You are on page 1of 13

1

JURNAL

PENGARUH PERBEDAAN KONSENTRASI GLISEROL PADA SUSU


PENGENCER TERHADAP KUALITAS SPERMATOZOA IKAN SELAIS
(Ompok rhadinurus Ng, 2003) SELAMA MASA PENYIMPANAN

OLEH

RIZKY ROYHAN SITOMPUL

BUDIDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
1

The Effect of Different Glycerol Concentrations to Milk Extender on Sperm


Quality of Sheat-Fish (Ompok rhadinurus Ng, 2003) During Short Storage

By

Rizky Royhan Sitompul1), Hamdan Alawi2), Nuraini2)


Faculty of Fisheries and Marine Sciences
University of Riau

Email :Rizkyroyhansitompul8@gmail.com

ABSTRACT
The study was conducted on March in the Laboratory of Fish Hatchery and
Breeding at the Faculty of Fisheries and Marine Sciences and Photomicrograph
Laboratoryat The Faculty of Mathematics and Natural Sciences, University of
Riau. The aim of this study was to evaluate the effect of different glycerol
concentrations to milk extender on sperm motility, viability, fertility and hatching
rate of sheat-fish (Ompok rhadinurus Ng, 2003) during short storage. This
experiment used Factorial Complete Random Match (CRD) one factor with 5
treatments and 3 replications, namely: P0 : 0% Glycerol in 100% milk extender, P1
: 1% Glycerol in 99% milk extender, P2: 2% Glycerol in 98% milk extender, P3 :
3% Glycerol in 97% milk extender and P4 : 4% Glycerol in 96% milk extender.
Semen of this experiment was found from 35 males of sheat-fish and stored in the
refginerator with 4 oC of temperature. The result showed that different glycerol
concentrations to milk extender significantly affected to sperm quality of self-fish
(Ompok rhadinurus Ng, 2003) during 96 hours storage (P<0.05). The result
showed that P4 (4% Glycerol on 96% Milk Extender) was the best treatment with
76 hours of optimal storage time, it caused by sperm motility that was still good
(3) with 47,8% viability. The fertility in 12 hours of storage was 87% with 89,6%
hatching rate. But in 96 hours of storage fertility decreased until 45,3% with
53,3% hatching rate.

Keyword :Ompok rhadinurus Ng, 2003, Glycerol, Milk Extender, Sperm Quality

1) Student of Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University


2) Lecturer of Faculty of Fisheries and Marine Sciences, Riau University
2

Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Gliserol Pada Susu Pengencer Terhadap


Kualitas Spermatozoa Ikan Selais (Ompok rhadinurus Ng, 2003) Selama
Masa Penyimpanan

OLEH

Rizky Royhan Sitompul1), Hamdan Alawi2), Nuraini2)


Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau

Email :Rizkyroyhansitompul8@gmail.com

ABSTRAK
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Pembenihan dan Pemuliaan Ikan
Fakultas Perikanan dan Kelautan dan Laboratorium Fotomikrografi Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Riau. Tujuan dari penelitian
iniadalah untuk mengevaluasi pengaruh perbedaan konsentrasi gliserol pada susu
pengencer terhadap motilitas spermatozoa, viabilitas, angka pembuahan dan
angka penetasan telur selais (Ompok rhadinurus Ng, 2003) selama masa
penyimpanan. Penelitian ini menggunkan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan 5 taraf perlakuan dan 3 ulangan, yaitu : P0 : 0% Gliseroldalam 100% susu
pengencer, P1 : 1% Gliserol dalam 99% susu pengencer, P2: 2% Gliserol dalam
98% susu pengencer, P3 : 3% Gliserol dalam 98% susu pengencerdan P4 : 4%
Gliserol dalam 96% susu pengencer. Semen yang digunakan dalam penelitian ini
berasal dari 35 ekor induk jantan selais, semen disimpan dalam refregenirator
bersuhu 4 oC. Hasil menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi gliserol pada susu
pengencer berpengaruh sangat nyata terhadap kualitas spermatozoa ikan selais
(Ompok rhadinurus Ng, 2003) selama 96 jam masa penyimpanan (P<0.05). Hasil
menunjukkan bahwa P4 (4% Gliserol dalam 96% susu pengencer) merupakan
perlakuan terbaik dengan 76 jam waktu penyimpanan yang optimal, karena
motilitasnya yang masih tergolong ke dalam kategori baik (3) dengan presentase
viabilitas 47,8%. Angka pembuahan pada 12 jam masa penyimpanan mencapai
87% dengan angka penetasan 89,6%. Tetapi pada 96 jam masa penyimpanan
angka pembuahan menurun sampai 45,3% dengan angka penetasan 53,3%.

