You are on page 1of 12

SEMINAR TUGAS AKHIR

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2018
______________________________________________________________________
NAMA : VALEN HILMY RAMADAHAN
NOMOR INDUK MAHASISWA : B04140015
PROG STUDI (MAYOR) : KEDOKTERAN HEWAN
JUDUL TUGAS AKHIR : MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS,
DAN PANKREAS AYAM BROILER YANG
DIBERI JAMU KOMBINASI KEMANGI,
TETES TEBU, DAN GARAM
DOSEN PEMBIMBING : 1. Dr. Drh. ANDRIYANTO, MSi
2. Dr. Drh. NURHIDAYAT, MS, PAVet
HARI, TANGGAL : Jumat, 06 Juli 2018
WAKTU :
TEMPAT : Ruang Seminar AFF Lt. 3
______________________________________________________________________
MORFOMETRIK HATI, LAMBUNG, USUS, DAN PANKREAS AYAM
BROILER YANG DIBERI JAMU KOMBINASI KEMANGI, TETES TEBU,
DAN GARAM
Morphometric of Liver, Gizzard, Intestine, and Pancreas of Broiler Chicken that Given
Jamu Combination of Basil, Molases, and Salt
Valen Hilmy Ramadhan1), Andriyanto2), Nurhidayat3)
1
Mahasiswa Program Sarjana Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor
2
Staf Pengajar Divisi Farmakologi dan Toksikologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor
3
Staf Pengajar Divisi Anatomi, Histologi dan Embriologi, Departemen Anatomi, Fisiologi, dan
Farmakologi,
Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor

ABSTRACT

In Indonesia, broiler breeders are still using Antibiotic Growth Promoter


(AGP). AGP can be used to increase the body weight of the broiler by killing off the
pathogen in the digestive system, but over use of AGP in an incorrect dosage will
induced resistance of the bacteria towards the antibiotic. Jamu can be used to
substitute AGP as feed additive. Herbal plants that are commonly use as the foundation
for jamu are basil, molasses, and salt which have antibacterial activity by disrupting
the membrane of bacteria in the intestine of the broiler. Research was conducted to
identify the influence of jamu basil, molasses, and salt on morphometric of organ in
digestive system and carcass of the broiler chicken. 60 broiler were divided into 5
treatment and 12 repetitive. The broiler chicken were administrated aquadest as
control group, basil with the dosage of 2 mL of water (P1), salt 2 g (P2), molasses 2mL
(P3), and the combination of jamu basil, molasses, and salt (P4). The research was
started in day-1 during 38 days and the treatment was given from day-15 to day-31.
The research showed that jamu influence significantly the weight of liver, ventriculus,
jejunum and the length of ileum and caecum. However jamu did not affect the weight of
carcass, pancreas, proventriculus, duodenum, ileum cecum, colon and the length of
duodenum, jejunum, colon. It was concluded that the administration of jamu
combination has the potential to increase the productivity and morphometric of
digestive organ of broiler.

