Professional Documents
Culture Documents
ABSTRACT
*
E-mail: yeni.elisdiana@fp.unila.ac.id
1
Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Lampung
Jl. Prof. Soemantri Brodjonegoro No. 1 Gedong Meneng Bandar Lampung 35145
besarnya produksi tersebut maka ikan patin yang sudah matang gonad
dibutuhkan pasokan benih yang dapat sebesar 200 mg/kg bobot induk lele
memenuhi kebutuhan produksi. sangkuriang mampu mempercepat
Namun terdapat kendala dalam waktu laten pemijahan, fekunditas
pembenihan ikan lele. Ikan lele tidak pemijahan, diameter telur, derajat
mampu untuk memijah secara pembuahan, dan penetasan telur ikan
spontan atau memiliki waktu lele sangkuriang dengan derajat
memijah tertentu, hal ini berkaitan pemijahan 66% dibandingkan dengan
dengan kondisi ikan yang tidak cukup kontrol.
mendapatkan stimulasi berfungsinya Berdasarkan manfaat dari
kelenjar endokrin reproduksi hipofisasi dan ketersediaan limbah
(Najmiyati et al., 2006). Secara dari kepala patin yang melimpah dan
fisiologis, kelenjar hipofisis tidak termanfaatkan di Provinsi
merupakan salah satu kelenjar Lampung menjadi salah satu
endokrin yang mensekresi beberapa pertimbangan untuk dilakukannya
hormon yang berperan dalam proses penelitian ini. Tujuan penelitian
pemijahan ikan, salah satunya adalah adalah mempelajari pengaruh
hormon gonadotropin (GtH). GtH penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa
merupakan hormon yang berperan dari limbah kepala patin terhadap
aktif dalam proses maturasi gonad performa pemijahan ikan lele mutiara
ikan. Hormon GtH dibagi menjadi (Clarias gariepinus).
dua yaitu FSH dan LH (Kusuma et al.,
2017). Metode
Solusi yang dapat dilakukan
untuk mengatasi rendahnya sekresi Penelitian dilaksanakan pada
hormon hipofisis pada induk lele bulan Desember 2020 - Januari 2021,
yaitu melalui hipofisasi. Hipofisasi bertempat di Laboratorium Budidaya
adalah penyuntikkan ekstrak kelenjar Perikanan, Jurusan Perikanan dan
hipofisis (donor) untuk menginduksi Kelautan, Fakultas Pertanian
kematangan gonad, ovulasi dan Universitas Lampung. Rancangan
spermiasi. Induksi hipofisa dari penelitian yang digunakan adalah
sumber eksternal yang diduga akan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
bermanfaat dalam proses pemijahan. yang terdiri dari 4 perlakuan dengan 3
Limbah kepala ikan patin yang kali ulangan. Perlakuan yang
berasal dari industri filet patin di kota diberikan pada penelitian yaitu A
Metro menjadi sumber eksternal (Kelenjar hipofisa 0 mg/kg induk
untuk mengatasi proses pemijahan sebagai kontrol), B (Kelenjar hipofisa
tersebut. Pemijahan buatan induk 200 mg/kg induk), C (Kelenjar
dengan teknik hipofisasi dapat hipofisa 300 mg/kg induk), D
merangsang ovulasi pada induk (Kelenjar hipofisa 400 mg/kg induk).
betina. Wadah yang digunakan dalam
Pada penelitian sebelumnya, penelitian yaitu 4 kolam berukuran
Subhan (2011) mengevaluasi 1,5x3x0,5 m3 sebagai wadah
efektivitas ekstrak otak ikan patin pemeliharaan induk betina dan kolam
dalam menginduksi pemijahan ikan berukuran 1x1,5x0,5 m3 sebagai
lele sangkuriang dengan dosis otak wadah pemeliharaan induk jantan).
Ikan uji yang digunakan yaitu induk setelah 8 jam larutan aseton diganti,
lele mutiara (Clarias gariepinus) kemudian dilakukan pergantian
berjumlah 22 ekor yang terdiri dari 12 aseton setiap 24 jam selama 3 kali.
ekor induk betina dan 10 ekor induk Ketika kelenjar hipofisa akan
jantan. Rata-rata bobot induk betina disuntikkan kepada induk lele, maka
sebesar 753,75±61,35 g dan bobot kelenjar hipofisa yang telah
induk jantan sebesar 800,16±54,70 g. diawetkan kemudian dihancurkan
Ikan diadaptasi selama 7 hari. menggunakan alat penggerus hingga
Pemberian pakan induk dilakukan halus, setelah halus dimasukan ke
pada pukul 08:00 dan pukul 16:00 dalam tube lalu di vortex selama 40
WIB. detik, kemudian ditambahkan larutan
NaCl fisiologis sebanyak 1 ml dan
Seleksi Induk sampel disentrifus selama 5 menit
Sebelum diberikan perlakuan, dengan kecepatan 5000 rpm. Lalu
dilakukan seleksi induk dengan bagian supernatan diambil dan
mengamati morfologi tubuhnya disuntikan pada induk betina ikan lele
dengan ciri induk matang gonad. (Septiani, 2019).
