You are on page 1of 13

JURNAL

PENGARUH PENYUNTIKAN OVAPRIM, hCG DAN KOMBINASI


TERHADAP PEMIJAHAN IKAN LELAN (Osteochilus pleurotaenia Blkr)

OLEH :

BAHTERA SANJAYA SITEPU

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2020
THE EFFECT SUCCESS OF OVAPRIM, hCG AND COMBINATION ON
SPAWNING LELAN BARB (Osteochilus pleurotaenia Blkr)

By :

Bahtera Sanjaya Sitepu1), Hamdan Alawi2), Netti Aryani2)


Fish Hatchery and Breeding Laboratory
Faculty of Fisheries and Marine
University of Riau
Email : bahterasanjayasitepu96@yahoo.com

ABSTRACT

The aim of this research was to determine the effect of ovaprim, hCG and their
combination on spawning success of lelan barb (Osteochilus pleurotaenia Blkr).
This research was conducted from 6 September -27 october 2019 at the Fish
Hatchery and Breeding Laboratory, Fisheries and Marine Science Faculty, Riau
University. The method used was an experimental method with a Completely
Randomized Design (CRD)with four treatments and three replications. The
treatments were P0 (NaCl physiology 0,9%/kg of body weight), P1 ( Ovaprim 0,6
mL/kg of body weight), P2 (hCG 0,5 900 IU/ kg of body weight), and P3
(Ovaprim 0,5 mL/kg + hCG 550 IU/kg of body weight).The best result showed
that treatment of P1 (Ovaprim 0,6 ml/kg) was turn of latency time (6.03 hours),
amount eggs strip (174 eggs/g gonads), egg maturition rate (81%), Ovisomatic
Index (11,21%), fertility rate (21,68%), hatching rate (77,28%) and survival rate
of 5 days larva (81,17%). The water quality parameters during research was in
optimal temperature 280 C, pH 6 and dissolved oxygen 3,77- 5,24 ppm.

Keywords :Osteochilus pleurotaenia Blkr, Ovaprim, hCG, Spawning

1) Student at Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau


2) Lecturer at Faculty of Fisheries and Marine, University of Riau
PENGARUH PENYUNTIKAN OVAPRIM, hCG DAN KOMBINASI
TERHADAP PEMIJAHAN IKAN LELAN (Osteochilus pleurotaenia Blkr)

Oleh :

Bahtera Sanjaya Sitepu1), Hamdan Alawi2), Netti Aryani2)


Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan
Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau
Email : bahterasanjayasitepu96@yahoo.com

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penyuntikan ovaprim,


hCG dan kombinasi terhadap pemijahan ikan lelan. Penelitian ini dilakukan pada
6 september–22 oktober 2019 di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan,
Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau. Metode yang digunakan ada-
lah metode eksperimen menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) satu
faktor dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan pada penelitian
ini adalah P0 (Penyuntikan NaCl fisiologis 0,9%/kg bobot tubuh), P1 (Ovaprim
0,6 ml/kg bobot tubuh induk), P2 (hCG 900 IU/kg bobot tubuh induk), dan P3
(Ovaprim 0,5 ml/kg + hCG 550 IU/kg ). Hasil penelitian menunjukkan bahwa per-
lakuan terbaikuntuk pemijahan ikan lelan adalah P1 (Ovaprim 0,6 ml/kg bobot
tubuh induk)dengan waktu laten 6 jam 3 menit, jumlah telur hasil stripping
sebanyak 174butir/g induk, kematangan telur 81%, nilai indeks ovisomatik sebe-
sar 11,21%, derajat pembuahan sebesar 21,68%, derajat penetasan sebesar
77,28%, dan tingkat kelulushidupan larva sebesar 81,17%. Parameter kualitas air
selama penelitian tergolong optimal yaitu suhu air 28°C, pH 6 dan oksigen terlarut
3,77-5,24 mg/l.