Keywords : AGP, Broiler, Digestive system, Feed additive, Jamu

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tubuh yang sehat merupakan salah satu aspek kesejahteraan hidup manusia.
Manusia melakukan berbagai cara untuk mempertahankan tubuh agar tetap sehat antara
lain dengan olahraga, pola tidur teratur, maupun memperhatikan pola makanan yang
dikonsumsi (Hanifah 2011). Salah satu pola makan yang perlu diperhatikan adalah
konsumsi protein hewani. Protein hewani dapat diperoleh dari konsumsi daging maupun
organ pencernaan hewan (Bersal dan Sahar 2007). Menurut Sunarno et al. (2015),
protein hewani berguna untuk meregenerasi sel tubuh sehingga protein menjadi salah
satu komponen penting dalam pertumbuhan manusia.
Ayam broiler merupakan sumber protein hewani yang menguntungkan bagi
peternak serta diminati oleh masyarakat. Seluruh bagian tubuh ayam dapat dikonsumsi
atau zero waste bagi masyarakat Indonesia. Di samping itu, perawatan dan
pemeliharaan ternak ayam cukup singkat, sekitar 1 bulan atau setelah bobot akhir lebih
dari 1 kg (Jayanata dan Harianto 2011; Iskandar 2012). Oleh karena itu, banyak
peternak yang menjadikan ayam sebagai hewan produksi. Performa ayam yang baik
akan meningkatkan bobot ayam dengan kondisi organ proventrikulus, ventrikulus, hati,
dan usus yang berfungsi secara optimal. Kondisi organ yang sehat secara anatomi dan
fisiologi dapat mengoptimalkan penyerapan nutrisi pakan ayam, sehingga diperoleh
pertumbuhan dan bobot akhir ayam yang maksimal (Amrullah 2004). Bobot karkas
yang tinggi dapat dicapai dengan penambahan antibiotic growth promotor (AGP) dalam
pakan. Menurut Hidayat et al. (2016), AGP berfungsi sebagai pemacu pertambahan
bobot badan hewan. Sediaan AGP digunakan sebagai agen yang dapat membunuh
kuman patogen di dalam saluran pencernaan ayam. Secara keseluruhan, AGP tersebut
bermanfaat meningkatkan fungsi organ ayam seperti lambung, usus, hati, dan pankreas
dalam menyerap nutrisi tubuh hewan secara maksimal.
Di sisi lain, penggunaan AGP berpotensi menimbulkan residu antibiotik
sehingga pemerintah pada tahun 2017 mengeluarkan Peraturan Menteri Pertanian
nomor 14/Permentan/PK.350/5/2017 tentang klasifikasi obat hewan yang memuat
pelarangan penggunaan AGP dalam pakan hewan. Solusi yang diberikan pemerintah
untuk menggantikan penggunaan AGP antara lain feed additive (probiotik, enzim,
acidifier, dan bahan alami) dan feed supplement (vitamin) (Akhadiarto 2012).
Perpaduan berbagai macam tanaman maupun bahan asal hewan yang berkhasiat dalam
mencegah dan mengobati penyakit dikenal sebagai jamu (Delima et al. 2012). Jamu
merupakan ekstrak tumbuhan yang diperoleh dari proses pemanasan dan penyaringan
untuk mendapatkan zat aktif tanaman berkhasiat. Zat aktif berkhasiat tersebut dapat
memperbaiki tumbuh kembang hewan yang mengonsumsinya. Jamu dapat digunakan
sebagai feed additive dan feed supplement yang berkhasiat sebagai substitusi AGP
(Tamalluddin 2014). Salah satu tanaman herbal yang dapat dijadikan bahan dasar jamu
antara lain, kemangi yang memiliki efek antibakteri dan bekerja merusak membran sel
bakteri dalam pencernaan hewan (Agustina 2006). Tetes tebu yang berfungsi untuk
meningkatkan palatabilitas dan sumber energi, dan garam yang memiliki khasiat dalam
pemenuhan mineral tubuh hewan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
pemberian kemangi, tetes tebu, garam, dan jamu kombinasi terhadap produktivitas dan
morfometrik saluran pencernaan ayam broiler.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari efektivitas pemberian jamu kemangi,


tetes tebu, dan garam dalam air minum ayam broiler terhadap kenaikan produktivitas
ayam broiler dan membandingkan kenaikan ukuran maupun bentuk hati, lambung, dan
usus setiap kelompok perlakuan.
Manfaat Penelitian

Penelitian jamu kemangi, tetes tebu, dan garam yang disatukan dalam air minum
ayam ini diharapkan dapat menjadi sediaan alternatif substitusi AGP. Penggunaan jamu
ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas ayam dan mengoptimalkan fungsi
organ ayam broiler.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017 dan dilakukan di kandang
ayam B Unit Pengelola Hewan Laboratorium (UPHL), Fakultas Kedokteran Hewan,
Institut Pertanian Bogor.

Alat dan Bahan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang ayam, tempat
pakan ayam, tempat minum ayam, spuit 10 mL, gloves dan gelas ukur. Bahan-bahan
yang digunakan adalah ayam broiler berumur satu hari atau day old chick (DOC) strain
Cobb sebanyak 60 ekor, tisu, kapur, disinfektan mefisto®, multivitamin, alkohol 70%,
vaksin infectious bronchitis (ND IB) Volvac® IB Fit, vaksin Medivac® gumboro, vaksin
Medivac® ND La Sota, sediaan kemangi (KM), tetes tebu (T), garam (G), dan jamu
kombinasi kemangi, tetes tebu, garam (J) yang dilarutkan dalam air serta pakan ayam
broiler komersial dengan kandungan protein 22-25%. Selain itu, bahan yang digunakan
selama pemeliharaan ayam dalam penelitian adalah sekam padi.

Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan

Tahap Persiapan Kandang dan Alat


Persiapan kandang dilakukan dengan pembersihan kandang, dilanjutkan dengan
penyemprotan disinfektan pada kandang ayam, kandang dioles dengan kapur dan di
semprot disinfektan kembali. Kandang ayam dibagi menjadi 10 flok, dan terdiri dari
flok kontrol (K1, K2), kemangi (KM1, KM2), tetes tebu (T1, T2), garam (G1, G2), dan
jamu (J1, J2). Tiap flok berukuran 2 x 1 m dengan papan setinggi 1 meter untuk
membatasi antarfloknya.
Tempat pakan, tempat minum, dan gelas ukur dicuci menggunakan detergen dan
direndam dalam larutan disinfektan. Setelah tahap pencucian, seluruh peralatan dijemur
di bawah sinar matahari.

Tahap Pembuatan Jamu


Jamu yang digunakan merupakan kombinasi dari kemangi yang diambil
daunnya, tetes tebu yang didapatkan dari pasar tradisional Bogor, garam, dan air yang
telah diendapkan satu hari sebelumnya. Pembuatan jamu diawali dengan mencacah
daun kemangi dan dihaluskan dengan menggunakan blender. Kemangi yang digunakan
sebanyak 1 kg. Setelah itu, campurkan kemangi dan aquades dengan perbandingan 1:2
dan direbus hingga mencapai suhu 60 oC. Campuran kemangi yang telah direbus
didiamkan selama 15 menit dan kemangi direbus kembali hingga suhu mencapai 60 oC,
proses ini dilakukan selama 3 kali pengulangan. Kemudian, rebusan kemangi disaring
hingga terpisah dari ampasnya. Hasil penyaringan dibiarkan dingin dengan suhu
ruangan lalu dimasukkan ke dalam botol. selanjutnya, sediaan kemangi dimasukkan ke
dalam freezer pada suhu -20 oC. Tetes tebu dan garam tidak dicampurkan dalam sediaan
saat kemangi di rebus, namun, dimasukkan ketika sediaan jamu akan dicampurkan
didalam air minum ayam.

Perlakuan

Pemeliharaan Hewan
Day old chick yang baru datang diberikan minum air gula. Pemberian vaksin ND
La sota atau tetelo pada hari ke-3 ayam masuk, vaksin IBD di hari ke-11, dan vaksin
gumboro serta vaksin ND La sota sebagai booster vaksin ND pertama pada hari ke-18.
Vaksin diberikan melalui tetes mata. Ayam diberikan pakan sesuai kebutuhan konsumsi
perharinya dan minum secara ad libitum.

Rancangan Percobaan
Ayam sebanyak 60 ekor dikelompokkan ke dalam rancangan acak lengkap
dengan 5 perlakuan dan 12 ulangan. Perlakuan tersebut meliputi ayam percobaan yang
diberi air minum aquades (K), ayam percobaan KM dosis 2 mL air minum (P1), G 2 g
(P2), T 2 mL (P3), dan J (P4). Perlakuan dilakukan selama 16 hari dari hari ke-15
sampai dengan hari ke-31.

Parameter Pengamatan
Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah bobot karkas, hati, pankreas,
proventrikulus, ventrikulus, usus halus, sekum, kolon, dan ukuran panjang duodenum,
jejunum, ileum, sekum dan kolon.

Analisis Data
Data yang diperoleh dilakukan analisis of variance (ANOVA) dengan taraf
kepercayaan 95% (P<0,05) dan dilanjutkan dengan uji Duncan serta dianalisis secara
deskriptif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Perlakuan pemberian jamu pada ayam percobaan memengaruhi bobot organ


pencernaan ayam. Jamu tersebut berfungsi pada target organ dan menambah bobot
karkas ayam broiler. Perlakuan kemangi, tetes tebu, garam, jamu kombinasi
memengaruhi bobot organ dan karkas ayam broiler (P<0,05).
Tabel 1 Bobot karkas, hati, dan pankreas yang diberi jamu kemangi, tetes tebu, garam,
dan kombinasi
Perlakuan Jamu
Parameter
Kontrol (K) Kemangi (KM) Tetes Tebu (T) Garam (G) Kombinasi (J)
Bobot karkas (g) 930,5±43,6a 942,83±100,64a 990,16±154,51a 889,83±76,86a 1037,16±96,49a
Bobot hati (g) 40,45±2,37b 47,12 ±2,26a 38,66 ±3,98b 46,45±5,46a 35,04±0,71b
a a a
Bobot pankreas (g) 4,00±0,63 4,00±0,63 4,00±0,00 4,16±0,75a 4,91±0,80a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05)