Kata Kunci: Ompok rhadinurus Ng, 2003, Gliserol, Susu Pengencer, Kualitas
Spermatozoa

1) Mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau


2) Dosen Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau
3
2

PENDAHULUAN pengencer susu skim dapat


Ikan selais adalah salah satu ditambahkan gliserol yang berfungsi
ikan air tawar yang menjadi primadona sebagai krioprotektan intraseluler
di daerah Riau, serta telah menjadi untuk meminimalkan kerusakan sel
maskot Kota Pekanbaru. Selain spermatozoa selama penyimpanan
rasanya yang khas, ikan ini (Rizal et al., 2008) dalam
mempunyai nilai ekonomis tinggi. (Farina,2011). Gliserol dapat masuk ke
Selama ini ikan selais ditangkap dari dalam sel spermatozoa untuk mengikat
alam, karena belum ada yang sebagian air bebas, sehingga kristal-
membudidayakannya. Dalam kristal yang terbentuk dalam medium
menunjang perkembangan budidaya, pengencer pada waktu penyimpanan
diperlukan adanya penyediaan benih dapat dicegah (Azizah dan
yang memadai baik secara kuantitas Arifiantini,2009). Namun selama ini
maupun kualitas. Jika mengandalkan konsentrasi gliserol yang sesuai dalam
benih dari alam sudah tentu susu skim sebagai medium pengencer
bergantung kepada musim dan belum disepakati oleh para peneliti,
penyediaannya terbatas. Untuk itu sehingga berbagai konsentrasi telah
diperlukan adanya usaha pembenihan disarankan.
yang dapat menyediakan benih ikan Berdasarkan latar belakang di
dalam jumlah banyak dan berkualitas atas, penulis tertarik untuk melakukan
tinggi serta berkesinambungan penelitian tentang“Pengaruh
(Nuraini et al., 2013). Perbedaan Konsentrasi Gliserol Pada
Dewasa ini upaya pembenihan Susu Pengencer Terhadap Kualitas
ikan selais dihadapkan dengan Spermatozoa Ikan Selais (Ompok
permasalahan jumlah induk unggulan rhadinurus Ng, 2003) Selama Masa
yang terbatas. Hal ini disebabkan Penyimpanan”.
karena kematangan gonad ikan jantan
dan ikan betina yang tidak bersamaan BAHAN DAN METODE
waktunya. Oleh karena itu dibutuhkan Penelitian ini dilaksanakan
suatu alternatif pemecahan pada bulan Maret 2019 di
permasalahan tersebut. Alawi et al., Laboratorium Pembenihan dan
(2018) menyatakan sementara Pemuliaan Ikan Fakultas Perikanan
menunggu kematangan gonad induk dan Kelautan dan Laboratorium
betina, semen ikan dapat disimpan Fotomikrografi Fakultas Matematika
terlebih dahulu. Sehingga semen dapat dan Ilmu Pengetahuan Alam,
digunakan dalam jangka waktu yang Universitas Riau.
lebih lama serta dapat diatur Bahan yang digunakan pada
penggunaannya sesuai kebutuhan. penelitian ini adalah 35 ekor induk
Keberhasilan penyimpanan jantan selais dan 6 ekor induk betina
semen ikan ditentukan oleh kualitas selais, susu skim merkTropicana slim
bahan pengencer, bahan pengawet, low fat, gliserol non-teknis, akuades,
rasio pengencer, laju pembekuan dan ovaprim dan NaCl 0,9%.
pencairan kembali (Billard et al., Metode yang digunakan dalam
1995) dalam (Sari et al., 2018). Salah penelitian ini adalah metode rancangan
satu bahan pengencer yang dapat acak lengkap 1 faktor dengan 5 taraf
digunakan adalah susu skim, karena di perlakuan dan 3 kali ulangan.
dalam susu skim terdapat zat nutrisi Perlakuan yang digunakan adalah : P0
yaitu protein dan glukosa untuk (0% gliserol + 100% susu pengencer),
kelangsungan hidup spermatozoa P1 (1% gliserol + 99% susu
(Gunawan et al., 2004). Media pengencer), P2 (2% gliserol + 98%
3