Kata Kunci : Ikan lelan, Ovaprim, hCG, Pemijahan

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
1

PENDAHULUAN
Ikan lelan (Osteochilus pleuro- Permasalahan yang terjadi saat
taeniaBlkr) merupakan salah satu jenis ini populasi ikan lelan semakin berku-
ikan asli perairan umum yang terdapat rang dikarenakan penangkapan yang
disungai kampar kanan. Distribusi ikan berlebihan pada habitat aslinya antara
lelan di perairan umum Provinsi Riau lain di sungai Kampar kanan (Fithra
berada daerah aliran sungai Kampar dan Siregar 2014).Untuk meningkatkan
kanan (Fithra dan Siregar, 2010), pelestarian produksi dan kualitas benih
Sungai Rokan (Wahyuni, 2013) dan dapat dilakukan melalui usaha budi-
Sungai Singingi (Zalmi, 2012). Ikan daya, diantaranya dengan kegiatan
lelan bernilai ekonomis dan di memijahkan ikan secara buatan. Pemi-
perdagangkan di pasar tradisional di jahan ikan secara buatan adalah dengan
daerah Riau dengan harga Rp cara penyuntikan induk ikan dengan
30.000/kg sebagai sumber pendapatan menggunakan hormon (ovaprim dan
bagi masyarakat disepanjang aliran hCG) untuk merangsang ovulasi ikan.
sungai Kampar (Aryani, 2014).
Ovaprim adalah campuran ana- Upaya melestarikan ikan lelan
log salmon Gonadrotopin realising sangat penting dilakukan melalui usaha
hormone ( sGnRH-a) dan anti dopa- budidaya dengan teknologi pem-
mine. Ovaprim adalah hormon yang benihan yang memanfaatkan hormon
berfungsi untuk merangsang dan me- perangsang seperti ovaprim dan hCG
macu hormon gonadotropin pada tubuh sebagai zat perangsang ovulasi ikan.
ikan sehingga dapat mempercepat Pada saat ini upaya pemijahan ikan le-
proses ovulasi dan pemijahan, yaitu lan telah dilakukan menggunakan hor-
pada proses pematangan gonad dan mon ovaprim sementara penggunaan
dapat memberikan daya rangsang yang hormon hCG belum dilakukan
lebih tinggi. Ovaprim juga dapat penelitian.
menghasilkan telur dengan kualitas Tujuan dari penelitian ini ada-
yang baik, waktu laten yang relatif lah untuk mendapatkan pengaruh dari
singkat dan dapat menekan angka mor- penyuntikan hormon ovaprim, hCG,
talitas (Sukendi dalam Bakkara 2003). dan kombinasi terhadap pemijahan
Human Chorionic Gonadotro- ikan lelan (O. pleurotaenia Blkr).
pin (hCG) adalah hormone gonadotro-
pin yang merupakan sel-sel sintesa BAHAN DAN ALAT
tropoblas dari plasenta yang identik Penelitian ini dilaksanan pada
dengan follicle stimulating hormone tanggal 6 September – 22 Oktober
(FSH) pada air seni wanita hamil, 2019 di Laboratorium Pembenihan dan
(Yanhar, 2009). hCG mempunyai dua Pemuliaan Ikan (PPI) Jurusan Budi-
rangkain rantai peptide yaitu α yang daya Perairan Fakultas Perikanan dan
mengandung 92 asam amino dan β Kelautan Universitas Riau.
mengandung 15 asam amino, hCG Ikan uji yang digunakan adalah
sangat efektif digunakan dalam repro- ikan lelan (O. Pleurotaenia Blkr) yang
duksi ikan. Dosis yang diperlukan un- berasal dari Danau Bingkuang Kabu-
tuk setiap jenis ikan yang sangat berva- paten Kampar. Jumlah ikan uji yang
riasi, bergantung kepada bagaimana digunakan adalah 30 ekor dan telah
dekatnya hubungan gonadotropin yang matang gonad., selanjutnya larutan
dimiliki dengan Hcg (Lam, 1985). fisiologis berfungsi untuk mengencer-
2