Tabel 1 menunjukkan adanya pertambahan bobot karkas dan bobot organ pada
setiap kelompok perlakuan. Perlakuan J, KM, T, G tidak mempengaruhi penambahan
bobot karkas (P>0,05). Hasil dari penimbangan bobot karkas, karkas tertinggi diperoleh
ayam J sebesar 11,4%. Perlakuan J memengaruhi pertambahan bobot hati (P<0,05).
Perolehan bobot hati perlakuan KM mencapai rataan 47,12 g dengan pertambahan
bobot sebesar 16,4%. Hasil evaluasi pemberian perlakuan jamu tidak berpengaruh
terhadap bobot pankreas (P>0,05). Rataan bobot pankreas ayam percobaan sebesar
4,00-4,91 g. Perolehan bobot pankreas terbesar oleh perlakuan J dengan penambahan
bobot sebesar 22% (Tabel 1). Selain mempengaruhi bobot karkas, hati, dan pankreas,
pemberian sediaan jamu kemangi, tetes tebu, garam dan kombinasinya juga
mempengaruhi pertambahan bobot dan ukuran organ pencernaan yaitu proventrikulus,
ventrikulus, usus halus (duodenum, jejunum dan ileum), sekum, dan kolon (Tabel 2).

Tabel 2 Bobot dan panjang organ proventrikulus, ventrikulus, duodenum, jejunum,


ileum, sekum, kolon yang diberi jamu kemangi, tetes tebu, garam, dan
kombinasi
Perlakuan Jamu
Parameter Kontrol Kemangi Tetes Tebu Garam Kombinasi
(K) (KM) (T) (G) (J)
Bobot
Proventrikulus (g) 9,33±1,36a 9,66±1,36a 8,58±1.11a 9,50±1,51a 9,50±1,04a
c b c
Gizzard (g) 27,58±2,37 35,00±2,82 29,70±3,01 39,87±0,89a 31,12±1,88bc
Duodenum (g) 10,67±1,36a 10,83±1,16a 12,45±1,70a 11,50±2,25a 11,00±1,26a
Jejunum (g) 20,50±2,88a 21,66±1,63a 23,04±2,20a 23,83±2,78a 15,79±2,29b
a a a
Ileum (g) 15,66±2,65 15,83±1,72 18,50±0,54 17,25±0,75a 15,66±2,733a
Sekum (g) 6,50±2,34a 6,50±0,83a 7,25±1,40a 7,75±1,08a 7,66±1,86a
a a a
Kolon (g) 2,50±1,76 2,00±0,63 2,66±0,51 2,66±0,81a 2,50±0,83a
Panjang
Duodenum (cm) 29,83±3,10a 31,87±2,45a 30,66±1,94a 30,00±2,53a 31,66± 0,97a
a a a
Jejunum (cm) 76,41±3,49 84,50±3,01 81,62±7,09 83,62±5,89a 79,58±4,17a
Ileum (cm) 75,75±3,12b 84,29±4,82a 85,70±3,76a 82,83±6,51ab 83,91± 2,24a
Sekum (cm) 16,58±1,68a 14,41±1,11ab 13,33±1,69b 16,91±1,90a 14,25±2,92ab
Kolon (cm) 8,25±1,91a 9,41±0,49a 8,50±1,51a 9,18±1,73a 9,00±1,70a
Keterangan : Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan beda nyata (P<0,05)