4
susu pengencer), P3 (3% gliserol + menggunakan pipet Haemocytometer
97% susu pengencer), dan P4(4% sampai tanda 0,5 kemudian
gliserol + 96% susu pengencer). ditambahkan eosin sampai garis diatas
Prosedur gelembung pipet (tanda 101) dan
Persiapan susu pengencer dikocok dengan pola angka 8.
dilakukan dengan melarutkan bubuk Penghitungan dilakukan pada kamar
susu skim dengan akuades di dalam hitung Neubauer menggunakan
erlenmeyer dengan perbandingan 3 mikroskop dengan perbesaran 40 x 10
sendok makan bubuk susu skim (21 kali. Jumlah sperma dihitung dalam 5
gram) dengan 250 ml akuades. kamar (masing-masing memiliki 16
Selanjutnya larutan dihomogenkan ruangan kecil) secara diagonal (4 sudut
selama 12 menit. Erlenmeyer dan 1 sentral). Spermatozoa yang mati
dimasukkan ke dalam panci berisi air akan menyerap warna sehingga akan
panas yang berada di atas nyala api tampak berwarna kemerahan terutama
dan dipanaskan sampai suhu 100 oC pada bagian ujung kepala spermatozoa
selama 10 menit. Setelah itu dan yang hidup akan tetap berwarna
Erlenmeyer dimasukkan ke dalam transparan pada bagian dalam selnya.
refrigenerator pada suhu 4 oC selama
2-3 hari untuk memisahkan endapan Parameter Yang Diukur
dan supranatannya. Viabilitas Spermatozoa
Selanjutnya induk selais jantan Persentase spermatozoa yang
matang gonad disuntik dengan hidup (Viabel) atau mati (Unviable)
ovaprim dengan dosis 0,3 ml/kg induk menurut Zairinet et al. (2005) dapat
jantan. Kemudian semen diperoleh diperoleh dengan rumus :
dengan carastripping 6 jam setelah Viability(%) = Jumlah Sperma Hidup x100%
penyuntikan pertama. Perbandingan Jumlah total Sperma
semen dengan susu pengencer Motilitas Spermatozoa
bergliserol pada percobaan ini adalah Metode yang digunakan dalam
dengan perbandingan 1 : 9 (Anindita, evaluasi motilitas spermatozoa pada
2010). Pada spuit 3 mldiisi 2,5 ml penelitian ini adalah metode evaluasi
larutan semen dan terdapat 0,25 semen subjektif dengan melihat pergerakan
dan 2,25 ml susu pengencer bergliserol massa spermatozoa. Nilai (++++)
sesuai konsentrasi pada tiap-tiap berarti sangat baik dengan ciri-ciri
perlakuan. Selanjutnya spuit gelombang-gelombang besar, banyak,
dimasukkan ke dalam steyrofom gelap, tebal dan aktif bergerak cepat,
ukuran 15 x 15 x 10 cm3 berisi 10 nilai (+++) berarti baik dengan ciri-ciri
kantong batu es dandisimpan pada gelombang-gelombang kecil, tipis,
refrigenerator bersuhu 4 oC. jarang, kurang jelas dan bergerak
Pengamatan unit percobaan lamban, Nilai (++) berarti cukup baik
dilakukan selama 96 jam dengan dengan ciri-ciri tidak terlihat
interval waktu pengamatan 12 jam gelombang tetapi hanya gerakan-
sekali. Pengamatan motilitas gerakan individu aktif progresif. Nilai
dilakukan dengan menghisap sampel (+) berarti buruk dengan ciri-ciri
menggunakan pipet sebanyak ±0,01 ml sedikit
dan teteskan pada objek glass dan yang bergerak bahkan tidak ada
diamati dibawah mikroskop dengan pergerakan individu (Kurniawan et al.,
pembesaran 40 x 10 kali. 2013).
Pengamatan viabilitas Angka Pembuahan (Fertilitas)
dilakukan dengan cara pewarnaan
dengan eosin 0,2%. Semen dihisap
4

Menurut Effendie (2002)


angka pembuahan dapat dihitung
dengan rumus :
FR (%) = Jumlah Telur Terbuahi x100%
Jumlah Total Telur 5

Angka Penetasan (Hatching Rate) Berdasarkan data pengamatan


Menurut Effendie (2002) makroskopis dan mikroskopis semen
angka penetasan dapat dihitung
segar ikan selais (Ompok rhadinurus
dengan rumus: Ng, 2003) sebelum dilakukan
HR (%) = Jumlah Telur Menetas x100%
penyimpanan diketahui bahwa semen
Jumlah Total Telur Terbuahi
ikan selais yang diperoleh dari 35 ekor
Analisis Data
Data motilitas spermatozoa iduk jantan dapat digunakan sebagai
yang diperoleh dianalisis dengan cara stok semen untuk dilakukan
deskriptif yaitu memberikan gambaran penyimpanan. Hal ini sesuai dengan
rujukan Fujaya (2002) bahwa semen
yang jelas tentang hal-hal yang terjadi
yang dapat digunakan untuk
secara kualitatif dilakukan selama
penelitian berlangsung (Surakman, penyimpanan adalah semen yang dapat
1998). Sedangkan data viabilitas, digunakan untuk penyimpanan adalah
angka pembuahan serta angka semen yang memiliki pH 7,14 – 7,85
dan presentase spermatozoa hidup
penetasan telur dianalisis secara
statistic analisis ragam (Anova) lebih dari 70%.
dengan ketelitian 5% atau 1%. Untuk Motilitas Spermatozoa
mengetahui perbedaan antara Hasil pengamatan motilitas
spermatozoa ikan selais 12 jam dan 96
perlakuan dilakukan uji rentang
jam pasca penyimpanan tersaji dalam
Newman-Keuls.
Gambar 1.
HASIL
AnalisisDANDataPEMBAHASAN
KualitasDataSemen Segar Ikan
motilitas Selais
spermatozoa
(Ompok
yang diperoleh dianalisis dengan2003)
rhadinurus Ng, cara
Sebelum
deskriptifProses Penyimpanan
yaitu memberikan gambaran
Hasil
yang jelas tentang hal-halpemeriksaan
yang terjadi
makroskopis dan mikroskopis
secara kualitatif dilakukan semen
selama
segar ikan selais
penelitian yang dilakukan
berlangsung (Surakman,di
Laboratorium Pembenihan
1998). Sedangkan data viabilitas, dan
Pemuliaan
angka pembuahan Ikan (PPI) serta Fakultas
angka
Perikanan dan Kelautan
penetasan telur dianalisis Universitas
secara
Riau disajikan
statistic pada Tabel
analisis ragam 1. (Anova)
dengan ketelitian 5% atau 1%. Untuk
Tabel 1. Hasil Pengukuran dan Pengamatan Kualitas Semen Segar Ikan Selais
mengetahui perbedaan antara
(Ompok rhadinurus Ng, 2003) Sebelum Penyimpanan
Pemeriksaan Kriteria Pengamatan Hasil
Makroskopis Volume semen Ikan Selais 38 ml