kan sperma, larutan transparan sebagai dahulu selama sehari, hal ini bertujuan
media dalam kematangan telur (inti ke untuk mengosongkan perut sehingga
tepi), larutan gylson berfungsi untuk sedikit terbentuk feses yang mungkin
mengeraskan dinding telur sehingga akan mengganggu pada saat proses
memudahkan melihat diameter telur pengeluaran telur dan sperma.
ikan dan larutan pembuahan berfungsi PROSEDUR PENELITIAN
untuk meningkatkan derajat pem- Penyuntikan dilakukan dua kali
buahan dan memperpanjang masa aktif secara intramuskular yaitu penyuntikan
sperma. Alat yang digunakan adalah dilakukan dibawah sirip punggung dan
bak fiber, baskom, tapisan santan, diatas gurat sisi agar hormon dapat ma-
mikroskop Olympus CX21, spuit (vol- suk kedalam aliran darah. Penyuntikan
ume 1 ml), perlengkapan aerasi, tim- pertama dilakukan pada pukul 20.00
bangan analitik, thermometer, Do me- selang 6 jam kemudian dilanjutkan
ter, pH indikator, tangguk dan bulu dengan penyuntikan kedua yaitu pukul
ayam. 02.00 WIB. Saat penyuntikan
kemiringan jarum suntik sekitar 450
METODE PENELITIAN
dengan kedalaman 1,5 cm.
Metode yang digunakan dalam Penyuntikan dilakukan pada
penelitian ini adalah metode eksperi- malam hari disebabkan metabolisme
men dengan 4 taraf perlakuan dan 3 tubuh ikan berkurang sehingga hormon
kali ulangan, bertujuan untuk mem- perangsang yang disuntikkan lebih
perkecil tingkat kekeliruan sehingga efektif mencapai organ, selain itu juga
diperoleh 12 unit percobaan, induk suhu yang merupakan salah satu faktor
ikan lelan yang matang gonad (TKG yang mempengaruhi proses ovulasi ser-
IV). Dosis penyuntikan yang ta suhu lebih rendah pada malam hari
digunakan dalam penelitian ini meru- dibandingkan pada siang hari
juk dari penelitian (Bakkara, 2016) Stripping terhadap ikan uji dimulai 6
dengan dosis ovaprim yang terbaik 0,6 jam setelah penyuntikan kedua. Selan-
ml/kg terhadap ikan lelan, penelitian jutnya bila ikan uji pada pengurutan
dengan dosis hCG yang terbaik ter- pertama tidak menunjukkan tanda-
hadap ikan komet 900 IU/kg (Andana, tanda ovulasi maka pengurutan beri-
2019) serta dosis kombinasi yang ter- kutnya dilakukan setiap satu jam sekali
baik Berdasarkan hasil penelitian kom- sampai terjadi ovulasi (Nuraini dan
binasi Novitasari et al., (2014) tentang Pamungkas, 1998 dalam Irvan, 2018).
penyuntikan hormon hCG dan ovaprim Hal ini dilakukan untuk mengetahui
pada ikan Tengadak dengan dosis 0,5 waktu laten masing-masing ikan uji.
ml ovaprim + 550 IU hCG. Setelah dilakukan pengurutan maka
1. P0 = Penyuntikan NaCl fisiologis telur dimasukkan ke dalam wadah yang
0,9% /kg bobot tubuh ( Kontrol) telah disediakan.
2. P1 = Penyuntikan ovaprim dengan Pengamatan mutu telur dilakukan
dosis 0,6 ml/kg bobot tubuh induk dengan mengamati diameter telur dan
3. P2 = Penyuntikan hCG dengan dosis kematangan telur pada saat ovulasi.
900 IU/kg bobot tubuh induk Pada pengukuran diameter telur dan
4. P3 = Penyuntikan dengan dosis 0,5 kematangan telur langkah awal yang
ml/kg ovaprim + 550 IU/kg Hcg dilakukan adalah dengan mengambil
Penyuntikan dilakukan menggunakan telur setelah dilakukan stripping
spuit volume 1 ml, sebelum dilakukan sebanyak 30 butir tiap perlakuan. Telur
penyuntikan, ikan dipuasakan terlebih yang telah didapatkan segera diletak-
3

kan kedalam botol sampel dan diren- Selesai penebaran telur maka dil-
dam larutan gylson dan larutan trans- akukan perhitungan jumlah telur yang
paran, kemudian diukur diameter dan sudah terbuahi. Dalam waktu 8 jam
kematangan dibawah mikroskop olym- telur yang terbuahi dapat dilihat. Telur
pus CX21. yang terbuahi berwarna transparan, se-
Nilai indeks ovisomatik dil- dangkan telur yang tidak terbuahi
akukan dengan menimbang bobot total berwarna putih. Telur yang sudah ter-
dan bobot sampel telur hasil stripping buahi akan menetas jika kondisi
menggunakan timbangan analitik. memungkinkan, setelah terjadi peneta-
Perhitungan jumlah telur hasil stripping san dilakukan perhitungan jumlah telur
dilakukan secara manual dimana hasil yang menetas.
jumlah telur pada bobot sampel PARAMETER YANG DIUKUR
dikalikan dengan bobot total telur. Parameter yang diamati meliputi
Setelah induk ikan di stripping waktu laten, jumlah telur hasil striping
maka segera dilakukan pembuahan (∑THS), diameter telur, kematangan telur,
dengan mencampurkan telur dengan indeks ovisomatik, derajat pembuahan
(FR), derajat penetasan (HR) dan tingkat
sperma. Pembuahan dilakukan secara kelulushidupan larva (SR5 hari), dan pen-
buatan, yaitu telur dicampur dengan gukuran kualitas air.
sperma, yang terlebih dahulu sperma ANALISIS DATA
diencerkan dengan menggunakan laru-
tan fisiologis 0,9% dengan per- Dari hasil penelitian diperoleh
bandingan 1 : 100 dan telur yang sudah rata-rata waktu laten (jam, menit),
berada pada satu wadah diberi larutan jumlah telur hasil stripping, nilai in-
pembuahan (4 g NaCl+ 3 g urea/L deks ovisomatik, diameter telur, per-
aquades ) setelah itu dilakukan penga- tambahan kematangan telur, derajat
dukan dengan menggunakan bulu pembuahan, derajat penetasan, tingkat
ayam. Selanjutnya telur sampel yang kelulushidupan larva (SR5 hari) pada
telah ditimbang di tebar pada wadah ikan lelan (Osteochilus pleurotaenia-
yang airnya telah diaerasi terlebih da- Blkr) pada Tabel 1.
hulu.
Tabel 1. Rata-rata waktu laten (jam, menit), jumlah telur hasil stripping (∑THS),
nilai indeks ovisomatik (IOS), diameter telur (DT), kematangan telur
(KT), derajat pembuahan (FR), derajat penetasan (HR), tingkat kelu-
lushidupan larva (SR) pada ikan lelan yang disuntikkan dengan ovaprim,
hCG dan kombinasinya.
Waktu laten ∑THS IOS(%) DT (mm) KT(mm) FR (%) HR (%) SR5 hari
Perlakuan (jam/menit) (butir/g X ± std X ± std X ± std X ± std X ± std X ± std
X ± std induk)
X ± std
P0 0 ±0,00a 0±0,00a 0±0,00a 0±0,00a 0±0,00a 0±0,00a 0±0,00a 0±0,00a