Rataan bobot proventrikulus ayam perlakuan jamu menghasilkan rataan yang


tidak berbeda nyata antar perlakuannya (P>0,05) dengan hasil sekitar 8,58-9,66 g.
Bobot proventrikulus tertinggi pada ayam perlakuan KM dengan pertambahan bobot
sebesar 3.53%. Pengaruh pemberian perlakuan terhadap bobot gizzard menunjukkan
adanya perbedaan nyata (P<0,05). Kenaikan bobot proventrikulus pada perlakuan G
menunjukkan hasil tertinggi dengan pertambahan bobot sebesar 44,5% (Tabel 2).
Usus halus terdiri atas tiga bagian yaitu duodenum, jejunum, dan ileum. Hasil
pemberian perlakuan jamu terhadap panjang dan bobot duodenum tidak memberikan
pengaruh yang nyata (P>0,05). Pada bagian jejunum dan ileum, perlakuan pemberian
jamu terhadap parameter panjang maupun bobotnya tidak memberikan pengaruh yang
nyata kecuali pada ileum yang mengalami perubahan panjang (P<0,05). Perlakuan KM
menunjukkan hasil panjang tertinggi pada tiap bagian usus, duodenum, jejunum, dan
ileum mengalami kenaikan sebesar 6,83%, 10,58%, dan 13,13%. Bobot duodenum
tertinggi diperoleh ayam percobaan T sebesar 16,6%, bobot jejunum tertinggi diperoleh
ayam percobaan G sebesar 16.24%, bobot ileum tertinggi diperoleh ayam percobaan T
sebesar 18.13%. Panjang dan bobot sekum ayam percobaan masing-masing sebesar
13,33-16,91 cm dan 6,50-7,75 g.
Perlakuan jamu berpengaruh terhadap panjang sekum (P<0,05) namun tidak
berpengaruh pada parameter bobotnya. Pada ayam percobaan G sekum mengalami
kenaikan panjang sebesar 2% dan bobot sebesar 19,23%. Perlakuan jamu tidak
berpengaruh terpada panjang maupun bobot kolon. Kolon terpanjang pada perlakuan
KM dengan penambahan panjang sebesar 14,06% dan penambahan bobot kolon
tertinggi pada perlakuan G dan T dengan penambahan bobot sama-sama sebesar 6.4%.
Hasil pengukuran panjang dan penimbangan bobot organ ayam dibandingkan dengan
kontrol. Pemberian perlakuan mempengaruhi bobot ventrikulus dan jejunum serta
berpengaruh terhadap panjang ileum dan sekum.