Warna Semen Putih Susu


pH Semen 7,5
Konsistensi Kental
Mikroskopis Konsentrasi Spermatozoa 9,7 x 109 sel/ml
Motilitas ++++
Viabilitas 91%
Morfologi Berat rata-rata 30 ekor induk 120 gram/ekor
Jantan Selais
Umur Ikan 10-12Bulan
5

metabolisme dapat berlangsung


dengan baik jika memberan plasma sel
berada dalam keadaan yang utuh,
sehingga mampu mengatur lalu lintas
masuk dan keluar dari sel semua
substrat dan elektrolit yang dibutuhkan6
dalam proses metabolisme.
6
Nilai Motilitas

2 P0
P1
P2
0 P3
12 24 36 48 60 72 84 96
P4
Lama Penyimpanan (Jam)

Gambar 1. Grafik Motilitas spermatozoa yang disimpan menggunakan susu pengencer


bergliserol dengan konsentrasi berbeda selama penyimpanan singkat (angka); P0
(0% Gliserol + 100% Susu Pengencer), P1 (1% Gliserol + 99% Susu Pengencer),
P2 (2% + 98% Susu Pengencer), P3 (3% Gliserol + 97% Susu Pengencer), P4
(4% Gliserol + 96% Susu Pengencer)

Berdasarkan Gambar 1
diketahui bahwa P1 (1% Gliserol + Gunawan et al., (2004)
99% Susu Pengencer), P2 (2% menjelaskan dalam susu pengencer
Gliserol + 98% Susu Pengencer), P3 terdapat nutrisi yaitu protein dan
(3% Gliserol + 97% Susu Pengencer) glukosa untuk kelangsungan hidup dan
dan P4 (4% Gliserol + 96% Susu pergerakan spermatozoa selama
Pengencer)pada penyimpanan 12 jam penyimpanan.
memiliki nilai motilitas massa Sedangkan P0 (0% Gliserol +
spermatozoa yang masih tergolong ke 100% Susu pengencer) nilai
dalam kategori sangat baik (++++).Hal motilitasnya menurun menjadi
ini diduga karenakeberadaan kategori motilitas cukup baik
konsentrasi gliserol pada susu (++)pasca 12 jam penyimpanan. Hal
pengencer di tiap-tiap perlakuan ini diduga karena di dalam susu
sangat berperan melindungi membran pegencer tidak terdapat konsentrasi
sel sperma dari suhu rendah, sehingga gliserol yang berfungsi sebagai
membrane plasma tetap dalam krioprotektan intraseluler. Sehingga
keadaan untuh dan metabolisme membrane menjadi tidak dalam
berjalan dengan baik. Karenanya keadaan utuh dan spermatozoa tidak
nutrisi pada susu pengencer dapat dapat memanfaat nutrisi dari susu
dimanfaatkan dengan baik oleh penegncer dengan baik. Sebagaimana
spermatozoa untuk pergerakannya. pendapat (Kostaman dan Setioko,
Sebagaimana pendapat Rizal et 2011) yang menjelaskan bahwa
al., (2008)yang menyatakan bahwa penambahan krioprotektan bertujuan
6