P1 6,03±0,06b 240 11,21 0,743 84±5,13b 21,68 77,27 81,17


±22,11d ±0,87b ±0,06c ±1,15c ±7,26c ±5,32b
c b
P2 6,12±0,52 159 11,38 0,705 78±6,80 18,49 67,75± 73,70
±10,53c ±0,39b ±0,05c ±0,75b 4,32b ±3,61b
P3 6,21±0,20d 111 10,34 0,625 71±8,54b 18,54 66,08 72,77
±23,64b ±0,14b ±0,02b ±0,51b ±3,43b ±4,20b

Ket :

P0 = Penyuntikan NaCl fisiologis 0,9% /kg bobot tubuh ( Kontrol)


P1 = Penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg bobot tubuh induk
P2 = Penyuntikan hCG dengan dosis 900 IU/kg bobot tubuh induk
4
2

P3 = Penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/kg ovaprim + 550 IU/kg hCG


Waktu Laten Dari hasil penelitian diperoleh
Berdasarkan hasil penelitian jumlah telur hasil stripping tertinggi
yang telah dilakukan diperoleh waktu pada P1 (Penyuntikan ovaprim dengan
laten tersingkat pada P1 (Penyuntikan dosis 0,6 ml/kg bobot tubuh induk)
ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg) sebanyak 240 butir/g bobot induk
menghasilkan waktu laten 6 jam 3 dengan jumlah telur hasil stripping
menit, selanjutnya diikuti oleh P2 24.702 butir/ekor induk, disusul
(Penyuntikan hCG dengan dosis 900 dengan P2 (Penyuntikan hCG dengan
IU/kg) menghasilkan waktu laten 6 jam dosis 900 IU/kg bobot tubuh induk)
12 menit, selanjutnya diikuti oleh P3 sebanyak 159 butir/g bobot induk
(Penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/kg dengan jumlah telur hasil stripping
ovaprim + 550 IU/kg hCG) 11.150 butir/ekor induk serta P3
menghasilkan waktu laten 6 jam 21 (Penyuntikan dengan dosis 0,5 ml/kg
menit. Sedangkan pada P0 ovaprim + 550 IU/kg hCG) sebanyak
(Penyuntikan NaCl fisiologis 0,9% /kg) 111 butir/g bobot induk dengan jumlah
tidak ovulasi. telur hasil stripping 6.107 butir/ekor
Penyuntikan ovaprim dengan induk.
dosis 0,6 ml/kg bobot tubuh induk Pada P2 (Penyuntikan hCG
betina merupakan dosis yang tercepat dengan dosis 900 IU/kg bobot tubuh
untuk mempengaruhi waktu laten dan induk) diperoleh sebanyak 159 butir/g
memberikan kontribusi yang terbaik bobot induk rendahnya jumlah telur
terhadap ovulasi ikan lelan. Hal ini ka- yang didapatkat daripada P1 diduga
rena ovaprim yang disuntikkan dalam karena kurang tercapainya dosis
tubuh induk ikan betina adalah dosis optimum pada hCG, sehingga kurang
yang tepat sesuai penelitian Bakkara merangsang sekresi FSH yang berperan
(2016). Sesuai dengan fungsinya untuk pematangan oosit dan LH yang
ovaprim sangat berperan dalam me- berperan untuk proses ovulasi yang
macu terjadinya ovulasi dan pemijahan dapat menyebabkan lebih rendahnya
pada ikan, yaitu pada saat pematangan jumlah telur yang dihasilkan daripada
gonad dimana sGnRH-a berperan me- penyuntikan ovaprim.
rangsang hipofisis untuk melepas gon- Sedangkan P0 (Penyuntikan
adotropin (Lam, 1985), dimana dalam NaCl fisiologis 0,9% /kg bobot tubuh)
kondisi alamiah seleksi gonadotropin tidak ovulasi karena tidak adanya
dihambat oleh dopamin sehingga apa- rangsangan hormon yang cukup dalam
bila dopamin dihambat dengan antago- tubuh untuk mengovulasikan semua
nisnya maka peranan dopamin akan telur dalam gonad. Menurut I’tishom
terhenti dan sekresi gonadotropin akan (2008) makin tinggi jumlah ovaprim
meningkat (Harker yang diberikan menyebabkan makin
dalam Sukendi, 2012). Gonadotropin singkat tercapainya migrasi inti atau
yang dihasilkan akan menuju gonad germinal vesicle break down (GVBD).
dan akan mempercepat terjadinya Hal ini disebabkan karena semakin
tinggi dosis ovaprim yang diberikan
maka gonadotropin yang dilepaskan
oleh kelenjar pituitari juga semakin
pematangan oosit tahap akhir pada ikan meningkat. Jumlah telur yang
lelan betina. dikeluarkan bergantung pada jumlah
Jumlah Telur Hasil Striping telur yang sudah matang. Pematangan
5