PEMBAHASAN

Peningkatan bobot karkas dapat dipengaruhi oleh aktivitas organ pencernaan


yang berfungsi baik. Ayam percobaan yang diberi perlakuan J, KM, T, dan G tidak
meningkatkan bobot karkas (P>0,05). Namun secara rataan bobot, karkas pada ayam
percobaan J menunjukkan hasil yang paling tinggi dibandingkan sediaan KM, T, dan G.
Peningkatan bobot karkas karena organ pencernaan percobaan J dalam keadaan yang
meningkat sehingga penyerapan nutrisi dapat tercerna secara maksimal.
Hati dalam sistem pencernaan berfungsi sebagai protektor benda asing yang
masuk kedalam tubuh. Sel fagosit di hati berguna sebagai agen yang mencerna benda
asing berupa toksin dan bakteri. Bobot hati tertinggi diperoleh dari kelompok ayam
percobaan KM (Tabel 1). Bobot hati ayam berkisar antara 32,58-35,57 g (Lubis et al.
2007). Ayam yang diberi bungkil biji jarak menghasilkan rataan bobot hati sebesar
23,65-26,87 g (Wina et al. 2010). Hasil perbandingan tersebut menunjukkan bahwa
ayam yang diberi perlakuan jamu KM memiliki bobot yang lebih tinggi. Kandungan
minyak atsiri dalam kemangi meningkatkan bobot hati sehingga mampu menurunkan
toksisitas dan melindungi sel limfosit tahan terhadap toksin lingkungan maupun bakteri
(Deyusma 2004).
Pankreas pada sistem pencernaan berfungsi mensekresikan enzim ke dalam
duodenum. Enzim yang disekresikan dapat mencerna lemak dan protein dalam tubuh
hewan (Amrullah 2003). Perlakuan jamu terhadap pakreas tidak memberikan pengaruh
yang nyata, namun masih berada pada rentan normal. Pankreas tertinggi terlihat pada
perlakuan J. Bobot pankreas (Tabel 1) sama seperti bobot pankreas ayam yang diberi
ransum kovensional dan tepung tapioka pada kisaran 3,41-4,49 g (Dewi 2007) dan yang
diberi biji jarak ayam percobaan dengan bobot pankreas sekitar 2,74-4,29 g (Wina et al.
2010). Menurut Piliang (2006), minyak atsiri dalam kemangi memiliki fungsi dalam
menstimulasi saraf vagus dan simpatis. Saraf tersebut menstimulasi sel-sel sekretori
pankreas sehingga meningkatkan konsentrasi enzim pada sekresi pankreas. Bobot
pankreas yang tinggi berkorelasi dengan jumlah sekresinya dalam mencerna lemak dan
protein, hal tersebut sejalan dengan peningkatan karkas yang tinggi pada perlakuan J.
Pencernaan enzimatik pada unggas dilakukan oleh proventrikulus. Proventrikulus
merupakan lambung kelenjar yang menghasilkan enzim amilase, lipase, dan pepsin
(Amrullah 2004). Bobot proventrikulus ayam yang diberi perlakuan jamu lebih besar
dibandingkan ayam yang diberi pakan probiotik yang menghasilkan bobot
proventrikulus sekitar 6-8 g (Awad et al. 2009). Bobot proventrikulus tertinggi
diperoleh ayam percobaan KM. Serat kemangi yang terdapat pada jamu dapat
meningkatkan kerja dari otot proventrikulus. Menurut Sumiati et al. (2000),
peningkatan serat dalam pakan dapat meningkatkan kerja dari lambung untuk
memperkecil partikel, sehingga otot lambung yang bekerja menjadi lebih tebal.
Gizzard merupakan lambung yang bekerja secara mekanik pada bangsa aves.
Fungsi ventrikulus pada ayam sebagai pengganti gigi dengan menghancurkan dan
menggiling pakan yang dikonsumsi (Resnawati 2010). Gizzard yang mengalami
kenaikan bobot paling tinggi pada ayam percobaan perlakuan G (Tabel 2). Nilai
tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan minyak biji saga dengan rataan
ventrikulus sebesar 18,1– 21,0 g (Resnawati 2010). Mineral-mineral dalam garam
mampu membantu kerja batuan gizzard untuk menghancukan pakan sehingga pakan