untuk memelihara keutuhan membran menjelaskanterbentuknya kristal es


dan meningkatkan potensial osmotik intraseluler dapat mempengaruhi
media sehingga cairan di dalam sel permeabilitas dinding sel dan pada
mengalir keluar dan terjadi dehidrasi. akhirnya spermatozoa kehilangan daya
Kemampuan proteksi krioprotektan motilitasnya. Hal ini sesuai dengan
terhadap membran sel dapat pendapat Linayati et al., (2015) yang
mengurangi kerusakan membran sel menjelaskan bahwa kandungan
pada saat terjadi perubahan keadaan gliserol harus sesuai dengan seminal
dari relatif cair ke struktur relatif padat plasma semen ikan sehinga semen7
dan juga pada saat kembali ke struktur tidak memerlukan energi untuk
yang relatif cair selama proses menjaga keseimbangan molekuler
pencairan antara cairan dan dalam sel dengan
Pada Penyimpanan jam ke-36 medianya.
diketahui bahwa P3 (3% Gliserol + Pada penyimpanan jam ke-72
97% Susu pengencer)dan P4 (4% sampai jam ke-84 diketahui P4 (4%
Gliserol + 96% Susu pengencer) masih Gliserol + 96% Susu pengencer) tidak
memiliki spermatozoa dengan kategori mengalami penurunan nilai motilitas
motilitas sangat baik. Sedangkan pada dan masih sama dengan nilai motilitas
perlakuan lainnya nilai motilitas massa di jam pengamatan sebelumnya, yaitu
spermatozoa mulai mengalami dengan nilai motilitas baik (+++),
penurunan. Hal ini ditunjukkan oleh namun P3 (3% Gliserol + 97% Susu
P1 (1% Gliserol + 99% Susu pengencer) nilai motilitasnya menurun
pengencer)danP2 (2% Gliserol + 98% menjadi motilitas cukup baik (++) dan
Susu pengencer) yang mengalami P1 (1% Gliserol + 99% Susu
penurunan nilai motilitas menjadi pengencer) dan P2 (2% Gliserol +
kategori baik (+++). Sedangkan P0 98% Susu pengencer) nilai
(0% Gliserol + 100% Susu pengencer) motilitasnya terus mengalami
nilai motilitas menurun menjadi penurunan dan menjadi motilitas
motilitas buruk (+). buruk (+).
Pada penyimpanan jam ke-48 Bertahannya P4 (4% Gliserol
sampai jam ke-60 nilai rata-rata + 96% Susu pengencer) dalam
motilitas spermatozoa ikan selais terus menjaga nilai motilitas baik pada
mengalami penurunan yang penyimpanan 84 jam diduga karena
ditunjukkan olehP3 (3% Gliserol + konsentrasi gliserol 4% dalam susu
97% Susu pengencer) danP4 (4% pengencer merupakan konsentrasi
Gliserol + 96% Susu pengencer) yang optimal dalam seminal plasma
menjadi nilai motilitas baik. ikan selais pada 86 jam penyimpanan.
Sedangkan P1 (1% Gliserol + 99% Sebagaimana pendapat Whitler (1981)
Susu pengencer) dan P2 (2% Gliserol dalam Linayati et al., (2015) yang
+ 98% Susu pengencer) mengalami menyebutkan bahwa konsentrasi
penurunan nilai motilitas menjadi gliserol yang kurang optimal dalam
kategori cukup baik (++). Hal ini medium pengencer, maka seminal
diduga karena konsentrasi gliserol 1% plasma akan meningkatkan
dan 2% yang terlalu kecil dalam susu metabolisme untuk menjaga
pengencer, sehingga belum mampu keseimbangan. Peningkatan
menjaga motilitas spermatozoa dengan metabolisme akan menyebabkan
lama penyimpanan 60 jam. Oleh cadangan nutrisi cepat habis dan
karenanya menyebabkan terjadinya membuat semen kekurangan energi
cold shock akibat dari terbentuknya untuk dapat bergerak.
kristal es. Zelpina et al., (2012)
7

Sedangkan pada penyimpanan merupakan konsentrasi yang sesuai


jam ke-96 motilitas P4 (4% Gliserol + dengan konsentrasi gliserol pada
96% Susu pengencer)
VIABILITAS SPERMATOZOA mengalami seminal plasma ikan selais.
penurunan nilai
Pengamatan motilitas menjadi
viabilitas Sebagaimana pendapat Piironen dan
cukup baikuntuk
dilakukan (++). Hal ini diduga
melihat karena
spermatozoa Hyvarenim (1982) dalam Linayati et
konsentrasi
hidup (Viabel) gliserol
atau mati 4% pada
(Unviable). al., (2015) yang menyatakan bahwa
penyimpanan
Hasil 96 jam
pengamatantidak mampu lagi
viabilitas gliserol efektif menjaga sperma jika
menjaga sel pada
spermatozoa dari kerusakan sehingga
penelitian ini yang sesuai dengan konsentrasi dalam
terjadi cold
diamati shock.
selama Sehingga
96 jam semakin
disajikan pada seminal plasmanya. Seperti8
lama
Gambar 2. penyimpanan, konsentrasi halnyapada ikan Perch (Perca
gliserol 4% dalam susu pengencer fluviatilis L) dan Ikan Burbot (Lota
tidak efektif lagi untuk menjaga lota L) yang memiliki kandungan
motilitas spermatozoa. Sehingga gliserol sebesar 3,15% dan 3,31%
seminal plasma meningkatkan dalam seminal plasmanya.
metabolisme dan akhirnya cadangan Sedangkan P1 (1% Gliserol +
nutrisi berkurang akibat dari itu 99% Susu pengencer), P2 (2% Gliserol
seminal plasma menjadi rusak. Tilman + 98% Susu pengencer) dan P3 (3%
(1983) dalam Mar’ati (2007) Gliserol + 97% Susu pengencer)
menjelaskan bahwa kekurangan zat zat memiliki presentase viabilitas yang
makanan pada bahan pengencer dapat lebih rendah dari P4 (4% Gliserol +
mengurangi pergerakan spermatozoa 96% Susu pengencer). Hal karena
dan jumlah spermatozoa hidup. konsentrasi gliserol yang terdapat di

