Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Akuakultur
Akuakultur Rawa
Rawa Indonesia 8 (1): 37- 49 (2020)
Indonesia, Putra, :et2303-2960
ISSN al. (2020)
ABSTRACT
The pH of waters is one of external factors that is important for succesful of
hatching of fish egg. The pH stimulates the chorionase enzyme become more active that
can softens the egg chorion. The aim of this study was to determine the optimum pH
value for hatching of catfish eggs. This research has been conducted in Laboratorium
Dasar Perikanan, Study Program of Aquaculture, Agriculture Faculty, Universitas
Sriwijaya from August 31st to September 16th, 2019. The research design used
Completely Randomized Design with five treatments and 3 replications. The treatments
are P1 (pH of 5±0.2), P2 (pH of 6±0.2), P3 (pH of 7±0.2), P4 (pH of 8±0.2) dan P5 (pH
of 9±0.2). The results showed that different value of water pH gave significant effect on
hatching percentage, hatching time and survival rate of catfish larvae but unsignificant
effect on percentage of abnormal larva. The highest hatching percentage (80.33 %) was
in treatment of pH 7 ± 0.2 (P3), the fastest hatching percentage (21.59 hours) was in
treatment of pH 8 ± 0.2 (P4), the highest survival rate of catfish larvae (99.44 %) was in
treatment of pH 7 ± 0.2 (P3) and the highest percentage of abnormal larvae (2.22 %) was
in treatment pH 5 ± 0.2 (P1). During the research, water quality were in tolerance range
for hatching eggs and rearing larvae catfish i.e. temperature of 26.2 – 27.9 oC, dissolved
oxygen of 4.7 – 5.5 mg.L-1, and ammonia of 0.22 – 0.47 mg.L-1.
Key word : Hatching eggs, Catfish, pH value
37
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
meskipun ikan tersebut sudah dapat sebagainya yang tidak sesuai dengan
dipijahkan, adalah cukup rendahnya kelenjar endodermal embrio yang
jumlah telur yang menetas dari seluruh berperan dalam menyekresikan enzim
telur yang telah dibuahi. Berdasarkan tersebut (Kumar and Tembhre, 1997).
penelitian Tahapari dan Dewi (2013), Studi tentang pengaruh pH
nilai derajat pembuahan telur ikan patin terhadap ikan patin siam telah dilakukan
pada pH 6,57 – 7,98 adalah 48,55 % dan oleh Syahputra (2008) menunjukkan
nilai derajat penetasannya adalah 35,59 nilai kelangsungan hidup benih ikan
%. Hasil pembuahan dan penetasan patin siam tertinggi pada pH 5,5 sebesar
tersebut mempengaruhi jumlah larva 86,63%. Penelitian Gao et al. (2011)
yang dihasilkan oleh induk ikan. menunjukkan bahwa telur ikan eastern
Permasalahan ini diduga karena catfish (Silurus asotus) atau disebut lele
terhambatnya perkembangan embrio dan Asia Timur, mendapatkan tingkat
terhambatnya sekresi atau terhambatnya penetasan (hatching rate) tertinggi
kerja enzim penetasan (chorionase) dari sebesar 52% pada pH 7. Penelitian
embrio yang dibutuhkan dalam proses Altiara et al. (2016) menunjukkan pH 9
penetasan telur. Mekanisme penetasan memiliki persentase penetasan paling
terjadi karena dua hal, yaitu karena tinggi untuk telur ikan gabus (Channa
adanya aktivitas gerakan embrio dan striata), sedangkan telur ikan baung
adanya kerja enzim korionase yang (Hemibagrus nemurus Blkr.) pada pH
mereduksi korion telur (Blaxter, 1969 7±0,02 (Irawan, 2010). Berdasarkan dari
dalam Isriansyah, 2011). hasil penelitian tersebut, menunjukkan
Penetasan telur ikan dipengaruhi bahwa nilai pH terbaik untuk penetasan
oleh beberapa faktor, yaitu faktor telur ikan pada setiap spesies berbeda.
internal (kualitas telur dan hormon) dan Dengan demikian, diperlukan kajian
faktor eksternal (suhu, alkalinitas, tentang pengaruh pH media terhadap laju
salinitas, amonia, pencahayaan dan pH) penetasan dan tingkat penetasan pada
(Tang dan Affandi, 2001). Terhambatnya telur ikan patin siam.
sekresi dan kerja enzim korionase
tersebut dapat disebabkan oleh
parameter-parameter lingkungan seperti
suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas dan
38
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
39
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
40
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
4 jam sekali. Selama proses penetasan terjadi pembuahan (To) hingga telur
tidak dilakukan pergantian air. Telur menetas 90% (Tn) dengan rumus :
yang mati dihitung dan dibuang dengan T = Tn - To
cara disipon.
Kelangsungan Hidup Larva
Pemeliharaan Larva Persentase kelangsungan hidup
Larva hasil penetasan telur dihitung menggunakan rumus sebagai
dipelihara pada pH media sesuai berikut :
perlakuan selama 15 hari. Larva diberi Kelangsungan hidup
pakan alami berupa Artemia hari ke 3 - 5 = (∑ikan akhir/∑ikan awal) x 100%
(D3-D5) (Slembrouck et al., 2005) dan
cacing sutera hari ke 6 - 15 (D6-D15) Persentase Larva Abnormal
dengan frekuensi pemberian sebanyak 4 Abnormalitas larva merupakan
kali sehari (BSN, 2000). Jumlah Artemia telur yang menetas menjadi larva cacat
yang diberikan adalah 20 artemia/larva (abnormal). Persentase abnormalitas
ikan patin yang dihitung secara larva dihitung dengan menggunakan
volumetrik untuk satu akuarium dan rumus :
cacing sutera sebanyak 1 gram untuk 100 Larva abnormal
ikan untuk 4 kali pemberian = (∑Larva abnormal/∑Larva total) x 100 %
(Slembrouck et al., 2005).
Kualitas Air
Parameter yang Diamati Selain pH sebagai faktor
Persentase Penetasan perlakuan, peubah kualitas air lain yang
Persentase penetasan (Hatching diukur meliputi suhu, DO (Dissolved
Rate) dihitung dengan menggunakan Oxygen) dan amonia pada tahap
rumus penetasan dan pemeliharaan. Suhu
Persentase penetasan diukur setiap hari selama penelitian pada
= (∑Telur menetas/∑Telur dibuahi) x 100 % waktu pagi dan sore. DO (Dissolved
Oxygen) atau oksigen terlarut diukur 3
Lama Waktu Penetasan kali selama penelitian pada awal, tengah
Lama waktu penetasan telur (T) dan akhir penelitian. Amonia diukur
diketahui dengan cara menghitung waktu pada akhir pemeliharaan larva ikan patin.
41
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
42
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
43
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
44
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
45
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
46
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
47
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
48
Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia Putra, et al. (2020)
49