oosit akan terjadi karena adanya rena kandungan Folicle Stimulating


hubungan erat antara hipotalamus, Hormone (FSH) tepat sehingga folikel
hipofisisa dan gonad. Hipotalamus berkembang dan diameter telur mem-
akan melepaskan GnRH jika dopamin besar (Wardhana dalam Manik, 2016).
tidak aktif. Fungsi GnRH adalah Selain itu Syadri (1996) menyatakan
merangsang keluarnya Gonadotropin bahwa ukuran diameter telur di-
Hormon yang berada pada hipofisis pengaruhi oleh faktor genetika, faktor
(Sukendi, 2007). lingkungan, umur ikan dan ketersedi-
aan makanan dan juga hormon pada
Diameter Telur Setelah Penyuntikan saat penyuntikan.
Ovaprim dan hCG
Berdasarkan hasil penelitian Kematangan Telur Setelah Penyun-
didapat rata-rata diameter telur induk tikan Ovaprim dan hCG
ikan lelan yang tertinggi terdapat pada
P1 (Penyuntikan ovaprim dengan dosis Bedasarkan hasil penelitian
0,6 ml/kg bobot tubuh induk) yaitu didapatkan rata-rata kemangatan telur
0,743 mm, kemudian diikuti oleh P2 induk ikan lelan yang tertinggi terdapat
(Penyuntikan hCG dengan dosis 900 pada P1 (Penyuntikan ovaprim dengan
IU/kg bobot tubuh induk) yaitu 0,705 dosis 0,6 ml/kg bobot tubuh induk)
mm dan P3 (Penyuntikan dengan dosis yaitu 84 %, kemudian kemudian diikuti
0,6 ml/kg ovaprim + 900 IU/kg hCG) oleh P2 (Penyuntikan hCG dengan
yaitu 0,625 mm. Besarnya diameter dosis 900 IU/kg bobot tubuh induk)
telur pada P1 ini dikarenakan ovaprim yaitu 78% dan P3 (Penyuntikan dengan
yang masuk kedalam tubuh ikan lelan dosis 0,6 ml/kg ovaprim + 900 IU/kg
telah memberikan hasil yang terbaik hCG) yaitu 71%.
terhadap ovulasi ikan lelan Pelepasan Gth oleh kelenjar
dibandingkan penyuntikan pituitari dapat merangsang gonad untuk
menggunakan hCG maupun kombinasi melepaskan hormon estradiol melalui
diantara keduanya. Pemakaian ovaprim pembuluh darah menuju hati. Hormon
secara tunggal akan dapat ini akan ditangkap oleh reseptor yang
menghasilkan telur dengan diameter selanjutnya membentuk bahan
yang lebih besar, hal ini sesuai dengan penyusun kuning telur atau vitelogenin
peranan hormon yang terkandung dida- (Pamungkas, 2006).
lam ovaprim itu sendiri (Nandeesha et Tingginya persentase kematangan telur
al., 1990). pada P1 dibandingkan pada P2 dan P3
Terjadinya perbedaan ukuran diduga karena gonadotropin 1 yang
diameter telur pada P1 (Penyuntikan berperan untuk meningkatkan sekresi
ovaprim dengan dosis 0,6 ml/kg bobot 17-β estradiol yang merangsang sin-
tubuh induk) disebabkan karena proses tesis dan sekresi vitellogenin, se-
vitelogenesis yang terjadi dengan dangkan gonadotropin 11 merangsang
adanya penggabungan protein-protein proses pematangan tahap akhir ( Na-
vitelogenin oleh oosit dan mempros- gahama, 1987). Selain itu Lam (1985)
esnya menjadi protein kuning telur se- menyatakan bahwa terjadinya Germi-
hingga menyebabkan peningkatan uku- nal Vesicle Migration (GMV) yaitu
ran gonad ikan betika hingga maturasi berimigrasinya germinal vesikula ke
akhir (Glasser et al., 2004). bagian tepi. Hal ini terjadi karena
Besarnya diameter telur pada adanya rangsangan steroid yaitu Matu-
P1 dibandingkan P2 dan P3 diduga ka- ration Induced Steroid (MIS) yang
6