100 P0
90 P1
80 P2
70 P3
Viabilitas (%)

60 P4
50
40
30
20
10
0
12 24 36 48 60 72 84 96
Lama Penyimpanan

Gambar 2. Grafik Viabilitas spermatozoa yang disimpan menggunakan susu pengencer


bergliserol dengan konsentrasi berbeda selama penyimpanan singkat (%); P0
(0% Gliserol + 100% Susu Pengencer), P1 (1% Gliserol + 99% Susu Pengencer),
P2 (2% + 98% Susu Pengencer), P3 (3% Gliserol + 97% Susu Pengencer), P4
(4% Gliserol + 96% Susu Pengencer)
dalam susu pengencer terlalu kecil
Berdasarkan Gambar 2 untuk seminal plasma ikan selais dan
diketahui bahwa P4 (4% Gliserol + belum optimal sehingga sperma
96% Susu pengencer) memberikan meningkatkan metabolisme untuk
presentase viabilitas tertinggi pada menjaga keseimbangan. Peningkatan
penyimpanan jam ke-12. Hal ini metabolisme menyebabkan cadangan
diduga karena konsentrasi gliserol 4% nutrisi akan cepat habis dan membuat
8

semen kekurangan energi dan akhirnya


menyebabkan terjadinya kerusakan
membran plasma. Hidayaturrahmah
(2007) menjelaskan rusaknya
membran plasma menyebabkan
penurunan ketahanan spermatozoa dan
akhirnya dapat berpengaruh terhadap
daya tahan hidup spermatozoa.
Kemudian P0 (0% Gliserol +
99% Susu pengencer) memiliki 9
presentase viabilitas yang paling
rendah di antara semua perlakuan. Hal Gambar 3. Grafik Angka Pembuahan Telur Terhadap Semen yan
ini karena tidak adanya konsentrasi Sedangkan pada P1
pengencer (1% Gliserol
bergliserol +
dengan konsentrasi berbeda selam
gliserol yang ditambahkan di dalam 99% Susu(0%pengencer),
Gliserol + P2
100%(2%Susu
Gliserol
Pengencer), P1 (1% Gliser
susu pengencer yang berfungsi sebagai + 98% (2% Susu+ 98% Susu Pengencer),
pengencer), P3 (3% Gliserol + 97% Su
P3 (3%
krioprotektan intraseluler. Tidak + 96% Susu Pengencer)
Gliserol + 97% Susu pengencer) dan
adanya konsentrasi gliserol pada susu P4 (4% Gliserol + 96% Susu
pengencer mengakibatkan terjadinya pengencer) spermatozoa mampu
pembentukan kristal es akibat dari cold bertahan hidup hingga 96 jam
shock. Menurut Gazali dan Tambing penyimpanan. Walaupun pada
(2002) pembentukan kristal es selama penyimpanan jam ke 96 presentase
proses penyimpanan menyebabkan viabilitas spermatozoa cukup rendah.
terjadinya penumpukan elektrolit di Semakin lama penyimpanan,
dalam sel. Hal tersebut menyebabkan presentase viabilitas spermatozoa
kerusakan organel seperti lisosom dan semakin menurun. Hal ini dikarenakan
mitokondria sehingga dapat semakin lama penyimpanan, maka
menyebabkan kematian pada energi yang dibutuhkan oleh
spermatozoa. spermatozoa untuk bertahan hidup
Pada penelitian ini diketahui semakin berkurang.
bahwa P0 (0% Gliserol + 99% Susu Angka Pembuahan (Fertilitas)
pengencer) presentase viabilitasnya Evaluasi fertilisasi pada
hanya mampu bertahan sampai 24 jam penelitian ini dilakukan sebanyak dua
penyimpanan walaupun dengan kali, yaitu pada jam ke-12
presentase yang cukup rendah. Hal ini penyimpanan dan jam ke-96
diduga karena tidak adanya gliserol penyimpanan. Jumlah telur yang
yang ditambahkan pada susu digunakan adalah sebanyak ±100 butir
pengencer. Tidak adanya gliserol pada untuk masing-masing unit percobaan.
media pengencer mengakibatkan tidak Nuraini dan Nasution (2004)
ada perlindungan spermatozoa selama menyatakan bahwa presentase telur
proses penyimpanan yang berada pada terbuahi dapat diketahui 9-10 jam
suhu dingin. Akibat dari hal itu banyak pasca inkubasi. Hasil evaluasi
sel yang rusak dan akhirnya fertilisasi 12 jam dan 96 jam pasca
mengalami kematian. Sebagaimana penyimpanan pada penelitian ini
pendapat Mumu (2009) yang tersaji pada Gambar 3.
menyatakan bahwa penambahan
gliserol pada pengencer mampu
melindungi sperma dari suhu dingin
yang dapat mematikan sel.