yang masuk ke organ usus menjadi lebih kecil dan mudah untuk di absorbsi. Selain itu
kalsium dan fosfat dalam garam mampu membentuk air liur dan cairan lambung untuk
mempercepat penyembuhan dan memperkuat sel tubuh di gizzard (Nurbaity 2011).
Usus halus berfungsi sebagai organ yang mengabsorbsi nutrisi dari bahan pakan
dan menggerakan pakan menuju ke anus (Akoso 1993). Perlakuan tetes tebu dan garam
dapat meningkatkan ketebalan dinding usus. Pemberian perlakuan KM menunjukkan
hasil terpanjang pada duodenum, jejunum, dan ileum sedangkan bobot duodenum
tertinggi ditentukan masing-masing pada ayam percobaan T, KM, dan ayam T. Ayam
yang diberi ransum konvesional memiliki panjang duodenum, jejunum, dan ileum
berturut-turut yaitu 10,88-20,69 cm, 14,30-16,42 cm, dan 14,60-16,69 cm. Menurut
Kiczorowska (2016), panjang normal duodenum sekitar 19,84-22,56 cm. Usus halus
pada ayam perlakuan lebih panjang dibandingkan usus halus ayam kontrol. Pemberian
perlakuan kemangi berpengaruh terhadap kenaikan panjang usus, karena senyawa-
senyawa penyusun kemangi yaitu eugenol, linalool, dan sitrat yang bersifungsi sebagai
antibakteri. Senyawa-senyawa tersebut menghambat pertumbuhan bakteri dalam usus
dengan merubah komponen makromolekul dari bakteri sehingga membran sel menjadi
rusak, membuat inaktif protein secara irreversible, dan rusaknya asam nukleat
(Kadarohman et al. 2011). Hasil penelitian Budiman (2012), dengan perlakuan jamu
kemangi mampu mengatasi aktivitas mikroba. Minyak atsiri yang terkandung dalam
kemangi mampu melawan bakteri Escherichia coli dan Shigella sonnei (Kadarohman et
al. 2011).
Proses pencernaan ayam secara fermentatif dilakukan oleh organ sekum. Sekum
mencerna serat pakan secara fermentatif (Yang et al. 2012). Pencernaan fermentatif
yang dilakukan oleh sekum bertujuan agar seluruh nutrisi pakan dapat tercerna dengan
maksimal. Ayam yang diberi perlakuan G memiliki panjang dan bobot tertinggi.
Panjang sekum normal umumnya sekitar 15 cm (Amrullah 2004) dan bobot sekum
sekitar 6,6-7,9 g (Awad 2009). Hasil tersebut menunjukkan bahwa pemberian perlakuan
dapat memperbaiki panjang sekum namun tidak meningkatkan bobot sekum. Sekum
ayam percobaan G dan K memiliki panjang yang tinggi. Garam dan air tidak merusak
habitat pertumbuhan mikroflora sekum ayam percobaan sehingga jumlah pakan yang di
fermentasi maksimal (Nurbaity 2011).
Usus besar atau kolon merupakan salah satu yang berfungsi dalam penyerapan
air dan pembentukaan feses (Grist 2006). Perlakuan KM dapat meningkatkan panjang
kolon (Tabel 2). Minyak atsiri pada kemangi dapat berfungsi dalam memperbaiki sel-sel
organ. Linalool pada kemangi mampu merusak membran sel bakteri, hambat enzim
bakteri, dan menekan translasi dari bakteri Escherichia coli dan Shigella (Budiman
2012). Selain itu, minyak atsiri menekan jumlah mikroba pada saluran usus halus dan
kolon. Bobot kolon tertinggi ditemukan pada ayam percobaan perlakuan G dan T.
Etanol dan gula dalam tetes tebu efektif memperbaiki fungsi metabolisme ileum dalam
mencerna pakan dan membentuk jaringan-jaringan usus (Wardani dan Pertiwi 2013).
Selain itu, etanol dan gula dalam tetes tebu serta mineral-mineral dalam garam mampu
meningkatkan ketebalan usus halus (Nurbaity 2011). Hasil pemberian perlakuan jamu
terhadap kolon masih berada pada rentan panjang normal ayam umumnya sesuai
Amrullah (2004), panjang kolon normal ayam umumnya pada kisaran 8-9 cm.
pemberian jamu efektif terdahadap pertambahan bobot karkas serta organ secara umum.