merupakan salah satu metabolik pro- P1 ( 0,6 ml ovaprim) sebesar 21,68%,


testeron sedangkan telur yang belum kemudian diikuti perlakuan P3 (0,5
mengalami kematangan menunjukkan ovaprim + 550 hCG) sebesar 18,54%
telur dalam fase istirahat (dorman). Pa- dan pada perlakuan P2 (900 IU Hcg)
da fase ini telur tidak mengalami peru- sebesar 18,49%.
bahan beberapa saat , apabila rangsan- Pembuahan atau fertilisasi merupakan
gan ovaprim diberikan pada saat ini penggabungan gamet, dimana peng-
maka akan menyebabkan terjadinya gabungan ini merupakan mata rantai
migrasi inti ke perifer, inti pecah atau awal dan sangat penting pada proses
lebur yaitu pematangan oosit pada pe- fertilisasi. Penggabungan gamet bi-
rifer. Menurut Sukendi (1995) apabila asanya disertai dengan pengaktifan te-
kondisi lingkungan tidak mendukung lur. Selama fertilisasi dan pengaktifan,
dan rangsangan tidak diberikan telur telur-telur ikan teleostei mengalami
pada fase dorman mengalamidegen- reaksi kortikal. Kortikal alveoli
erasi (rusak) lalu diserap kembali oleh melebur, melepaskan cairan koloids
ovarium. dan selanjutnya memulai pembentukan
Indeks Ovisomtaik (IOS) ruang periviteline (Kjorsvik et al.,
Dari hasil penelitian diperoleh 1990). Kotikel alveoli muncul setelah
indeks ovisomatik tertinggi pada P1 terjadinya fertilisasi dan reaksi kotikal
(Penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,6 yang tidak lengkap artinya menunjuk-
ml/kg bobot tubuh induk) yaitu sebesar kan kualitas telur yang buruk. Bebera-
11,21 % kemudian diikuti oleh P2 pa hal yang mempengaruhi pembuahan
(Penyuntikan hCG dengan dosis 900 adalah berat telur ketika terjadi pem-
IU/kg bobot tubuh induk) yaitu sebesar bengkakan oleh air, pH cairan ovari
11,38% dan P3 (Penyuntikan dengan dan konsentrasi protein ( Lahnsteiner et
dosis 0,5 ml/kg ovaprim + 550 IU/kg al., 2001).
hCG) yaitu sebesar 10,34 % sedangkan Telur yang terbuahi akan segera
pada P0 data indeks ovisomatik tidak memulai perkembangannya. Proses
diperoleh karena induk ikan lelan tidak perkembangan merupakan suatu
ovulasi. rangkaian kejadian yang kompleks.
Misdian (2010) menyatakan Masa perkembangan embrio ikan pada
bahwa bobot telur yang diovulasikan saat proses penetasan dibagi menjadi
dibanding dengan bobot tubuh induk tiga tahap yaitu awal (early stage)
berpengaruh terhadap nilai indeks ovi- dimulai dari fertilisasi sampai tahap
somatik. Apabila perbandingan antara penutupan blastophore, tahap tengah
bobot telur dengan bobot induk se- (middle stage) dimulai dari penutupan
makin besar, maka nilai indeks oviso- blastophore sampai saat ekor mulai
matiknya juga akan semakin besar. melengkung dan tahap akhir (late
Namun bila nilai perbandingan antara stage) dimulai saat ekor mulai
bobot telur yang diovulasikan dengan melengkung sampai embrio menetas.
Derajat Penetasan
bobot induk semakin kecil, maka nilai
indeks ovisomatiknya juga akan se- Berdasarkan dari masing
makin kecil. Nilai indeks ovisomatik perlakuan selama penelitian dapat
ini juga akan berpengaruh terhadap diperoleh rata-rata derajat penetasan
kuantitas pemijahan ikan. tertinggi berturut-turut terdapat pada
Derajat Pembuahan perlakuan P1 ( 0,6 ml ovaprim) sebesar
Nilai fertilisasi tertinggi 77,27%, kemudian diikuti perlakuan P2
berturut-turut terdapat pada perlakuan (900 IU Hcg) sebesar 67,75% dan pada
7