100
Angka Pembuahan(%)

90
80
70
60
50
40 12
30
20 96
10
0
9

Gambar 4. Grafik Angka PenetasanTelur Terhadap Semen


pengencer bergliserol dengan konsentrasi berbeda
(0% Gliserol + 100% Susu Pengencer), P1 (1%
(2% + 98% Susu Pengencer), P3 (3% Gliserol + 9
+ 96% Susu Pengencer)

Dari Gambar 4 terlihat bahwa


presentase daya tetas tertinggi pada
hasil penyimpanan yang evaluasinya
10
dilakukan 12 jam dan 96 jam adalah
P4 (4% Gliserol + 96% Susu
Pengencer). Hal ini diduga karena
Berdasarkan Gambar 3 terlihat pada awal
Angka penyimpanan
Penetasan (Hatching(12rate)jam)
bahwa dari masing-masing perlakuan semen Setelah
masih dalam kondisi
evaluasi baik
fertilisasi
menunjukkan bahwa P4 (4% Gliserol sehingga pada
dilakukan kualitas
awalspermatozoa
penyimpananjuga (12
+ 96% Susu Pengencer) memberikan masihdandalam
jam) akhir keadaan baik. (96
penyimpanan Hal jam),
ini
presentase angka pembuahan tertinggi ditunjukkandilakukan
selanjutnya dari hasil pengamatan
perhitungan telur
yaitu sebesar 87% pada awal motilitas
yang dan viabilitas,
menetas. dimana pada
Hasil perhitungan telur
penyimpanan (12 jam) dan 45,3% awal selaispenyimpanan
ikan yang menetas dapat motilitas
lihat
pada akhir penyimpanan (96 jam. spermatozoa
pada Gambar 4. masih dalam kategori
Sedangkan P0 (0% Gliserol + 100% sangat baik
penyimpanan(12 (4)
jam) pada
semen awal
masih
Susu Pengencer) merupakan perlakuan penyimpanan
dalam di sehingga
kondisi baik masing-masing
kualitas
dengan angka pembuahan yang paling perlakuan kecuali
spermatozoa perlakuan
juga masih dalamkontrol.
keadaan
rendah diantara semua perlakuan. baik. Hal ini ditunjukkan dari yang
Dan presentase spermatozoa hasil
Kemudian berdasarkan hidup juga masih
pengamatan motilitasdalam
dan presentase
viabilitas,
Gambar 3 terlihat bahwaevaluasi yang baik.pada awal penyimpanan
dimana
fertilisaspada tiap-tiap perlakuan Angka Penetasan
motilitas (Hatching
spermatozoa masihrate)dalam
menunjukkan presentase angka kategori Setelah evaluasi
sangat baik fertilisasi
(4) pada awal
pembuahan pada awal penyimpanan dilakukan pada awal
penyimpanan di penyimpanan
masing-masing(12
(12 jam) lebih tinggi dibandingkan jam) dan akhir penyimpanan (96
perlakuan kecuali perlakuan kontrol. jam),
dengan evaluasi fertilisasi pada akhir selanjutnya
Dan presentasedilakukan
spermatozoaperhitungan
yang hidup
penyimpanan (96 jam). telurmasih
juga yang dalam
menetas. Hasil perhitungan
presentase yang baik.
telur ikan selais yang menetas dapat
lihat pada Gambar 4.

100
90
80
Angka penetasan (%)

