah satu tanaman herbal yang dapat dijadikan bahan dasar jamu
antara lain, kemangi yang memiliki efek antibakteri dan bekerja merusak membran sel
bakteri dalam pencernaan hewan (Agustina 2006). Tetes tebu yang berfungsi untuk
meningkatkan palatabilitas dan sumber energi, dan garam yang memiliki khasiat dalam
pemenuhan mineral tubuh hewan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
pemberian kemangi, tetes tebu, garam, dan jamu kombinasi terhadap produktivitas dan
morfometrik saluran pencernaan ayam broiler.
Tujuan Penelitian
Penelitian jamu kemangi, tetes tebu, dan garam yang disatukan dalam air minum
ayam ini diharapkan dapat menjadi sediaan alternatif substitusi AGP. Penggunaan jamu
ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam dan mengoptimalkan fungsi
organ ayam broiler.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 dan dilakukan di kandang
ayam B Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang ayam, tempat
pakan ayam, tempat minum ayam, spuit 10 mL, gloves dan gelas ukur. Bahan-bahan
yang digunakan adalah ayam broiler berumur satu hari atau day old chick (DOC) strain
Cobb sebanyak 60 ekor, tisu, kapur, disinfektan mefisto®, multivitamin, alkohol 70%,
vaksin infectious bronchitis (ND IB) Volvac® IB Fit, vaksin Medivac® gumboro, vaksin
Medivac® ND La Sota, sediaan kemangi (KM), tetes tebu (T), garam (G), dan jamu
kombinasi kemangi, tetes tebu, garam (J) yang dilarutkan dalam air serta pakan ayam
broiler komersial dengan kandungan protein 22-25%. Selain itu, bahan yang digunakan
selama pemeliharaan ayam dalam penelitian adalah sekam padi.
Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan
Perlakuan
Pemeliharaan Hewan
Day old chick yang baru datang diberikan minum air gula. Pemberian vaksin ND
La sota atau tetelo pada hari ke-3 ayam masuk, vaksin IBD di hari ke-11, dan vaksin
gumboro serta vaksin ND La sota sebagai booster vaksin ND pertama pada hari ke-18.
Vaksin diberikan melalui tetes mata. Ayam diberikan pakan sesuai kebutuhan konsumsi
perharinya dan minum secara ad libitum.
Rancangan Percobaan
Ayam sebanyak 60 ekor dikelompokkan ke dalam rancangan acak lengkap
dengan 5 perlakuan dan 12 ulangan. Perlakuan tersebut meliputi ayam percobaan yang
diberi air minum aquades (K), ayam percobaan KM dosis 2 mL air minum (P1), G 2 g
(P2), T 2 mL (P3), dan J (P4). Perlakuan dilakukan selama 16 hari dari hari ke-15
sampai dengan hari ke-31.
Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot karkas, hati, pankreas,
proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, kolon, dan ukuran panjang duodenum,
jejunum, ileum, sekum dan kolon.
Analisis Data
Data yang diperoleh dilakukan analisis of variance (ANOVA) dengan taraf
kepercayaan 95% (P<0,05) dan dilanjutkan dengan uji Duncan serta dianalisis secara
deskriptif.
HASIL
Tabel 1 menunjukkan adanya pertambahan bobot karkas dan bobot organ pada
setiap kelompok perlakuan. Perlakuan J, KM, T, G tidak mempengaruhi penambahan
bobot karkas (P>0,05). Hasil dari penimbangan bobot karkas, karkas tertinggi diperoleh
ayam J sebesar 11,4%. Perlakuan J memengaruhi pertambahan bobot hati (P<0,05).
Perolehan bobot hati perlakuan KM mencapai rataan 47,12 g dengan pertambahan
bobot sebesar 16,4%. Hasil evaluasi pemberian perlakuan jamu tidak berpengaruh
terhadap bobot pankreas (P>0,05). Rataan bobot pankreas ayam percobaan sebesar
4,00-4,91 g. Perolehan bobot pankreas terbesar oleh perlakuan J dengan penambahan
bobot sebesar 22% (Tabel 1). Selain mempengaruhi bobot karkas, hati, dan pankreas,
pemberian sediaan jamu kemangi, tetes tebu, garam dan kombinasinya juga
mempengaruhi pertambahan bobot dan ukuran organ pencernaan yaitu proventrikulus,
ventrikulus, usus halus (duodenum, jejunum dan ileum), sekum, dan kolon (Tabel 2).
PEMBAHASAN
PENUTUP
Simpulan
Saran
Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kadar efektif dan komposisi
zat aktif dalam sediaan sebagai alternatif pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan.
DAFTAR PUSTAKA