PENUTUP

Simpulan

Pemberian perlakuan jamu kombinasi dan sediaan penyusunnya dapat


memperbaiki produktivitas ayam, dan morfometrik organ pencernaan sehingga
kombinasi tersebut layak sebagai substitusi AGP yang dapat digunakan dan
diaplikasikan pada petenakan ayam.

Saran

Penelitian lebih lanjut dilakukan untuk mengetahui kadar efektif dan komposisi
zat aktif dalam sediaan sebagai alternatif pengganti antibiotik pemacu pertumbuhan.

DAFTAR PUSTAKA

Agustina L. 2006. Penggunaan ramuan herbal sebagai feed additive untuk


meningkatkan performans broiler. Prosiding Lokakarya Nasional Teknologi
dalam Mendukung Usaha ternak Unggas Berdayasaing. 1 (1) : 47-52.
Akoso BT. 1993. Manual Kesehatan Unggas. Yogyakarta (ID) :Penerbit Kanisius
Awad WA, Ghareeb K, Abdel-Raheem S, Bohm J. 2009. Effects of dietary inclusion of
probiotic and synbiotic on growth performance, organ weights, and intestinal
histomorphology of broiler chickens. Poultry Science. 88 (1) : 49-56.
Akhadiarto S. 2012. Pengaruh pemberian probiotik temban, biovet dan biolacta
terhadap persentase karkas, bobot lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler.
Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. 12 (1) : 22-30.
Amrullah IK. 2003. Nutrisi Ayam Broiler Cetakan ke-1. , Bogor (ID) : Lembaga Satu
Gunungbudi.
Amrullah IK. 2004. Nutrisi Ayam Broiler Cetakan ke-2. Bogor (ID) : Lembaga Satu
Gunungbudi.
Besral ML, Sahar J. 2007. Pengaruh minum teh terhadap kejadian anemia pada usia di
Kota Bandung. Makara Kesehatan. 11(1) : 38-43.
Budiman I, Aprinda N. 2012. Efek antimikroba ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum
Sanctum Linn) terhadap Escherichia Coli dan Staphylococcus Aureus Secara In
Vitro. Medika Planta. 1(1) : 1-7.
Delima D, Widowati L, Astuti Y, Siswoyo H, Gitawati R, Purwadianto A. 2012.
Gambaran praktik penggunaan jamu oleh dokter di enam provinsi di Indonesia.
Buletin Penelitian Kesehatan. 40: 110-122.
Deyusma. 2004. Efektivitas pemberian feed additive alami pada ransum yang
dibandingkan dengan penggunaan antibiotik terhadap organ dalam dan status
kesehatan ayam pedaging [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Dewi HRK. 2007. Evaluasi beberapa ransum komersial terhadap persentase bobot
karkas, lemak abdomen dan organ dalam ayam broiler [Skripsi]. Bogor (ID) :
Institut Pertanian Bogor.
Hanifah E. 2011. Cara Hidup Sehat. Jakarta (ID) : PT. Sarana bangun pustaka.
Hidayat, Marnadi SC, Harimurti S. 2016. Pengaruh suplementasi probiotik bakteri asam
laktat terhadap histomorfologi usus dan performan puyuh jantan. Buletin
Peternakan. 40 (2) : 101-106.
Iskandar S. 2015. Optimalisasi protein dan energi ransum untuk meningkatkan produksi
daging ayam lokal. Pengembangan Inovasi Pertanian. (5) : 96-107.
Jayanata CE, Harianto B. 2011. 28 Hari Panen Ayam Broiler. Jakarta (ID) :
AgroMedia.
Kadarohman A, Dwiyanti G, Angraeni Y, Khumaisah LL. 2011. Komposisi kimia dan
uji aktivitas antibakteri minyak kemangi (Ocimum Americanum L.) terhadap
bakteri Escherichia coli, Shigella sonnei, dan Salmonella enteritidis. Berkala
Penelitian Hayati. 16(1) : 101-110.
Kiczorowska B, Al-Yasiry ARM, Samolinska W, Marek A, Pyzik E. 2016. The effect
of dietary supplementation of the broiler chicken diet with Boswellia serrata resin
on growth performance, digestibility, and gastrointestinal characteristics,
morphology, and microbiota. Livestock Science. 191(1) : 117–124.
Lubis AD, Suhartono B, Darmawan H, Ningrum IY, Noormasari,
Nakagoshi N. 2007. Evaluation of fermented cassava (Manihot esculenta
Crantz) pulp as feed ingredient for broiler. Journal of Tropics. 17(1) : 73-80.
Nurbaity. 2011. Peranan Garam-garam anorganik dalam tubuh sebagai prinsip dasar
pada sistem pengobatan secara biokimia. Mesometri. 1(1) : 21-27.
Piliang WG. 2006. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Jakarta (ID):
Agromedia.
Resnawati H. 2010. Bobot organ-organ tubuh pada ayam pedaging yang diberi Pakan
Mengandung Minyak Biji Saga (Adenanthera pavonina L.). Seminar Nasional
Teknologi Peternakan dan Veteriner. 1(1) : 670-673.
Sumiati, W. Hermana, & A. Aliyani. 2002. Persentase berat karkas dan organ dalam
ayam broiler yang diberi tepung daun talas (Colocasia esculenta (L.) Schoot) dalam
ransumnya. Media Peternakan. 26 (1) : 4-10.
Sunarno S, Mardiati SM, Suprihatin T. 2015. Potensi Bahan Antiaging dari Ekstrak
Ikan Gabus (Channa striata) terhadap Perbaikan Histo-Morfologi Hipokampus.
Buletin Anatomi dan Fisiologi dh Selula. 23(1) : 81-91.
Tamalluddin F. 2014. Panduan Lengkap Ayam Broiler. Jakarta (ID) : Penebar Swadaya
Wardani A, Pertiwi FNE. 2013. Produksi Etanol dari Tetes Tebu Oleh Saccharomyces
Cerevisiae Pembentuk Flok (Nrrl – Y 265). Agritech. 33(2) : 131-139.
Wina E, Tangendjaja B, Pasaribu T, Purwadaria T. 2010. Performans Ayam Pedaging
yang diberi bungkil biji jarak (Jatropha curcas) didetoksifikasi dengan perlakuan
fermentasi, fisik dan kimia. Jurnal of Animal and Veterinary Science. (15) 3 : 174-
181.
Yang CM, Cao GT, Ferket PR, Liu TT, Zhou L, Zhang L, Xiao YP, Chen AG. 2012.
Effects of probiotic, Clostridium butyricum, on growth performance, immune
function, and caecal microflora in broiler chickens. Poultry Sciene. 91(1) : 2121–
2129.

You might also like