70
60
50
12
40
30 96
20
10
0
P0 P1 P2 P3 P4
Perlakuan
10

Alawi, H., Nuraini. N. Aryani dan


Sukendi. 2018. Penuntun
Praktikum Genetika dan
Pemuliaan Ikan, Laboratorium
Pembenihan dan Pemuliaan
Ikan, Jurusan Budidaya
Perairan, Fakultas Perikanan
penyimpanan(12 jam) semen masih dan Kelautan Universtas Riau.
dalam kondisi baik sehingga kualitas Pekanbaru. 35 hlm (tidak
spermatozoa juga masih dalam keadaan diterbitkan).
baik. Hal ini ditunjukkan dari hasil Azizah dan I. Arifiantini. 2009. 11
pengamatan motilitas dan viabilitas, Kualitas Semen Beku Kuda
dimana pada awal penyimpanan Pada Pengencer Susu Skim
spermatozoa
motilitas masih dalam kategori Dengan Konsentrasi Gliserol
sangat baik (4) pada awal Yang Berbeda. Jurnal Veteriner
penyimpanan di masing-masing Science, 10(2):63-70
perlakuan kecuali perlakuan kontrol. Effendie, M.I. 2002. Metode Biologi
Dan presentase spermatozoa yang Perikanan. Yayasan Dwi Sri.
hidup juga masih dalam presentase Bogor. 163 hlm.
yang baik. Farina, Y. 2011. Pengaruh Pengencer
Sedangkan presentase daya Tris Kuning Telur, Tris Susu
tetas terendah adalah P0 (0% Gliserol Skim dan Tris Susu yang
+ 100% Susu Pengencer). Dari data disuplementasi dengan Gliserol
fertilisasi ikan selais (Gambar 4) 6% Terhadap Kualitas Semen
terlihat sejalan dengan data penetasan Sapi Pesisir. Skripsi Jurusan
telur ikan selais .Artinya fertilisasi Peternakan Fakultas Peternakan
yang tinggi akan diikuti dengan Universitas Andalas, Padang.
penetasan yang tinggi pula. 110 hal (tidak diterbitkan)
Fujaya, Y. 2002. Fisologi Ikan. Proyek
KESIMPULAN Peningkatan Penelitian
Konsentrasi gliserol yang Pendidikan Tinggi., Direktorat
berbeda dalam susu pengencer Jendral Pendidikan Tinggi.
berpengaruh sangat nyata terhadap Dapartemen Pendidikan
motilitas spermatozoa, viabilitas Nasional. Jakarta. 163 Hal.
spermatozoa, angka pembuahan dan Gazali, M. dan S.T. Tambing. 2002.
angka penetasan telur selais selama Kriopreservasi Sel
penyimpanan singkat. Konsentrasi Spermatozoa. Hayati, 9(1):27-
Gliserol 4% dalam susu pengencer 32.
merupakan konsentrasi terbaik untuk Gunawan, M., Afiati, F., Kain E.M., S.
penyimpanan semen ikan selais. Said dan B. Tappa. 2004.
Adapun masa penyimpanan yang Pengaruh Media Pengencer
optimal adalah 72 jam, dengan Terhadap Kualitas Spermatozoa
motilitas baik (3), presentase viabilitas Beku Sapi PO. Makalah dalam
47,8%, angka pembuahan pada awal Seminar Nasional Teknologi
penyimpanan adalah 87% dengan Peternakan Dan Veteriner. 4
angka penetasan 89,6% dan pada akhir Agustus 2004. Badan Litbang
penyimpanan angka pembuahan Pertanian, Kementrian
45,3% dengan angka penetasan 53,3%. Pertanian Republik Indonesia.
Bogor, Jawa Barat.
DAFTAR PUSTAKA
11

Hidayaturrahmah. 2007. Waktu Berbeda Terhdap Pembuahan


Motilitas Dan Viabilitas Dan Penetasan Telur Ikan
Spermatozoa Ikan Mas Selais (Ompok hypopthalmus).
(Cyprinus carpio L). Pada Berkala perikanan terubuk,
Beberapa Konsentrasi Larutan 41(2):1-8.
Fruktosa. Bioscientiae, (4)1:9- Nuraini dan S. Nasution. 2004.
18 Percobaan Pembenihan Ikan
Jairin, M.Z., S. Handayani dan I. Selais (Kryptopterus lympok).
Supriatna. 2005. Kualitas Laporan Penelitian Dana APBD
Sperma Ikan Batak (Tor soro) Provinsi Riau. Lembaga
Hasil Kriopreservasi Semen Penelitian dan Pengabdian
Menggunakan Masyarakat Universitas Riau.
Dimetilsulfoksida (DMSO) Dan 46 hlm. (Tidak diterbitkan) 12
Gliserol 5, 10 Dan 15%. Jurnal Sari, I.T.M., H. Alawi dan Sukendi.
Akuakultur Indonesia, 4 (2): 2018. Pengaruh Penambahan
145–151 Madu Pada Media Pengencer
Kostaman, T. dan A.R. Setioko. 2011. Nacl Fisiologis Terhadap
Perkembangan Penelitian Kualitas Spermatozoa Ikan
Kriopreservasi Untuk Baung (Hemibagrus nemurus)
Penyimpanan Semen Unggas. Selama Masa Penyimpanan.
WARTAZOA, 21(3):145-152. Jurnal online mahasiswa, 5 (2):
Kurniawan, I.Y., F. Bauki dan T. 1:13
Susilowati. 2013. Penambahan Zelpina, E., Rosadi, B. dan T.
Air Kelapa Dan Gliserol Sumarsono. 2012. Kualitas
Padapenyimpanan Sperma Spermatozoa Post Thawing dari
Terhadap Motilitas dan Semen Beku Sapi Perah.
Fertilitas Spermatozoa Ikan Journal Online UNJA,
Mas (Cyprinus carpio L.). 15(2):94-102.
Journal Of Aquaculture
Management and Technology, 2
(1):51-65
Linayati, B. Fadjar dan Pinandoyo.
2015. Efektivitas Penambahan
Glycerol dalam Susu Pengencer
Terhadap Prosentase Sperma
hidup dan Penetasan Telur Ikan
Mas (Cyprinus carpio Linn).
PENA Akuatika, 12(1): 43-57.
Mar’ati, K. 2007. Pengaruh dosis dan
lama penyimpanan pengencer
susu skim kuning telur terhadap
kualitas semen ikan mas
(Cyprinus carpio Linn). Skripsi
Jurusan Biologi Fakultas Sains
dan Teknologi Universitas
Islam Negeri Malang, Malang.
41 hal (tidak diterbitkan).
Nuraini. H. Alawi, Nurasiah dan N.
Aryani. 2013. Pengaruh sGnRH
+ domperidon Dengan Yang

You might also like