Kemudian dilakukan pengamatan
TKG ikan betina di bawah mikroskop Pemijahan Ikan
dengan mengamati fase GVBD Rasio pemijahan induk ikan lele
(Germinal Vesicle Break Down) telur. pada penelitian ini yaitu 1:1.
GVBD berhubungan dengan TKG Penyuntikan ekstrak kelenjar hipofisa
karena GVBD digunakan untuk sesuai dosis perlakuan dilakukan pada
melihat tanda kematangan akhir dari pukul 19.30 WIB pada bagian kepala
oosit (oosit sekunder), setelah oosit induk betina. Setelah itu, dilakukan
matang maka hormon progesteron stripping pada pukul 04.00 WIB.
menstimulasi pematangan folikel atau Sedangkan pada induk jantan
membantu proses oogenitas sampai dilakukan pembedahan untuk
terbentuk ovum (I’thisom, 2008). mengambil gonad. Setelah gonad
Hasil pengamatan pada telur induk diambil, dilakukan pencacahan
ikan lele betina dengan mengamati sampai halus dan diberi laruran NaCl.
GVBD menunjukan jika telur sudah Selanjutnya, telur dan sperma
berada difase TKG 4 (telur semi dicampurkan menjadi satu sambil
transparan) dengan ukuran diameter diaduk menggunakan bulu ayam
telur 49 – 70 µm. hingga tercampur.
Wadah penetasan telur berupa
Ekstraksi Kelenjar Hipofisa akuarium berukuran 50x35x35 cm3
Kelenjar hipofisa yang akan yang berjumlah 12 buah dilengkapi
digunakan sebelumnya diisolasi dari dengan kakaban sebagai substrat
kepala ikan patin melalui penempel telur, lalu diisi air dengan
pembedahan. Kemudian kelenjar ketinggian ± 25 cm. Telur yang telah
hipofisa ditimbang sesuai dengan tercampur merata dengan sperma
dosis perlakuan dan ditambahkan diletakkan di atas permukaan
pengawet berupa aseton. Kemudian kakaban. Kemudian ditunggu hingga
kelenjar hipofisa tersebut dimasukan telur menetas dan dilakukan
ke dalam lemari es selama 8 jam, pemeliharaan larva hingga berumur 7
Fekunditas Relatif
Hasil pengamatan fekunditas
reatif yang disajikan pada Gambar 1
menunjukan ekstrak kelenjar hipofisa *Huruf superskrip yang sama menunjukan hasil
memberikan pengaruh terhadap yang tidak berbeda nyata (P>0,05).
fekunditas relatif induk lele (P<0,05). Gambar 1. Fekunditas relatif ikan lele
Pada perlakuan B dengan dosis 200 mutiara yang diberi perlakuan ekstrak
mg/kg menunjukkan fekunditas kelenjar hipofisa berbeda dosis
mencapai 31.357±12.265 butir/kg
induk dan lebih tinggi dibandingkan Menurut Nagahama (1987)
dengan perlakuan A (kontrol) keberhasilan ovulasi tergantung pada
(P<0,05). proses pematangan tahap akhir oosit.
Nilai fekunditas relatif dapat Kemudian Selman dan Wallace
dijadikan salah satu indikator (1989) melaporkan bahwa oosit yang
keberhasilan pemijahan. Berdasarkan sudah menjadi telur dan telah siap
hasil penelitian, nilai fekunditas induk diovulasikan akan terjadi apabila
yang diberi perlakuan ekstrak telah mendapat rangsangan hormonal
kelenjar hipofisa cukup tinggi. Hal ini yang sesuai.
menunjukkan bahwa rangsangan Nuraini et al. (2013)
hormonal yang berasal dari ekstrak menyatakan bahwa mekanisme kerja
kelenjar hipofisa patin mampu hormon akan berjalan normal pada
meningkatkan pematangan akhir oosit kadar tertentu, penurunan atau
sehingga telur yang matang lebih peningkatannya diduga akan
banyak. menurunkan potensi biologis hormon
terhadap targetnya. Berdasarkan hasil
penelitian ini, dosis kelenjar hipofisa
yang paling sesuai terhadap
fekunditas adalah perlakuan B (200
mg/kg induk) sedangkan perlakuan C
dan D menunjukkan fekunditas yang
lebih rendah dan sama dibandingkan
perlakuan A (P>0,05). Sahoo et al.
(2004) menjelaskan bahwa dosis yang
terlalu tinggi akan membuat telur
yang telah matang gonad menerima
hormon berlebihan, sehingga proses
ovulasi akan ditekan dan
menyebabkan telur yang keluar lebih
sedikit dibandingkan dengan telur
Daftar Pustaka