perlakuan P3 (0,5 ovaprim + 550 hCG) terus menyusut sejalan dengan


sebesar 66,08%. perkembangan embrio. Embrio terus
Menurut Oyen et al., (1991) persentase berkembang dan membesar sehingga
daya tetas telur selalu ditentukan oleh rongga telur menjadi penuh dan tidak
persentase fertilisasi telur, dimana se- sanggup untuk mewadahinya, maka
makin tinggi persentase fertilisasi telur dengan kekuatan pukulan dari dalam
maka akan semakin tinggi pula persen- oleh sirip pangkal ekor, cangkang telur
tase daya tetas telur, kecuali bila ada pecah dan embrio lepas dari
faktor lingkungan yang mempengaruhi kungkungan menjadi larva, pada saat
seperti perubahan suhu yang men- itulah telur menetas menjadi larva.
dadak, oksigen dan pH. Peningkatan Pada umumnya penetasan ikan
daya tetas telur ikan lelan yang disun- secara normal berkisar 50-80 %. Ren-
tikkan ovaprim menurut Manickam dan dahnya derajat penetasan disebabkan
Joy (1989) disebabkan karena kan- oleh beberapa faktor antara lain: kuali-
dungan Folicle Stimulating Hormone tas telur, kualitas media air penetasan
(FSH) meningkat sehingga folikel (inkubasi). Kualitas telur dan kualitas
berkembang dan daya tetas telur juga air penetasan (inkubasi) sangat menen-
meningkat. Sedangkan menurut Mur- tukan keberhasilan proses penetasan
tidjo (2011) pelepasan sperma dan sel telur. Kualitas telur yang baik dan
telur dalam waktu yang berbeda dan didukung oleh kualitas air media yang
relatif singkat dapat berakibat pada memadai dapat membantu kelancaran
kegagalan fertilisasi, hal ini dikare- pembelahan sel dan perkembangan te-
nakan sperma yang terkadang lamban lur untuk mencapai tahap akhir ter-
dan cenderung tidak aktif bergerak bentuknya embrio ikan (Tatarenkov et
sebab sperma berada dalam cairan al., 2005).
plasma. Cairan plasma mempunyai
konsentrasi yang tinggi terhadap cairan Tingkat Kelulushidupan Larva (SR5
sperma sehingga dapat menghambat hari)
aktifitas sperma sukar untuk menembus Berdasarkan dari masing perla-
celah mikrofil sel telur. kuan selama penelitian dapat diperoleh
Menurut Effendie (1997) telur rata-rata nilai masing-masing tingkat
hasil pemijahan yang dibuahi selanjut- kelulushidupan berturut-turut tertinggi
nya berkembang menjadi embrio dan terdapat pada perlakuan P1 ( 0,6 ml
akhirnya menetas menjadi larva, se- ovaprim) sebesar 81,17%, kemudian
dangkan telur yang tidak terbuahi akan diikuti perlakuan P2 (900 IU Hcg)
mati dan membusuk. Lama waktu sebesar 73,70% dan pada perlakuan P3
perkembangan hingga telur menetas (0,5 ovaprim + 550 hCG) sebesar
menjadi larva tergantung pada spesies 72,77%.
ikan dan suhu. Semakin tinggi suhu Dapat dilihat bahwa rata-rata
suhu air media penetasan telur maka persentase tingkat kelulushidupan larva
waktu penetasan menjadi semakin (SR5 hari) terbesar terdapat pada P1
singkat. Namun demikian, telur yaitu sebesar 81%. Hal ini dikarenakan
menghendaki suhu optimal yang mem- diameter telur pada perlakuan P1 lebih
berikan efisiensi pemanfaatan kunging besar. Menurut Kjorsvik dalam Julius
telur yang maksimal. Untuk keperluan (2009) bahwa telur yang berukuran be-
perkembangan digunakan energi yang sar menghasilkan kelangsungan hidup
berasal dari kunging telur dan butiran yang lebih tinggi. Semakin besar diam-
minyak. Oleh karena itu, kuning telur eter telur, maka kuning telur semakin
8

besar sehingga cadangan makanan se- ml/kg bobot induk) dengan waktu laten
makin banyak, dan waktu larva untuk tersingkat 6 jam 3 menit, jumlah telur
beradaptasi dengan pakan alami yang hasil stripping rata-rata didapatkan 240
akan diberikan semakin bagus dan lar- butir/ g induk, kematangan telur 84,44
va akan semakin tahan dengan % dan Indeks Ovisomatik (IOS) sebe-
habisnya kuning telur (Desnita, 2003). sar 11,21 % dan menghasilkan derajat
pembuahan (FR) sebesar 21,68%, de-
rajat penetasan (HR) sebesar 77,27 dan
Kesimpulan kelulushidupan larva (SR5 hari) sebesar
Berdasarkan hasil penelitian 81,17 %. Hasil pengukuran kualitas air
yang telah dilakukan dapat disimpul- selama penelitian diperoleh pH sebesar
kan bahwa perlakuan yang terbaik ter- 6, suhu 280 C dan oksigen terlarut (DO)
dapat pada P1 (dosis penyuntikan 0,6 sebesar 3,77-5,24 ppm.
DAFTAR PUSTAKA
Aryani, N. 2014. Ikan dan Perubahan Jurnal Akuakultur Indonesia
Lingkungan. Universitas Bung 2(2) : 51 – 5.
Hatta Press. Padang. 106 hlm. Glasser F, Mikolajczyk T, Jalabert B,
Bakkara, T. S. 2016. Pengaruh Penyun- Baroiler JF, Breton F. 2004.
tikan hormon Ovaprim Ter- Temperature Effect Along the
hadap Kebrhasilan Pemijahan Reproductive axis During
Ikan Lelan (Osteochilus pleuro- Spawning Induction of
taenia Blkr).Skripsi. Jurusan Grasscarp (Ctenopharyngodon
Budidaya Perairan. Fakultas idella). General and Comperatif
Perikanan dan Kelautan. Uni- endocrinology, 136:171-179.
versitas Riau. Pekanbaru. 23 I’tishom. 2008. Pengaruh sGnRHa +
hlm. domperidon Dengan Dosis
Desnita, D.M. 2003. Pengaruh Kom- Pemberian yang Berbeda Ter-
binasi Penyuntikan Hcg dan hadap Ovulasi Ikan Mas (Cy-
ekstrak Kelenjar Hipofisa Ikan prinus carpio) Strain Punten.
Mas Terhadap Kualitas Telur Berkala ilmiah Perikanan. 3(1):
Ikan Baung. Skripsi. Jurusan 9-16.
Budidaya Perairan. Fakultas Irvan, A. 2018. Pengaruh Penyuntikan
Perikanan Dan Ilmu Kelautan. hCG dengan Dosis Berbeda
Universitas Riau. Pekanbaru. Terhadap Ovulasi dan Peneta-
119 Hal (Tidak Diterbitkan). san Telur Ikan Nilem (Osteoch-
Effendi, I., T. Prasetya, A. O. Sudrajat, illus hasselti C.V). Skripsi.
N. Suhenda dan K. Sumawidja- Jurusan Budidaya Perairan.
ja. 2003. Pematangan Gonad Fakultas Perikanan dan
Induk Ikan Botia (Botia Kelautan. Universitas Riau.
macracanthus) Dalam Kolam. 67hlm.
9

Lahnstainer F, Urbanyi B, Horvarth A (Barbonymus scawanefeldii).


and Weistmann. 2001. Bio- Jurnal Ruaya Fakultas Peri-
markers for Egg Quality De- kanan dan Ilmu Kelautan Uni-
termination in Cyprinid fish. versitas Muhammadiyah Ponti-
Aquaculture. 195: 331-352 anak. (4):52-54.
Manickam P and Joy K.P. 1989. Induc- Pamungkas, A. J. 2006. Efektivitas
tion Of MaturationAnd Ovula- Hormon 17α-metiltestosteron
tion By pimozide LHRH Ana- dan LHRHa dalam Mencapai
logue Treatmen and Resulting Tingkat Kematangan Gonad
High Quality Egg Production In Siap Memijah Pada Ikan Belida.
Asian Catfish, Clarias bathra- Tesis. Sekolah Pasca Sarjana.
cus L. Aquaculture. 83.193- IPB. Bogor. 70 hlm.
199. Sukendi. 1995. Pengaruh Kombinasi
Manik, A. 2016. Pengaruh Dosis Penyuntikan Ovaprim dan
Ovaprim Terhadap Pemijahan Prostaglandin F2α Terhadap
Ikan Mali (Labeobarbus Daya Rangsang Ovulasi dan
festifus). Skripsi. Jurusan Kualitas Telur Ikan Lele
Budidaya Perairan. Fakultas Dumbo (Clarias gariepinus
Perikanan dan Kelautan. burchell). Program Pasca
Universitas Riau. Pekanbaru. 79 Sarjana Institut Pertanian
hlm. (tidak diterbitkan) Bogor.
Misdian. F. 2010. Pengaruh Kombinasi Sukendi. 2007. Fisiologi Reproduksi
hCG dan Hipofisa Ikan Mas Ikan. MM Press C. V. Mina
(Cyprinus carpio) Terhadap Mandiri.
Ovulasi Ikan Pantau (Rasbora Sukendi. 2012. Biologi Reproduksi dan
aurotaenia). Skripsi. Jurusan Teknologi Pengembangan
Budidaya Perairan. Fakultas Budidaya Ikan Motan.
Perikanan dan Kelautan. Universitas Riau. Pekanbaru. 45
Universitas Riau. Pekanbaru. hlm.
(Tidak diterbitkan). Tatarenkov, A, Bergstorm, L. Johnson,
Murtidjo. B. A. 2001. Beberapa Pemi- R.B. Serrao, E. A. Kautsky, L.
jahan Air Tawar. Kanisius. Johanesson, K. 2005. Intriguing
Yogyakarta, 22-24 hlm. Aseksual Life in Marginal
Nandeesha, M. C, K. G. Rao, R. N. Populations of the Brown
Jayanna, N. C. Parker, T.J. Seaweed fucus vesiculosus.
Varghese, P. Keshavanath and Molecular phylogenic and
H. P. C. Shetty. 1990. Induced evolution. 14:647-651.
spawning of Indian Mayor Yanhar. 2009. Pengaruh Dosis hCG
Carps Trough Single yang Bebeda Terhadap Ovulasi
Application of Ovaprim In dan Penetasan Telur Ikan
Hirano and In Hanyu, eds The Tambakan (Helostoma
Second Asian Fisheries Society, teminncki C.V). Skripsi. Jurusan
Manila. 142 p. Budidaya Perairan. Fakultas
Novitasari, F, Eka. I. R., dan Farida. Perikanan dan Kelautan.
2014. Kombinasi penyuntikan Universitas Riau. Pekanbaru. 37
Hormon hCG dan Ovaprim hlm. (Tidak diterbitkan).
Terhadap Ovulasi dan Daya
Tetas Telur Ikan Tengadak
10

Zalmi, G. 2012. Inventarisasi Jenis- Fakultas Matematika dan Ilmu


jenis Ikan di Sungai singingi Pengetahuan Alam. Universitas
Kabupaten Kuantan singingi. Riau. Pekanbaru. (Tidak
Skripsi. Jurusan Biologi. diterbitkan).

You might also like